• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan kemudian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Permodelan yang dibangun atau diciptakan dalam melihat faktor penentu apa saja pada infrastruktur jalan yang mampu mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto ada 3 (tiga) model atau formula yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Model Road Infrastructure for Economic Growth I (RIEG I) atau formula yang digunakan untuk menentukan signifikansi infrastruktur jalan status kondisi jalan rusak terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut: Y=1,415x1011 – 4,001x107 X1 –1,371x108 X2 +1,738 X3 + e , dimana PDRB sebagai variabel dependen (Y), sedangkan Panjang Jalan (X1), Kondisi Jalan Rusak (X2) dan Alokasi Anggaran Infrastruktur Jalan (X3) sebagai variabel independen dengan R2 = 0,967 atau 96,70% pengaruh infrastruktur jalan terhadap PDRB.

b. Model Road Infrastructure for Economic Growth II (RIEG II) atau formula yang digunakan untuk menentukan signifikansi infrastruktur jalan status kondisi jalan rusak berat terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut: Y=2,514x1011 –4,311x107 X1 –1,481x109 X2 +1,377 X3 + e, dimana PDRB sebagai variabel dependen (Y), sedangkan Panjang Jalan (X1), Kondisi Jalan Rusak Berat (X2) dan Alokasi Anggaran Infrastruktur Jalan (X3) sebagai variabel independen dengan R2 = 0,979 atau 97,90% pengaruh infrastruktur jalan terhadap PDRB.

(2)

c. Model Road Infrastructure for Economic Growth III (RIEG III) atau formula yang digunakan untuk menentukan signifikansi infrastruktur jalan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:

Y=3,291x1011 –4,555x107 X1 –6,551x107 X2 –1,421x109 X3 + 1,325 X4 +e, dimana PDRB sebagai variabel dependen (Y), sedangkan Panjang Jalan (X1), Kondisi Jalan Rusak (X2) Kondisi Jalan Rusak Berat (X3) dan Alokasi Anggaran Infrastruktur Jalan (X4) sebagai variabel independen dengan R2 = 0,979 atau 97,90% pengaruh infrastruktur jalan terhadap PDRB.

d. Model Pembanding I atau formula yang digunakan untuk membandingkan terhadap permodelan (RIEG) dengan tujuan yang sama yaitu mengukur signifikansi infrastruktur jalan status kondisi jalan rusak dan alokasi anggaran infrastruktur jalan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:

Y=5,340x105 – 2,398x105 X1 + 2,484X2 + e, dimana PDRB sebagai variabel dependen (Y), sedangkan Kondisi Jalan Rusak (X1) dan Alokasi Anggaran Infrastruktur Jalan (X2) sebagai variabel independen dengan R2 = 0,970 atau 97% pengaruh infrastruktur jalan terhadap PDRB.

e. Model Pembanding II atau formula yang digunakan untuk membandingkan terhadap permodelan (RIEG) dengan tujuan yang sama yaitu mengukur signifikansi infrastruktur jalan status kondisi jalan rusak dan alokasi anggaran infrastruktur jalan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:

Y=121776 + 6,761x106 X1 + 53,280x106 X2 + 2,230 x106 X3 + e, dimana PDRB sebagai variabel dependen (Y), sedangkan Panjang Jalan (X1), Kondisi Jalan Baik (X2) dan Alokasi Anggaran Infrastruktur Jalan (X3) sebagai variabel independen dengan R2 = 0,997 atau 99,70% pengaruh infrastruktur jalan terhadap PDRB.

(3)

f. Model Pembanding III atau formula yang digunakan untuk membandingkan terhadap permodelan (RIEG) dengan tujuan yang sama yaitu mengukur signifikansi infrastruktur jalan status kondisi jalan baik dan alokasi anggaran infrastruktur jalan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:

Y=99501x106 + 51,089x106 X1 + 2,226X2 + e, dimana PDRB sebagai variabel dependen (Y), sedangkan Kondisi Jalan Baik (X1) dan Alokasi Anggaran Infrastruktur Jalan (X2) sebagai variabel independen dengan R2 = 0,997 atau 99,70% pengaruh infrastruktur jalan terhadap PDRB.

2. Dengan melihat nilai R square dari ketiga model tersebut maupun model pembanding yang bertujuan untuk menyempurnakan analisis infrastruktur jalan terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Nusa Tenggara Timur, maka model RIEG II dan RIEG III memiliki nilai R square yang lebih tinggi daripada RIEG I, sehingga dapat disimpulkan bahwa model dengan nilai R square tertinggi (RIEG II dan RIEG III) adalah model yang lebih baik dan lebih kuat menjelaskan pengaruh infrastruktur jalan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

3. Dari ketiga model Road Infrastructure for Economic Growth (RIEG) tersebut melalui hasil uji Determinasi diperoleh besarnya pengaruh infrastruktur jalan terhadap Produk Domestik Regional Bruto adalah 0,967 atau 96,70% untuk model pertama, dan 0,979 atau 97,90% untuk model kedua serta 0,979 atau 97,90% untuk model ketiga, hal ini membuktikan bahwa secara keseluruhan baik dari ketiga model maupun instrumen-instrumen infrastruktur jalan yang dipakai dalam ketiga model tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap Produk Domestik Regional Bruto, rata-rata di atas 97% dengan demikian pengaruh infrastruktur jalan yang direpresentasikan lewat panjang jalan, kondisi jalan rusak maupun rusak berat dan alokasi anggaran infrastruktur jalan terhadap Produk Domestik Regional Bruto merupakan Ceteris Paribus, dimana sisanya sebesar 2,10% dijelaskan diluar model.

(4)

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Untuk penelitian selanjutnya perlu dipertimbangkan mengenai variabel atau instrumen lain dalam infrastruktur jalan yang berpengaruh terhadap perkembangan Produk Domestik Regional Bruto, seperti memasukkan unsur-unsur yang ada dalam parameter perencanaan geometrik jalan. Hal ini untuk menambah penyempurnaan model yang dibangun, sekalipun model yang dibangun dalam penelitian ini sudah sangat baik dan layak. Keadaan tersebut dapat kita lihat khususnya untuk variabel kondisi jalan rusak, dalam penelitian yang dilakukan menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto, hal ini disebabkan oleh karena dalam kondisi jalan rusak, kenyamanan berkendaraan saja yang mengalami gangguan akan tetapi fungsi jalan dalam melayani lalu lintas barang maupun orang tetap dapat beroperasi. Sehingga distribusi barang dan jasa tetap berjalan dengan normal yang pada akhirnya tidak menghambat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto, dengan kata lain Produk Domestik Regional Bruto tetap berkembang dengan baik sekalipun status kondisi jalan adalah rusak. 2. Selain itu, pada masa yang akan datang hendaknya perlu dipertimbangkan

untuk meneliti aspek manfaat (benefit) atau nilai manfaat dari infrastruktur jalan dalam pembangunan suatu wilayah dimana nilai manfaat tersebut merupakan outcomes daripada kinerja infrastruktur jalan sedangkan model dalam penelitian ini (output) dapat menjadi alat (intermediate tools) dalam pengukuran kinerja (outcomes) infrastruktur jalan.

3. Terhadap hasil dari model yang dibangun dalam hal ini variabel panjang jalan yang berbanding terbalik dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau dengan kata lain terjadi suatu kondisi yang merupakan paradoks, maka setelah dianalisa, hal yang menimbulkan kondisi paradoks tersebut diduga terletak pada kebijakan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan yang menitikberatkan pada aksesibilitas dan mobilitas penduduk saja tanpa

(5)

terlebih dahulu pada wilayah yang merupakan sentra produksi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, keadaan seperti ini yang menyebabkan terhambatnya distribusi barang dan jasa dalam suatu wilayah. Dengan demikian disarankan untuk bisa dijadikan sebagai salah satu bahan penelitian dimasa yang akan datang untuk mengetahui secara detail dan mendalam mengenai faktor penyebab terjadinya kondisi paradoks tersebut.

4. Untuk pemerintah daerah hendaknya menyiapkan dan menyediakan gambar atau figure berupa Peta Sentra Produksi secara lengkap dan komprehensif agar dapat efisien dan efektif terhadap informasi publik demi kepentingan dan kesejahteraan bersama.

5. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan kebijakan pemerintah dalam menetapkan arah dan tujuan pembangunan infrastruktur jalan, apakah untuk aksesibilitas dan mobilitas penduduk saja tanpa melihat peningkatan pertumbuhan ekonomi ataukah memprioritaskan terlebih dahulu pada pertumbuhan ekonomi (pro growth).

6. Apabila arah kebijakan pembangunan infrastruktur jalan menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi (pro growth) maka seyogiannya perencanaan terhadap pembangunan jalan maupun pemeliharaan rutin dan berkala hendaknya melihat sentra aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Model confusion matrix akan membentuk matrix yang terdiri dari true positif atau tupel positif dan true negatif atau tupel negatif, kemudian masukan data testing

Peran Islam yang begitu kuat dalam masyarakat Betawi tercermin dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana Tiden seorang penulis Bahasa Betawi ungkapkan, The Betawi were

melakukan uji organoleptik atau uji sensorik (warna, aroma, konsistensi, rasa), uji alkohol, uji titik didih atau uji masak, uji berat jenis (BJ), dan uji pH terhadap susu kambing

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Diploma I/II/III/Akademi, 2000-2012... Pertanian, Kehutanan,

Sumber data yang dipergunakan adalahdata sekunder, yaitu data yang telah jadi berupa laporan keuangan, dokumen yang berasal dari koperasi Credit Union Pancuran

Untuk menilai seberapa angka ketidaklengkapan data yang ada pada lahan penelitian di Rumah Sakit Umum Sinar Kasih Purwokerto, pada bulan November.. 2012 peneliti

Apabila ditanam dari biji, beberapa tunas mungkin akan tumbuh dari satu biji, yang berarti bibitnya mungkin identik dengan tanaman induk.Jeruk nipis ini keluarga jeruk

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna menanggulangi minimnya pendidikan di Pulau Pahawang sebagaimana yang kami lakukan dalam PKM Pengabdian Masyarakat ini,