• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum - Penataan Ulang Ruang Perpustakaan Pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum - Penataan Ulang Ruang Perpustakaan Pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan sebagai sarana pendidikan untuk mendidik diri sendiri atau dengan kata lain untuk mendapatkan pendidikan nonformal, mempunyai tugas untuk menghimpun, memelihrara dan mendayagunakan bahan perpustakaan untuk kepentingan masyarakat.

Menurut (Sutarno 2003, 32), perpustakaan umum adalah:

Lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya. Pendek kata perpustakaan umum memberikan layanan kepada semua orang, anak-anak, remaja, pelajar, mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, para usia lanjut, laki-laki maupun perempuan.

Perpustakaan Nasional RI dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 5), dijelaskan bahwa perpustakaan umum adalah:

Perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhannya akan informasi dan bahan bacaan.

Selanjutnya pengertian perpustakaan umum dalam Standar Nasional Indonesia 7495 (Badan Standarisasi Nasional 2009, 2) adalah:

Perpustakaan yang kegiatannya diselenggarakan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kotamadya yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan perpustakaan di wilayah kabupaten atau kotamadya serta melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat umum yang tidak membedakan usia, ras, agama, status sosial ekonomi dan gender.

(2)

penduduk untuk semua lapisan masyarakat tanpa membedakan agama, suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan dan stasus sosial.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Umum

Secara umum tujuan dari perpustakaan umum adalah memberikan kesempatan bagi umum untuk memanfaatkan bahan pustaka atau sumber informasi yang dimiliki perpustakaan untuk meningkatkan pengetahuan yang berguna dalam memperbaiki kehidupan masyarakat. Perpustakaan umum menyediakan sumber informasi yang murah dan tepat mengenai topik-topik yang sedang hangat dalam masyarakat maupun topik yang berguna bagi masyarakat. Selain itu perpustakaan umum membantu warga mengembangkan kemampuan yang dimiliki sehingga yang bersangkutan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Menurut Hermawan dan Zen (2006, 31), tujuan perpustakaan umum adalah sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan.

2. Menyediakan informasi yang mudah, cepat, dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalm kehidupan sehari-hari.

3. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan informasi.

4. Bertindak sebagai agen kultural, sehingga menjadi pusat utama kehidupan budaya masyarakat sekitarnya.

5. Memfasiliatasi masyarakat untuk belajar sepanang hayat.

(3)

Berdasarkan kedua pernyataan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa tujuan dari perpustakaan umum yaitu memberikan dan memfasilitasi pelayanan informasi kepada masyarakat luas sehingga dapa menambah wawasan dan pengetahuan dengan akses yang mudah dan cepat.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum pada era informasi sekarang ini mengarahkan pemikiran tentang fungsi perpustakaan umum yang semakin kompleks.

Dalam Standar Nasional Indonesia 7495 tentang perpustakaan umum kabupaten/kota (Badan Standarisasi Nasional 2009, 3), menetapkan bahwa fungsi perpustakaan umum kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan koleksi.

2. Menghimpun koleksi muatan lokal. 3. Mengorganisasi materi perpustakaan. 4. Mendayagunakan koleksi.

5. Menyelenggarakan pendidikan pengguna.

6. Menerpakan teknologi informasi dan komunikasi. 7. Melestariakan materi perpustakaan.

8. Membantu peningkatan sumber daya perpustakaan di wilayahnya.

Sedangkan menurut Sutarno (2006, 43), “fungsi perpustakaan umum adalah melayani semua lapisan masyarakat dalam rangka memperoleh dan meningkatkan berbagai ilmu pengetahuan”. Selanjutnya menurut Suwarno (2009, 42), “fungsi perpustakaan umum antara lain, pendidikan dan pembelajaran, informasi, penelitian, rekreasi, dan preservasi”.

(4)

2.2 Pengguna Perpustakaan Umum

Pengguna perpustakaan umum sangat beragam, hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi perpustakaan umum yang melayani masyarakat mulai dari tingkat persiapan sekolah, hingga perguruan tinggi, peneliti, dan umum. Dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan (Republik Indonesia 2010, 76), “pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan”.

Sedangkan menurut Suwarno (2009, 80), “user adalah pengguna (pemustaka) fasilitas yang disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun fasilitas lainnya)”.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dikemukakan bahwa pengguna perpustakaan umum adalah setiap orang dari semua lapisan masyarakat yang berkunjung ke perpustakaan untuk memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.

2.3 Jenis Layanan Perpustakan Umum

Jenis layanan pada perpustakaan umum biasanya tergolong banyak, dimana hal ini tentu berhubungan dengan keberagaman penggunanya, selain karena jenis koleksinya yang juga beragam. Pada prinsipnya layanan perpustakaan adalah layanan jasa, oleh karena itu yang penting untuk disadari pengelola perpustakaan adalah bagaimana menciptakan kepercayaan, kepuasan, ketepatan, dan kecepatan pemberian layanan.

(5)

Sedangkan dalam Standar Nasional Perpustakaan 003 (Badan Standarisai Nasional 2011, 5), tentang perpustakaan umum kabupaten/kota dinyatakan bahwa, “perpustakaan menyelenggarakan jenis layanan sekurang-kurangnya meliputi: layanan sirkulasi, layanan membaca ditempat, layanan referensi, layanan bercerita, layanan keliling (mobil keliling), dan layanan bimbingan pemustaka”.

Dengan memperhatikan kedua uraian pendapat tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa jenis layanan perpustakaan pada umumnya adalah jenis layanan seperti layanan sirkulasi, layanan referensi, layanan membaca, layanan bimbingan pengguna, dan layanan admisnistrasi.

2.4 Sarana dan Prasarana Perpustakaan Umum

Sarana dan prasarana merupakan bagian yang sangat penting dalam pembentukan sebuah perpustakaan. Dalam Standar Nasional Perpustakaan 003 (Badan standarisasi Nasional 2011, 2), tentang perpustakaan umum kabupaten/kota menyatakan bahwa, “ sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang menunjang terselenggaranya suatu kegiatan perpustakaan, meliputi: gedung dan mebeler perpustakaan”.

2.4.1 Gedung

(6)

Gedung atau ruangan untuk suatu perpustakaan secara mutlak perlu ada, sebab Sutarno (2006, 80), menyatakan bahwa, “perpustakaan tidak mungkin digabungkan dengan unit-unit kerja yang lain di dalam satu ruangan”.

Sedangkan dalam Standar Nasional Indonesia 7495 (Badan Standarisasi Nasional 2009, 6) tentang perpustakaan umum kabupaten/kota, menyatakan bahwa:

Perpustakaan menempati gedung sendiri dan menyediakan ruang untuk koleksi, staf dan penggunanya dengan luas sekurang-kurangnya 600 m2 (ruang koleksi dan baca anak-anak, remaja, dewasa, ruang kepala, ruang administrasi, ruang pengolahan, ruang serba guna, ruang teknologi informasi dan komunikasi serta multi media, ruang perpustakaan keliling). Lokasi gedung berada di pusat kegiatan masyarakat, dan mudah dijangkau. Perpustakaan memperhatikan aspek kenyamanan, keindahan, pencahayaan, ketenangan, keamanan, dan sirkulasi udara.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa perpustakaan tidak mungkin digabungkan dengan unit-unit kerja yang lain di dalam satu ruangan, tetapi harus menempati gedung sendiri dengan luas sekurang-kurangnya 600 m2 dan lokasinya harus mudah dijangkau oleh masyarakat umum.

Keadaan ruangan perpustakaan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan berhasil tidaknya penyelenggaraan suatu perpustakaan. Hal ini menyangkut bagaimana pembagian ruang, perbandingan luas satu dengan yang lainnya, letaknya, kondisinya dan sebagainya.

Perancangan gedung dan ruang perpustakaan yang baik akan menghasilkan tempat kerja yang efisien, nyaman, dan menyenangkan bagi staf perpustakaan dan pemustaka. Menurut Siregar (2008), menyatakan bahwa:

(7)

Sedangkan dalam Standar Nasional Perpustakaan 003 (Badan Standarisasi Nasional 2011, 4), tentang perpustakaan umum kabupaten/kota dinyatakan bahwa:

1. Luas gedung sekurang-kurangnya 0,008 m2 per kapita dikalikan jumlah penduduk.

2. Memenuhi standar kesehatan, keselamatan, kenyamanan, ketenagaan, keindahan, pencahayaan, keamanan, dan sirkulasi udara.

3. Perencanaan gedung memungkinkan pengembangan fisik.

4. Memenuhi aspek teknologi, ergonomik, konstruksi, lingkungan, efektifitas, efisiensi dan kecukupan.

5. Berbentuk permanen.

6. Memperhatikan kekuatan dan memenuhi persyaratan konstruksi lantai untuk ruang koleksi perpustakaan (minimal 400 kg/m2).

7. Dilengkapi atau difasilitasi sarana kepentingan umum seperti toilet, dan area parkir.

Berdasarkan kedua uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa gedung atau ruangan perpustakaan memerlukan perhatian yang serius dari pengelola perpustakaan, karena sangat berpengaruh terhadap keefektifan keefisienan kegiatan pada perpustakaan tersebut dengan luas gedung sekurang-kurangnya 0,008 m2 per kapita dikalikan jumlah penduduk.

2.4.2 Perabotan

Perabot perpustakaan merupakan sarana pendukung atau perlengkapan perpustakaan yang digunakan dalam proses pelayanan pemakai perpustakaan dan merupakan kelengkapan yang harus ada untuk terselenggaranya perpustakaan.

Menurut Siregar (2011, 96), menyatakan bahwa, “perabotan adalah segala peralatan dan perabotan yang digunakan oleh perpustakaan dan pengguna dalam melakukan kegiatan perpustakaan”.

(8)

Perabot adalah perlengkapan fisik yang diperlukan di dalam ruang perpustakaan untuk menunjang fungsi perpustakaan seperti berbagai meja-kursi kerja dan layanan, berbagai rak, berbagai jenis lemari dan laci, kereta buku, dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan adalah perangkat atau benda yang digunakan sebagai daya dukung pekerjaan administrasi dan pelayanan seperti mesin fotokopi, komputer, LCD proyektor, VCD player, pesawat telepon dan faksimili, pengaman bahan pustaka, mesin potong, dan lain-lain. Selanjutnya dalam Pustaka Imu Perpustakaan (2013) menyatakan bahwa, “perabot perpustakaan (furniture) merupakan perlengkapan dan fasilitas yang berada di setiap unit jasa informasi di perpustakaan, dan istilah tersebut disebut dengan premis, yaitu lokasi atau tempat unit informasi berkedudukan”.

Berdasarkan kedua pernyataan tersebut, dapat dikemukakan bahwa perabot perpustakaan adalah segala perlengkapan dan fasilitas yang digunakan dalam menunjang terlaksannya kegiatan perpustakaan.

2.4.3 Ruangan

Ruangan perpustakaan adalah tempat dimana pustakawan dan pemustaka melaksanakan segala aktifitasnya.

Menurut Hardani (1996, 10) menyatakan bahwa:

Ruang adalah bahan terpenting di mata seorang perancang dan unsur utama dalam desain interior. Melalui volume ruang, kita tidak hanya bergerak, kita melihat bentuk-bentuk, mendengar berbagai suara, merasakan hembusan angin dan hangatnya sinar matahari, mencium harumnya bunga-bunga mekar. Ruang mewarisi karakteristik estetis dan sensual unsur-unsur tersebut untuk bidangnya masing-masing.

Sedangkan Perpustakaan Nasional RI dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000), dinyatakan bahwa ruangan yang minimal harus dimiliki sebuah perpustakaan adalah sebagai berikut:

(9)

2. Ruang baca, adalah ruang yang dipergunakan untuk membaca bahan pustaka. Luas ruangan ini tergantung pada jumlah pembaca, pemakai jasa perpustakaan.

3. Ruang pelayanan, adalah tempat penyimpanan dan pengembalian buku, meminta keterangan pada petugas, menitipkan barang atau tas, dan mencari informasi dan buku yang diperlukan melalui katalog. mencari informasi dan buku yang diperlukan melalui katalog.

4. Ruang kerja/teknis administrasi, adalah ruangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan pemerosesan bahan pustaka, tata usaha untuk kepala perpustakaan dan stafnya, perbaikan dan pemeliharaan bahan pustaka, diskusi, dan pertemuan.

Berdasarkan kedua pernyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa ruangan perpustakaan adalah bagian terpenting dari sebuah gedung perpustakaan untuk melaksanakan setiap kegiatan meliputi ruang kepala dan staf, ruang koleksi, ruang baca dan ruang administrasi ataupu ruang sirkulasi.

2.4.3.1 Ruang Kepala dan Staf

Penentuan luas ruangan kepala dan staf perpustakaan yang sesuai dengan aturan standar sudah pasti sangat diperlukan. Dalam Standar Nasional Indonesia 7495 (Badan Standarisasi Nasional 2009, 6), dinyatakan bahwa, “ruang staf perpustakaan seluas 25% terdiri dari ruang kepala, ruang administrasi, ruang pengadaan, dan pengorganisasian materi perpustakaan”.

Sedangkan menurut Purwati (2007), menyatakan bahwa, “ruang pengolahan bahan pustaka dan ruang staf untuk melakukan aktifitas pengadaan dan pengolahan buku luas ruangan tergantung berapa jumlah pengelola perpustakaan diperkirakan setiap petugas memerlukan 2,5 m2”.

Merujuk pada kedua pendapat tersebut, untuk penentuan luas ruang kepala dan staf perpustakaan yakni 25% dari luas seluruh ruangan perpustakaan.

2.4.3.2 Ruang Koleksi

(10)

seluas 45% yang terdiri dari ruang koleksi dan baca anak-anak, dewasa, koleksi buku, non buku, ruang majalah, ruang koleksi muatan lokal”.

Sedangkan menurut Purwati (2007), dinyatakan bahwa:

Ruang koleksi buku (rak-rak buku) memuat 1 rak (1 sisi, 5 susun, lebar 100 cm) dapat memuat 115-165 buku eksemplar buku dan jarak antar rak 100-110 cm. Jadi dapat dihitung berapa kebutuhan luas ruang yang diperlukan untuk menempatan rak dan dapat disesuaikan dengan bahan pustaka yang dimiliki. Hal ini pun perlu dipertimbangkan untuk tahun-tahun yang akan datang.

Pendapat lain juga dikemukakan dalam Buku Pedoman Tata Ruang dan Perabot Perpustakaan Umum (2011, 9), menyatakan bahwa:

Ruang koleksi, dengan ragam jenis koleksi yang terdiri dari koleksi tercetak untuk umum, remaja, anak-anak, koleksi rujukan (referensi), majalah dan surat kabar, serta koleksi pandang dengar (audiovisual) dan akses terhadap koleksi perpustakaan digital (digital library).

Berdasarkan uraian tersebut, ruang koleksi sebuah perpustakaan adalah ruang yang terluas diantara semua ruangan yang ada di perpustakaan, yakni seluas 45%.

2.4.3.3 Ruang Baca

Ruang baca merupakan salah satu tempat yang sangat penting di dalam sebuah perpustakaan, karena ruang baca adalah tempat dimana pengunjung menghabiskan waktunya untuk memakai jasa perpustakaan.

Dalam Indian Standard Recommendation Relating to Primary Element in the Design of Library Building (2013) yang menyatakan bahwa:

Luas ruang masing-masing fungsi layanan perpustakaan seperti ruang pengolahan (9 m2), ruang administrasi (5 m2), ruang baca per-pembaca (2,33 m2), dan ruang darurat (tangga, pintu masuk, lift, lobi, toilet) hanya sekitar 30% dari ruang baca perpustakaan.

(11)

Berdasarkan kedua uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa ruas ruang baca harus ideal yaitu terpisah dari ruang koleksi dengan luas 2,33 m2 per pembaca.

2.4.3.4 Ruang Khusus

Selain ruang kepala dan staf, ruang koleksi dan ruang baca, hendaknya sebuah perpustakaan memiliki ruang khusus yang dipergunakan untuk ruang tertentu untuk menunjang aktifitas perpustakaan.

Dalam Standar Nasional Indonesia 7495 (Badan Standarisasi Nasional 2009, 6), dinyatakan bahwa, “ruang khusus seluas 30% yang terdiri dari ruang teknologi informasi dan komunikasi serta multi media, ruang manajemen perpustakaan keliling, dan ruang serba guna”.

Berdasarkan pernyataan tersebut, ruang khusus perpustakaan umum terdiri dari ruang administrasi dan ruang sirkulasi serta ruang khusus lainnya dengan luas 30% dari luas ruangan perpustakaan tersebut.

2.5 Tata Ruang Perpustakaan Umum

Ruangan perpustakaan adalah tempat diselenggarakannya perpustakaan. Penataan ruangan perpustakaan perlu dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspek. Suwarno (2011, 45), menyatakan bahwa, “untuk dapat memikat perhatian pemustaka agar mau datang ke perpustakaan, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui penataan ruangan yang menarik dan fungsional”. Ruangan yang tertata rapi dan buku–buku yang juga tertata akan membuat suatu perpustakaan memberikan nuansa nyaman sehingga pemustaka tertarik untuk membaca buku dan betah berada di perpustakaan.

(12)

Dalam merancang ruang perpustakaan perlu diperhatikan dalam penataan ruang baca, ruang koleksi, dan ruang sirkulasi yang dapat dipilih dengan sistem tata sekat, tata parak, dan tata baur.

1. Sistem tata sekat yaitu cara pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. Sistem ini, tidak memperkanan pengunjung untuk masuk ke ruang koleksi dan petugaslah yang akan melayaninya.

2. Sistem tata parak yaitu sistem pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. Sistem ini, memungkinkan pengunjung untuk mengambil koleksi sendiri, kemudian dicatat dan dibaca di ruang lain.

3. Sistem tata baur yaitu suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan koleksi sendiri.

Selanjutnya Lasa (2007, 202) juga menyatakan bahwa prinsip-prinsip penataan ruangan perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Untuk pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruangan terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis. Tujuannya agar lebih mudah dicapai, misalnya bagian sirkulasi. Apabila pelayanan kurang memuaskan akan mengakibatkan semakin sedikit jumlah pengunjung, tetapi sebaliknya apabila pelayanannya baik jumlah pengunjung akan semakin bertambah.

3. Dalam penempatan perabot seperti meja, kursi, rak buku, lemari, dan lainnya hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus. Tujuannya agar segala kegiatan pemustaka lebih mudah dikontrol oleh pustakawan. Selain itu juga akan membuat ruangan lebih indah, teratur dan tidak sempit. Pemustaka juga akan lebih leluasa melakukan kegiatannya di perpustakaan,,karena ruangannya tidak sempit.

4. Jarak antara satu perabot dengan perabot lainnya dibuat agak lebar. Jarak perabot diatur agar pustakawan maupun pemustaka bisa leluasa untuk berjalan. Selain itu juga bertujuan agar ruangan tidak terlihat sempit yang akan membuat pustakawan dan pemustaka merasa tidak nyaman.

5. Bagian-bagian yang mempunyai tugas yang sama, hampir sama, atau merupakan kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan. 6. Bagian yang menangani pekerjaan yang bersifat berantakan seperti

pengolahan, pengetikan atau penjilidan hendaknya ditempatkan di tempat yang tidak tampak oleh khalayak umum. Bertujuan agar pemustaka tidak terganggu oleh suasana yang berantakan.

7. Apabila memungkinkan, semua petugas dalam suatu unit/ruangan hendaknya duduk menghadap ke arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang. Situasi ini akan lebih menciptakan komunikasi yang lancar antarpetugas. 8. Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dari

(13)

pengolahan bahan pustaka dan proses penyelesaian fisik bahan pustaka seperti penyampulan buku.

9. Ukuran tinggi, rendah, panjang, lebar, luas dan bentuk perabot hendaknya dapat diatur lebih leluasa. Hal ini dimaksudkan agar tidak tercipta situasi jenuh bagi pustakawan maupun pemustaka. Selain itu juga akan membuat ruangan perpustakaan akan terlihat lebih indah dan menarik.

10.Perlu ada lorong yang cukup lebar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan bencana alam. Bisa juga dibuat jalan keluar alternatif apabila terjadi kejadian yang tidak terduga. Hal ini bertujuan agar lebih mudah menyelamatkan diri apabila terjadi bencana yang tidak terduga.

Pendapat lain juga dikemukakan Yusuf (2007, 98), penataan ruangan perpustakaan meliputi tata ruang, dekorasi, penerangan dan ventilasi.

a. Tata Ruang

Perpustakaan dalam hal penempatan dan penataan perabot maupun kelengkapan lainnya serta bahan bacaan perlu diletakkan dan ditata sedemikian rupa agar apa yang disajikan kelihatan menarik.

b. Dekorasi

Dekorasi yang menarik dapat menambah ketertarikan pemustaka dan mengakibatkan pemustaka betah berlama-lama di perpustakaan. Pemilihan warna cat juga menentukan faktor kenyamanan dan kebetahan pemustaka di perpustakaan.

c. Penerangan

Penerangan harus diatur sehingga tidak terjadi penurunan gairah membaca atau membuat silau.

d. Ventilasi

Sistem ventilasi berkaitan dengan temperatur dan suhu ruangan. Lubang-lubang angin perlu dibuat dengan jumlah yang cukup sehingga udara bisa masuk secara leluasa. Melalui lubang angin ini juga perputaran oksigen di dalam ruangan perpustakaan dengan di luar bisa lebih lancar.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa penataan ruang perpustakaan meliputi tata ruang, dekorasi, penerangan dan ventilasi perlu dilakukan agar dapat memikat pengguna perpustakaan untuk datang berkunjung ke perpustakaan serta dapat memperlancar jalannya kegiatan di perpustakaan.

(14)

Sumber: Perpustakaan Nasional RI, 2011

Gambar 2.1 Contoh Tata Ruang Perpustakaan Umum Kabupaten Kota

2.5.1 Tata Letak Ruangan Perpustakaan Umum

Menurut Siregar (2011, 96), “tata letak ruangan adalah penataan peralatan dan perabotan yang terdapat pada perpustakaan sehingga sesuai dengan fungsi dan kebutuhan pengguna”.

Sedangkan menurut Suwarno (2009, 101), dinyatakan bahwa, “penataan ruangan sebaiknya dihindari penataan ruangan yang tersekat-sekat mati dan menutup pandangan. Kondisi semacam ini dapat menyebabkan cepat timbulnya rasa bosan dan jenuh bagi user”.

Area Koleksi dan Area Baca Referensi

Area Koleksi dan Area Baca Remaja

Area Koleksi dan Area Baca Anak

Area Audiovisual

Gudang

Area Pertemuan

Area Lobi dan Ruang Pamer

Katalog Elektronik

Area Pelayanan, Pengolahan,

Pengembangan, Tata Usah, dan

Area Koleksi dan Area Baca Majalah & Surat Kabar Area Koleksi dan

(15)

Selanjutnya menurut Lasa (2007), menyatakan bahwa perlu memperhatikan azas-azas tata ruang, yaitu:

1. Azas jarak, yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesaian pekerjaan dengan menempuh jarak paling pendek.

2. Azas rangkaian kerja, yaitu suatu tata ruang yang menempatkan tenaga dan alat-alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan

3. Azas pemanfaatan, yaitu tata susunan ruang yang memanfaatkan ruangan sepenuhnya.

Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa tata letak ruangan adalah penyusunan atau penataan perabotan dan perlengkapan perpustakaan sehingga terbentuk ruangan yang dapat memperlancar dan mempermudah segala aktifitas di perpustakaan.

2.5.2 Konsep Perencanaan Ruang Perpustakaan

Berikut konsep perencanaan ruang perpustakaan menurut Listiani (2007,39), yaitu sistem layanan, penempatan rak bahan pustaka, sistem sirkulasi, sistem pencahayaan, sirkulasi udara, ruang informasi, dan ruang baca.

1) Sistem Layanan

Sistem layanan perpustakaan berkaitan erat dengan perawatan koleksi yang harus dilakukan. Ada tiga tipe dasar pola ruang berdasarkan dinding pembatasnya:

Pertama, ruang terbatas tetap (fixed-featured space). Ruang berbatas tetap dilingkupi oleh pembatas yang relatif tetap dan tidak mudah digeser, seperti dinding masif, jendela, pintu atau lantai.

Kedua, ruang berbatas semi tetap (semifixed-featured space) adalah ruang yang pembatasnya bisa dipindahkan. Ruang-ruang yang dibatasi oleh partisi yang dapat dipindahkan ketika dibutuhkan setting yang berbeda.

Ketiga, ruang informal adalah ruang yang dibentuk untuk waktu singkat, seperti ruang yang dibentuk ketika dua atau lebih orang berkumpul.

2) Penempatan Rak Bahan Pustaka

Untuk menempatkan rak bahan pustaka dalam ruangan perpustakaan, pustakawan harus memperhatikan luas ruangan, banyaknya perabot, letak jendela dan pintu, serta tinggi plafon tersebut. Hal ini dimaksudkan agar bahan pustaka terlindungi dari kerusakan yang berasal dari sinar matahari yang masuk dari jendela.

(16)

Sirkulasi adalah space atau ruang di luar perabot, biasanya digunakan untuk lalu lintas pengunjung. Dalam penataan ruangan perlu diperhatikan pengaturan jarak dalam penataan perabot yang ada di perpustakaan. Kalau spacenya terlalu dekat akan menyebabkan pustakawan ataupun pemustaka tidak leluasa untuk bergerak.

4) Sistem Pencahayaaan

Pencahayaan merupakan salah satu unsur utama dalam menciptakan suasana yang nyaman dalam ruangan. Sumber pencahayaan dapat berasal dari sumber cahaya alami misalnya sinar matahari dan sumber cahaya buatan misalnya berasal dari lampu. Sumber pencahayaan ini dapat menimbulkan efek bagi mata pemustaka dan memberi pengaruh penting terhadap faktor betah atau tidaknya pemustaka untuk berlama-lama di perpustakaan.

5) Sirkulasi Udara

Tidak adanya pertukaran udara luar dengan udara di dalam ruangan dapat menyebabkan ruangan terasa pengap. Situasi ini dapat menyebabkan pemustaka tidak nyaman. Sebagai antisipasi dari kepengapan tersebut adalah dengan memakai AC atau ventilasi yang banyak.

6) Ruang Informasi

Ruang informasi adalah tempat pustakawan memberikan layanan informasi baik tentang buku, proses peminjaman atau pengembalian buku. Agar tidak terjadi keraguan antara yang meminjam dengan yang mengembalikan buku, pustakawan bisa memisahkan tempat menjadi dua bagian. Bagian peminjaman dipisahkan dengan bagian pengembalian buku.

7) Ruang Baca

Ruang baca tidak dirancang sekedar untuk menyediakan kebutuhan fisik dan visual saja. Ruang baca juga disesuaikan dengan fungsi yang mendukung ruang tersebut. Secara fisik semua orang membutuhkan besar ruang tertentu untuk merasa aman dan nyaman dalam membaca.

Sedangkan menurut Lasa (2007), juga menyatakan bahwa penyusunan konsep dalam penataan ruang perpustakaan, hendaknya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Berkualitas tinggi, artinya tetap berjalan baik dalam waktu lama. 2. Mudah dipasang dan dirawat.

3. Dibuat oleh produsen lokal atau perwakilan setempat, tujuannya agar mampu memberikan jasa purna jual yang memuaskan.

4. Sesuai dengan spesifikasi dan tandar perabot perpustakaan, agar terkesan “luwes” bagi pemakai perpustakaan.

(17)

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa dalam penyusunan konsep penataan ruangan perpustakaan harus benar-benar diperhatikan, baik dari segi sistem pelayanan, penempatan rak bahan pustaka, sistem sirkulasi, sistem pencahayaan, sirkulasi udara, ruang informasi, dan ruang baca sehingga akan tercipta penampilan ruangan perpustakaan yang baik dan para pengguna akan merasa nyaman selama berada dalam ruangan perpustakaan.

2.5.3 Alokasi Ruangan Perpustakaan

Perpustakaan memiliki sistem pelayanan yang berbeda yang terdiri dari sistem tertutup dan sistem terbuka. Dan biasanya kedua sistem ini memiliki alokasi ruangan yang berbeda juga.

Purwati (2007) berpendapat bahwa menurut fungsinya pembagian persentase untuk masing-masing ruang adalah sebagai berikut:

1. Untuk perpustakaan dengan sistem tertutup: • areal untuk koleksi 45 %

• areal untuk pengguna 25 % • areal untuk staf 20 %

• areal untuk keperluan lain 10 %

2. Untuk perpustakaan dengan sistem terbuka: • areal koleksi dan pengguna 70 %

• areal untuk staf 20 %

• areal untuk keperluan lain 10 %

Yang termasuk dalam areal koleksi adalah: - areal buku rujukan

- areal majalah, surat kabar/ kliping - areal koleksi non buku

Sedangkan yang termasuk areal pengguna adalah: - areal peminjaman

- areal baca yang bercampur dengan koleksi - areal katalog perpustakaan

- areal fotocopy

(18)

Yang termasuk areal staf: - areal pengadaan, pengolahan - areal kerja pimpinan

- areal komputer pengolahan - areal tata usaha/administrasi - areal makan

- gudang buku dan perlengkapan

2.5.4 Tujuan Penataan Ruangan Perpustakaan

Penataan ruangan perpustakaan yang baik akan dapat memperlancar segala aktifitas di perpustakaan.

Melalui penataan ruangan perpustakaan yang baik, diharapkan tercipta hal sebagai berikut menurut Yusuf (2007, 99):

1. Komunikasi dan hubungan antar ruang, staf, dan pengguna perpustakaan tidak terganggu.

2. Pengawasan dan pengamanan koleksi perpustakaan bisa dilakukan dengan baik.

3. Aktivitas layanan bisa dilakukan dengan lancar.

4. Udara dapat masuk ke ruangan perpustakaan dengan leluasa namun harus dihindari sinar matahari menembus koleksi perpustakaan.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa penataan ruangan perpustakaan yang baik komunikasi antar staf dan pengguna perpustakaan dapat tercipta dengan baik, serta segala aktifitas dalam ruangan tersebut akan berjalan dengan lancar. Dengan penataan ruangan yang baik, maka pengguna perpustakaan juga akan merasa betah berlama-lama dalam perpustakaan dan dapat meningkatkan minat baca mereka.

2.6 Nilai Sebuah Ruang Perpustakaan

(19)

Perpustakaan merupakan kegiatan yang berorientasi pada pelayanan dalam bentuk jasa, dan orang yang dapat memanfaatkannya biasanya sukarela. Untuk dapat memikat perhatian mereka agar mau datang ke perpustakaan, maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui penataan ruangan yang menarik dan fungsional.

Tentunya pandangan ini dilihat dari kepentingan pemakai perpustakaan, sehingga maksud melayani pemustaka (user) dapat dilakukan secara optimal karena memang telah mempertimbangkan kesesuaian fungsinya.

2.7 Aspek Penataan Ruangan

Agar menghasilkan penataan ruangan perpustakaan yang optimal serta dapat menunjang kelancaran tugasperpustakaan sebagai lembaga pemberi jasa, seperti yang dikemukakan Suwarno (2009, 100-1), sebaiknya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Aspek Fungsional

Artinya penataan ruangan harus mampu mendukungkinerja perpustakaan secara keseluruhan baik bagi petugas maupun bagi pemustaka. Penataan yang fungsional dapat tercipta jika antar ruangan mempunyai hubungan yang fungsional dan arus barang (bahan pustaka) dan peralatan lainnya serta arus dan pergerakan pemustaka dapat mengalir dengan lancer. Antar ruang saling mendukung sehingga betul-betul tercipta fungsi penataan ruangan secara optimal.

2. Apek Psikologis Pemustaka

Artinya penataan ruangan bisa mempengaruhi aspek psikologis pemustaka. Dilihat dari aspek ini tujuan dari penataan ruangan adalah agar pemustaka bisa nyaman, leluasa bergerak di perpustakaan, dan merasa tenang. Kondisi ini dapat diciptakan melalui penataan ruangan yang harmonis dan serasi, termasuk dalam hal penataan perabot perpustakaan. Pilihan warna dinding juga dapat mempengaruhi rasa tenang. Karena perpustakaan memerlukan suasana yang tenang, maka pilihan warna dasar ruangan hendaknya tidak terlalu tajam dan mencolok. Warna netral sangat menunjang suasana tenang di perpustakaan.

3. Aspek estetika

Keindahan penataan ruangan salah satunya bisa melalui penataan ruang dan perabot yang digunakan. Penataan ruangan yang serasi, bersih dan tenang bisa mempengaruhi kenyamanan pemustaka untuk berlama-lama berada di perpustakaan.

(20)

Keamanan bahan pustaka dapat dikelompokkan dalam dua bagian. Pertama faktor keamanan bahan pustaka akibat kerusakan secara alamiah, dan kedua faktor kerusakan akibat manusia. Penataan ruangan harus memperhatikan kedua faktor tersebut. Masuk sinar matahari dengan panas yang cukup tinggi secara langsung ke ruangan baik untuk dihindari, apalagi langsung mengenai koleksi. Hal ini perlu didesain sesuai tingkat kebutuhan tersebut. Begitu pula desain untuk hal pengawasan yang dapat mengantisipasi kerusakan karena faktor manusia.

Penataan ruangan sebaiknya dihindari penataan ruangan yang tersekat-sekat mati dan menutup pandangan. Kondisi semacam ini menyebabkan cepat timbulnya rasa bosan dan jenuh bagi pengguna. Ibaratnya sebuah bangunan rumah, suatu penataan ruangan yang baik akan berpengaruh terhadap penghuninya yaitu menimbulkan rasa betah tinggal di dalam rumah.

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Tata Ruang Perpustakaan Umum Kabupaten Kota

Referensi

Dokumen terkait

Content adalah semua dokumen, aplikasi, dan layanan yang akan “disajikan” kepada pemakai perpustakaan. Dokumen seperti buku, majalah, jurnal, prospektus, laporan keuangan, dan

Pada pembelajaran ini, sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran pada Pembelajaran Berbasis Masalah, hal-hal yang perlu dilakukan guru adalah:.. Tahap 1: Guru menjelaskan

Manfaat teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi ilmu pengetahuan khususnya kebidanan untuk menambah gambaran dan pengetahuan tentang

Bentuk pangkat pecahan positif dari dapat disederhanakan menjadia. Bentuk dapat ditulis tanpa pangkat negatif

Peker jaan Umum Kabupaten Klaten Tahun 2013, untuk Peker jaan : Perbaikan. Jalan Karanglo -

KEDUA Penetapan Harga tersebut dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam proses penunjukan langsung. Ditetapkan

Menunjuk pada Berita Acara Evaluasi Administrasi, Teknis, dan Biaya Nomor : 603/12.K.40/IX/2012, tanggal 13 September 2012 dan Surat Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas

Diagram alir ini dieksekusi apabila dilakukan request untuk prosedur pemakaian ruang pada diagram alir aplikasi dekstop dan apabila prosedur sudah selesai dilakukan maka