• Tidak ada hasil yang ditemukan

Negara dan Konstitusi 2014 pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Negara dan Konstitusi 2014 pdf"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

NEGARA DAN KONSTITUSI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing: 1. Drs. Encep Syarief Nurdin, M.Pd., M.Si

2. Sri Wahyuni Tanshzil

Disusun Oleh:

Dwi Azhari Yassinthya (1401358) I Ketut Suliarta (1405370)

Juli Niara (1401284) Nurul Afifah (1403631)

Pramita Hotmarito Sihombing (1403823)

Rahayu Ningtyastuti (1407104)

Rosa Andriasari (1405854)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Negara dan Konstitusi untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Makalah ini bertujuan agar pembaca dapat memahami dan menganalisis konsepsi Negara sebagai wadah bangsa Indonesia berikut isinya yaitu Konstitusi

(termasuk UUD 1945) sebagai Kebijakan Nasional tertinggi di negara Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami memohon kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya kami dapat terus melakukan perbaikan atas kekurangan yang ada.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta digunakan dengan sebaik-baiknya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bandung, Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 2

A. Hakekat Negara ... 2

a. Pengertian Negara ... 2

b. Sifat-sifat Negara ... 3

c. Unsur-unsur Pembentuk Negara ... 3

d. Asal Mula Terjadinya Negara ... 8

e. Tujuan dan Fungsi Negara ... 10

B. Hakekat Konstitusi ... 13

a. Pengertian Konstitusi ... 13

b. Macam-macam Konstitusi ... 14

c. Hubungan Falsafah Negara dengan Konstitusi ... 15

d. Perbandingan Konstitusi Antarnegara1Error! Bookmark not defined. C. Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemen ... 19

a. Pengertian UUD 1945 ... 19

b. Sifat dan Kedudukan UUD 1945 ... 19

c. Hubungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945 ... 20

(4)

e. Amandemen UUD 1945 ... 22

f. Sosialisasi dan Pelaksanaan UUD 1945 ... 30

BAB III KESIMPULAN ... 32

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara merupakan suatu perserikatan yang melaksanakan suatu pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa demi ketertiban sosial.

Dalam kehidupan bernegara, konstitusi mutlak diperlukan. Konstitusi bukan hanya untuk membatasi kekuasaan pemerintah

melainkan lebih dari itu, yaitu untuk mengatur dan menjadi landasan bagi seluruh lembaga negara, masyarakat, pemerintah maupun seluruh warga negara.

Apabila dilihat dari ideologi yang dianutnya, maka kesamaan ideologi bagi negara-negara tidak otomatis memiliki konstitusi yang sama. Konstitusi memuat hukum dasar tertulis dan tidak tertulis Di Indonesia, UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Negara dan Konstitusi akan di uraikan pada penjelasan makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hakekat, fungsi, dan tujuan negara? 2. Apa pengertian dan macam-macam konstitusi?

3. Bagaimana hubungan dasar negara dengan konstitusi dan perbandingan konstitusi antar negara?

4. Apa pengertian UUD 1945 serta amandemen UUD 1945?

C. Tujuan

1. Memahami hakekat, fungsi dan tujuan negara.

2. Memahami pengertian dan macam-macam konstitusi, hubungan dasar

(6)
(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakekat Negara a. Pengertian Negara

Secara etimologi, kata negara berasal dari kata staat

(Belanda dan Jerman); state (Inggris); etat (Perancis); status

atau statuum (Latin). Kata-kata tersebut berarti “meletakkan keadaan dalam keadaan berdiri”; “menempatkan”; atau “membuat berdiri”. Adapun pengertian negara menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut:

1. George Jellinek

Negara adalah oganisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu.

2. R. Djokosoetono

Negara adalah organisasi manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.

3. J.H.A Logemann

Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang mempunyai tujuan melalui kekuasaannya untuk mengatur serta menyelenggarakan sesuatu (berkaitan dengan fungsi lembaga kenegaraan, atau lapangan kerja) dalam masyarakat.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian negara ialah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu

(8)

b. Sifat-Sifat Negara

1. Sifat Memaksa, artinya semua peraturan perundangan yang berlaku diharapkan akan ditaati sehingga keamanan dan ketertiban negara pun akan tercapai.

2. Sifat Monopoli, artinya negara berhak menentukan tujuan bersama masyarakat, menentukan mana yang boleh dan tidak boleh mana yang baik dan bertentangan dengan tujuan negara dan masyarakat.

3. Sifat Mencakup Semua, artinya segala peraturan perundangan yang berlaku adalah untuk semua orang, semua warga negara tanpa kecuali.

c. Unsur-Unsur Pembentuk Negara

Berdasarkan ovensi Montevideo (Uruguay) tahun 1933, suatu negara harus memiliki empat unsur yaitu tiga unsur konstitutif (unsur yang harus ada ketika negara berdiri) yang terdiri atas penghuni (rakyat, penduduk, warga negara) atau bangsa, wilayah, dan kekuasaan tertinggi (penguasa yang beraulat). Disamping itu ada satu unsur deklaratif yaitu pengakuan dari negara lain.

1. Rakyat

Rakyat suatu negara adalah semua orang yang secara nyata berada dalam wilayah suatu negara yang tunduk dan patuh terhadap peraturan dalam negara tersebut.

Secara sosiologis, rakyat adalah sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu. Sedangkan secara yuridis

rakyat merupakan warga negara dalam suatu negara yang memiliki ikatan hukum dengan pemerintah. Rakyat suatu negara dapat dibedakan atas :

(9)

lama. Di Indonesia, penduduk yang memiliki status kewarganegaraan disebut Warga Negara Indonesia. Penduduk suatu negara dapat dibedakan antara warga negara dan bukan warga negara. Warga negara adalah orang-orang yang secara sah menurut hukum menjadi anggota suatu negara, dengan status kewarganegaraan warga negara asli atau warga negara keturunan asing. Bukan warga negara adalah mereka yang berada di

Indonesia tetapi menurut hukum tidak diakui sebagai anggota suatu negara. Mereka berstatus warga negara asing (WNA).

- Bukan penduduk, yaitu mereka yang berada dalam wilayah suatu negara tidak secara tetap, hanya untuk sementara waktu saja. Status kewarganegaraan mereka adalah warga negara asing.

2. Wilayah

Wilayah merupakan salah satu unsur mutlak bagi suatu negara, wilayah juga merupakan landasan material atau landasan fisik suatu negara.Wilayah suatu negara biasanya terdiri atas wilayah daratan, wilah lautan, wilayah udara dan wilayah eksterritorial.

a. Wilayah Daratan

Wilayah daratan suatu negara biasanya ditentukan batas-batasnya melalui perjanjian antar negara baik berbentuk bilateral (dua negara) maupun multilateral (lebih dari dua negara). Sebagai batas daratan biasanya

ditentukan ciri-ciri alamiah seperti gunung dan sungai, atau mungkin dibuat batas buatan dalam bentuk tembok pembatas.

(10)

Wilayah laut yang masuk kedalam wilayah negara tertentu disebut laut teritorial. Berdasarkan hasil Konvensi Hukum Laut III yang iadakan PBB pada tanggal 10 Desember 1982 di jamaica ditetapkan wilayah laut terdiri atas :

1. Laut Teritorial, yang lebarnya 12 mil laut diukur dari garis-garis dasar yang menghubungkan pulau terluar kepulauan suatu negara yang diukur pada saat air

surut.

2. Zona Bersebelahan, yaitu wilayah laut yang lebarnya 12 mil dari laut teritorial suatu negara.

3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu wilayah laut suatu negara yang lebarnya 200 mil ke laut bebas. 4. Landas Kontinen, yaitu daratan di bawah permukaan

laut di laut teritorial dengan kedalaman 200 m atau lebih.

5. Landas Benua, yaitu wilayah laut suatu negara yang lebarnya lebih dari 200 mil laut.

c. Wilayah Udara

Dalam Konvensi Paris (1949) dinyatakan bahwa negara-negara merdeka dan berdaulat berhak melakukan eksplorasi dan eksploitasi di wilayah udaranya, misalnya untuk kepentingan radio, satelit, dan penerbangan. Di Indonesia, ketentuan tentang wilayah udara diatur dalam UU No.20 tahun 1982. Berdasarkan UU tersebut, maka batas wilayah kedaulatan dirgantara

(11)

1. Teori Keamanan, yang menyatakan bahwa suatu negara mempunyai kedaulatan atas wilayah udaranya sampai batas yang diperlukan untuk menjaga keamana negara itu.

2. Teori Penguasaan Cooper, yang menyatakan bahwa kedaulatan negara ditentukan oleh kemampuan negara yang bersangkutan untuk menguasai/ mengawasi ruang udara yang ada diatas wilayahnya

secara fisik maupun ilmiah.

3. Teori Udara Schacter,yang menyatakan wilayah udara harus sampai suatu ketinggian, dimana udara masih cukup mampu mengangkat (mengapungkan) balon udara dan pesawat udara.

d. Wilayah Eksterritorial

Wilayah eksterritorial adalah wilayah suatu negara yang berada diluar wilayah negara itu. Dengan kata lain wilayah negara tersebut berada di wilayah negara lain atau diluar teritorial suatu negara. Contoh untuk ini adalah kantor kedutaan besar suatu negara di negara lain atau kapal asing yang berlayar di laut bebas dengan berbendera suatu negara. Seorang duta besar memiliki hak eksteritorial (selain hak kekebalan diplomatik, yaitu hak kedaulatan atas bangunan, gedung, halaman kedutaan besar sampai sebatas pagar, tak seorang pun boleh memasuki halaman kedutaan besar tanpa izin dari negara atau kedutaan besar yang bersangkutan.

3. Pemerintah yang Berdaulat

(12)

seluruh alat perlengkapan negara yang melaksanakan fungsi pemerintahan saja , yaitu ekslusif (presiden dan para menteri) yang menjalankan tugas yang dibuat legislatif (DPR). Sedangkan pemerintah dalam arti luas adalah keseluruhan alat perlengkapan negara yang memegang kekuasaan negara yang meliputi kekuasaan legislatif, eksekutif, yudikatif dan kekuasaan lainnya.

Adapun pemerintah yang berdaulat mengandung makna :

a. Berdaulat ke dalam, artinya memiliki kewenangan tertinggi dalam mengatur dan menjalankan organisasi negara sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

b. Berdaulat ke luar, artinya pemerintah berkuasa penuh, bebas, tidak terikat dan tidak tunduk pada kekuatan lain. Pemerintah harus pula menghormati kedaulatan negara lain dengan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain tersebut.

4. Pengakuan dari Negara Lain

Pengakuan negara yang satu terhadap negara yang lain memungkinkan hubungan antara negara-negara itu. Hubungan tersebut bisa berupa hubungan diplomatik, dagang, kebudayaan dan lain-lain. Pengakuan bukanlah faktor yang menuntukan ada atau tidaknya negara. Pengakuan hanyalah menerangkan bahwa negara yang telah ada itu diakui oleh negara yang mengakui. Pengakuan tersebut bersifat deklaratif. Pengakuan dari negara lain

terbagi menjadi dua, yaitu :

(13)

b. Pengakuan de jure, yakni pengakuan berdasarkan pernyataan resmi menurut hukum internasional. Pengakuan ini juga ada yang bersifat tetap dimana pengakuan dari itu untuk selamanya karena kenyataan yang menunjukkan adanya pemerintahan yang stabil. Disamping itu juga ada pengakuan de jure yang bersifat penuh dimana terjadi hubungan antar negara yang mengakui dan diakui dalam hubungan dagang dan

diplomatik. Negara yang mengakui berhak menempatkan konsulat atau kedutaan di negara yang diakui.

d. Asal Mula Terjadinya Negara

Tiap negara memiliki pengalaman berbeda dalam hal terjadinya negara hingga diakui negara lain. Ada beberapa cara untuk mengetahui asal mula terjadinya suatu negara, yaitu : 1. Secara faktual, yaitu cara mengetahui asal mula terjadinya

negara berdasarkan fakta nyata yang dapat diketahui melalui sejarah lahirnya negara tersebut. Secara fakual apat digolongkan lagi menjadi beberapa kejadian, yaitu :

a. Occupatie (pendudukan), yaitu suatu daerah yang tadinya tidak bertuan kemudian diduduki oleh suku atau kelompok tertentu. Contoh: Liberia diduduki budak-budak Negro dan dimerdekakan tahun 1947.

b. Cessie (penyerahan), yaitu suatu wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan perjanjian tertentu. Contoh: wilayah Seeswijk diserahkan Amerika kepada

(14)

c. Accesic (penaikan), terjadinya karena terbentuknya wilayah akibat penaikan lumpur sungai atau timbul dari dasar laut. Contoh: Mesir yang terbentuk dari delta sungai Nil.

d. Fusi (peleburan), yakni beberapa negara yang mengadakan peleburan yang membentuk negara baru. Contoh: Jerman Barat dan Jerman Timur tahun 1990. e. Proklamasi, yakni ketika penduduk pribumi dari suatu

wilayah negara yang diduduki bangsa lain mengadakan perjuangan perlawanan sehingga berhasil merebut wilayahnya dan menyatakan kemerdekaannya. Contoh: Indonesia.

f. Innovation (pembentukan baru), yakni munculnya negara baru diatas wilayah negara yang pecah dan lenyap karena suatu hal. Contoh: lenyapnya Uni Soviet yang muncul didalamnya negara baru seperti Chechnya, Rusia, dan Uzbekistan.

g. Anexatic (pencaplokan/penguasaan), yakni suatu negara berdiri diatas suatu wilayah yang dikuasai (dicaplok) oleh bangsa lain tanpa reaksi berarti. Contoh: terbentuknya Israel yang terbentuk dengan cara mencaplok daerah Palestian, Suriah, Yordania, dan Mesir.

2. Secara Teoritis

Ada beberapa teori terbentuknya suatu negara, yaitu :

a. Teori Ketuhanan, yakni segala sesuatu terjadi didunia

atas kehendak tuhan, termasuk terjadinya negara. Tokoh-tokohnya : Agustinus, Kranenbreg, Thomas Aquinas. b. Teori Kekuasaan, yakni negara terbentuk atas dasar

(15)

berkuasa. Pendukung teori ini : H.J. Laski, Leon Duguit, dan Karl Marx.

c. Teori Perjanjian Masyarakat (Konrak Sosial), yakni negara terjadi karena adanya perjanjian masyarakat untuk mendirikan negara dan memilih penguasa yang akan memimpinnya. Tokohnya: Thomas Hobbers, John Looke, Montesquieu, dan Rousseau.

d. Teori Hukum Alam, yakni terjadinya negara karena

hukum alam, yang bersifat universal dan tidak berubah. 3. Berdasarkan proses pertumbuhan

Berdasarkan cara ini, asal mula suatu negara dibedakan melalui dua proses, yaitu :

a. Secara primer, (a) Tumbuhnya suku/persekutuan masyarakat; (b) Munculnya kerajaan; (c) Negara nasional; (d) Negara demokrasi.

b. Secara sekunder, dimana negara telah ada sebelumnya namun karena ada revolusi, intervensi, dan penaklukan, timbullah negara baru yang menggantikan negara yang telah ada tersebut, seperti munculnya Chechnya dan Uzbekistan setelah adanya revolusi di Uni Soviet.

e. Tujuan dan Fungsi Negara 1. Tujuan Negara

Ada beberapa teori tentang tujuan negara, yaitu: a. Teori Kekuasaan

Menurut Shang Yang, tujuan negara adalah memperoleh kekuasaan yang sebesar-besarya dengan

(16)

tujuan tersebut seorang pemimpin dibenarkan bertindak kejam dan licik.

b. Teori Perdamaian Dunia

Menurut Dante Allegieri, tujuan negara ialah untuk menciptakan perdamaian dunia, yang dapat dicapai apabila seluruh negara berada dalam satu kerajaan dunia (imperium) dengan undang-undang yang seragam bagi semua negara.

c. Teori Jaminan Hak dan Kebebasan

Immanuel Kant dan Kranenburg menganjurkan agar hak dan kebebasan warga negara terjamin, di dalam negara harus dibentuk peraturan atau undang-undang. Keduanya memiliki perbedaan, dimana menurut Immanuel Kant perlunya dibentuk negara hukum klasik (negara sebagai penjaga malam), sedangkan Kranenberg menghendaki dibentuknya negara hukum modern (welfare state).

2. Fungsi Negara

Secara umum fungsi negara adalah melaksanakan penertiban, mengusahakan kesejahteraan, pertahanan, menegakkan keadilan.

a. Menurut G.A Jacobsen dan M.H Lipman, ada tiga fungsi negara yaitu:

1. Fungsi esensial, yaitu fungsi yang diperlukan demi kelanjutan negara. Fungsi ini meliputi:

- Memelihara angkatan perang untuk

mempertahankan serangan dari luar dan pergolakan dari dalam;

(17)

- Memelihara pengadilan untuk mengadili pelanggaran hukum;

- Mengadakan hubungan dengan luar negeri; - Mengadakan pemungutan pajak.

2. Fungsi jasa, yaitu aktivitas yang mungkin tidak akan ada apabila tidak diselenggarakan oleh negara seperti pemeliharaan fakir miskin, pembangunan jalan, jembatan, dll.

3. Fungsi perniagaan. Fungsi iini dapat dilaksanakan oleh individu dengan tujuan memperoleh keuntungan, bisa juga dilaksanakan oleh negara dengan pertimbangan bahwa modal swasta tidak mencukupi. Contoh fungsi jaminan sosial, pencegahan pengangguran, penyelenggaraan pos, telepon, dll.

b. R.M Mac Iver dalam bukunya Modern State (1926) dan The Web of Government (1947) berpendapat bahwa fungsi negara adalah:

a. Memelihara ketertiban dalam batas-batas wilayah. b. Konservasi (penyelamatan) dan perkembangan.

Contohnya adalah pemeliharaan hutan, danau, hasil pertanian, dll.

c. Van Vollenhoven

Ada empat fungsi yang dikenal dengan catur praja, yaitu:

a. Menyelenggarakan pemerintahan (bestuur).

b. Fungsi mengadili (rechtsprak).

c. Fungsi membuat peraturan (regeling). d. Fungsi ketertiban dan keamanan (politie). d. John Locke

(18)

a. Fungsi legislative (membuat undang-undang). b. Fungsi eksekutif (membuat peraturan dan

mengadili).

c. Fungsi federative (mengurus urusan luar negeri, perang dan damai).

e. Montesquieu

Montesquieu membagi fungsi negara menjadi tiga, yaitu:

a. Fungsi legislative (membuat undang-undang); b. Fungsi eksekutif (melaksanakan undang-undang); c. Fungsi yudikatif (mengawasi dan mengadili agar

setiap peraturan ditaati). B. Hakekat Konstitusi

a. Pengertian Konstitusi

Istilah konstitusi secara etimologis berasal dari constitution

(Inggris); constitutie (Belanda); konstitution (Jerman);

constitutio (Latin); yang berarti undang-undang dasar atau hukum dasar.

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua arti, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam arti luas, konstitusi berarti keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar (droit constitunelle).

2. Dalam pengertian sempit, konstitusi berarti piagam dasar atau undang-undang dasar (loi constitunelle), yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar

negara.

Pengertian konstitusi menurut beberapa ahli:

(19)

sedangkan konstitusi memuat baik hukum dasar yang tertulis maupun tidak tertulis.

2. Menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yakni: (1) Die politische verfassung als geselchaffliche wirklichkeit, artinya konstitusi yang mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan; (2) Die verselbstandigte rechtverfassung,

mencari unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup

dalam masyarakat untuk dijadikan kaidah hukum; (3) Die geschriebene verfassung, yakni menuliskan konstitusi dalam suatu naskah sebagai peraturan perundangan yang paling tinggi derajatnya yang berlaku dalam suatu negara. 3. Menurut K.C Wheare dalam Modern Constituion, secara

garis besar konstitusi di bagi dua yaitu: (1) Konstitusi yang semata-mata berbicara sebagai naskah hukum, suatu ketentuan yang mengatur “the rule of the constitution”; (2)

Konstitusi yang bukan hanya mengatur ketentuan-ketentuan hukum, tetapi juga mencantumkan ideologi, aspirasi, dan cita-cita politik, “the statement of idea”, pengakuan

kepercayaan, suatu beloofscelijdenis dari bangsa yang menciptakannya.

Konstitusi jenis yang kedua umumnya menggambarkan filsafat negara yang akan dibentuk. Biasanya cita-cita politik dicantumkan dalam pembukaan konstitusi.

b. Macam-macam Konstitusi

Macam-macam konstitusi Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:

1. Konstitusi tertulis (documentary constiutution / writen

(20)

dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa didalam persekutuan hukum Negara / UUD.

2. Konstitusi tidak tertulis / konvensi (nondocumentary constitution) adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul. Konstitusi tidak tertulis antara lain mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Merupakan kebiasaan yang terus berulang dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara.

b. Tidak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar. c. Diterima oleh seluruh rakyat.

d. Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang tidak terdapat dalam UUD.

Menurut K.C Wheare:

a. Konstitusi fleksibel (luwes) adalah konstitusi yang dapat diubah melalui proses yang sama dengan undang-undang. Artinya perubahan itu dilakukan melalui cara yang tidak sulit seperti melalui pemungutan suara terbanyak mutlak. Konstitusi yang luwes memiliki argumentasi yang cukup kuat: “Bahwa untuk dapat bertahan lama, konstitusi itu tidak boleh berlaku keras, kaku, dam rigid”.

b. Konstitusi rigid (tegas/kaku), adalah konstitusi yang perubahannya dilakukan melalui cara-cara atau proses khusus. Argumentasi kelompok ini adalah “Bahwa sudah seharusnya konstitusi itu tegas, keras, dan tahan untuk selama-lamanyaatau setidaknya untuk kurun waktu yang cukup lama”.

(21)

Isi konstitusi setiap negara berbeda-beda, baik dalam hal materi dan semangatnya maupun daya jangkau (wilayah berlakunya) serta sistematikanya. Namun bagian awal kostitusi biasanya dikemukakan dasar filsafatnya sebuah negara. Hal ini dapat merupakan konsideran bagi pembentukan konstitusi itu. Ada kalanya dasar negara juga dikeluarkan dalam bentuk deklarasi (pernyataan) tersendiri yang mendahului konstitusi itu. Disamping itu dasar negara

juga dapat secara implisit terdapat dalam pembukaan atau mukaddimah konstitusi.

Pancasila dan UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, dimana Pancasila sebagai das sollen

menjiwai UUD 1945 sebagai das sein-nya. Begitu pula hubungan antara pembukaan dan batang tubuhnya, keduanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan karena UUD 1945 yang terdiri atas rangkaian pasal-pasal merupakan penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukannya.

a. Isi Konstitusi

Tiap negara memiliki isi konstitusi yang berbeda-beda baik materi, semangat, maupun daya jangkau serta sistematikanya. Konstitusi juga ada kalanya dikeluarkan dalam bentuk deklarasi tersendiri yang mendahului konstitusi tersebut. Atau dapat pula merupakan kesimpulan dalam suatu mukaddimah atau pembukaan konstitusi. Misalnya adalah Konstitusi Amerika serikat

tahun 1787 didahului oleh “Declarationof

Independence

b. Diktum Konstitusi

(22)

dengan yang diperintah; bagaimana pembagian kekuasaan antara berbagai lembaga negara, bagaimana peran dan pengaruhnya bagi stabilitas dan dinamika bagi pemerintahan dan bagi tata kepentingan umum; bagaimana tujuan negara itu dilaksanakan oleh berbagai lembaga negara; bagaimana jaminan hak-hak asasi manusia, kebebasan-kebebasan dasar, serta kelangsungan dan perkembangan hidup bangsa; dan

bagaimana partisipasi rakyat dalam system perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban pemerintahan.

c. Cara mengubah Konstitusi

Menurut Miriam Budiardjo, ada empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi yaitu: (1) Sidang badan legislative dengan ditambah beberapa syarat; (2) Referendum, yakni permintaan pendapat rakyat tentang perlunya perubahan atau tidak terhadap konstitusi; (3) Melalui negara-negara bagian dalam federal; dan (4) Melalui musyawarah khusus (special convention). Di Indonesia, prosedur perubahan konstitusi diatur dalam pasal 37 UUD 1945 dan peraturan lainnya seperti Ketetpan MPR No.I/MPR/1983. Menurut pasa 37 UUD 1945 (sebelum amandemen) disebutkan bahwa:

1. untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota MPR harus hadir; dan 2. putusan diambil dengan persetujuan

sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir.

(23)

1. usul perubahan itu diajukan oleh sekurang-kurangnya tiga fraksi secara utuh disertai tanda tangan peserta sidang;

2. diadakan referendum; dan

3. hasil referendum sekurang-kurangnya 91% menyetujui perubahan UUD 1945.

d. Perbandingan Konstitusi Antarnegara

Jika dibandingkan dengan konstitusi negara lain, maka akan

terlihat perbedaan dan persamaan dengan kandungan UUD 1945 sebagai konstitusi negara RI. Berikut ini adalah perbandingan UUD 1945 dengan kostitusi negara liberal dan sosialis komunis.

1. Salah satu Konstitusi RI, UUD 1945

a. Kepala negara adalah seorang Presiden (Pasal 6). b. Menggunakan sistem pemerintah presidensial (pasal 4

dan 17).

c. Menerapkan sistem perbandingan kekuasaan.

d. Kekuasaan eksekutif dipegang seorang presiden, dibantu wakil presiden dan para menteri (pasal 17). e. Kekuasaan legislatif dipegang oleh DPR bersama-sama

dengan presiden (pasal 5:1 dan 20).

f. Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi (pasal 24).

2. Konstitusi Negara Liberal (Konstitusi Amerika Serikat) a. Kepala negara adalah seorang presiden (article II

section I).

b. Menggunakan sistem pemerintahan presidensial (article

II).

c. Menerapkan sistem pemisah kekuasaan.

(24)

e. Kekuasaan legislatif dipegang oleh Kongres, House Of Resfresentatives dan senat (article I section I).

f. Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah agung (article III).

g. Telah diamandemen 24 kali, terakhir tahun 1964. 3. Konstitusi Negara Sosialis Komunis (Konstitusi Stalin)

Salah satu negara sosialis komunis adalah Uni Soviet yang telah bubar tahun 1991, dengan ciri pemerintahan sebagai

berikut :

a. Paham yang dianut adalah Marxisme Leninisme dalam bentuk pemerintahan Republik Sosialis (chapter I

article I).

b. Lembaga negara yang menyelenggarakan pemerintahan (chapter III at 30).

c. Menteri bertanggung jawab kepada Presidium Soviet Tertinggi.

d. Hanya terdapat satu partai poitik. C. Undang-undang Dasar 1945 dan Amandemen

a. Pengertian UUD 1945

Undang-undang Dasar adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut (E.C.S Wade dalam buku Constitusional Law). Sementara itu menurut Astim Riyanto, UUD 1945 mencakup penaturan sistem pemerintahan negara, hubungan negara dengan warga negara dan penduduknya, serta berisi konsepsi

negara dalam berbagai bidang kehidupan ke arah mencapai cita-cita nasional Indonesia.

(25)

2 ayat tambahan); dan (3) Penjelasan UUD 1945. Setelah UUD 1945 mengalami beberapa kali amandemen, maka penjelasan UUD 1945 tidak lagi diakui sebagai bagian dari UUD 1945. b. Sifat dan Kedudukan UUD 1945

Apabila dilihat dari cara pengubahannya, UUD 1945 bersifat fleksibel yaitu kemampuan mengikuti perkembangan zaman. Namun setelah adanya perubahan berdasarkan Tap MPR No.1/MPR/1983 Jo Tap MPR No. IV/MPR/1983 dan UU

No. 5 tahun 1985, maka UUD tidak bersifat fleksibel karena untuk mengubah harus melalui prosedur yang sulit.

Sebagai hukum dasar, UUD merupakan sumber hukum dan merupakan hukum yang menempati kedudukan tertinggi. Oleh karena itu, seluruh peraturan dibawahnya harus berdasarkan UUD 1945.

c. Hubungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945 Pembukaan UUD 1945 dirumuskan secara padat dan khidmat dalam 4 alinea mengandung makna yang sangat dalam dan mengandung nilai universal dan lestari. Universal berarti dijunjung tinggi oleh bangsa beradab diseluruh muka bumi dan lestari berarti mampu menampung dinamika masyarakat dan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara.

Dalam pembukaan terdapat 4 pokok pikiran yang dijabarkan lebih lanjut dalam batang tubuh UUD 1945. Dengan demikian pembukaan dan batang tubuh adalah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Namun antara keduanya mempunyai kedudukan hukum yang berbeda, karena batang

tubuh dapat diubah MPR melalui aturan pasal 37 sedangkan pembukaan tidak dapat diubah oleh siapapun termask MPR hasil pemilu.

(26)

Sejak disahkan UUD 1945 pertama kali tanggal 18 Agustus 1945, pelaksanaannya dalam berbangsa dan bernegara mengalami dinamika sebagai berikut :

1. Periode1945 – 1949 berlaku UUD 1945

Tanggal 18 Agustus 1945 merupakan awal masa berlakunya UUD 1945 yang merupakan tata hukum yang bersumber dari proklamasi kemerdekaan Indonesia dan berakhirnya tata hukum kolonial. Pada periode 1945-1949

ini UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik karena bangsa kita masih baru berdiri dan baru mengalami kemerdekaan sehingga negara lebih memperhatikan pertahanan dan keamanan bangsa. Penyimpangan konstitusional yang terjadi diantaranya: Pertama, berubahnya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif. Kedua, sistem kabinet yang dijalankan adalah sistem kabinet parlementer.

2. Periode 1949 - 1950 berlaku Konstitusi RIS

Berdasarkan hasil Konfrensi Meja Bundar yang memutukan didirikannya negara Republik Indonesia Serikat, negara RIS dan Konstitusi RIS sebagai undang-undang dasarnya mengindikasikan negara RI sebagai salah satu negara bagian dan UUD 1945 sejak 27 Desember 1945 hanya sebagai UUD negara bagian Repubik Indonesia. Konsitusi RIS terdiri dari mukaddimah empat alinea, 6 Bab, 197 pasal dan lampiran. Terbentuknya negara RIS merupakan politik

(27)

Ketercapaian kata sepakat akhirnya diraih antara RIS dan Negara Republik Indonesia dalam piagam persetujuan RI-RIS untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditandatangani wakil kedua belah pihak.

3. Periode 1950-1959 berlaku UUD Sementara

15 Agustus 1950 melalui Undang-Undang Federal No.7 tahun 1950 pada pasal 1 ditetapkan perubahan Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara. UUDS 1950 terdiri dari

mukaddimah empat alinea, batang tubuh 6 Bab, 146 pasal. 4. Periode 1959-1999 berlaku UUD 1945

Dengan adanya pemilihan umum tahun 1955 maka terbentuk Konsituante yang bertugas membuat Rancangan UUD sebagai pengganti UUDS yang tidak berlaku lagi. Setelah dua tahun bersidang Konstituante belum berhasil membuatnya, Presiden Soekarno menyarankan kembali kepada UUD 1945 namun pada musyawarahnya tidak menemui kemufakatan. Dikarenakan terdapat pandangan Konstituante ingin menambahkan sila pertama pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Kewajiban manjalankan syariat Islam bagi pemeluknya sedangkan negara kita bukanlah negara agama. Presiden memutuskan untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang beisi:

a. Menetapkan pembubaran konstituante.

b. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

mulai tanggal penetapan Dektrit ini dan tidak berlaku UUDS 1950.

(28)

Rakyat serta Dewan Pertimbangan Agung Sementara akan diselengkarakan dengan waktu yang sesingkatnya. 5. Periode 1999 - sekarang berlaku UUD 1945 yang

diamandemen

Pemerintahan Orde Baru memberikan kekuasaan penuh pada Presiden kepala negara dan kepala pemerintahan yang menimbulkan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dikalangan pejabat pemerintahan sedangkan nilai demokrasi bagi

rakyat sangat terbatas. Untuk melaksanakan good governance maka dipandang perlu untuk melaksanakan amandemen terhadap UUD 1945.

e. Amandemen UUD 1945

1. Dasar Pemikiran dan Pengertian Amandemen UUD 1945 Sejak bergantinya pemerintahan orde baru ke reformasi, maka perubahan konstitusi dipandang sebagai kebutuhan yang harus dilakukan dengan berbagai perimbangan: (1) UUD 1945 tidak lagi cukup mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan negara sesuai harapan; (2) terbentuknya good governance; dan (3) dukungan penegakan demokrasi dan HAM. Hal lain yang menjadi alasan antara lain:

a. UUD 1945 terlampau sedikit jumlah pasal dan ayatnya sehingga belum mengatur berbagai hal mengenai negara yang makin lama semakin kompleks;

b. UUD 1945 menganut paham Supermasi MPR yang menyebabkan tidak ada system check and balances

antar cabang kekuasaan negara;

(29)

d. Beberapa muatan UUD 1945 mengandung multi tafsir yang membuka peluang penafsiran bagi pihak penguasa;

e. UUD 1945 sangat percaya pelaksanaannya kepada semangat penyelenggara negara.

Berkenaan dengan perubahan UUD, dianut tiga tradisi

yaitu pertama, kelompok negara yang kebiasaan mengubah materi. Kedua, kelompok negara yang kebiasaan

mengadakan pergantian naskah. Ketiga, perubahan konstitusi melalui naskah yang terpisah dari teks aslinya. Dengan demikian naskah asli tetap utuh, tapi kebutuhan perubahan hukum dasar dapat terpenuhi melalui naskah tersendiri yang dijadikan adendum tambahan naskah asli tersebut.

Istilah Amandemen berasal dari bahasa Inggris yang artinya perubahan atau mengubah. Dengan demikian amandemen UUD mengandung arti menambah, mengurangi, mengubah baik redaksi maupun isinya. Menurut hasil kajian Tim Amandemen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ditemukan sisi kelemahan UUD :

a. Kekuasaan presiden sangat dominan;

b. Tidak adanya sistem check and balances yang tegas; c. Beberapa pasal UUD 1945 bersifat multi interprestasi

yang tidak secara tegas menunjuk lembaga mana yang berwenang menafsirkan pasal;

d. Penjabaran pasal UUD 1945 banyak diatur oleh

undang-undang tanpa arahan yang jelas;

(30)

sistem pemilu, pengaturan HAM, pengaturan wilayah negara;

2. Amandemen UUD 1945

UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan. Perubahan pertama pada Sidang Umum MPR tanggal 12-19 Oktober 1999. Perubahan kedua pada Sidang Tahunan MPR tanggal 18 Agustus 2000. Perubahan ketiga dilakukan pada Sidang Tahunan MPR tanggal 9 November 2001. Dan

perubahan keempat dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2002. Diantara hasil perubahan yang prinsipil dari UUD 1945 hasil amandemen antara lain:

a. Semua anggota MPR berasal dari hasil pemilu (tidak ada yang diangkat);

b. Presiden dipilih langsung oleh rakyat; c. Keberadaan DPA dihapus;

d. Munculnya lembaga yudikatif baru, yaitu Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial;

e. Masa jabatan presiden maksimal dua periode; f. Ada pembatasan wewenang Presiden;

g. Dimasukkannya pasal-pasal tentang Hak Asasi Manusia;

h. Pemerintah memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD.

3. Sistem Pemerintahan Negara

Berdasarkan isi batang tubuh UUD 1945, Sistem Pemerintahan Indonesia dibangun atas prinsip-prinsip dasar berikut :

a. Negara Indonesia adalah Negara Hukum (pasal 1 ayat 3)

(31)

lembaga-lembaga yang lain) dalam menjalankan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan harus dipertanggungjawabkan secara hukum. Prinsip negara hukum bukan hanya dalam arti formal saja, melainkan juga dalam arti material yang berarti negara turut serta dan bertanggung jawab untuk menciptakan kesejahteraan rakyatnya.

b. Kedaulatan berada di tangan rakyat (pasal 1 ayat 2)

Prinsip ini mengandung makna bahwa kedaulatan tertinggi berada ditangan rakyat. Hal ini dibuktikan dengan dilibatkannya rakyat dalam pemilihan umum seperti pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, pemilihan kepala daerah, DPRD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD. Namun demikian dalam hal legislasi rakyat tidak secara langsung dilibatkan melainkan cukup para wakilnya saja di DPR dan DPRD.

c. Pemerintah Berdasar atas Sistem Konstitusi (Hukum Dasar)

Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan selalu berdasarkan sistem konstitusional. Aparatur negara dan pemerintahan harus bersumber pada UUD 1945 dan peraturan perundangan yang lain.

d. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UU

(32)

menjalankan tugasnya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.

e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR

Prinsip ini berarti bahwa sistem pemeritahan Indonesia adalah sistem presidensial. Dimana presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, melainkan kepada MPR. Presiden tidak dapat diberhentikan oleh DPR, begitu juga sebaliknya DPR tidak dapat diberhentikan

oleh Presiden. Hal ini karena keduanya merupakan partner legislatif yaitu membuat undang-undang dan APBN.

f. Menteri negara adalah Pembantu Presiden

Menteri negara tidak bertanggung jawab kepada MPR, melainkan kepada presiden. Hal ini dapat dipahami karena menteri diangkat oleh Presiden. Presiden juga dapat memberhentikan para menteri apabila terdapat alasan dan pertimbangan kuat untuk memberhentikan menterinya.

4. Kelembagaan Negara

Berdasarkan UUD hasil amandemen, maka kelembagaan negara mengalami perubahan baik dalam hal kedudukan, tugas, wewenang, hubungan kerja dan cara kerja lembaga-lembaga tersebut. Adapun lembaga-lembaga-lembaga-lembaga negara menurut UUD hasil amandemen adalah: MPR (terdiri atas DPR dan DPD yang semua anggotanya dipilih rakyat melalui pemilihan umum); Presiden dan Wakil Presiden

(dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum); Badan Pemeriksa Keuangan; Mahkamah Agung; Mahkamah Konstitusi; dan Komisi Yudiasial.

(33)

ditetapkan UUD 1945. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya lembaga-lembaga negara tersebut dimungkinkan adanya hubungan kerja. Hal ini berarti bahwa negara kita tidak menganut sistem pemisah kekuasaan dalam arti material (separation of power), melainkan menganut sistem pemisahan kekuasaan dalam arti formal (division of power).

Pemisah kekuasaan dalam arti material adalah

kekuasaan yang ada dalam negara terbagi atas kekuaaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Hal ini sering disebut dengan istilah Trias Polotica. Sedangkan pemisah kekuasaan formal selain terdapat membagian kekuasaan

Trias politica juga masih terdapat kekuasaan inspektif (pengawasan) yang dilakukan BPK. Disamping itu lembaga negara yang ada juga lebih dari tiga, karena pada kekuasaan legislatif ada DPR dan DPRD, pada kekuasaan yudikatif ada Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial.

Adapun tugas dan wewenang masing-masing lembaga negara secara garis besar adalah :

a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Keanggotaan MPR terdiri atas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang keduanya dipilih melalui pemilihan umum.

Anggota MPR berjmlah 678 yang terdiri dari anggota DPR sebanyak 550 orang dan anggota DPD sebanyak

128 orang (yang berasal dari perwakilan tiap-tiap provinsi). Tugas dan wewenang MPR adalah :

1. Mengubah dan menetapkan UUD negara RI. 2. Melantik Presiden dan Wakil Presiden.

(34)

Disamping sebagai bagian dari MPR, DPR memiliki tugas dan wewenang sendiri diantaranya :

1. Membentuk UU.

2. Melakukan pengawasan terhadap pemerintah. 3. Menentukan APBN.

Sementara itu DPD memiliki kewenangan :

1. Mengajukan RUU kepada DPR serta ikut membahas tentang otonomi daerah, hubungan

pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan ekonomi daerah, perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

2. Memberikan pertimbangan kepada DPR tentang RUU APBN, RUU Pajak, RUU pendidikan, RUU Agama.

b. Presiden dan Wakil Presiden

Mulai periode 2004-2009, Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat, bukan oleh anggota MPR. Tugas dan wewenang Presiden dapat dikategorikan kedalam dua hal :

1. Kekuasaan dan Kewenangan Presiden tanpa perlu persetujuan DPR, meliputi :

a. Menjalankan kekuasaan pemerintahan (pasal 4 ayat 1);

b. Mengajukan RUU kepada DPR (pasal 5 ayat 1);

c. Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL, dan AU (pasal 10);

(35)

2. Kekuasaan dan wewenang Presiden yang harus mendapat persetujuan DPR antara lain :

a. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain (pasal 11); b. Mengangkat duta dan menerima duta negara

lain (pasal 13);

c. Memberikan abolisi dan amnesty (pasal 14); dll.

c. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

BPK bertugas memeriksa, mengelola, dan bertanggungjawab terhadap keuangan negara. Hasil pemeriksaan BPK diserahkan ke DPR dan DPRD. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPR yang kemudian diresmikan oleh Presiden.

d. Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial (Kekuasaan Kehakiman)

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang menyelidiki untuk menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Badan Pemeriksa yang meliputi: Lingkungan peradilan Umum, Perdilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.

1. Mahkamah Agung (MA) berwenang:(1) Mengadili pada tingkat kasasi;(2) Mengkaji peraturan

Perundangan dibawah UU terhadap UU.

(36)

2. Mahkamah Konstitusi (MK) berwenang: (1) Mengadili tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD; (2) Memutus sengketa kewenangan Lembaga Negara; (3) Memutus pembubaran Partai Politik; (4) Memutus perselisihan hasil pemilu; (5) Memutus pendapat DPR tentang pelanggaran yang dilakukan Presiden.

Anggota MK berjumlah 9 orang hakim konstitusi yang diajukan oleh Presiden (3orang), oleh DPR (3 orang), dan oleh MA (3 orang).

3. Komisi Yudisial berwenang: (1) Mengusulkan pengangkatan Hakim agung; (2) Menjaga dan menegakkan kehormatan, martabat, serta perilaku hakim.

Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan Presiden atas persetujuan DPR. f. Sosialisasi dan Pelaksanaan UUD 1945

Sebelum UUD 1945 diamandemen UUD 1945 terdiri atas 71 butir ketentuan. Sedangkan setelah perubahan UUD 1945 menjadi 199 butir ketentuan. Dari 199 butir ketentuan, naskah UUD yang asli tidak mengalami perubahan hanya 25 butir (12%), sedangkan selebihnya 174 butir (88%) merupakan materi baru.

Dari segi kuantitatif sudah dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya UUD 1945 telah mengalami empat kali

(37)

Untuk meningkatkan pemahaman warga negara terhadap UD 1945 hasil amandemen perlu adanya sosialisasi yang terus menerus baik melalui lembaga pendidikan, juga melalui media massa (cetak dan elektronik), berbagai seminar dan diskusi. UUD 1945 tidak hanya dihafal, melainkan harus dipahami secara komprehenshif bagaimana makna sesungguhnya baik di dalam pembukaan maupun pasal demi pasal dikaitkan dengan undang-undang, serta bagaimana prakteknya dalam

penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB III

KESIMPULAN

Negara merupakan suatu organisasi dari sekelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya suatu

(38)

perserikatan yang memiliki aturan yang memaksa agar terciptanya ketertiban sosial. Aturan tersebut berlaku bagi semua orang tanpa kecuali. Negara juga bersifat monopoli agar terciptanya suatu tujuan negara.

Negara memiliki unsur konstitutif pembentuk negara yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat. Pengakuan dari negara lain baik de facto maupun

de jure merupakan unsur deklaratif dari negara.

Bagi suatu negara modern, keberadaan konstitusi mutlak diperlukan.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Melihat pentingnya bimbingan pranikah bagi calon pengantin maka Kantor Urusan Agama Kecamatan Weleri perlu melakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan pelaksanaan

Hasil Penelitian diperoleh hasil material logam induk adalah baja ST 42 dengan sifat sifat mekanis sebagai berikut Kekuatan tarik: 43,802 Kg/mm 2, Regangan patah: 4,833 % , Reduksi

Demikian pula dalam partisipasi penyusunan anggaran, jika tujuan kelompok dengan kohesivitas tinggi tidak sesuai dengan tujuan manajemen organisasi maka hal

Laporan Pendahuluan ini disusun sebagai salah satu bentuk persyaratan teknis kontrak pengadaan jasa konsultan perencana antara PT. CIPTA DIAN

Distribusi spasial diamati berdasarkan kecenderungan jumlah/macam spesies dan jumlah individu setiap spesies yang ditemukan pada setiap tapak dan rentang waktu yang

Berdasarkan dari semua hal yang sudah penulis coba teliti dan ungkapkan di atas, maka semakin jelas bahwa sesungguhnya posisi Pos-pos pelayanan GKI Kwitang tidak

Partai Konservatif memiliki pandangan yang berbeda terhadap Protokol Kyoto, dimana pada Mei 2006, Menteri Lingkungan Hidup Kanada menyampaikan pernyataan di Bonn, bahwa target

Untuk tujuan tersebut, beberapa variabel yang diteliti adalah ekspor CPO, produksi CPO, luas areal kelapa sawit, harga ekspor CPO, harga CPO domestik, pendapatan nasional