• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVOLUSI REZIM KEUANGAN GLOBAL terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVOLUSI REZIM KEUANGAN GLOBAL terhadap "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EVOLUSI REZIM KEUANGAN GLOBAL

Dalam sistem moneter internasional, rezim moneter diartikan sebagai seperangkat prinsip, aturan, dan konvensi yang mengatur dan mengharmonisasi kebijakan ekonomi negara-negara anggota.1 Rezim tersebut dikaitkan dengan arus barang internasional, yaitu ketika sekelompok kepala negara berkomitmen untuk menjalankan seperangkat aturan moneter internasional, maka pergerakan arus barang, jasa, dan modal negara-negara tersebut dapat terjadi secara lintas batas dengan negara-negara anggota yang lain tanpa adanya hambatan dalam mata uang. Pemberlakuan rezim moneter dalam sistem moneter internasional ini dilakukan untuk mendapat keuntungan secara bersama dan mengupayakan adanya efisiensi teknis dalam perdagangan.2

Perlu diketahui bahwa pada dasarnya terdapat perdebatan seputar bagaimana sistem moneter internasional tersebut bisa berjalan stabil. Pertama, teori stabilitas hegemonic yang menekankan keberadaan suatu negara dengan kekuatan ekonomi yang dominan, yaitu hegemon, dalam memberikan arahan untuk mengkoordinasi aktivitas di dalam menjalankan peraturan. Logikanya cukup sederhana, yaitu bahwa negara yang bisa mengambil keuntungan terbesar melalui sistem tersebut akan berusaha menjaga agar sistem tetap berjalan stabil. Kedua, teori fungsional dalam rezim internasional, menyatakan bahwa dengan ketiadaan negara hegemon, negara-negara akan cenderung membentuk institusi internasional untuk menjamin keberlangsungan kerja sama. Keberadaan institusi tersebut dapat menghemat biaya informasi dan komunikasi. Ketiga, teori domestic-international “virtuous circle. Teori ini mengemukakan bahwa dalam level internasional maupun domestik, suatu rezim yang stabil akan memberikan efek dinamis melalui adanya “virtuous circle” yang mendukung keberlangsungan sistem. Untuk level internasional dapat dilihat bahwa ketika keberadaan rezim mendorong terjadinya peningkatan perdagangan dan investasi negara-negara anggotanya, maka negara-negara lain akan termotivasi untuk bergabung ke dalam rezim dengan tujuan mencapai kemakmuran ekonomi nasional. Sedangkan dalam level domestik, para kelompok kepentingan akan mendorong pemerintah untuk bergabung dengan rezim demi kepentingan bisnis mereka.3

Menurut sejarahwan perekonomian dunia, perkembangan sistem moneter internasional dapat dirunut mulai tahun 1870an karena mulai sekitar tahun tersebut dijumpai adanya jaringan keuangan antar negara yang sedemikian luas cakupannya dan sedemikian efektif bekerjanya. Rezim moneter yang berlaku saat itu adalah standar emas, yang kemudian beralih menjadi sistem Bretton Woods pada tahun 1944.

1 J. Lawrence Broz. “The Domestic Politics of International Monetary Order: The Gold Standard”, dalam David Skidmore. 1997. Contested Social Orders and International Politics. Vanderbit University Press. hlm.53

2Ibid

(2)

Rezim Standar Emas

Latar Belakang

Pada masa abad ke-19, belum ada kesepakatan resmi atas sistem moneter internasional. Sistem moneter internasional pada saat itu memberlakukan rezim moneter standar emas, yang merupakan turunan dari standar uang yang berbasis logam mulia (specie money). Dalam specie money, perdagangan lokal dilakukan dengan melakukan barter logam berkualitas rendah, yaitu tembaga, sedangkan perdagangan internasional menggunakan emas dan perak.4 Negara yang mempunyai emas dan perak dalam jumlah yang besar dianggap memiliki hak istimewa dalam perdagangan internasional. Era ini berlaku sebelum akhirnya muncul rezim standar emas. Meskipun rezim standar emas mempunyai legalitas dasar dalam sistem moneter saat itu, namun di dalamnya tidak terdapat struktur yang resmi. Terbentuknya sistem keuangan berstandar emas yang terjadi atas inisiasi Inggris pada tahun 1870 dan kemudian diikuti oleh negara-negara lain, menandai salah satu kejadian penting dalam sejarah pasar mata uang dunia. Inggris pada saat itu menentukan nilai 1 GBP setara dengan 7,32 gram emas. Ide dasar di balik standar emas adalah pemerintah masing-masing negara menjamin pertukaran mata uang ke jumlah tertentu dalam hitungan emas (fixed weight) dan sebaliknya (konvertibilitas). Dengan kata lain, mata uang akan didukung oleh emas (backed by gold). Akibatnya pemerintah membutuhkan cadangan emas yang cukup untuk memenuhi permintaan pertukaran mata uang. Negara dengan jumlah cadangan emas yang besar akan dipandang sebagai negara kaya. Pada akhir abad 19, seluruh negara ekonomi utama telah menentukan nilai mata uangnya dalam ons emas, termasuk juga AS. Perbedaan nilai ons emas antara dua mata uang menjadi nilai tukar bagi dua mata uang tersebut. Hal ini menjadi alat standardisasi pertama mata uang dalam sejarah. Namun, masalah utama dalam penggunaan emas ini adalah nilainya yg dipengaruhi oleh external supply and demand. Sebagai contoh, penemuan tambang emas baru di tempat lain akan membuat harga emas global cenderung menurun.

Aturan Main

Terdapat dua prinsip yang mendasari pemberlakuan standar emas dalam tatanan moneter internasional pada saat itu.5 Pertama, suatu negara harus berkomitmen dengan kebijakan moneternya untuk mempertukarkan mata uang domestik terhadap emas dengan nilai tukar yang tetap tanpa adanya batasan atau persyaratan. Kedua, adanya kebebasan bagi siapapun yang ingin mengimpor maupun mengeskpor emas sebanyak apapun yang mereka kehendaki. Negara yang menggunakan sistem standar emas menentukan sendiri mata uangnya dalam nilai emas tertentu, dan kemudian bank sentral diperbolehkan membeli atau menjual emas secara bebas sesuai dengan kurs yang telah ditetapkan. Penetapan tersebut dengan catatan bahwa negara terkait memiliki stok emas yang cukup dengan mata uang yang dicetaknya. Contohnya, apabila Amerika

4 Robert Gilpin. 1987. “International Money Matters”, dalam The Political Economy of International Relations. Princeton: Princeton University Press.

(3)

menetapkan bahwa US$ 4 = 0,5 gram emas, dan Inggris menetapkan bahwa £ 1 = 0,5 gram emas maka kurs antara dollar dan poundsterling adalah £1 = US$ 4. Kurs ini akan stabil selama syarat-syarat tersebut di atas dipenuhi dan lalu lintas emas dapat terjadi secara bebas.

Unsur Politik

Rezim standar emas merefleksikan sebuah era tanpa adanya intervensi pemerintah. Oleh karena itu, sistem moneter internasional di bawah rezim standar emas ini dipandang sebagai salah satu bentuk pengaruh ideologi liberalisme yang dibawa oleh Inggris, yaitu penerapan Laissez-Faire secara ideal di mana pasar benar-benar dilepas untuk berjalan dengan mekanismenya sendiri, yaitu dengan menerapkan prinsip sistem ekonomi self-regulated atau pasar bebas, yang dilakukan sepenuhnya dengan harapan barang dan jasa akan bergerak dengan sendirinya.6 Suatu negara yang menggunakan standar emas sebenarnya dapat dikatakan tidak memiliki perjanjian formal khusus antar negara dalam kaitannya dengan sistem pembayaran internasional. Sehingga dalam kegiatan perdagangan internasional pada masa itu yang digunakan adalah aturan yang tidak tertulis (hukum pasar) di mana bank-bank dan bank sentral yang beroperasi dimiliki oleh swasta maupun semiprivat. Sistem tersebut dimulai pada tahun akhir abad ke-18, dan tidak lahir atas prakarsa seseorang atau satu negara atau satu institusi tertentu, melainkan atas hasil evolusi praktik pelaksanaan transaksi ekonomi internasional pada umumnya, dan transaksi pembayaran antar negara pada khususnya.

Pada rezim standar emas ini, kita bisa melihat bagaimana Inggris menjadi negara hegemon dalam sistem moneter internasional tersebut ketika nilai emas ditetapkan ke dalam Poundsterling, mata uang Inggris. Sistem moneter internasional dibawah standar emas ini tidak beroperasi secara impersonal. Sistem ini dirancang dan diatur oleh Inggris melalui posisi hegemoninya dalam komoditi, uang, dan modal di dunia, yang memaksa pemberlakuan adanya aturan main dalam perekonomian dunia. Integrasi dari sistem moneter nasional dengan pasar finansial London menganugerahkan Inggris kemampuan untuk mengontrol sampai ke tingkatan tertentu mengenai suplai uang dunia. Dengan menurunkan dan menaikkan discount rate -nya, Bank of England memanipulasi aliran emas secara internasional sehingga dapat mempengaruhi kebijakan moneter dunia. Sistem moneter di bawah standar emas merupakan sistem yang hirearkis, didominasi oleh Inggris dan pada tingkat di bawahnya, oleh pusat finansial yang sedang tumbuh di Eropa Barat.

Rezim Bretton Woods

Latar Belakang

(4)

baik yang bersifat swasta, semi swasta, maupun nasional, baik domestik maupun internasional. Beberapa negara Eropa bahkan berusaha mengembalikan kejayaan standar emas seperti semula, antara lain seperti Inggris, Perancis, dan lain-lain meski tidak mencapai hasil yang maksimal seperti masa-masa sebelum perang. Perubahan lain tampak di mana pusat keuangan dunia yang tadinya ada di London, Inggris kemudian beralih ke New York, AS secara perlahan-lahan. Inggris yang pada masa sebelum perang dunia adalah hegemon, kemudian menjadi berhutang banyak terhadap AS. AS lalu menjadi kekuatan finansial terbesar saat itu dan menjadi kreditor dunia, terutama atas negara-negara Eropa yang porak poranda akibat perang dunia. Masalah timbul ketika AS yang dengan status baru itu menolak sebagai “international lender of last resort” dan menaikkan hambatan perdagangan akibat Great Depression yang menimpa AS.

Kondisi perekonomian negara-negara Eropa yang telah hancur akibat Perang Dunia I diperburuk dengan terjadinya Great Depression 1929-1939 di AS yang berimbas ke perekonomian negara-negara Eropa.7 Adanya Great Depression menyebabkan kerugian bagi hampir seluruh pemegang saham. Di AS, total sebanyak 1345 bank kolaps, dan bank tidak bisa lagi memberikan pinjaman kepada nasabah yang kemudian menurunkan daya beli masyarakat. Produksi perusahaan terpaksa dihentikan dan menambah jumlah pengangguran. Salah satu upaya AS dalam melindungi ekonomi domestiknya adalah dengan menerapkan kebijakan Beggar Thy Neighbor (salah satu bentuk kebijakan proteksionisme), yaitu memiskinkan negara tetangga demi mengambil keuntungan bagi negaranya sendiri, yang dalam hal ini dilakukan AS terhadap negara Eropa. Kebijakan ini bisa berupa devaluasi mata uang, tarif, kuota, subisidi ekspor, embargo, dan strategi lain yang melemahkan perdagangan negara tetangganya. Akibat dari kebijakan ini adalah justru muncul kondisi di mana terjadi saling membalas devaluasi dan tarif (peningkatan praktek beggar thy neighbor) yang semakin mengakibatkan kerugian perekonomian semua negara. Era Great Depression saat itu tidak hanya diwarnai dengan kompetisi kurs pertukaran mata uang dan bersaingnya moneter blok Barat, tetapi juga dengan ketiadaan korporasi internasional yang berperan untuk memperbaiki keterpurukan ekonomi, serta ketidakstabilan politik domestic pada saat itu. Kondisi ini mencerminkan bentuk ketidakstabilan perekonomian internasional akibat ketiadaan peran hegemon.

Menanggapi kenyataan yang ada, AS kemudian merasa terpanggil untuk mengemban tanggung jawab dalam mengatur kestabilan ekonomi internasional, mengingat bahwa kondisi perekonomian AS lah yang lebih stabil dibandingkan negara-negara Eropa pada saat itu. Bersama-sama dengan Inggris, menjelang berakhirnya Perang Dunia II, mereka berinisiatif untuk memperbaiki sistem keuangan global yang porak poranda akibat ditinggalkannya rezim standar emas. Pada Juli 1944 di Bretton Woods, Hampshire, AS, keinginan tersebut tercapai. Lebih dari 700 perwakilan 44 negara menghadiri konferensi tersebut, dan menghasilkan sistem Bretton Woods yang memiliki dua agenda utama. Pertama adalah mendorong pengurangan tarif dan hambatan perdagangan internasional, dan kedua yaitu menciptakan kerangka ekonomi global demi meminimalisir konflik ekonomi dan mencegah terulangnya perang dunia. Dalam rangka

(5)

mencapai tujuan tersebut, rezim Bretton Woods diciptakan dengan membatasi kerja sama ad hoc dalam dua isu utama, yaitu dalam hal sistem pembayaran internasional dan dalam hal nilai internasional atas medium pembayaran itu.

Unsur Politik

Inisiatif untuk memberlakukan rezim Bretton Woods mendapat sambutan yang hangat dari banyak negara mengingat semakin kuatnya semangat liberalisme negara-negara dan juga keprihatinan kondisi ekonomi pasca perang. Lahirnya rezim Bretton Woods merupakan konsolidasi impian ekonom Inggris, J.M. Keynes, dan ekonom Amerika, Harry White. Kedua ekonom ini yang merancang nilai-nilai Bretton Woods sedemikian rupa sehingga mampu menjembatani antara prinsip ekonomi liberalisme dan prinsip ekonomi berorientasi domestik. Usaha ini kemudian sering dikenal dengan terminologi “Embedded Liberalism”.8 Dari sinilah yang kemudian memunculkan usulan bahwa diperlukan adanya intervensi negara dalam mengatur perekonomian domestik. Harapannya adalah menciptakan tatanan ekonomi yang sanggup mengakomodasi pencapaian nilai-nilai kedamaian antarbangsa agar dapat menghindari perang sekaligus memerangi pengangguran di dalam negeri dan lebih memajukan perekonomian domestik.

Untuk lebih jelasnya, poin-poin yang diusulkan oleh masing-masing ekonom adalah sebagai berikut.

1. Amerika Serikat (Harry White)

 Biarkan pasar yang mengatur perekonomian internasional

 Lembaga moneter internasional tidak terlalu longgar tetapi juga tidak terlalu sentral seperti bank sentral dunia

 Tetakan nilai tukar tetap : 1 ons emas = $35 2. Inggris (J.M. Keynes)

 Mengusulkan IMF untuk menstabilkan pembayaran  Lembaga moneter internasional yang tidak tersentralisasi  Menghasilkan :

o International Monetary Fund (IMF)

o International Bank for Reconstruction and Development (IBRD/World Bank)

o General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)  Awal dari perdagangan bebas di dunia

Aturan Main

(6)

Sementara US$ sendiri ditetapkan konvertibel terhadap harga emas sebesar 1 ons emas = US$ 35. Nilai Dollar AS yang ditetapkan terhadap harga emas ini tidak boleh diubah, kecuali dalam keadaan yang sangat mendesak. Atas dasar demikian, rezim Bretton Woods dikenal juga sebagai “gold dollar standard system”.

Setelah nilai paritas mata uang suatu negara yang bersangkutan ditetapkan, maka tugas pemerintah (bank sentral) negara anggota selanjutnya adalah melakukan intervensi untuk menjaga agar kurs yang berlaku tidak menyimpang dari batasan-batasan yang ditetapkan (stabil), yaitu tidak kurang dan tidak lebih dari nilai paritas plus-minus 1 persen. Bila mata uang satu negara terlalu tinggi terhadap dolar, maka bank pemerintahnya harus menjual mata uangnya dengan dolar agar menjaga nilai tukarnya. Sebaliknya, bila mata uangnya terlalu rendah, mereka harus membeli mata uang mereka sendiri agar menaikkan kembali nilainya. Terkadang sistem ini juga disebut sebagai sistem adjustable peg yang bertujuan untuk memastikan stabilitas nilai tukar maksimum, namun dapat juga memfasilitasi perubahan-perubahan disaat terjadinya devaluasi kompetitif. Sementara AS sendiri yang mata uangnya dijadikan sebagai patokan, bebas dari kewajiban menjaga atau mengawasi nilai paritas mata uangnya terhadap mata uang asing. Meski demikian, AS harus menjaga (serta menjamin) cadangan emas yang cukup dengan jumlah Dollar ASyang dicetak atau beredar di negaranya dan di negara-negara asing.

Kesimpulan:

Jika melihat perkembangan sistem moneter internasional di bawah rezim standar emas dan juga rezim Bretton Woods, maka kesimpulan yang bisa diambil penulis yaitu bahwa kedua rezim tersebut mencerminkan relevansi pandangan teori stabilitas hegemoni dalam menjelaskan kestabilan sistem moneter internasional. Untuk rezim standar emas, peran hegemon dipegang oleh Inggris, di mana kehancuran perekonomian Inggris pada Perang Dunia I, diikuti dengan runtuhnya rezim standar emas pada saat itu. Dan kemudian untuk rezim Bretton Woods, peran hegemon dipegang oleh AS sebagai satu-satunya negara yang dinilai mampu menjaga kestabilan ekonomi domestiknya selama Perang Dunia berlangsung, sehingga menjadikannya sebagai superpower pada saat itu.

Referensi:

Anon. nd. International Monetary System (IMS) dan Krisis Finansial Global 2008. [Internet]. Terdapat pada http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/133589-T%2027885-Kerjasama%20G-20-Literatur.pdf (Diakses 10 November 2013)

(7)

Eichengreen, Barry dan Peter Temin. 1997. The Gold Standard and the Great Depression. Cambridge

Gilpin, Robert. 1987. “International Money Matters”, dalam The Political Economy of International Relations. Princeton: Princeton University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Virus yang datang dari attachment e-mail dan dianggap sebagai sebagai suatu update program dari Microsoft untuk sistem operasi Windows XP adalah ...

ʻ Umair dari Ummi ʻ A ṭ iyyah al-Ansârî, sesunggguhnya ada seorang juru khitan perempuan di Madinah, maka Nabi Muhammad saw. bersabda, “Jangan berlebih-lebihan dalam

Agar menjadi seorang guru yang “pas” dalam artian mampu membimbing siswa dengan baik sehingga dapat bersaing di era global yang menuntut kemampuan berpikir

Gamelan Semar Pegulingan Berbasis Android (Diamika, 2015). Membahas mengenai permasalahan yang terdapat pada penelitian tersebut yaitu karena keberadaan Gamelan Semar

Sudah sejak lama diketahui bahwa pengkulturan E. histolytica dari tinja atau abses liver kurang memberikan manfaat sebagai alat diagnostik, karena teknik ini lebih umum

Berfungsi sebagai penerima hasil transmisi hydraulic fluid bertekanan tinggi dari power pack menjadi gerakan naik turun untuk mengangkat rangkaian sucker rod pump dibawah

Simpan pinjam yaitu bentuk fasilitas yang diberikan KUD Tunas Harapan bagi masyarakat menjadi anggota KUD Tunas Harapan. Simpanan pokok bagi para anggota yaitu

Motif Pagar, Motif Lampinak, dan Tari Rembara memiliki makna serta esensi yang kuat dalam bentuk karya tari sebagai persembahan untuk masyarakat Paser.. Kata Kunci: