• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDUSTRI MANUFAKTUR DAN PEMBANGUNAN EKON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INDUSTRI MANUFAKTUR DAN PEMBANGUNAN EKON"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

INDUSTRI MANUFAKTUR DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

INDONESIA:

TEORI PENGEMBANGAN DAN PROTEKSIONISME ERA KETERBUKAAN

OLEH :

Fahrulraz M. Faruk

Maria Sumaryati Tolok

(2)

2 | W o r k i n g P a p e r Abstract

The manufacturing industry has a huge role for the Indonesian economy. Therefore, the development strategy of the manufacturing industry must be targeted. Development strategy refers to the policies undertaken by the developed countries in building their manufacturing industry. The development of the manufacturing industry is divided into several stages: planning, development, management, and marketing. In addition, protectionist policies are needed to protect Indonesia's manufacturing industry to keep it running. Protectionism is meant more to protectionism in accordance with global developments in this era of openness.

Keywords: Industry, Manufacturing, Protectionism, economy

Abstrak

Industri manufaktur memiliki peran yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia. Oleh sebab itu strategi pengembangan industri manufaktur harus tepat sasaran. Strategi pengembangan mengacu pada kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh negara-negara maju dalam membangun industri manufaktur mereka. Pengembangan industri manufaktur terbagi ke dalam beberapa tahap yaitu perencanaan, pembangunan, pengelolalaan, dan pemasaran. Selain itu, dibutuhkan kebijakan terkait dengan proteksionisme untuk dapat melindungi industri manufaktur Indonesia agar tetap berjalan. Proteksionisme yang dimaksudkan lebih kepada proteksionisme yang disesuaikan dengan perkembangan global di era keterbukaan ini.

Kata Kunci : Industri, Manufaktur, Proteksionisme, ekonomi

1. Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Sejarah ekonomi dunia menunjukan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, produksi, dan perdagangan, antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan mayarakat, mendorong perekonomian di banyak negara dari yang tadinya berbasis pertanian menjadi berbasis industri (Tulus T.H. Tambunan:2003). Industrialisasi dipandang sebagai mesin pertumbuhan ekonomi yang sangat penting (Dan Su & Yang Yao : 2016). Perkembangan industri memiliki peran penting dalam hal pertumbuhan ekonomi negara-negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, Taiwan, dan Indonesia. Seiring dengan percepatan pertumbuhan, tingkat kemiskinan telah menurun di banyak negara. Beberapa negara telah berhasil mencapai pertumbuhan dengan ekuitas, sedangkan ketimpangan pendapatan masih tetap tinggi (Matleena Kniivilä : 2007).

(3)

3 | W o r k i n g P a p e r

melainkan berorientasi pada sektor-sektor industri. Beberapa negara maju seperti Jepang , Korea Selatan, dan Taiwan, melakukan pengembangan industrialisasi melalui pembangunan sektor industri sekunder di bidang manufaktur. Industri manufaktur adalah industri pengolahan, yaitu suatu usaha yang mengolah atau mengubah bahan mentah menjadi barang jadi ataupun barang setengah jadi yang mempunyai nilai tambah yang dilakukan secara mekanis dengan mesin ataupun tanpa menggunakan mesin (manual) (BPS:2008). Beberapa contoh dari industri manufaktur diantaranya yaitu industri tekstil, industri baja, industri pengolahan makanan, industri furnitur, dsb. Produksi barang mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, dan produksi barang setengah jadi menjadi barang jadi secara masal, dapat berkontribusi dalam menambah lapangan pekerjaan. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada meningkatnya pendapatan nasional per kapita. Indonesia sejak masa pemerintahan orde baru, mulai mengadaptasi beberapa negara maju dalam hal pembangunan ekonomi melalui industrialisasi. Transformasi struktural yang terjadi di Indonesia telah mengubah peranan dominan sektor pertanian yang bergeser ke sektor industri. Hal ini sejalan dengan teori yang diutarakan Chenery dan Syrquin (1975). Teori transformasi struktural itu sendiri mengatakan bahwa peran dominan tersebut tidak hanya akan terjadi dalam struktur produksi, namun juga akan terjadi pada struktur konsumsi dan penyerapan tenaga kerja (Suhasil Nazara : 2008).

Beberapa penelitian terbaru mengungkapkan bahwa industri manufaktur tidak lagi menjadi pilihan utama dalam hal pembangunan ekonomi di negara berkembang. Tetapi studi empiris tersebut dibantah dengan beberapa bukti dari literatur menunjukkan bahwa mesin hipotesis pertumbuhan untuk manufaktur pada umumnya masih berlaku untuk negara berkembang, terutama yang memiliki tingkat sumber daya manusia lebih tinggi. Setelah tahun 1990, sektor manufaktur di negara-negara berkembang masih memenuhi persyaratan sebagai pendorong pembangunan ekonomi, terutama untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan mempertahankan ukuran yang sama dalam PDB dan lapangan pekerjaaan seperti pada periode 1970 sampai 1990. Dengan demikian, penurunan MVA dan pangsa lapangan kerja manufaktur di banyak negara berkembang tidak disebabkan oleh perubahan kualitas atau kuantitas kegiatan manufaktur, namun sebagian besar disebabkan oleh kegagalan pengembangan manufaktur di sejumlah besar negara berkembang dengan latar belakang perkembangan yang pesat (Nobuya Haraguchi,dkk : 2016).

(4)

4 | W o r k i n g P a p e r

berbasis teknologi. Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi gejolak di sektor-sektor industri primer seperti fluktuasi harga. Sebab produk-produk yang berbasis teknologi cenderung tidak terlalu terpengaruh dengan gejolak-gejolak yang terjadi di pasar.

Tantangan selanjutnya yang muncul yaitu bagaimana memproduksi barang yang mempunyai daya saing tinggi di pasar internasional maupun dalam negeri. Selain mengembangkan inovasi-inovasi baru, alternatif lain yang dapat dilakukan pemerintah yaitu dengan memproteksi industri-industri manufaktur lokal. Menurut KBBI, proteksionisme adalah paham bahwa ekonomi dalam negeri harus dilindungi pemerintah dari persaingan luar negeri. Hal ini bermanfaat untuk menjaga dan mengembangkan industri-industri manufaktur terutama industri manufaktur pemula, agar tetap eksis dan dapat bersaing minimal sebagai penghasil barang subtitusi impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Proteksi industri manufaktur bisa dilakukan bersamaan dengan pengembangan industri-industri baru tersebut. Proteksi dapat dilakukan sampai kepada titik dimana produksi yang dihasilkan oleh industri tersebut, sudah memenuhi syarat untuk dapat bersaing dengan barang-barang dari negara lain di pasar internasional. Strategi ini terbukti efektif dalam menjaga serta menambah daya saing brand-brand lokal, sebagaimana dilakukan oleh Jepang pada awal-awal pembangunan sektor industri mereka. Dimana barang-barang yang dapat diproduksi sendiri, dilakukan proteksi melalui pembatasan impor, sembari mebuka selebar-lebarnya keran ekspor agar barang yang di produksi di dalam negeri dapat bersaing secara internasional.

1.2Rumusan masalah

Kebijakan pemerintah yang melandasi pembangunan industri manufaktur harus efektif dan efisien. Pembangunan industri manufaktur dapat dilakukan dengan mengadopsi kebijakan-kebijakan dari negara-negara maju yang sudah lebih dulu berjaya dengan sektor industri manufakturnya. Selain itu strategi yang digunakan oleh pemerintah dalam menjaga daya saing produk yang dihasilkan oleh industri manufaktur harus tepat. Kebijakan proteksionisme industri manufaktur yang dilakukan oleh negara-negara maju sudah mulai harus diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu rumusan masalah yang diangkat dalam kajian ini adalah bagaimana kebijakan pemerintah yang tepat dalam membangun industri manufaktur yang kuat, serta bagaimana pemerintah melindungi industri-industri manufaktur lokal dalam meghadapi persaingan global ?.

1.3Tujuan

(5)

kebijakan-5 | W o r k i n g P a p e r

kebijakan yang tepat untuk pembangunan industri manufaktur yang kuat salah satunya dengan cara memproteksi output yang diproduksi oleh industri-industri manufaktur di Indonesia, agar dapat bersaing dengan produk-produk manufaktur dari luar negeri.

2. Landasan Teori

Perdebatan seputar dampak globalisasi semakin melebar dan mendalam. Beberapa negara seperti India dan Tiongkok, serta negara-negara yang telah membangun sektor manufaktur selama lima dekade secara sadar tampil sebagai pemenang. Sejumlah besar negara Dunia Ketiga yang lebih kecil tampaknya kalah dalam persaingan globalisasi (Erik S. Reinert : 2008). Pembangunan sektor-sektor industri harus dilakukan secara terintegrasi dalam suatu sistem industri (S.A.F Silalahi : 2014). Selama lebih dari dua puluh tahun, peran industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia telah meningkat secara substansial, dari 19% terhadap PDB tahun 1990 menjadi 26% tahun 2009 . Walaupun selama tahun 1990-2008, sektor industri juga sempat mengalami penurunan pertumbuhan akibat adanya krisis. Di sisi lain, peningkatan lapangan kerja industri manufaktur hanya naik dari 10 % menjadi 12 %. Dinamika sektor industri secara umum bergerak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Ketika krisis Asia melanda Indonesia tahun 1997/1998, PDB tahun 1998 tumbuh negatif sebesar 13.3 % yang juga diikuti oleh penurunan pertumbuhan sektor manufaktur sebesar 15.4 % . Penurunan yang tajam pada output manufaktur tahun 1998 ini juga diikuti oleh penurunan tajam lapangan kerja di sektor manufaktur yaitu sebesar 9% (Yati Kurniati,Yanfitri : 2010). Rekam jejak industri manufaktur dan sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi menunnjukan bahwa industri manufaktur merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam peningkatan produk domestik bruto Indonesia.

Diagram 1.1 Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB (2014, 2015, 2016) Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

16.5 17 17.5 18 18.5 19 19.5 20

(6)

6 | W o r k i n g P a p e r

Kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi di tahun 2014 mencapai 17,89% yaitu sebesar Rp. 2.089 triliun. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB di tahun 2015 dan 2016 meningkat yaitu masing-masing sebesar 18,1% dan 18.2%. Data ini menunjukan betapa pentingnya industri manufaktur dan perannya dalam pembangunan ekonomi nasional. Angka ini masih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya terkait dengan sumbangan sektor manufaktur terhadap PDB nasional. Salah satu definisi negara maju yaitu dimana industri manufakturnya berkontribusi sekitar 30% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor manufaktur yang besar terhadap perekonomian yang menyebabkan siklus perekonomian, tidak terlepas dari dinamika sektor manufaktur. Siklus boom dan bust dalam ekonomi sering dikaitkan dengan jumlah perusahaan yang masuk dan keluar dari suatu industri (Yati Kurniati & Yanfitri : 2010).

Strategi pengembangan industri manufaktur harus tepat sasaran, sehingga barang yang dihasilkan dapat bernilai jual tinggi. Industri manufaktur diharapkan tidak hanya berperan sebagai produsen barang subtitusi impor, melainkan harus dapat bersaing secara internasional melalui ekspor. Menurut Radius Prawira dalam bukunya “Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi”, Kebijakan perdagangan berorientasi ekspor merupakan raja dari model-model pembangunan, dan subtitusi impor sudah kehilangan pamornya. Walaupun dalam 20 tahun belakangan ini ada proses diversifikasi produk manufaktur untuk tujuan ekspor, hingga saat ini, industri-industri yang menjadi andalan ekspor manufaktur Indonesia berasal dari beberapa industri saja, termasuk industri minyak kelapa sawit mentah (NPO), industri kulit (termasuk alas kaki), dan industri TPT (Tulus Tambunan : 2008 : 382). Kedepannya strategi industri manufaktur ini sudah mulai harus lebih dikembangkan, dari yang hanya terfokus pada industri manufaktur primer (pertanian dan pertambangan), ke industri manufaktur berbasis teknologi. Hal ini mengingat sektor manufaktur primer cenderung mudah terpengaruh dengan gejolak yang terjadi di pasar. Berbanding terbalik dengan sektor primer, sektor manufaktur berbasis teknologi cenderung tidak terpengaruh dengan gejolak pasar.

(7)

7 | W o r k i n g P a p e r

menggunakan kebijakan proteksi ini untuk menjaga industri-industri lokal sampai benar-benar matang untuk dapat bersaing secar internasional.

3. Metode Penelitian

Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengacu pada metode studi kasus dan teori dasar. Penelitian ini mencoba menjelaskan fenomena yang terjadi secara nyata, untuk dapat dianalis tiap variabel yang berhubungan dengan tema penelitian. Data yang dianalisis, mengacu pada data yang dikumpulkan melalui buku, jurnal, artikel, dan beberapa literatur ilmiah lainnya. Pengaksesan data dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual, dan secara digital dengan memanfaatkan beberapa media elektronik yang tersambung ke jaringan. Data yang dikumpulkan terkait dengan data perkembangan industri manufaktur di Indonesia selama kurun waktu tertentu (perkembangan nilai tambah), sektor-sektor komoditas utama industri manufaktur, contoh studi kasus pembangunan sektor hulu industri manufaktur di beberapa negara maju, dan kebijakan proteksi yang dilakukan oleh beberapa negara maju. Analisis dilakukan secara kualitatif dengan mengaitkan setiap variabel yang diteliti untuk ditarik kesimpulannya berdasarkan fenomena yang terjadi.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1Perkembangan dan Orientasi Industri Manufaktur Indonesia

(8)

8 | W o r k i n g P a p e r Diagram 1.2 Nilai tambah industri besar dan sedang 2011-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik 2015 (BPS)

Tabel 1.1 Negara dengan peringkat nilai tambah manufaktur terbaik di dunia tahun 2016

No. Negara

Nilai Tambah Manufaktur

(US$)

Porsi Atas Nilai Tambah Manufaktur Dunia

1 China 2.838.691.500.000 23,84%

2 Amerika Serikat 1.969.028.700.000 16,54%

3 Jepang 1.063.028.400.000 8,93%

4 Jerman 758.993.292.695 6,37%

5 Korea Selatan 368.159.711.723 3,09%

6 India 291.288.887.830 2,45%

7 Italia 287.736.513.024 2,42%

8 Prancis 278.604.238.584 2,34%

9 Brasil 269.422.028.933 2,26%

10 Indonesia 229.663.498.300 1,93%

Sumber : UNINDO (diolah oleh bisnis.com)

(9)

9 | W o r k i n g P a p e r

14,51 persen. Secara rata-rata kontribusi nilai tambah industri sedang dari tahun 2011 sampai 2015 sebesar 8,93 persen, skala usaha industri besar berkontribusi rata-rata sebesar 91,07 persen (Sumber : BPS 2015).

Industri manufaktur Indonesia terkonsentrasi hanya pada beberapa komoditas utama berupa sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan). Hal ini berpengaruh pada tingkat ekspor produk manufaktur Indonesia yang lemah sebab hanya terpusat pada beberapa komoditas saja. Sektor-sektor primer sebagaimana diketahui, mudah terpengaruh oleh gejolak yang terjadi di pasar. Apabila terjadi resesi di pasar global, dampak yang ditimbulkan terhadap sektor manufaktur bisa sangat besar.

Tabel. 1.2 Banyaknya perusaahaan industri besar dan sedang menurut KBLI 2011-2015

Kode

29 Kendaraan Bermotor, Trailer, dan Semi Trailer

303 307 366 380 412

31 Furniture 1.463 1.469 1.284 1.327 1.400

Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)

Tabel di atas menunjukan sektor manufaktur Indonesia yang masih berpusat pada sektor-sektor primer. Banyak perusahaan-perusahaan di dalam negeri yang berkecimpung di bidang manufaktur primer seperti pengolahan produk-produk pertanian dan pertambangan. Sedangkan untuk perusahaan pengolahan barang-barang yang berbasis mesin dan barang-barang elektronik terbilang masih kecil.

(10)

10 | W o r k i n g P a p e r

manufaktur, hanya terpusat pada sektor-sektor primer. Sektor-sektor manufaktur berbasis teknologi juga sudah mulai harus dikembangkan, mengingat besarnya permintaan pasar terhadap produk-produk manufaktur berbasis teknologi ini.

4.2Pengembangan Industri Manufaktur Indonesia

Era globalilasi menuntut kita untuk bisa menjadi bangsa yang berkemajuan melalui inovasi-inovasi produk yang padat karya. Orientasi dari kebijakan industrialisasi manufaktur kita harus menyebar, tidak hanya terpusat pada sektor-sektor manufaktur primer, melainkan juga sektor-sektor manufaktur sekunder. Pembangunan dan pengembangan industri-industri manufaktur sekunder seperti mobil, pesawat, smarthphone dll, yang notaben nya berbasis teknologi sudah harus dilakukan, hal ini mengingat pasar produk-produk manufaktur berbasis teknologi yang sangat besar. Ide dan gagasan-gagasan produktif dan inovatif harus didukung penuh oleh pemerintah. Pengembangan industri manufaktur Indonesia harus terintegrasi mulai dari hulu sampai ke hilir. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah juga harus efektif dan efisien. Setiap produk yang dihasilkan dalam bentuk barang mentah diharapkan dapat diolah terlebih dahulu untuk kemudian di ekspor. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah (value added) dari barang tersebut, sehingga bisa dijual dengan harga yang lebih besar.

4.2.1 Paradigma Pembangunan Industri Manufaktur Indonesia

(11)

11 | W o r k i n g P a p e r

ini dapat meningkatkan efisiensi neraca perdagangan Indonesia, karena terjadi pengurangan impor barang-barang mentah untuh kebutuhan industrialisasi itu sendiri. Oleh sebab itu, sektor pertanian dan industri bukanlah sesuatu yang bisa dikomparasikan, sebab kedua sektor ini punya keunggulan masing-masing untuk pembangunan ekonomi nasional.

4.2.2 Pola Pengembangan Sektor Industri Manufaktur

4.2.2.1Perencanaan Pembangunan Industri Manufaktur

Untuk menciptakan sektor industri manufaktur yang kuat, dibutuhkan perencanaan kebijakan yang baik. Strategi kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah harus benar-benar matang guna menciptakan industri manufaktur yang kuat juga memiliki daya saing. Berbagai faktor penunjang pengembangan industri manufaktur, mulai dari fiskal, moneter, konektivitas, sampai kepada strategi pemasaran yang baik harus diperhatikan. Strategi kebijakan terkait dengan pembayaran pajak, pinjaman bank untuk pembiyaan, distribusi barang hasil produksi, sampai kepada pemasaran harus benar-benar tepat sasaran dan bermanfaat bagi pengembangan industri manufaktur kedepannya. Pemerintah juga harus membangun skema kerja sama yang baik dengan swasta baik perusahaan nasional atau multinasional untuk membangun investasi pengembangan industri manufaktur. Selain itu pengembangan ide-ide dan inovasi terkait dengan pengembangan industri manufaktur yang berbasis teknologi harus didukung penuh oleh pemerintah. Hal ini terkait dengan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Negara-negara maju seperti Korea Selatan dan Singapura yang notabennya bukan termasuk negara yang kaya akan sumber daya alam, mampu menjadi negara dengan industri manufaktur terbaik, karena berinvestasi secara besar-besaran untuk pengembangan sumber daya manusia. Melalui sumber daya manusia yang memadai inilah tenaga-tenaga kerja yang handal dapat dihasilkan, sehingga dapat meningkatkan daya saing sebuah industri manufaktur.

4.2.2.2Pembangunan Sektor Hulu Industri Manufaktur

(12)

12 | W o r k i n g P a p e r

untuk pengolahan barang mentah menjadi barang setengah jadi sangat mungkin dilakukan, mengingat Indonesia kaya akan sumber daya alam sehingga stok bahan mentah pengolahan mudah untuk didapatkan. Banyak negara maju memulai perencanaan dan aktifitas pembangunan industri manufaktur dengan membangun sektor-sektor hulu. Korea selatan, Tiongkok, Jepang, dan beberapa negara maju lainnya, memulai pengembangan industri manufaktur mereka dengan membangun pabrik baja. Produksi baja Tiongkok bahkan sampai dengan tahun 2017 dapat berkontribusi hampir setengah dari total produksi baja dunia. Strategi pengembangan industri baja di Tiongkok sudah dimulai sejak tahun 1990.

Diagram 1.3 produksi baja dunia dan produksi baja Tiongkok (Worldsteel.org)

Diagram 1.4 Perkembangan Industri Baja Tiongkok 1990-2015 (Tradingeconomics.com/World Steel

(13)

13 | W o r k i n g P a p e r

Kebutuhan akan konsumsi baja di Indonesia mencapai 14 juta ton sedangkan kemampuan produksi industri baja Indonesia hanya sekitar 8 juta ton. Akibatnya impor baja yang kurang lebih 6 juta ton harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi baja nasional. Untuk regional Asia sampai tahun 2015, Indonesia baru menduduki urutan ke tujuh untuk negara dengan produksi baja terbesar setelah Tiongkok, Jepang, India, Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam.

Tabel 1.3 Total Produksi Baja Negara Regional Asia tahun 2012-2015 (ribu ton)

Negara

Sumber : Steel Statistical Year Book 2016 (World Steel Association)

Industri baja merupakan salah satu sektor hulu manufaktur yang sangat berpengaruh terhadap produksi industri manufaktur lain. Hal ini mengingat baja merupakan salah satu bahan baku utama dari beberapa industri pengolahan lain. Studi kasus ini dapat menggambarkan bagaimana negara-negara maju dapat memaksimalkan produksi sektor-sektor hulu manufaktur mereka.

4.2.2.3Ekspor vs Subtitusi Impor

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat kebutuhan pemasaran produk-produk hasil industri manufaktur. Pendekatan yang dapat digunakan yaitu pendekatan ekspor dan subtitusi impor. Negara-negara maju yang tergolong sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam seperti Jerman dan Amerika Serikat menggunakan pola pendekatan subtitusi impor, artinya barang yang diproduksi kebanyakan dijual untuk pasar dalam negeri. Sedangkan negara-negara maju yang minim akan sumber daya alam seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan menggunakan pola pendekatan ekspor, artinya barang yang diproduksi lebih banyak untuk diekspor ke luar negeri. Oleh sebab itu strategi yang digunakan oleh Indonesia harus efektif dalam hal pemasaran produk.

- Pola Ekspor

(14)

14 | W o r k i n g P a p e r

Hal ini mempermudah mereka dalam hal pemasaran produk di pasar internasional karena kebanyakan inevstor asing, mempunyai koneksi yang bagus dengan pasar internasional. Selain itu, pola ini sangat dibutuhkan oleh Indonesia yang notabennya sedang membangun Industri manufaktur yang kuat untuk dapat meningkatkan daya saing di pasar global.

Tabel 1.4 Data ekspor produk Transportasi Jepang

Negara Tujuan Ekspor (US$ ribu)

Amerika Serikat 54.595.698,92

Tiongkok 11.409.571,23

Australia 6.762.573,08

Panama 5.406.090,10

Uni Emirat Arab 4.713.118,46

Sumber : World Integratet Trade Soluution (World Bank)

Untuk Indonesia sendiri sektor manufaktur menyumbang kurang lebih setengah dari total ekspor barang Indonesia dengan nilai total mencapai kurang lebih US$ 50 miliyar. Kedepannya pola ekspor produk manufaktur ini harus dikembangkan. Ekspor ini nantinya akan sangat berkontribusi dalam menambah devisa negara.

Diagram 1.5 Kontribusi manufaktur terhadap total ekspor 1990-2012

(15)

15 | W o r k i n g P a p e r

- Subtitusi Impor

Industri manufaktur dapat berperan sebagai sebuah industri penghasil bahan baku pengolahan untuk memenuhi kebutuhan produksi di dalam negeri. Tipe ini memang memiliki kelemahan, salah satunya yaitu menurunnya kualitas produk yang dihasilkan akibat kurangnya daya saing. Walupun memiliki kelemahan, strategi ini termasuk salah satu yang paling efektif dan efisien dalam hal pengembangan industri manufaktur Indonesia. Hal ini mengingat tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang sangat besar, sehingga apabila produk yang dikonsumsi dibuat di dalam negeri maka sektor-sektor industri manufaktur akan memperoleh keuntungan yang besar sehingga dapat berkembang. Indonesia juga sering mengalami kelangkaan bahan baku produksi, sehingga produksi barang subtitusi impor menjadi salah satu alternatif untuk mencegah kelangkaan ini. Dengan memproduksi barang subtitusi impor, dapat mengurangi kegiatan impor barang dari luar negeri sehingga berdampak baik terhadap penghematan devisa negara.

Tabel 1.5 Perkembangan Impor Non Migas Indonesia 2012-2016

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK

28.428,10 27.290,50 25.834,80 22.376,70 21.070,90

MESIN/PERLATAN LISTRIK 18.904,70 18.201,10 17.226,50 15.518,30 15.430,90

PLASTIK DAN BARANG DARI PLASTIK

7.126,00 7.774,30 7.921,00 6.920,00 7.045,10

BESI DAN BAJA 10.138,90 9.553,60 8.354,40 6.316,50 6.180,10

BAHAN KIMIA ORGANIK 6.896,90 7.041,30 7.096,30 5.727,40 4.808,70

KENDARAAN DAN BAGIANNYA 9.757,00 7.914,80 6.253,50 5.343,10 5.298,40

BENDA-BENDA DARI BESI DAN BAJA

4.889,60 4.747,70 4.293,00 3.716,50 2.931,60

GANDUM-GANDUMAN 3.714,40 3.621,40 3.605,90 3.156,10 3.191,80

AMPAS/SISA INDUSTRI MAKANAN

2.798,10 3.042,10 3.273,80 2.734,60 2.479,90

KAPAS 2.513,80 2.554,80 2.499,60 2.124,40 2.096,20

PUPUK 2.619,30 1.747,60 1.822,10 2.011,70 1.555,60

PERANGKAT OPTIK 2.168,40 2.353,10 2.070,00 1.922,50 2.353,50

BERBAGAI PRODUK KIMIA 1.803,10 2.103,00 2.074,60 1.886,50 1.911,20

KARET DAN BARANG DARI KARET

2.624,20 2.212,90 2.005,30 1.685,50 1.703,60

BAHAN KIMIA ANORGANIK 2.246,30 1.914,50 1.817,40 1.605,90 1.500,50

GULA DAN KEMBANG GULA 1.884,90 1.983,20 1.567,50 1.498,60 2.367,50

ALUMINIUM 1.916,70 1.777,50 1.656,40 1.468,80 1.420,20

KAIN RAJUTAN 1.293,30 1.336,60 1.352,10 1.365,80 1.329,90

KERTAS/KARTON 1.357,10 1.381,90 1.367,60 1.311,50 1.277,10

BIJI-BIJIAN BERMINYAK 1.481,00 1.482,00 1.504,00 1.291,60 1.202,90

TEMBAGA 1.536,00 1.306,00 1.373,40 1.286,20 1.127,60

BUBUR KAYU/PULP 1.551,40 1.733,20 1.749,50 1.282,40 1.346,80

(16)

16 | W o r k i n g P a p e r Sumber: Badan Pusat Statistik (Diolah oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia)

Salah satu keuntungan dari pengembangan industri manufaktur Indonesia adalah pasar konsumsi dalam negeri yang sangat besar. Konsumsi berperan sangat besar dalam hal menggenjot pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu merupakan suatu kerugian yang besar apabila semua kebutuhan konsumsi barang dari masyarakat di dalam negeri harus dipenuhi dari impor. Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Jerman Barat melakukan kebijakan perdagangan dengan berorientasi pada pasar dalam negeri. Pemasaran produk manufaktur untuk pasar dalam negeri sangat efektif dilakukan oleh negara dengan jumlah penduduk dan konsumsi masyarakat per kapita yang

SERAT STAFEL BUATAN 1.322,40 1.352,00 1.366,70 1.264,60 1.325,50

SARI BAHAN SAMAK & CELUP 1.302,50 1.374,70 1.368,70 1.241,40 1.308,60

KAPAL LAUT 1.807,60 1.131,00 1.212,70 1.107,50 990,3

GARAM, BELERANG, KAPUR 1.099,70 1.083,40 1.127,20 1.030,20 856,6

MINYAK ATSIRI, KOSMETIK WANGI-WANGIAN

861,7 1.101,50 1.027,60 962,6 1.043,30

SUSU, MENTEGA, TELUR 1.121,40 1.337,00 1.374,20 911,7 832,4

KAPAL TERBANG DAN

LAINNYA 8.353,90 8.128,30 7.985,60 6.424,10 7.485,80

(17)

17 | W o r k i n g P a p e r

besar. Salah satu contoh kasus yaitu, dari data yang dirilis oleh eMarketer, pengguna smartphone di Indonesia di tahun 2016 mencapai 65.2 juta orang dan diperkirakan meningkat di tahun 2017 yaitu sekitar 74,9 juta orang. Hal yang patut diketahui bahwa 99% pembuatan smartphone dilakukan di luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan market share dari penjualan smarthphone di Indonesia yang dikuasai oleh brand-brand asing.

Tabel 1.6 Market Share Brand Smarthphone di Indonesia

Sumber: International Data Corporation (IDC)

4.3Proteksionisme Industri Manufaktur

Proteksionisme secara modern tidak dapat lagi diartikan hanya sebagai sebuah cara untuk melindungi ekonomi di dalam negeri dari persaingan global. Proteksionisme secara lebih modern diartikan sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan dan merencanakan perekonomian di dalam negeri agar lebih kuat, sebelum dapat bersaing secara internasional. Menutup diri dari dunia internasional bukanlah pilihan yang tepat di era keterbukaan sekarang. Setiap negara saling membutuhkan satu sama lain untuk membangun perekonomian yang lebih kuat. Sehingga teori terkait proteksionisme juga harus dikembangkan menyesuaikan dengan perkembangan globalisasi. Memproteksi yang memang harus diproteksi, merupakan suatu strategi yang efektif dan efisien dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional.

Negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan pada saat awal-awal masa pembangunan industri manufaktur, menggunakan kebijakan proteksi untuk melindungi produk-produk dalam negeri agar tidak kalah saing dengan produk-produk-produk-produk dari luar. Hal ini terbukti berhasil dan menjadikan mereka sebagai negara dengan industri manufaktur terbaik di dunia. Korea Selatan pada saat masa-masa pembangunan industri baja secara besar-besaran, melakukan kebijakan proteksi industri, dimana siapa pun yang berinisiatif untuk mengekspor baja ke luar negeri akan dimudahkan prosesnya, dan siapa pun yang berniat untuk mengimpor baja dari luar akan dipersulit. Hal ini tentu

Brand Country of Origin Market Share

Samsung South Korea 26%

OPPO Tiongkok 19%

Asus Taiwan 9%

Advan Indonesia 8%

(18)

18 | W o r k i n g P a p e r

bisa dilakukan apabila produksi barang yang ada di dalam negeri dapat memenuhi semua permintaan akan kebutuhan barang tersebut di dalam negeri agar tidak perlu lagi di impor.

Proteksionisme di era keterbukaan dapat dilakukan pemerintah dengan cara menahan arus impor barang-barang yang masih dapat diproduksi di dalam negeri. Tapi selama ini yang menjadi masalahnya adalah biaya produksi di dalam negeri cenderung lebih besar, karena mesin yang digunakan dalam pengolahan cenderung tidak menggunakan teknologi yang canggih. Pada akhirnya barang-barang produksi dalam negeri cenderung lebih mahal daripada produk impor. Selain itu penyebab lain yang mengakibatkan harga barang-barang produksi dalam negeri menjadi lebih mahal, adalah infrastruktur yang kurang baik. Infrastruktur yang kurang baik menyebabkan distribusi barang menjadi terhambat. Hal ini berakibat pada biaya logistik barang yang lebih besar. Oleh sebab itu pemerintah harus mencari strategi tepat untuk mengatasi masalah ini. Strategi kebijakan terkait fiskal seperti penundaan pembayaran pajak, atau kebijakan moneter melalui pengurangan tingkat suku bunga pinjaman bagi siapapun yang akan membangun industri manufaktur. Selain itu pemerintahl juga harus menjamin kemudahan dalam hal pemasaran barang hasil produksi. Strategi kebijakan ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk proteksionisme yang bersifat lebih terbuka.

Proteksionisme dalam bentuk menaikan tarif barang impor sebenarnya juga diperlukan. Hal ini mengingat rezim perdagangan kita yang cenderung terlalu liberal jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang lain. World Trade Organization (WTO) menetapkan aturan bagi setiap negara agar tidak menghalangi setiap barang yang akan masuk ke negara tersebut. Tetapi tarif impor produk-produk manufaktur di Indonesia terbilang kecil jika dibandingkan dengan negara-negara maju lain. Salah satu contohnya tarif impor baja Indonesia sekitar 15%, sementara itu tarif yang dikenakan oleh Amerika Serikat untuk impor baja dari Tiongkok mencapai 522%. Selain itu tarif impor gula di Indonesia juga terbilang masih kecil, dimana impor gula dari Australia hanya dikenakan tarif 5%. Manfaat lain dari penyesuaian tarif impor sebagai sebuah bentuk proteksi industri adalah mencegah terjadinya praktik-praktik dumping. Untuk sekarang ini pemerintah perlu melakukan proteksi yang lebih terhadap barang-barang produksi industri yang sudah banyak diproduksi di Indonesia, seperti industri pengolahan makanan, industri tekstil, industri furnitur, dsb.

(19)

19 | W o r k i n g P a p e r 5. Kesimpulan

Pengembangan industri manufaktur Indonesia harus terintegrasi dengan baik. Pemerintah bersama dengan swasta serta masyarakat harus bekerja sama dalam pengembangan industri manufaktur agar lebih kuat. Pengembangan industri manufaktur dapat dilakukann dengan melakukan perencanaan secara strategis yang terkait dengan dukungan berupa kebijakan pemerintah, penyiapan infrastruktur, sampai kepada penyediaan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan inovasi-inovasi cerdas dalam pengembangan industri manufaktur. Selain itu pembangunan industri manufaktur yang tidak hanya terfokus pada sektor-sektor primer melainkan juga harus mencakup sektor-sektor sekunder berbasis teknologi. Hal ini sangat berguna dalam hal peningkatan nilai tambah dari suatu barang yang diproduksi sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih besar, Tahap ke dua yaitu dengan menetapkan pola yang tepat untuk pengembangan industri manufaktur. Hal ini berkaitan dengan orientasi pemasaran produk-produk manufaktur yang diharapkan tidak hanya sebagai barang subtitusi impor, tetapi juga dapat bersaing secara internasional melalui ekspor.

Proteksionisme juga sangat dibutuhkan untuk pengembangan industri manufaktur Indonesia. Proteksionisme yang dimaksud yaitu proteksionisme yang lebih terbuka dan menyesuaikan perkembangan globalisasi. Proteksionisme dapat dilakukan salah satunya dengan membatasi impor barang-barang yang dapat diproduksi di dalam negeri dan sudah bisa memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Kebijakan pembatasan yang dilakukan dapat berupa peningkatan tarif masuk impor terhadap baranng sejenis. Selain itu kebijakan pemerintah berupa kebijakan fiskal, moneter, dan perdagangan harus mencerminkan keberpihakan terhadap industri manufaktur dalam negeri. Sosialisasi kepada masyarakat untuk memulai membeli produk-produk dalam negeri juga harus terus dilakukan. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan cinta masyarakat akan produk-produk lokal, sehingga mempunyai dampak terhadap pengembangan industri manufaktur Indonesia.

Industri manufaktur merupakan salah satu sektor utama Indonesia di masa depan. Oleh karena itu strategi pembangunan di bidang ini harus benara-benar efektif. Industri manufaktur yang kuat memang bukanlah tujuan akhir dari pembangunan ekonomi. Tetapi industri manufaktur dapat menjadi dasar atau fondasi bagi Indonesia dalam mencpai tujuan ekonomi yang sebenarnya yaitu menciptakan masyarakat yang sejahtera.

(20)

20 | W o r k i n g P a p e r

Berdasarkan kesimpulan penelitian, saran yang bisa diberikan yaitu, pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang tepat dalam hal pembangunan industri manufaktur. Kebijakan terkait yang dibuat harus mencerminkan keberpihakan terhadap pembangunan industri manufaktur. Melakukan riset dan penelitian terkait dengan inovasi-inovasi baru pengembangan industri manufaktur, mempermudah fiskal dan regulasi, peringanan suku bunga pinjaman, membangun infrastruktur untuk memperlancar distribusi barang, sampai kepada penyediaan pasar yang baik untuk pemasaran produk-produk manufaktur, harus dilakukan pemerintah guna keberhasilan pembangunan industri manufaktur. Selain itu proteksi terhadap industri-industri manufaktur dalam negeri perlu dikaji oleh pemerintah untuk dapat diterapkan di Indonesia. Kajian proteksi yaitu sebagaimana kajian proteksi yang dibahas pada penelitian ini, yaitu proteksionisme di era keterbukaan.

DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, Tulus T.H. (2003). “Perekonomian Indonesia” Beberapa Masalah Penting”. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Tambunan, Tulus T.H. (2008). Perkembangan Industri Nasional, Sejak Orba Hingga Pasca Krisis”. Jakarta: Universitas Trisakti Jakarta.

Prawira, Radius. (1998). “Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi”. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Irawan, & M. Suparmoko (1990). “Ekonomi Pembangunan”. Yogyakarta: BPPE Yogyakarta. Su, Dan., & Yang Yao (2016). “Manufacturing as the Key Engine of Economic Growth for MiddleIncome Economies”. ADBI Working Paper Series. 573. Tersedia :

https://www.merit.unu.edu/publications/wppdf/2012/wp2012-041.pdf (19 Oktober 2017)

(21)

21 | W o r k i n g P a p e r

Kniivilä, Matleena (2007). “Industrial development and economic growth: Implications for poverty

reduction and income inequality”. Tersedia :

http://www.un.org/esa/sustdev/publications/industrial_development/3_1.pdf (22 Oktober 2017)

Nobuya Haraguchi,dkk (2016). “The importance of manufacturing in economic development: Has this changed?”. Inclusive and Sustainable Industrial Development Working Paper Series WP 1 | 2016 UNIDO. 1/2016. Tersedia : https://www.unido.org/.../WP_1_2016_FINAL_fb.pdf

Nazara, Suhazil (2008). “Sektor Industri Manufaktur dan Pembangunan Daerah ”. Jurnal Riset Industri. Vol. 2. No. 3. Desember 2008 : 145 – 155

Silalahi, S.A.F. (2014). “Kondisi Manufaktur Indonesia dalam Menghadapi Globalisasi” Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik. Vol. 5 No.1 Juni 2014: 1-13

Kurnianti, Yati & Yanfitri (2010). ”Dinamika Industri Manufaktur dan Respon Terhadap Siklus Bisnis”. Tersedia :

http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnal-ekonomi/Documents/61b002931ccd4ea69323f55a7a3a54e9YatiKurniatiYanfitri.pdf (22 Oktober

2016).

Gambar

Tabel 1.1 Negara dengan peringkat nilai tambah manufaktur terbaik di dunia tahun 2016
Tabel. 1.2 Banyaknya perusaahaan industri besar dan sedang menurut KBLI  2011-2015
Tabel 1.3 Total Produksi Baja Negara Regional Asia tahun 2012-2015 (ribu ton)
Tabel 1.4 Data ekspor produk Transportasi Jepang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini untuk mengembangkan media pembelajaran simulator PLC OMRON CPM2A. Penelitian menggunakan Research and Development. Populasi penelitian ini adalah siswa

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan durasi hemodialisa dengan

Pada umumnya susu formula yang beredar saat ini tidak mengandung asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang dengan jumlah atom karbon lebih dari 18 sebaliknya ASI bukan hanya

Masalah dalam penelitian ini adalah berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kompetensi guru namun belum menunjukan hasil yang signifikan,

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riswan dan Affandi (2014) yang menerangkan bahwa rasio kemandirian berpengaruh positif terhadap belanja modal untuk

Berdasarkan dari kuisioner pada tabel 2 tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan adanya sistem pendukung keputusan penentuan warga miskin dapat membantu kegiatan di kelurahan

Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat pemodelan dari proses otomasi plant dual conveyor dengan metode sequence chart kemudian mengimplementasikan hasil dari

〔下級審民訴事例研究七九〕再生債務者が関連会社の新規の借入に際して担保のために行った約