• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kejadian Bakteriuria Pada Ibu Hamil Dengan Ibu Yang Tidak Hamil Di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Kejadian Bakteriuria Pada Ibu Hamil Dengan Ibu Yang Tidak Hamil Di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KEJADIAN BAKTERIURIA PADA

IBU HAMIL DENGAN IBU YANG TIDAK HAMIL

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

OLEH :

INDRA G. MUNTHE

PEMBIMBING :

dr. ICHWANUL ADENIN, M.Ked(OG), Sp.OG.K

dr. M. RHIZA Z. TALA, M.Ked(OG), Sp.OG.K

PENYANGGAH :

dr. HOTMA PARTOGI PASARIBU, M.Ked(OG), Sp.OG.

dr. M. RIZKI YAZNIL, M.Ked(OG), Sp.OG.K

dr. RIZA RIVANY, Sp.OG.K

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

Dr. ICHWANUL ADENIN, M.Ked(OG), Sp.OG.K

Dr. M. RHIZA Z. TALA, M.Ked(OG), Sp.OG.K

PENYANGGAH :

Dr. HOTMA PARTOGI PASARIBU, M.Ked(OG), Sp.OG.

Dr. M. RIZKI YAZNIL, M.Ked(OG), Sp.OG.

Dr. RIZA RIVANY, Sp.OG.K

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister

bidang Obstetri dan Ginekologi

(5)
(6)

1

PERBANDINGAN KEJADIAN BAKTERIURIA SEBAGAI PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH PADA IBU HAMIL DENGAN IBU TIDAK

HAMIL

Indra G. Munthe

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP H Adam Malik Medan

ABSTRAK

Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan kejadian bakteriuria sebagai

penyebab infeksi saluran kemih pada ibu hamil dengan ibu tidak hamil.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional untuk membandingkan kejadian infeksi saluran kemih pada ibu hamil dan tidak hamil. Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H.Adam Malik Medan, dimulai dari Januari 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

consecutive sampling. Data selanjutnya ditabulasi dan dianalisis dengan komputerisasi.

Hasil: Penelitian yang dilakukan didapati karakteristik umur subjek yang paling banyak untuk usia wanita hamil adalah 11 orang (55%) dan 14 orang (70%) pada wanita yang tidak hamil. Untuk tingkat pendidikan, yang paling banyak adalah SLTA 8 orang (40%) pada wanita hamil dan 14 orang diploma pada wanita yang tidak hamil. Sedangkan untuk paritas, yang paling banyak adalah paritas 1 – 2 sebanyak 13 orang (65%) dan 11 orang (55%). Kejadian bakteriuria pada ISK pada kelompok ibu hamil adalah 7 orang (35%) dan 2 orang (10%) pada kelompok ibu tidak hamil. Hasil urin positif pada 5 orang (71,4%) pada penderita simptomatik dan 2 orang (28,6%) pada penderita asimptomatik.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kejadian

bakteriuria sebagai penyebab infeksi saluran kemih pada ibu hamil dan ibu yang tidak hamil.

Kata Kunci : bakteriuria, infeksi saluran kemih, ibu hami, ibu tidak hamil

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih merupakan suatu keadaan yang tidak dapat diabaikan karena insidennya masih cukup tinggi,

yaitu sekitar 5,2%(1). Angka kejadian pada wanita dewasa 5% lebih banyak dari pada pria maupun anak-anak, sedangkan pada usia lanjut dapat mencapai angka

(7)

2

50%(2). Faktor risiko ISK pada wanita hamil adalah perubahan fungsi dan struktur pada saluran kemih, yang bersifat anatomi (dilatasi dari ureter dan sistem pengumpul) maupun fisiologi (terjadi sisa urin dan gangguan peristaltik dan tonus otot traktus urinarius karena perubahan hormonal).(3-8)

Infeksi saluran kemih biasanya disebabkan oleh mikroorganisme seperti Escherichia coli yang diperkirakan menjadi penyebab dari 80% kasus infeksi, sedangkan 20% sisanya disebabkan oleh bakteri gram negatif lain.(3) Infeksi saluran kemih dalam kehamilan dapat bervariasi mulai dari bakteriuria simptomatik (adanya 100.000 bakteri atau lebih per milliliter urin dari penderita tanpa keluhan infeksi saluran kemih) hingga yang menimbulkan keluhan dan gejala sebagai sistitis dan pielonefritis akut. Untuk mendeteksi bakteriuria diperlukan pemeriksaan bakteriologik yang secara konvensional dilakukan dengan metode biakan dan ditemukannya jumlah kuman >l00,000 colony

forming unit /ml urine. Bakteri paling banyak masuk ke traktus urinarius secara ascendes.(9-10)

Pada infeksi dan inflamasi dapat menginduksi kontraksi uterus. Banyak mikroorganisme dapat menghasilkan fosfolipid A2 dan C sehingga meningkatkan konsentrasi asam arakidonat secara lokal dan pada gilirannya dapat menyebabkan pelepasan PGF-2 dan PGE-2 sehingga terjadi kontraksi miometrium uterus. Selain itu pada keadaan infeksi terdapat juga produk sekresi dari makrofag / monosit berupa interleukin 1 dan 6, sitokin, tumor nekrosis factor yang akan juga menghasilkan sitokin dan prostaglandin.(14-16)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional yang bertempat di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr.Pirngadi Medan, bulan Desember 2013.

(8)

3

dengan metode consecutive sampling pada wanita berusia 20-35 tahun dan menyetujui informed conset. Sampel wanita hamil diambil dari wanita yang berkunjung ke poliklinik ibu hamil di RSUP HAM dan kontrol diambil dari paramedic. Kriteria eksklusi meliputi wanita yang memiliki penyakit ginjal atau infeksi kelamin.

Baik pada sampel kasus maupun kontrol, dilakukan pengambilan urin porsi tengah pada pagi hari sebanyak 20 cc. Pot urin diberi nama dan identitas

lainnya kemudian dikirim ke laboratorium Pramita untuk pemeriksaan bakteriologis. Data yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dan dianalisis dengan komputerisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Subjek

Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek penelitian wanita hamil sebanyak 20 orang dan kontrol 20 orang.

Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik Ibu Hamil Ibu Tidak Hamil

(9)

5

yang sering dijumpai yaitu ≥ 3.

Tabel 2. Jumlah koloni bakteri yang dijumpai pada ibu hamil dan ibu tidak hamil di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Jumlah Koloni (/ml)

Ibu Hamil Ibu Tidak Hamil

n % n % menderita adanya bakteriuria adalah sebanyak 7 orang (35%)

sedangkan pemeriksaan pada ibu tidak hamil yang menderita adanya bakteriuria adalah 2 orang (10%).

Tabel 3. Hubungan tanda dan gejala dengan kejadian

bakteriuria pada ibu hamil (kelompok subjek) di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Tanda dan

Korelasi antara kadar kalsium dengan kejadian bakteriuria pada pasien yang hamil dan tidak hamil menggunakan uji Chi - Square. Dari hasil tabel diatas terdapat perbedaan bermakna jumlah

(10)

5

urin positif berkisar 71.4%. Sedangkan yang asimptomatik berkisar 28.6%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna kejadian bakteriuria sebagai penyebab infeksi saluran kemih antara pasien yang hamil dengan yang tidak Bakteriuria di masyarakat (hubungannya dengan sosial ekonomi dan kesehatan pribadi / higiene lingkungan). Medika 2009; 9: 66l-64.

2. Becker G.J. Urinary tract infection and reflux nephropathy in adults. Med. tract infections complicating pregnancy. Infect Dis Clin Wiknjosastro, Hanifa (ed) : Ilmu Kebidanan Edisi Kelima, Jakarta 2006,

7. Santoso S, Dzen MS. Bakteriuria asimtomatik pada wanita hamil. Maj Kedokt Indon 2005;35:515-18.

8. Isenberg H.D, Washington II JA, Balows A.Sonnenwirth AC: Collection, handling and processing specimens In Lannette, E.H. Ballows A, Hausler JR WJ, Shadomy HJ. editors. Manual of clinical microbiology. 4th ed. Washington D.C. : American Society for Microbiology;2003. P. 73-97.

9. Barry A L., Smith P.B, Turck M , Gavan TL.. Laboratory diagnosis of urinary tract infections. Cumitech. Wshington D.C.: Americans

society for

laboratorium klinik. Jakarta : Dian Rakyat ; 2008.halm.110-20.

(11)

5

14. Roema, Jose, Ardaya. Ginjal dan kehamilan dalam Soeparman dan Sarwono Waspadji (ed) : Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta : Penerbit FK-UI, 2007.

15. Cunningham FG, MacDonald PC, Grant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hankins GDV, et al. Williams Obstetrics 23th ed. Connecticut : Appleton & Lange 2009.

(12)

COMPARISION BACTERIURIA AS ETIOLOGY OF URUNARY TRACT INFECTION BETWEEN PREGNANT WOMAN AND NO PREGNANT

WOMAN

Indra G. Munthe, Ichwanul Adenin, M. Rhiza Z. Tala

Obstetri and Ginekologi Department Medical University Universitas Sumatera Utara

RSUP H Adam Malik Medan

ABSTRACT

Aim: To compare bacteriuria as etiology for urinary tract infection (UTI) in pregnant women vs non pregnant women.

Methods: This is a descriptive study with cross sectional design to compare the rate of occurrence of urinary tract infection in pregnant and non pregnant women conducted in Obstetrics and Gynecologic Department on January 2014. In 20 normal women and 20 pregnant women, 20 cc mid stream urine was collected. Bacteriologic test was conducted in Pramita laboratory. Data were then tabulated and analyzed by computer. symptomatic group and 28,6% in asymptomatic group.

Conclusion: There is a significant difference between the occurrence of urinary tract infection in pregnant women compared to non pregnant women.

Key Words : Bacteriurea , Urinary Tract Infection, Pregnant and non pregnant Women

(13)

PERBANDINGAN KEJADIAN BAKTERIURIA SEBAGAI PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH PADA IBU HAMIL DENGAN IBU TIDAK

HAMIL

Indra G. Munthe, Ichwanul Adenin, M. Rhiza Z. Tala

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP H Adam Malik Medan

ABSTRAK

Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan kejadian bakteriuria sebagai

penyebab infeksi saluran kemih pada ibu hamil dengan ibu tidak hamil.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional untuk membandingkan kejadian infeksi saluran kemih pada ibu hamil dan tidak hamil. Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H.Adam Malik Medan, dimulai dari Januari 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

consecutive sampling. Data selanjutnya ditabulasi dan dianalisis dengan komputerisasi.

Hasil: Penelitian yang dilakukan didapati karakteristik umur subjek yang paling banyak untuk usia wanita hamil adalah 11 orang (55%) dan 14 orang (70%) pada wanita yang tidak hamil. Untuk tingkat pendidikan, yang paling banyak adalah SLTA 8 orang (40%) pada wanita hamil dan 14 orang diploma pada wanita yang tidak hamil. Sedangkan untuk paritas, yang paling banyak adalah paritas 1 – 2 sebanyak 13 orang (65%) dan 11 orang (55%). Kejadian bakteriuria pada ISK pada kelompok ibu hamil adalah 7 orang (35%) dan 2 orang (10%) pada kelompok ibu tidak hamil. Hasil urin positif pada 5 orang (71,4%) pada penderita simptomatik dan 2 orang (28,6%) pada penderita asimptomatik.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kejadian

bakteriuria sebagai penyebab infeksi saluran kemih pada ibu hamil dan ibu yang tidak hamil.

(14)

i KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Magister Kedokteran Klinik Obstetri dan Ginekologi . Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

PERBANDINGAN KEJADIAN BAKTERIURIA PADA

IBU HAMIL DENGAN IBU YANG TIDAK HAMIL

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN ”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Studi Magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran USU Medan.

2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. dr M. Fidel Ganis Siregar, M. Ked (OG), SpOG(K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, dr. M. Rhiza Tala, SpOG(K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan

(15)

ii

Ginekologi FK-USU Medan; dan Prof. dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K), Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG(K), Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K), Prof. dr. T.M. Hanafiah, SpOG(K), Prof. dr. Budi R. Hadibroto, SpOG(K), dan Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG(K), Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K) yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

3. Dr.Ichwanul Adenin MKed OG, SpOG.K dan Dr. M.Rhiza Tala,Mked OG, Sp OG.K selaku pembimbing dengan penh kesabaran telah meluangkan waktu dan bimbingannya yang sangat berharga, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

4. Dr.Hotma Partogi Pasaribu, M. Ked(OG), dr. M. Rizky Yaznil, M. Ked(OG), SpOG dan dr Rhiza Rivani, SpOG(K) dan selaku penyanggah, yang memberikan kritikan, saran serta masukan yang sangat membantu untuk penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Yang Maha Pengasih membalas budi baik guru – guru saya tersebut.

6. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

(16)

iii

sama selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

8. Teman sejawat dari Departemen lainnya, PPDS, dokter muda, Bidan, Para Medis, Karyawan dan Karyawati dan Pasien Pasien yang telah ikut membantu dan bekerja sama dengan saya dalam menjalani Program Studi Magister Kedokteran Kinik Obstetri dan Ginekologi.

Semoga Tuhan Yang Maha Baik senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua.

Medan, Mei 2014

Dr. Indra G. Munthe, Sp.OG.K

(17)

v DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI………. V DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR LAMPIRAN………. xiii

ABSTRAK……… xv

BAB I. PENDAHULUAN ………... 1

I.1. Latar Belakang…...………... 1

I.2. Rumusan Masalah……...…...……….……… 2

I.3. Tujuan Penelitian……...….……….. 3

I.5. Manfaat Penelitian…...…...………...………….. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……….. 4

II.1. Infeksi Saluran Kemih …..…………...………... 4

II.2. Angka Kejadian...………... 5

(18)

vi

II.4. Fatofisiologi……….………….. II.5. Diagnosis……….……… II.5.1. Pemeriksaan Bakteriologis……… II.5.2. Pemeriksaan Leukosit Urine………. II.5.3. Tehnik Pemeriksaan Lain………..

II.6. Pengobatan……….

II.7. Komplikasi………...

II.7.1. Sistitis……… II.7.2. Piolenefritis Akut……….

(19)

vii

lII.7. Batasan Operasional... III.8. Alur Penelitian...

17 17 III.9. Pengolahan Data……… 18 III.10. Etika Penelitian………. 18

BAB IV.HASIL PENELITIAN……... 19

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………..

DAFTAR PUSTAKA………

(20)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3 Karakteristik Subjek Penelitian…………..………...19 Table 4. Jumlah Koloni Bakteri pada ibu hamil dan tidak Hamil………….20 Tabel 5. Hubungan tanda dan gejala bakteriuria………..………20

(21)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar pengesahan etika penelitian ………..

(22)

COMPARISION BACTERIURIA AS ETIOLOGY OF URUNARY TRACT INFECTION BETWEEN PREGNANT WOMAN AND NO PREGNANT

WOMAN

Indra G. Munthe, Ichwanul Adenin, M. Rhiza Z. Tala

Obstetri and Ginekologi Department Medical University Universitas Sumatera Utara

RSUP H Adam Malik Medan

ABSTRACT

Aim: To compare bacteriuria as etiology for urinary tract infection (UTI) in pregnant women vs non pregnant women.

Methods: This is a descriptive study with cross sectional design to compare the rate of occurrence of urinary tract infection in pregnant and non pregnant women conducted in Obstetrics and Gynecologic Department on January 2014. In 20 normal women and 20 pregnant women, 20 cc mid stream urine was collected. Bacteriologic test was conducted in Pramita laboratory. Data were then tabulated and analyzed by computer. symptomatic group and 28,6% in asymptomatic group.

Conclusion: There is a significant difference between the occurrence of urinary tract infection in pregnant women compared to non pregnant women.

Key Words : Bacteriurea , Urinary Tract Infection, Pregnant and non pregnant Women

(23)

PERBANDINGAN KEJADIAN BAKTERIURIA SEBAGAI PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH PADA IBU HAMIL DENGAN IBU TIDAK

HAMIL

Indra G. Munthe, Ichwanul Adenin, M. Rhiza Z. Tala

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP H Adam Malik Medan

ABSTRAK

Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan kejadian bakteriuria sebagai

penyebab infeksi saluran kemih pada ibu hamil dengan ibu tidak hamil.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional untuk membandingkan kejadian infeksi saluran kemih pada ibu hamil dan tidak hamil. Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H.Adam Malik Medan, dimulai dari Januari 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

consecutive sampling. Data selanjutnya ditabulasi dan dianalisis dengan komputerisasi.

Hasil: Penelitian yang dilakukan didapati karakteristik umur subjek yang paling banyak untuk usia wanita hamil adalah 11 orang (55%) dan 14 orang (70%) pada wanita yang tidak hamil. Untuk tingkat pendidikan, yang paling banyak adalah SLTA 8 orang (40%) pada wanita hamil dan 14 orang diploma pada wanita yang tidak hamil. Sedangkan untuk paritas, yang paling banyak adalah paritas 1 – 2 sebanyak 13 orang (65%) dan 11 orang (55%). Kejadian bakteriuria pada ISK pada kelompok ibu hamil adalah 7 orang (35%) dan 2 orang (10%) pada kelompok ibu tidak hamil. Hasil urin positif pada 5 orang (71,4%) pada penderita simptomatik dan 2 orang (28,6%) pada penderita asimptomatik.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kejadian

bakteriuria sebagai penyebab infeksi saluran kemih pada ibu hamil dan ibu yang tidak hamil.

(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi saluran kemih merupakan suatu keadaan yang tidak dapat

diabaikan karena insidennya masih cukup tinggi, yaitu sekitar 5,2%(1). Dari penderita yang berobat ke dokter umum, 0,5 - 1% menunjukkan

gejala infeksi saluran kemih(2). Angka kejadian pada wanita dewasa 5% lebih banyak dari pada pria maupun anak-anak, sedangkan pada usia lanjut dapat mencapai angka 20-50%(2). Frekuensi yang tinggi pada wanita disebabkan oleh karena beberapa faktor, salah satu di antaranya adalah karena saluran uretra wanita lebih pendek sehingga mudah terkontaminasi oleh kuman ataupun bakteri disekitar perianal(3-5).

Infeksi saluran kemih biasanya disebabkan oleh mikroorganisme seperti Escherichia coli yang diperkirakan menjadi penyebab dari 80% kasus infeksi, sedangkan 20% sisanya disebabkan oleh bakteri gram negatif lain seperti Klebsiella dan spesies Proteus, serta bakteri gram positif seperti Cocci, Enterococci, dan Staphylococcus saprophyticus13.

Faktor risiko pada wanita meningkat pada saat mereka mengalami kehamilan, karena pada kehamilan normal terdapat perubahan fungsi dan struktur pada saluran kemih. Dilatasi saluran kemih merupakan salah satu perubahan anatomis paling signifikan yang ditimbulkan oleh kehamilan. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya dilatasi pada kaliks, pelvis

(25)

2

ginjal, dan ureter. Konsekuensi penting yang ditimbulkan dari dilatasi dan obstruksi adalah kemungkinan timbulnya infeksi saluran kemih tersebut. Dan faktor predisposisi lain terjadinya infeksi saluran kemih adalah meningkatnya refluks vesikoureter4.

Beberapa peneliti mendapatkan adanya komplikasi akibat infeksi saluran kemih yang diderita ibu hamil tersebut. Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah peningkatan angka kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan prematur, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia. Apabila ISK tidak ditangani dengan benar dapat menjadi pielonefritis akut15.

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang sering terjadi pada kehamilan yaitu sekitar 4-10%. Bakteriuria asimptomatik paling sering dijumpai dalam kasus infeksi saluran kemih yaitu sekitar 2-10%15.

(26)

3

Oktober 2003 sampai bulan April 2004 adalah 9,85% (dari 376 sampel wanita hamil, sebanyak 37 sampel positif bakteriuria)9.

Indonesia masih merupakan Negara yang sedang berkembang, dimana keadaan sosio-ekonomi masih rendah bila dibandingkan dengan Negara maju dan keadaan infeksi ini masih banyak dijumpai. Ditambah lagi pada keadaan hamil terjadi beberapa perubahan pada sistem traktus urinarius baik yang bersifat anatomi (dilatasi dari ureter dan sistem pengumpul) maupun fisiologi (terjadi sisa urin dan gangguan proses pengeluaran urin akibat gangguan peristaltik dan tonus otot karena perubahan hormonal) yang merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya infeksi saluran kemih15-18.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui

“Perbandingan kejadian bakteriuria sebagai penyebab terjadinya infeksi saluran kemih pada ibu hamil dengan ibu yang tidak hamil di RSUP. H. Adam Malik Medan“.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kejadian bakteriuria sebagai penyebab infeksi saluran kemih pada ibu hamil dengan ibu tidak hamil agar kejadian infeksi

(27)

4

saluran kemih khususnya bagi ibu hamil dapat dicegah dan ditangani dengan segera mengingat dampak komplikasi seperti partus prematurus, pertumbuhan janin terhambat, preeklampsia yang dapat ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pola mikroorganisme penyebab infeksi saluran kemih pada ibu hamil dan Ibu yang tidak hamil.

2. Untuk mengetahui jenis infeksi saluran kemih pada ibu hamil Ibu yang tidak hamil.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Klinis

1. Sebagai informasi bagi klinisi untuk mengetahui kejadian infeksi saluran kemih khususnya bagi ibu hamil sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanganan segera terhadap infeksi tersebut dengan tepat.

2. Agar dapat dilakukan secara rutin pemeriksaan bakteriuria pada ibu hamil sebagai skrining adanya infeksi saluran kemih.

1.4.2. Manfaat Metodologis

(28)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Saluran Kemih

Pada wanita hamil dikenal 2 keadaan infeksi saluran kemih : 1. Infeksi saluran kemih tanpa gejala (Bakteriuria asimptomatik).

Dimana terdapat bakteri dalam urine lebih dari 100.000 /ml urine. Urine diambil porsi tengah dengan cara vulva dan meatus urethra eksternus dibersihkan terlebih dahulu dengan bahan antiseptik. Atau jumlah bakteri antara 10.000 sampai dengan 100.000 bila urine diambil dengan cara kateter urethra. Pada urinalisis dapat ditemukan adanya leukosit.

2. Infeksi saluran kemih dengan gejala (simptomatik). Dapat dibagi menjadi :

a. Infeksi saluran kemih bagian bawah (sistitis)

Dengan gejala dapat berupa disuria, terkadang didapatkan hematuria, nyeri daerah suprasimpisis, terdesak kencing (urgency), stranguria, tenesmus dan nokturia. Tetapi jarang sampai menyebabkan demam dan menggigil. Pada urinalisis dapat dijumpai leukosit dan eritrosit.

b. Infeksi saluran kemih bagian atas (pielonefritis)

Dengan gejala berupa nyeri dan tegang pada daerah sudut

“costovertebral” atau daerah pinggang, demam, mual dan muntah.

(29)

6

Dapat juga disertai keluhan seperti pada infeksi saluran kemih bagian bawah seperti disuria, urgensi dan polakisuria, stranguria, tenesmus, nokturia. Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai kadar ureum dan kreatinin yang meningkat dan pada pemeriksaan urinalisis ditemukan leukosit. Atau pada pemeriksaan imunologi didapatkan bakteriuria yang diselubungi antibodi.

2.2. Angka Kejadian

Infeksi saluran kemih yang asimptomatik dalam kehamilan angka kejadiannya 4-10%, sedang di Indonesia berkisar antara 20-25% dan sekitar 10-20% diantaranya dapat menyebabkan partus prematurus.

2.3. Faktor Resiko

Adapun faktor resiko meningkatnya infeksi saluran kemih sebagai berikut: 1. Perubahan morfologi pada kehamilan.

Karena asal dari traktus genital dan traktus urinarius adalah sama secara embriologi ditambah lagi letaknya yang sangat berdekatan maka adanya perubahan pada salah satu sistem akan mempengaruhi sistem yang lain.

Pada saat hamil dapat terjadi perubahan pada traktus urinarius berupa:

(30)

7

Dilatasi ini terjadi terutama setelah kehamilan 20 minggu, lebih sering terjadi pada sebelah kanan 85,7% berbanding sebelah kiri 10%. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena adanya colon sigmoid disebelah kiri dan adanya kecenderungan uterus untuk mengadakan dekstrorotasi dan kecenderungan secara anatomi bahwa ureter kanan rentan terhadap dilatasi. Adanya dilatasi tersebut kemungkinan juga akibat dari adanya hormone progesteron yang meningkat disamping efek penekanan dari uterus yang membesar karena hamil.

b. Vesika urinaria terdesak ke anterior dan superior seiring dengan makin bertambah besarnya uterus, dan cenderung lebih terletak pada rongga abdominal daripada di rongga pelvis. Terjadi juga pelebaran pada daerah basal. Kapasitas penampungan urin akan meningkat tetapi daya pengosongan akan menurun karena terjadi kelemahan dari otot detrusor kandung kemih akibat pengaruh dari progesterone (terjadi kelemahan otot-otot polos sehingga tonus akan berkurang, akibatnya juga akan terjadi pelebaran saluran kemih secara keseluruhan dan kontraksi akan berkurang), mengakibatkan sisa urine sering terjadi sehingga pertumbuhan bakteri mudah terjadi.

2. Sistokel dan Urethrokel 3. Kebiasaan menahan kemih

(31)

8 2.4. Patofisiologi

Pada infeksi dan inflamasi dapat menginduksi kontraksi uterus. Banyak mikroorganisme dapat menghasilkan fosfolipid A2 dan C sehingga meningkatkan konsentrasi asam arakidonat secara lokal dan pada gilirannya dapat menyebabkan pelepasan PGF-2 dan PGE-2 sehingga terjadi kontraksi miometrium uterus. Selain itu pada keadaan infeksi terdapat juga produk sekresi dari makrofag / monosit berupa interleukin 1 dan 6, sitokin, tumor nekrosis factor yang akan juga menghasilkan sitokin dan prostaglandin.

Umumnya bakteri yang menyebabkan terjadinya infeksi berasal dari tubuh penderita sendiri. Ada 3 cara terjadinya infeksi yaitu :

1. Melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ lain ke bagian saluran kemih.

2. Penyebaran melalui saluran getah bening berasal dari usus besar ke buli-buli atau ke ginjal.

3. Secara asendens yaitu migrasi mikroorganisme melalui saluran kemih yaitu urethra, buli-buli, ureter lalu ke ginjal.

(32)

9

Infeksi saluran kemih dalam kehamilan dapat bervariasi mulai dari bakteriuria simptomatik hingga yang menimbulkan keluhan dan gejala sebagai sistitis dan pielonefritis akut.

Bakteriuria asimptomatik adalah adanya 100.000 bakteri atau lebih per milliliter urin dari penderita tanpa keluhan infeksi saluran kemih. Bakteriuria asimptomatik ditemukan pada 4-12 % dari wanita hamil dan angka ini bervariasi tergantung pada suku bangsa, paritas, dan keadaan sosioekonomi penderita. 30% dari bakteriuria asimptomatik tersebut berkembang menjadi bakteriuria yang simptomatik dalam kehamilan yakni berupa sistitis atau pielonefritis akut.

Beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan antara bakteriuria asimptomatik dengan partus prematurus, pertumbuhan janin terhambat dan preeclampsia. Suatu studi yang bersifat meta-analisa melaporkan bahwa eradikasi bakteriuria tersebut dapat meningkatkan keluaran (outcome) partus prematurus sehingga menganjurkan untuk melakukan skrining terhadap semua wanita hamil guna mendeteksi adanya bakteriuria yang asimptomatik tersebut.

Pengaruh hormone progesterone terhadap tonus dan aktivitas otot-otot dan obstruksi mekanik oleh pembesaran uterus dalam kehamilan merupakan faktor predisposisi meningkatkan kapasitas buli-buli dan terdapatnya sisa urin setelah berkemih pada ibu hamil. Perubahan pH urin

(33)

10

yang disebabkan meningkatnya ekskresi bikarbonas memberikan kemudahan untuk pertumbuhan bakteri. Glikosuria juga sering terjadi pada kehamilan ini juga merupakan faktor predisposisi berkembangnya bakteri dalam urin.

2.5. Diagnosis

Diagnosis dari infeksi saluran kemih dapat diketahui dari adanya keluhan (bagi yang simptomatik) berupa: disuria, polakisuria, terdesak kencing (urgency), stranguria, nokturia dan bila berat dapat dijumpai demam, menggigil, mual, muntah serta nyeri pinggang pada pielonefritis.

(34)

11 2.5.1. Pemeriksaan bakteriologis.

1. Pemeriksaan mikroskopis langsung dilakukan terhadap sediaan hapus yang dibuat dari sampel urine yang tidak disentrifugasi, dipulas dengan pewarnaan Gram dan dihitung jumlah kuman yang tampak per lapangan pandangan besar (LPB) serta dicatat ada atau tidaknya lekosit. Pewarnaan Gram adalah metode pemeriksaan penyaring yang cepat dan sering dilakukan dengan hasil sensitivitas 90% dan spesifisitas 80%. Bilamana pada pemeriksaan mikroskopik urine dari subyek wanita didapatkan banyak sel epitel skuamosa dengan flora normal vagina maka sampel urine tersebut menggambarkan adanya kontaminasi.

2. Biakan kuman cara konvensional untuk hitung koloni dilakukan secara kuantitatif. Untuk biakan ini, 0,00l ml urin yang tidak di sentrifugasi diambil dengan memakai sengkelit baku (1/1000) atau dengan cara pengenceran urin terlebih dahulu dengan buffered water dan kemudian ditanamkan pada lempeng agar darah domba dan MacConkey. Urine pada lempeng agar tersebut disebar merata dengan spatel gelas dan lempeng agar itu kemudian diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-20 jam. Koloni-koloni yang tumbuh dihitung dan dicatat. Identifikasi koloni-koloni kuman dilakukan menurut metode baku yang berlaku. Interpretasi hitung koloni bakteri(9-10): jika pada lempeng agar darah didapatkan jumlah koloni bakteri <10, kemungkinan besar ini karena suatu kontaminasi dan identifikasi bakteri tidak dilakukan. Dalam hal ini

(35)

12

sediaan pulasan Gram urin harus memberikan hasil kuman Gram negatif. Jika terdapat bakteri pada sediaan Gram maka lempeng agar diinkubasi kembali untuk semalam karena mungkin bakteri tumbuh lambat. Jumlah koloni pada lempeng agar di antara 10-100 juga tidak dianggap suatu bakteriuri, melainkan mungkin karena pengambilan dan penanganan sampel yang tidak betul. Hitung koloni kuman yang menghasilkan jumlah kuman pada lempeng agar >100 dianggap bermakna sebagai bakteriuria dan organisme yang tumbuh akan diidentifikasi

Biakan kuman dapat juga dilakukan dengan cara Filter Paper Dilution system dari Novel(11). Caranya dengan menggunakan 3 lapis filter yang dibawahnya adalah agar untuk pembiakan kuman. Cara ini dapat untuk mendeteksi kuman Gram positif dan Gram negatif dengan hasil yang memuaskan. Untuk kuman Gram negatif hasilnya dibandingkan dengan kultur konvensional, ternyata sensitivitasnya 98,2% dan spesifisitasnya 87,4%. Sedangkan untuk kuman Gram positif sensitivitasnya 91,2% dan spesifisitasnya 99,2%.

2.5.2. Pemeriksaan lekosit dalam urine.

(36)

13

kemudian ditutup dengan kaca penutup. Pertama kali dilihat di bawah mikroskop dengan lapangan pandang kecil (LPK), kemudian dengan lapangan pandang besar (LPB). Penilaian dilakukan dengan melihat beberapa kali dalam beberapa Lapangan Pandang Besar (LPB). Laporan didasarkan pada sedikitnya 3 LPB yang dianggap dapat mewakili sediaan. Piuria terjadi bila dijumpai lebih dari 5 lekosit / LPB(12,13).

2.5.3. Tehnik pemeriksaan lain.

Teknik pemeriksaan baru dengan teknik penyaring cepat yaitu

Uricult dipslide paddle (Orion Diagnostica, Helsinki, Finland), Cult- Dip Plus (Merck, Gemany), Uristat test ( Shields Diagnostics Ltd, Scotland) dan Bioluminescence assay. Walaupun dengan cepat dapat mendiagnosis bakteriuria, namum masih ada kekurangan dan tidak memenuhi tes penyaring yang baik. Tes lain yaitu Uriscreen (Diatech Diagnostics Ltd, Kiryat Weizmann, Ness Ziona, Israel), dengan enzymatic rapid screening test ini dalam beberapa menit hasilnya dapat dibaca. Hasilnya dibandingkan dengan biakan positif. Ternyata Uriscreen mempunyai sensitivitas 100% dan spesifisitas 81%, Cara ini baik untuk screening

sampel dalam jumlah yang besar(4).

2.6. Pengobatan

Pengobatan bakteriuria asimtomatik pada kehamilan perlu diberikan, sebab menurut penelitian Elder dkk(4) , dengan memberikan pengobatan ASB pada kehamilan dapat menurunkan insiden bakteriuria

(37)

14

dari 86% menjadi 11%. Komplikasi pielonefritis akuta dapat berkurang hingga 80% setelah diberikan pengobatan pada ASB. Juga dapat menurunkan angka lahir berat badan rendah.

Penelitian yang membandingkan pengobatan dengan sulfonamida, cephalosporin, dan nitrofurantoin dengan spectrum luas antibiotika penisilin menunjukkan bahwa obat-obatan tersebut sama-sama efektif dalam eradikasi bakteriuria. Pengobatan dengan ampisilin perlu hati-hati karena penyebab utama bakteriuria adalah E.coli yang resistensinya mencapai 30% di Amerika(4).

Tabel 1: Antibiotika yang dipakai untuk ASB dan sistitis pada

kehamilan (4)

Pengobatan 3-7 hari:

nitrofurantoin 100 mg / 4 x sehari sulfisoxazole 500 mg / 4 x sehari cephalexin 250-500 mg / 4 x sehari

Pengobatan tunggal:

(38)

15

Pencegahan:

macrodantin 100 mg

Pengobatan dengan dosis tunggal dapat mendukung pengobatan ASB dan menghemat biaya pengobatan. Dalam pemilihan obat perlu diperhatikan efek samping dari obat-obat tersebut. Misalnya penisilin dan sefalosporin dapat menyebabkan reaksi anafilaktik, sulfonamida dapat menyebabkan fetal hyperbilirubinemia, nitrofurantoin dapat menyebabkan defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase, trimethoprim adalah kontraindikasi relatif untuk kehamilan trimester pertama dan dapat bersifat teratogenik.

2.7. Komplikasi

2.7.1. Sistitis

Komplikasi bakteriuria pada kehamilan berupa sistitis, yang berkisar antara 0,35-1,3%(4). Laporan mengenai sistitis pada kehamilan sangat kurang. Lokalisasi infeksi bakterial pada sistitis adalah tractus urinarius bagian bawah. Belum jelas kapan sistitis dapat berlanjut dengan meningkatnya lahir prematur, lahir berat badan rendah atau pielonefritis. Diagnosis pada penderita sistitis dapat ditegakkan dengan adanya keluhan disuria, hematuria, sering miksi atau merasa tidak enak pada daerah suprapubik. Sistitis sering berulang timbul pada kehamilan namun tanpa adanya gejala infeksi. Pemeriksan urine sering positif dengan piuria

(39)

16

dan bakteriuria. Yang terbaik adalah biakan urine, sebab 10% sampai 15% piuria pada kehamilan terjadi tanpa gejala infeksi.

Pengobatan sistitis sama dengan pengobatan ASB. (Lihat Tabel 1) Umumnya pengobatan selama 5-7 hari. Pengobatan dengan jangka pendek lebih diminati, misalnya 1, 3 atau 4 hari, karena lebih murah, dan efek samping juga dapat berkurang dari pada pemberian antibiotika jangka panjang. Biakan urine perlu dilakukan berulang secara teratur pada kehamilan sebab diperkirakan 18% dari penderita dengan sistitis akuta didapatkan biakan urine positif pada akhir kehamilan.

2.7.2. Pielonefritis akut

Pada kehamilan terdapat sebanyak 1-2 % pielonefritis akut. Insiden pada populasi bervariasi dan tergantung pada prevalensi ASB dalam komunitas dan penderita secara rutin diberi pengobatan pada ASB. Wanita dengan riwayat pielonefritis, malformasi saluran kemih atau batu ginjal meningkatkan risiko terjadinya pielonefritis. Penelitian prospective

(40)

17

Gejala dan tanda klinis pada pielonefritis akut, temasuk demam, menggigil, sakit, mual dan muntah, sepsis, insufisiensi pernafasan dan gejala yang konsisten dengan sistitis. Diagnosis perlu dikonfirmasikan dengan biakan urine. Biakan urine setelah pengobatan dengan antibiotika, hasilnya menjadi negatif. Ditemukannya 1, 2 bakteri per lapangan pandang besar pada urine dari kateterisasi, 20 bakteri dari penampungan urine atau 100,000 cfu /ml dari biakan urine adalah bermakna.

Komplikasi pielonefritis pada kehamilan terutama disebabkan endotoksin yang menyebabkan kerusakan jaringan. Seringkali secara bersamaan terjadi kerusakan pada beberapa organ. Sejumlah 10-15% pielonefritis pada kehamilan dengan bakteriemia, manifestasi ke septic shock(4). Kehamilan dengan sepsis dan demam tinggi menyebabkan

cardiac output turun.

Insufisiensi pernafasan terdapat 2-8% pada pielonefritis pada kehamilan, hal ini disebabkan oleh karena. toksin dari bakteri dapat mengubah permeabilitas membrane alveoli-kapiler dan menyebabkan edema paru. Gejala klinis berupa sesak nafas, nafas cepat, kekurangan oksigen, edema paru atau respiratory distress syndrome, denyut nadi meningkat 110x /menit atau lebih, suhu badan meningkat lebih dari 39oC, nafas cepat lebih 28x /menit.

(41)

18

Disfungsi ginjal terdapat pada 25% kehamilan. Disfungsi ini dapat dilihat dari creatinine clearence kurang dari 80 ml /menit, setelah beberapa hari dapat normal kembali.

Anemia, ditemukan pada 25-66% kehamilan dengan pielonefritis. Anemia hemolitik timbul karena lipopolisakharida kuman yang dapat merusak membran sel darah merah.

Pielonefritis antepartum pada kehamilan perlu diberi antibiotika yang mempunyai khasiat terhadap bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Pemberian antibiotika yang dapat diterima untuk pengobatan pielonefritis seperti terlihat pada Tabel 2(4),

Tabel 2. Antimikroba yang digunakan untuk pengobatan

pielonefritis pada kehamilan(4)

ampisilin 2 g IV /6jam + gentamycin 3-4mg/Kg/hari IV dibagi 3 x sehari

cefazolin 1 g IV tiap 8 jam

ceftriaxone 1- 2 g IV atau IM tiap 24 jam mezlocillin 1- 3g IV tiap 6 jam

(42)

19

Kombinasi ampisilin dengan aminoglikosida sudah digunakan sebagai pengobatan yang umum diberikan pada kehamilan dengan pielonephrits. Penggunaan gentamisin pada kehamilan sering dipertanyakan karena toksisitasnya. Seperti nefrotoksik dan ototoksik, namun tidak ditemukan nefropathy pada wanita hamil dan janinnya. Khususnya pada neonatal dan infants setelah pengobatan dengan gentamisin. dapat mengakibatkan gangguan ginjal(4). Pengobatan dengan mezlocillin dan piperacillin, dapat menurunkan demam dalam waktu 96 jam. Pengobatan dengan cefazolin dan ceftriaxon menurunkan febris, dalam 1 dan 1-3 hari. Resistensi terhadap generasi pertama cephalosporin mencapai 12%. Penderita yang gagal dengan cefazolin dapat diobati dengan penambahan aminoglikosida.

Kehamilan dengan pielonefritis perlu dirawat di rumah sakit untuk observasi dan deteksi komplikasi pielonefritis, termasuk insufisiensi ginjal, insufisiensi pernafasan dan sepsis, gejalanya seperti demam tinggi, dehidrasi dan muntah-muntah. Pemeriksaan laboratorium yang penting adalah hitung jumlah sel darah, serum elektrolit, kreatinin dan biakan urine. Angel(4) membandingkan pengobatan cephalexin oral dengan cephalothin IV pada penderita nonbakteriemia, ternyata antibiotika oral aman dan efektif diberikan pada kehamilan. Respon klinis dengan pengobatan antibiotika adalah cepat. Bila setelah 72 jam gagal atau tidak ada respon klinis perlu dilakukan renal sonografi untuk memeriksa adanya obstruksi karena nephrolithiasis. Pengobatan intravena diteruskan sampai setelah 1 - 2 hari tidak demam. Umumnya pengobatan dengan antibiotika

(43)

20

diberikan selama 2 minggu. Biakan urine dan antibiotika profilaksis perlu diberikan pada wanita hamil dengan riwayat pielonefritis untuk menurunkan risiko infeksi rekuren.

2.8. Kerangka Konsep

Variabel Confounding

 Umur

 Paritas

 Usia Kehamilan

 Pendidikan

Variabel Bebas Ibu hamil dan Ibu

yang tidak hamil

Variabel Tergantung

(44)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan “cross-sectional” dengan metode pendekatan observasional analitik. Peneliti akan menguji data pada satu titik waktu. Data dikumpulkan hanya pada satu kesempatan dari dua kelompok subyek penelitian yaitu kelompok subyek ibu hamil dan kelompok ibu yang tidak hamil.

3.2. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2014

sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah ibu hamil yang berkunjung ke poli ibu hamil di RSUP. H. Adam Malik. Kelompok kontrol adalah ibu yang tidak hamil yang merupakan paramedis yang bekerja di RSUP. H. Adam Malik Medan.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi :

- Ibu hamil (Kelompok Subjek).

(45)

22

- Ibu yang tidak hamil (Kelompok Kontrol).

- Urin yang diambil adalah urin mid-stream pagi hari.

- Usia 20 - 35 tahun.

- Tidak sedang menderita penyakit infeksi saluran kemih.

- Bersedia ikut serta dalam penelitian.

2. Kriteria Eksklusi :

- mempunyai riwayat penyakit ginjal.

- mempunyai riwayat penyakit infeksi di daerah kelamin.

3.5. Besar Sampel

Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus sampel analitik komparatif variabel numerik tidak berpasangan :

Zα = Nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai

α yang ditentukan (α = 0,05) Zα = 1,96

Zβ = Nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai

β yang ditentukan (β = 0,20) Zβ = 0,842

Sd = Simpangan baku gabungan dari kepustakaan  3,02 d = Selisih rerata dari kepustakaan yang bermakna  2,35

N = 2

(1,64+0,82). 3,02 2

2,35

(46)

23

N1= N2  Jumlah sampel sebanyak 20 orang untuk masing-masing kelompok subyek penelitian

3.6. Cara Penelitian

1. Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan bakteriologis yang diambil dari spesimen urin kelompok subyek penelitian dan kelompok kontrol. Sampel penelitian diambil secara concecutive sampling

dengan penetapan kriteria inklusi dan eksklusi. 2. Urin yang diambil adalah urin mid-stream.

3. Urin di tampung dalam pot urin dengan volume 20 cc 4. Urin diperiksa di Laboratorium Klinik Pramita.

3.7. Batasan Operasional

1. Ibu Hamil adalah ibu yang dinyatakan hamil dengan pemeriksaan oleh

dokter.

2. Ibu yang Tidak Hamil adalah ibu yang dinyatakan tidak hamil dengan

pemeriksaan oleh dokter.

3. Bakteriuria Sebagai Penyebab Terjadinya Infeksi Saluran Kemih

adalah bakteri yang dijumpai dalam urin dengan jumlah koloni >100.000 /ml urine.

(47)

24 3.8. Alur Penelitian

Kelompok Subyek Penelitian yang memenuhi kriteria Inklusi

Kelompok Kontrol yang memenuhi kriteria Inklusi

Dilakukan pemeriksaan bakteriuria dari spesimen urin subyek

Bakteriuria (+) / (-)

Analisis Statistik

(Analisis komparatif variabel numerik tidak berpasangan dengan uji t-independen)

(48)

25 3.9. Pengolahan Data

Data ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel, dan distribusi frekuensi. Analisis data dilakukan dalam bentuk analisis univariat, bivariat dan multivariat. Data diolah secara komputerisasi menggunakan Program SPSS versi 17.

3.10. Etika Penelitian

Seluruh subyek penelitian akan mendapat penjelasan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, cara kerja, keuntungan dan kerugian dari penelitian, serta prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. Informed consent dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh PPDS yang bertugas di poli ibu hamil (PIH) Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan.

Keikut-sertaan subyek penelitian adalah sukarela dan menandatangani formulir lembar persetujuan calon subyek penelitian. Penelitian ini telah melalui penilaian komisi etik dan telah disetujui oleh komisi etik penelitian kesehatan Fakulatas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(49)

26 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian Perbandingan kejadian Bakteriuria Pada Ibu Hamil dengan Ibu yang Tidak Hamil di RSUP. H. Adam Malik Medan yang akan dilakukan mulai bulan Januari 2014 sampai selesai, dengan jumlah sampel masing-masing sebanyak 20 yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia ikut dalam penelitian dan bersedia menandatangani surat persetujuan.

Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian.

Karakteristik

Ibu Hamil Ibu Tidak Hamil

(50)

27

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa umur ibu hamil (kelompok subjek) yang sering dijumpai berkisar > 25 – 30 sedangkan umur ibu tidak hamil (kelompok kontrol) yang sering dijumpai berkisar > 30 – 35. Pendidikan ibu hamil yang sering dijumpai yaitu tamat SLTA sedangkan umur ibu tidak hamil yang sering dijumpai yaitu tamat diploma. Paritas ibu hamil yang sering dijumpai yaitu 1 – 2 sedangkan paritas ibu tidak hamil

yang sering dijumpai yaitu ≥ 3.

Tabel 4. Jumlah koloni bakteri yang dijumpai pada ibu hamil dan ibu tidak hamil di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Jumlah Koloni

(/ml)

Ibu Hamil Ibu Tidak Hamil

n % n %

< 100.000 13 65 18 90

≥ 100.000 7 35 2 10

Jumlah 20 100 20 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok ibu hamil yang menderita adanya bakteriuria adalah 35% sedangkan pemeriksaan pada ibu tidak hamil yang menderita adanya bakteriuria adalah 10%.

(51)

28

Tabel 5. Hubungan tanda dan gejala dengan kejadian bakteriuria pada ibu hamil (kelompok subjek) di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Tanda dan Gejala

Pemeriksaan Urin

Jumlah

Positif (+) Negatif (-)

n % n % n %

Simptomatik 5 71.4 3 23.1 8 40 Asimptomatik 2 28.6 10 76.9 12 60

Total 7 100 13 100 20 100

*Uji Chi-Square

(52)

29 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari penelitian perbandingan kejadian bakteriuria pada ibu hamil yang dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan dijumpai hasil yang cukup tinggi yaitu berkisar 35%.

2. Dari pemeriksaan urin dari kelompok ibu hamil yang menunjukkan hasil positif dengan tanpa adanya tanda dan gejala (asimptomatik) menunjukkan hasil berkisar 28,6%, sedangkan pada kelompok ibu tidak hamil menunjukkan angka kejadian berkisar 10%.

3. Perlu dilakukan pemeriksaan urin secara rutin untuk menghindari terjadinya komplikasi seperti partus prematurus, pertumbuhan janin terhambat, dan preeklampsia.

5.2. Saran

1. Pada sarana pelayanan poli ibu hamil di RSUP. H. Adam Malik Medan diharapkan dapat menerapkan pemeriksaan urin secara rutin agar pencegahan dini dan penanganan segera dapat dilakukan secara tepat.

(53)

30

(54)

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadisaputro S, Parsudi I, Pranarka K, Winarto. Bakteriuria di masyarakat (hubungannya dengan sosial ekonomi dan kesehatan pribadi / higiene lingkungan). Medika 2009; 9: 66l-64.

2. Becker G.J. Urinary tract infection and reflux nephropathy in adults. Med. Intern Indon 2008; 2: l337 - 43.

3. Lipsky BA. Urinary tract infection in men. Ann Int Med 2008; ll0 : 138-48.

4. Millar LK, Cox S.M. Urinary tract infections complicating pregnancy. Infect Dis Clin North Am 2007;11:13-26.

5. Platt R. Quantitative definition of bacteriuria Am J Med 2009; 110: 44-5l.

6. Sarwono, Penyakit Ginjal dan saluran kemih dalam Wiknjosastro, Hanifa (ed) : Ilmu Kebidanan Edisi Kelima, Jakarta 2006,

7. Santoso S, Dzen MS. Bakteriuria asimtomatik pada wanita hamil. Maj Kedokt Indon 2005;35:515-18.

8. Isenberg H.D, Washington II JA, Balows A.Sonnenwirth AC: Collection, handling and processing specimens In Lannette, E.H. Ballows A, Hausler JR WJ, Shadomy HJ. editors. Manual of clinical microbiology. 4th ed. Washington D.C. : American Society for Microbiology;2003. P. 73-97.

(55)

32

9. Barry A L., Smith P.B, Turck M , Gavan TL.. Laboratory diagnosis of urinary tract infections. Cumitech. Wshington D.C.: Americans society for Microbiology,;2006.p.1-8.

10. Kunin MC., Buesching W J. Novel Screening Method for urine cultures using a filter paper dilution system. J. Clin Microbiol.2000; 38:1187- 90. 11. Subrata G. Penunutun laboratorium klinik. Jakarta : Dian Rakyat ;

2008.halm.110-20.

12. Wells B. Clinical pathology. 3th ed. Philadelphia; WB Saunders 2000.p.484

13. Harris RE. Urinary tract infection during pregnancy. In : Dilts PV, Sciarra JJ (eds). Gynecology and Obstetrics. Revised ed. Philadelphia, JB Lippincott Co, 2006 : 3 (38) : 1-9

14. Roema, Jose, Ardaya. Ginjal dan kehamilan dalam Soeparman dan Sarwono Waspadji (ed) : Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta : Penerbit FK-UI, 2007.

15. Cunningham FG, MacDonald PC, Grant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hankins GDV, et al. Williams Obstetrics 23th ed. Connecticut : Appleton & Lange 2009.

16. Person CL, Lacy SS. Urinary Tract Infection. In: Cunningham FG (eds) Clinica Obstet Gynecol. J.B.Lippincott Co. 2007.

(56)

33

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……… Umur : ……….. tahun

Alamat : ……… Pekerjaan : ………..

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapat penjelasan sepenuhnya serta memahami tentang maksud dan tujuan serta manfaat penelitian yang berjudul :

PERBANDINGAN KEJADIAN BAKTERIURIA PADA

IBU HAMIL DENGAN IBU YANG TIDAK HAMIL

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

maka saya setuju untuk diikutsertakan dalam penelitian ini dan bersedia berperan serta dengan memenuhi semua ketentuan yang berlaku dalam penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, ...2014

(………)

(57)
(58)

Tabel Induk Ibu Hamil

No. Usia Ibu Pendidikan Paritas Bakteri Dalam

Urin

Pemeriksaan Urin Tanda & Gejala

1 25 SD 4 - - Asimptomatik

2 21 SLTA 1 + + Asimptomatik

3 29 SLTA 1 - - Simptomatik

4 34 SLTP 2 - - Asimptomatik

5 27 SLTP 2 + + Simptomatik

6 29 Diploma 3 - - Asimptomatik

7 31 SD 2 - - Asimptomatik

8 33 Strata 3 - - Asimptomatik

9 28 SLTA 1 + + Simptomatik

10 31 SLTP 3 - - Simptomatik

11 24 SLTA 1 - - Asimptomatik

12 29 SLTA 2 + + Simptomatik

13 32 SD 4 + + Asimptomatik

14 30 Diploma 2 - - Asimptomatik

15 30 SLTA 3 - - Asimptomatik

16 28 SLTA 2 + + Simptomatik

17 26 SLTA 3 - - Asimptomatik

18 25 Diploma 1 - - Asimptomatik

19 26 Strata 1 + + Simptomatik

20 27 SLTP 2 - - Simptomatik

(59)

Tabel Induk Ibu Tidak Hamil

No. Usia Ibu Pendidikan Paritas Bakteri

1 26 Diploma 1 -

2 31 SLTA 4 -

3 23 Diploma 1 -

4 31 Diploma 3 -

5 28 Diploma 2 -

6 32 Strata 3 -

7 35 SD 3 -

8 32 Diploma 4 -

9 25 Diploma 1 -

10 33 Strata 3 -

11 31 Diploma 1 -

12 31 Diploma 2 -

13 32 Diploma 2 +

14 31 Diploma 1 -

15 34 SLTP 4 -

16 30 Diploma 3 -

17 31 Diploma 3 -

18 27 Diploma 2 -

19 34 SLTA 4 +

(60)

Case Processing Summary

Continuity Correctionb 2.647 1 .104

Likelihood Ratio 4.499 1 .034

Fisher's Exact Test .062 .052

Linear-by-Linear Association 4.211 1 .040

N of Valid Cases 20

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.80. b. Computed only for a 2x2 table

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian
Tabel 3.  Hubungan
Tabel 3.  Karakteristik Subjek Penelitian.
Tabel 4.  Jumlah koloni bakteri yang dijumpai pada ibu hamil dan ibu tidak
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apakah Bukti Fisik tersebut merupakan pengajuan kembali (apelan) karena perbaikan atau kekurangan AK pada pengajuan sebelumnya , atau karena tidak sesuai dengan kriteria

Dalam suatu permainan sering sekali terjadi kesalahpahaman antara peserta dengan pembaca pertanyaan.Untuk mengatasi hal tersebut penulis mempunyai suatu ide untuk membuat suatu

Frekuensi hidramnion pada hamil kembar sekitar 10 kali lebih besar dari pada kehamilan tunggal.Perjalanan persalinan dapat berlangsung lebih lama, karena keregangan otot rahim yang

Social Sustainability adalah Pengembangan (dan / atau pertumbuhan) yang kompatibel dengan evolusiharmonis yang melibatkan masyarakat sipil demi menciptakan

Therefore, we can distinguish clearly between the authority of state organs based on the constitutionally entrusted power, and the authority of state organs that are

Hasil penelitian tentang sikap sebelum diberikan penyuluhan tentang kanker payudara juga didukung oleh hasil penelitian Viviyawati (2014) tentang pengaruh pendidikan

Yang mampu merubah bumi ini kearah yang lebih baik.Hal yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki

Enzim selulase yang dihasilkan oleh kapang Mucor sp .B 2 memiliki aktivitas optimum pada pH 5, temperatur 50 ˚C, stabil pada.. rentang pH 4-6 dan stabil pada temperatur 50 ˚C