NEWSLETTER
Departemen Teknik Fisika ITSBerita
Utama
1
Departemen Teknik Fisika ITS kembali menyambut visitasi tim asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Senin-Selasa (5-6 Maret) lalu. Dengan kenaikan signifikan sebesar 15 poin, salah satu departemen di bawah naungan Fakultas Teknologi Industri ini sukses meraih kembali label akreditasi A untuk Program Stusi Sarjana (S1). Prestasi ini telah disahkan dengan surat keputusan nomor 653/SK/BAN-PT/Akred/S/III/2018 yang berlaku hingga Maret 2023.
Tidak hanya program studi (prodi) strata 1, kabar bahagia datang juga dari pendidikan pascasarjana Teknik Fisika. Berdiri sejak tahun 2008, prodi strata 2 ini kembali berhasil meraih nilai akreditasi A dengan nomor surat keputusan 631/SK/BAN-PT/Akred/M/II/2018.
Beberapa aspek yang diperhatikan dalam penilaian akreditasi program studi adalah visi, misi, dan tujuan, sistem pengelolaan, mahasiswa dan alumni, dosen, kurikulum, sarana dan prasarana, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Selain penilaian melalui berkas, tim asesor BAN-PT untuk prodi S1 yang dipimpin Dr. Cuk Imawan dan Dr. Ahmad Agus Setiawan, serta asesor prodi S2, Dr. Sihana dan Dr. Nugroho Sulami melihat kondisi langsung lingkungan kampus Departemen Teknik Fisika dan suasana akademik yang meliputinya.
Ditemui di ruang kerjanya, Kepala Prodi S1 Teknik Fisika, Hendra Cordova ST. MT. mengungkapkan beberapa hal terkait proses akreditasi ini. Hendra mengaku suksesnya akreditasi kali ini merupakan buah dari pembenahan kuantitas publikasi jurnal. Tentu saja salah satunya adalah tuntutan pengelolaan publikasi jurnal ilmiah secara elektronik. "Apalagi saat ini BAN PT menerapkan Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi Online (SAPTO). Alhamdulillah kemarin kami pun mendapat apresiasi mengenai baiknya pengisian mandiri SAPTO," tukas Hendra.
Dirinya pun menekankan bahwa pentingnya akreditasi departemen akan kembali kepada mahasiswa baik saat mencari pekerjaan maupun saat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. "Semua mahasiswa harus menyadari pentingnya akreditasi dan pada akhirnya saling bekerja sama," ujar alumni Teknik Fisika ITS tahun 1992 ini.
Edisi 1 : April 2018
Raih Kembali Akreditasi
A, Departemen Teknik
Fisika Terus Berbenah
Perolehan nilai akreditasi A pada kedua prodi merupakan prestasi yang membanggakan dan merupakan hasil kerja keras berbagai pihak. "Ini juga merupakan pencapaian tersendiri, kami membenahi berbagai bidang termasuk terkait alumni sebagai stakeholder," ungkap Hendra.
Targetkan AUN-QA 2019 dan Persiapan Ekuivalensi Kurikulum
Perolehan akreditasi tingkat nasional dari BAN-PT ini juga merupakan awal untuk mempersiapkan akreditasi tingkat selanjutnya. Ditanya mengenai persiapan tersebut, Hendra bertutur bahwa Departemen Teknik Fisika tengah menargetkan akreditasi Asean University Network Quality (AUN-QA) Januari 2019 mendatang. "Rencananya bersama departemen Perencanaan Wilayah dan Tata Kota, Matematika, serta Teknik Kelautan. Tentunya ini salah satu bentuk mengusung visi ITS sebagai World Class University" ungkap pria asal Jember ini.
Dalam akreditasi ini, lanjut Hendra, ada beberapa elemen yang menjadi fokus utama. Diantara ialah kemahasiswaan, persebaran alumni, manajemen administrasi, infrastuktur, dan sumber daya manusia meliputi tenaga kependidikan, dosen, serta professor.
Hatta mengatakan, di Indonesia sendiri terdapat produk pendeteksi pernafasan yang sejenis tetapi masih analog. Bahan yang digunakan juga menggunakan elektroda sebagai sensor sehingga kurang baik jika digunakan dalam medan beradiasi seperti MRI. ”Ukuran alatnya juga masih besar. Disini, saya dan tim hanya ingin menawarkan solusi atas masalah tersebut,” ujarnya.
Untuk menunjang penelitiannya, Hatta bekerjasama dengan beberapa pihak seperti medis untuk menguji kelayakan alat ini. “Secara teknis, alat ini sudah bekerja dengan baik. Kami biasa mengujikan kepada mahasiswa terlebih dahulu,” tutur Hatta. “Ibarat satu sampai sepuluh. Alat ini sudah mencapai angka tujuh,” lanjutnya kemudian.
Pria berkulit putih ini mengatakan, Senapas hanya butuh sedikit pembenahan dari segi kemasan. Ia juga mengaku mendapat kendala untuk mendapatkan komponen karena minimnya industri elektronika di Indonesia. Ia berharap, alat ini bisa di komersilkan secara bebas meskipun nilai jual alat ini cukup mahal. “Sistem penampil datanya yang cukup mahal. Untuk masker oksigennya murah. Sekali pakai, buang,” ujar Hatta.
Diakhir, Hatta menerangkan bahwa alat deteksi pernafasan itu penting adanya. Tidak hanya untuk analisis kedokteran, tetapi juga analisis psikologi, atau ketahanan pekerja di Industri. “Dalam industri pertambangan contohnya, kondisi penambang yang ada di bawah tanah bisa diamati dengan alat deteksi pernafasan ini secara langsung. Mendeteksi kondisi kebugaran atlit, atau kasus-kasus lain,” pungkas Hatta menutup penjelasannya.(nov)
Melihat minimnya alat deteksi pernafasan di Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membuat karya inovatif dengan nama Serat Optik untuk Napas (Senapas). Alat yang dikembangkan oleh Agus Muhamad Hatta ST MSi PhD bersama Laboratorium Rekayasa Fotonika Departemen Teknik Fisika ITS ini merupakan sensor yang mampu mendeteksi ragam pernafasan dengan menggunakan serat optik Sebagai bahan utama.
Serat optik adalah saluran transmisi sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik. Alat ini sangat halus, diameternya kurang lebih 120 mikrometer, ukurannya lebih tipis dari sehelai rambut. Kabel tipis ini dapat digunakan untuk menghantarkan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau Light-Emitting Diode (LED).
Cahaya yang ada di dalam serat optik juga tidak akan keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, sehingga kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi. Bahan serat satu ini sangat bagus untuk digunakan sebagai saluran komunikasi. Serat optik ini diletakkan dalam masker oksigen yang terhubung dengan Liquid Crystal Display (LCD) . Karena penggunaan serat optik sebagai sensor, Senapas dapat mengukur kualitas pernafasan secara langsung dari masker oksigen yang dikenakan ke monitor display.
Dosen yang kerap disapa Hatta ini menerangkan, serat optik dipilih sebagai sensor karena ringan, kecil, dan praktis. Bentuknya yang kecil membuat Senapas dapat digunakan kapanpun dan dimanapun. Selain itu, sifat serat optik juga kebal terhadap medan elegtromagnetik sehingga aman digunakan di lingkungan Magnetic Imaging Resonance (MRI).
2 Riset
3 Apa Kabar Teknik Fisika?
Selasa (13/03), Departemen Teknik Fisika ITS kembali mendapatkan kunjungan dari alumninya yang telah sukses berkiprah di dunia Industri. Kali ini, dua orang alumni yang hadir adalah engineer dari PT Yokogawa Indonesia yaitu Bapak Ir. Sonny Prijantono dan Ibu Lusie Triana, S.T. Beliau hadir di Ruang Sidang Departemen Teknik Fisika ITS dalam rangka Workshop Fieldbus Foundation Engineering and S a f e t y I n s t r u m e n t a t i o n S y s t e m .
Materi tentang Fieldbus Foundation Engineering disampaikan oleh Bapak Sonny. Lulus dari Teknik Fisika ITS pada tahun 1994, beliau kini berperan sebagai DCS & Solutions Specialist di Technical D i v i s i o n . B e l i a u m e n y a m p a i k a n perkembangan teknologi Fieldbus Foundation yang merupakan bagian dari Field Digital Communications, atau protocol komunikasi antara berbaga iinstrumen pengukuran yang ada di lapangan dengan operator di ruang kontrol. Sebagai protocol komunikasi dua arah yang melibatkan intelligent instrument, Fieldbus merupakan teknologi yang paling banyak digunakan saat ini, seperti halnya HART Protocol dan Wireless. Ketiganya
Kenali Teknologi
Instrumentasi Terkini
Bersama Alumni
sudah menggeser teknologi sebelumnya yaitu pneumatic dan analog. Selain pengertian dan karakteristik dari Fieldbus Foundation, peserta juga dikenalkan tentang keuntungan penggunaan teknologi b a r u i n i d i d a l a m i n d u s t r y b i l a d i b a n d i n g k a n d e n g a n i n s t r u m e n analog.Sama menariknya dengan materi sebelumnya, materi kedua yaitu Safety Instrumentation System (SIS) juga membahas aplikasi dari ilmu Teknik Fisika di bidang industri. SIS merupakan pencegahan kecelakaan pada suatu pabrik untuk menjaga baik aspek masyarakat, lingkungan, dan bisnis di dalam dan di sekitar lingkup pabrik tersebut. Materi yang disampaikan Ibu Lusie, sebagai seorang SIS Lead Engineer, meliputi perbedaan SIS dengan DCS, bagaimana hierarki dari SIS, bagaimana cara memasang safety system, dan bagaimana menghitung nilai fault tolerant.
Workshop ini memberikan manfaat kepada mahasiswa karena memberikan pandangan l e b i h t e r k a i t a p l i k a s i d a r i i l m u instrumentasi yang diajarkan di bangku kuliah. “Saya rasa materinya menarik karena sangat menjurus ke dunia kerja, dengan penjelasan yang lebih konkrit.” Komentar Iman Ramacaesar, salah satu peserta workshop dari angkatan 2014. Para peserta juga cukup antusias mengikuti rangkaian acara hingga selesai karena materi yang disampaikan berkorelasi dengan mata kuliah yang sedang dipelajari.
Seorang peserta lain, Chervilia Pradita mengemukakan bahwa kedua materi yang disampaikan semuanya ada di mata kuliah Teknik Fisika. “Untuk SIS ada di matkul Proteksi dan Keamanan, sedangkan fieldbus mungkin termasuk di Desain Instrumen.”Chervi juga menambahkan, “Pemateri menjelaskan dengan sangat baik. Saya berharap lebih sering diadakan kuliah tamu atau workshop seperti ini.”
Antusiasme peserta juga dirasakan oleh p i h a k p a n i t i a d a r i D e p a r t e m e n Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) HMTF ITS yang membantu pada persiapan teknis dan publikasi. “Banyak sekali peserta yang hadir pada workshop kali ini. Bahkan, beberapa mahasiswa tidak bisa mengikuti kuliah tamu karena keterbatasan kapasitas ruang. Tentunya akan diadakan perbaikan kedepan karena kegiatan ini termasuk program kerja kami, yaitu sharing session.” Ungkap Asma'ul Husna, perwakilan dari Kesma HMTF ITS.(rfa)
Ajang untuk mengapresiasi para m a h a s i s w a y a n g t e l a h b e r h a s i l menyelesaikan beban studi 144 sks di Departemen Teknik Fisika (TF) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut biasa dikenal dengan Tasyakuran Wisuda (TW). Tak ubahnya suatu budaya, arak-arakan wisudawan menjadi suatu kegiatan yang selalu mengiringi prosesi wisuda di Teknik Fisika setiap tahunnya.
Dalam wisuda 117 ini,TF ITS berhasil meluluskan 39 mahasiswanya dimana empat diantaranya berhasil meraih predikat pujian. Tentu bukan hal mudah bagi seorang mahasiswa untuk berada di titik ini. Karenanya, kebahagiaan wisudawanini patut dirayakan bersama di Departemen. Dikonsep langsung oleh mahasiswa baru 2017, TW kali ini mengusung tema Surabaya 70-an. Bergaya ala Dilan dalam film Dia adalah Dilanku 1990 yang saat ini sedang naik daun, pasukan mahasiswa TF ITS menjemput wisudawan dari graha sepuluh nopember ke departemen menggunakan jaket denim berwarna senada.
Muhsmmad Rizqi Lazuardy, ketua pelaksana dari TW 117 ini mengatakan bahwa memang disetiap acara TW,TF selalu memberi sajian berbeda. “Tahun sebelumnya kan mengusung tema retro, sekarang kami juga memasang tema yang sejenis tapi tidak sama,” tuturnya. “Kami juga pernah mengusung tema galaxy,” lanjutnya kemudian.
Ia mengatakan, untuk mempersiapkan TW ini, ia dan rekan-rekannya butuh waktu y a n g c u k u p l a m a . “ K a m i i n g i n memberikan yang terbaik selaku adik atas bantuannya selama ini di Teknik Fisika. Seperti praktikum, tutor untuk akademik dan banyak hal lain,” papar Lazu.
TW 117, Bentuk
Apresiasi dari
Mahasiswa TF
untuk Wisudawan
Semakin hari, persaingan dunia kerja semakin ketat. Dibutuhkan kecermatan dalam menentukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Selain itu diperlukan pula strategi untuk mendapatkan pekerjaan tersebut, dan yang tak kalah penting, bekal dalam menghadapi kerasnya dunia kerja juga perlu dipertimbangkan. Tak sedikit mahasiswa tingkat akhir yang khawatir dengan keberlangsungan karir mereka ketika menyandang gelar fresh graduate
nanti. Untuk menjawab kekhawatiran tersebut, Departemen Kesejahteraan Mahasiswa HMTF ITS 17/18 mengadakan Kegiatan Job Peraparation, 3 Maret 2018, di Ruang Sidang Teknik Fisika ITS.
Kegiatan yang diperuntukkan khusus untuk Mahasiswa Teknik Fisika ITS tahun terakhir ini mendatangkan 3 pemateri, yaitu Ibu Rustini Hendra Wardani, S.Psi (Bidang Psikologi dan Bimbingan Karir) sebagai pemateri CV Training, Radifan Hassan (President ITS MUN Club) sebagai pemateri FGD Training, dan yang terakhir adalah Ibu Endang Tri Handajani (Alumni Teknik Fisika ITS-General Manager Human Capital Management and Corporate University PT. United Tractors
TBK) sebagai pemateri Interview simulation. Selain pemberian materi, dalam Job Preparation ini juga dilakukan simulasi pada setiap sesi materi.
Ditemui usai kegiatan, Achmad Syarif Hidayat, salah satu peserta Job Preparation, mengungkapkan dari kegiatan ini, banyak tips dan trik serta pengalaman yang di dapat.”Awal mula ikut acara ini ingin tahu apa saja sih persiapan-persiapan yang harus dilakukan untuk menyambut dunia kerja. Dan dari acara ini pula saya bias dapat tips dan trik untu kseleksi dunia kerja. Selain itu saya juga dapat pengalaman interview, mengetahui apa kelebihan dan kekurangan diri saya.”Tuturnya.
Selain Achmad, seorang peserta lain, Fatmawati Mala, juga mengungkapkan antusiasmenya dalam mengikuti Job Preparation. “Awal mula ikut acara ini sih penasaran sama tips dan trik dalam FGD dan interview. Selain itu juga ingin cek CVku apakah sudah memenuhi criteria apa belum. Lumayan lah bias nambah wawasan sekaligus buat persiapan menghadapi dunia kerja. Soalnya setelah ini kan aku bakal memenuhi panggilan kehidupan pasca kampus.” Tandasnya.(dfr)
Persiapkan Dunia
Kerja Melalui Job
Preparation
4 Apa Kabar Teknik Fisika?
Bekerjasama dengan Microenergy Systems (MES) Research Group dari Technical University Berlin, Departemen Teknik Fisika ITS bergabung sebagai salah satu tuan rumah The MES 2018 Travelling Conference. Workshop yang telah diselenggarakan di beberapa negara termasuk Singapura, Malaysia, dan Filipina ini diadakan pada 23-24 Februari 2018, di Ruang Pascasarjana Teknik Fisika ITS. Workshop ini mengangkat t e m a “ M i c r o P e r s p e c t i v e s f o r Decentralized Energy Supply”, dan terdiri dari kegiatan workshop di kelas serta field trip ke pembangkit listrik Micro-Hydro (MHP) yang berlokasi di PPLH Seloliman, Mojokerto.
Kegiatan workshop MES 2018 dipandu oleh beberapa peneliti Technical University Berlin, Jerman dan diikuti oleh mahasiswa pascasarjana dari berbagai departemen di ITS yang m e m i l i k i k e t e r t a r i k a n u n t u k mengembangkan keilmuan di bidang Rekayasa Energi. Salah satu mahasiswa internasional di PascasarjanaTeknik F i s i k a I T S , P i e r r e D a m i e n , mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat menarik karena memberikan pengetahuan baru untuk energy assessment matrices.
Diskusi mengenai pemerataan akses energi bukanlah sesuatu yang baru, dimana saat ini telah dikembangkan sistem energi terdesentralisasi, yaitu bagaimana setiap daerah memiliki akses energi masing-masing tergantung potensi daerah tersebut, tidak hanya bergantung pada distribusi energi dari p e m e r i n t a h p u s a t . H a l i n i m e n y e b a b k a n m e t o d e e n e rg y assessment konvensional yaitu penggolongan akan daerah terdistribusi energi (khususnya listrik) dan dearah yang belum memiliki akses energi akan semakin memudar dan tidak lagi relevan. Metode baru Worldbank’s Multi-Tier Framework (MTF) diperkenalkan untuk menggolongkan akses energi dari suatu wilayah, kelompok masyarakat, atau perusahaan kedalam Tier / level yang memiliki k r i t e r i a t e r t e n t u b e r d a s a r k a n ketersediaan listrik, air bersih, sumber energi untuk memasak, penerangan, dan lain-lain. Metode ini dapat membantu akademisi, pengusaha, investor, dan pengambil kebijakan untuk mengidentifikasi seberapa baik ketersediaan energi di suatu wilayah.
Workshop MES 2018 : Memahami
Metode Baru Pengukuran Indeks
Akses Energi
5 Prol
Kisah Kecil Tutug, Berkarir,
Tanpa Henti Berkarya
Surabaya, 13 Juni 1952, disebuah rumah sederhana di daerah Petemon, Tutug Dhanardono dilahirkan. Tidak lama, 35 hari kemudian, ia dan keluarga diboyong dan berpindah ke Simo Sidomulyo Gang 7 No. 11. Rumah berbahan kayu jati ini menjadi saksi masa kecil dosen Teknik Fisika ITS yang sarat akan canda itu. Sebagai putra jawa asli, tentu Tutug paham mengenai arti nama yang orang tuanya beri ini. “Tutug berarti selesai, Dhanar itu terang atau jelas, sedang Dono adalah beri,” terangnya. “Apabila disambung, nama saya ini memiliki arti memberi penjelasan hingga selesai,” lanjutnya. Ia nampak antusias bercerita perihal hidup dan masa mudanya.
Tutug kecil amat gemar bermain. Kampung Simo Sidomulyo dulu begitu sepi. Saat itu, belum banyak keluarga yang menjadi penghuni di kampung tersebut. Jarak antara setiap rumah masih sangat renggang. Bukan hanya karena penduduk yang sedikit, tidak adanya pagar yang menutup rumah membuat suasana antar tetangga berasa akrab. Berbeda dengan sekarang, sudah banyak rumah berdiri. Simo Sidomulyo nampak padat. Pagar yang melingkupi pun seolah menutup setiap celah yang ada.
Lulus dari sekolah dasar, Tutug melanjutkan pendidikan ke SMP 4 Siang. Dikatakan demikian karena dipagi harinya, sekolah ini adalah SMPN 4 Surabaya. Sedang siangnya, adalah sekolah swasta, yaitu SMP 4 Siang ini.Tutug sadar, ia gagal masuk SMP Negeri dikarenalam terlalu sering bermain. Karenanya, saat SMP, ia belajar sedikit lebih giat. Tutug sangat suka dengan mata pelajaran ilmu ukur (geometri). “Ini adalah mata pelajaran favorit saya. Saya selalu menjadi juara dalam mata pelajaran ini,” paparnya.
Karena lulus SMP dengan nilai bagus, Tutug diperbolehkan memilih sekolah SMA di Surabaya. Atas beberapa pertimbangan, ia kemudian memilih SMAN 5 Surabaya sebagai labuhan. Ia kemudian masuk ITS FIPIA pada tahun 1973 sebagai angkatan kedelapan (F8). “Kalau tidak salah waktu itu ada 150 peserta yang mendaftar menjadi mahasiswa. Hasilnya yang diterima 147 orang dan sisanya hanya 3 orang yang gugur,” terangnya . Ia menduga, ketiga calon mahasiswa yang tidak diterima tersebut tidak hadir saat tes.
6 Prol
lanjutan dari hal.4
Menurut Damien, bagian yang menarik dari rangkaian acara workshop ini adalah kunjungan ke Seloliman karena peserta dapat melihat langsung dan memahami seputar akses dan sumber energi di daerah perdesaan (rural area). “It opened our eyes about many things, especially energy access.” Katanya. Pembangkit listrik Micro-Hydro (MHP) sendiri merupakan salah satu contoh nyata sumber listrik terdesentralisasi dan penyumbang energi listrik skala kecil yang banyak digunakan di daerah aliran sungai untuk membantu aktivitas masyarakat sekitar. Proses energy assessment yang dilakukan tentunya harus memperhitungkan keberadaan dan spesifikasi MHP.
Secara umum, penyelenggaraan workshop ini sukses dan membuka wawasan bagi peserta. Selain itu, kesempatan untuk mengadakan kolaborasi dalam riset, proyek, atau workshop yang lain kini terbuka luas antara Departemen Teknik Fisika ITS dan MES Research Group dari Technical University Berlin.(rfa)
Penanggung Jawab : Agus M. Hatta, Ph.D Reporter : 1. Rima Fitria Adiati 2. Dina Firdiana R 3. Novita Amalia 4. Saarah Savira M
Redaksi
redaksi.tfmedia@gmail.com (031) 594-7188
Karena saat FIPIA ITS sedang membutuhkan tenaga pengajar, Tutug pun memutuskan untuk menjadi dosen setelah tugas akhirnya selesai. Tutug sangat senang bila harus mengajar dihari pertama perkuliahan. “Mereka nampak kesal setelah libur tiga bulan lamanya dan harus bertemu saya kembali. Saya paham itu,” ujar Tutug. Tutug mengatakan, ia tidak pernah merasa kesal dengan mahasiswa yang nakal. “Namanya juga anak muda, saya dulu juga begitu,” ungkapnya cengingisan. Justru, dengan mereka yang seperti itu, Ia ingin merangkul agar mereka lebih bertanggung jawab atas masa depannya sendiri. “Setiap dosen memang memiliki cara pandangnya masing-masing,” ungkap Tutug.
Sebagai seorang dosen, tentu Tutug memiliki banyak penelitian. Beberapa dari penelitiannya ini sudah pernah