• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat belajar sambil bermain dalam per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manfaat belajar sambil bermain dalam per"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Manfaat belajar sambil bermain dalam perkembangan anak TUGAS

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah psikologi perkembangan

Semester genap

Dosen Pembimbing : Harri Santoso,S.Psi,M.pd

Di susun Oleh: ERLINDA NIM : 170901096

PRODI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM, BANDA ACEH

(2)

Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT. Rabb yang merajai segala makhluk-Nya, berkehendak terhadap alam yang diciptakan-Nya, semua kekuasaan dan kemampuan ada di dalam tangan-Nya. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada uswah kita, Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan seluruh kaum yang mengikuti Sunnahnya.

Tidak ada kesempurnaan selain kesempurnaan yang di tawarkan islam. tidak ada kebahagiaan sejati kecuali kebahagiaan orang yang tetap berada di jalan allah swt. maka, atas karunia-nya dan di dorong oleh niat yang suci, penulis dengan segala keterbatasan dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “diksi atau pemilihan kata yang tepat’

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan Makalah ini, namun jika ada kesalahan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan makalah. Selanjutnya semoga makalah yang telah penulis susun dapat bermanfaat untuk pembaca.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga makalah ini dapat mencapai hasil yang di harapkan. Hanya kepada Allah SWT kita bertawakkal dan mohon ampun dari segala dosa. Amiin

Banda Aceh, 2 juni 2018

Penulis

1. Defenisi Bermain

(3)

paling di sepakati untuk mendefenisikan bermain adalah prilaku yang tampak nya tidak memiliki tujuan langsung yang jelas. Menurut defenisi ini, anak-anak kurang perduli pada hasil prilaku tersebut ketimbang proses-proses prilaku itu sendiri.

Bermain telah juga di defenisikan berdasarkan kondisi-kondisi yang memunculkan dan mendukungnya. Rubin, Fein dan Vandenberg 1983, berpendapat bahwa konteenks nya harus di kenal baik (dalam hal objek dan orang), aman dan ramah agar bermain dapat terjadi dan anak-anak harus bebas dari stress, rasa lapar dan letih agar dapat bermain.

Dengan cara bermain telah di defenisikan sebagai prilaku yang bergantung pada konsekuensi-konsekuensinya. Contoh, suatu prilaku dapat di katagorikan sebagai perkelahian main-main karena anak-anak tetap bersama-sama sesudah nya, preilaku yang bersama-sama dapat di defenisikan sebagai agresi jika anak-anak menjadi berpisah setelah itu ( smith dan pellegrini, 1998 ).

2. Teori-Teori Bermain

a) Teori energy berlebih (spencer, 1873) menyatakan bahwa bermain bermula dari bertumpuk nya energi yang berlebihan dalam tubuh yang perlu di salurkan. Bermain hanya di mungkinkan ketika system biologis menumpuk ekses atau energi yang berlebihan . setelah akumulasi membuang atau melepaskan energi yang berlebihan tersebut.

b) persiapan bagi kehidupan (Groos,1998). Anak-anak bermain untuk meniru orang dewasa dan mempraktikkan seperti apa rasanya bila menjadi orang dewasa. Banyak prabikan menjual mainan-mainan yang di rancangkan berdasarkan premis ini contoh nya oven mainan, peralatan bangunan, telepeon, boneka, pakean bagus, dan sebagainya.

c) Teori-teori Bermain Psikoanalitik

(4)

juga memungkinkan anak untuk memuaskan keinginan dan hasrat yang tidak mungkin di penuhi dalam kenyataan. Maka seorang anak lelaki kecil dapat ‘membunuh’ tentara mainan dan menghidupkan nya kembali.

d) Teori-teori bermain kognitif

Piaget 1962, menggambarkan tiga tahab bermain yang kemudian di perinci oleh smilansky 1968. Tahap-tahap ini berkisar dari sederhana yakni, secara intelegtual tidak menantang kekompleks yakni membutuhkan pemahaman tentang peraturan-peraturan dan logika.

Pemainan fungsional melibatkan sederhana yang berulang yang tidak perlu membangun realitas dengan cara-cara simbolik. Bayi yang terus-menerus menjatuhkan objek-objek dari kusi tinggi dan tertawa ketika mendengar suara jatuh nya sedang melakukan permainan fungsional. Piaget menyebut prilaku pengulangan ini.

Penting untuk di catat bahwa meski biaget meyakini bermain dapat membantu perkembangan intelegtual, ia tidak mengagab bermain sinonim dengan itu.

c) menurut vygotsky

melalui bermain anak-anak belajar memakai belajar objek-objek, memilah hubungan-hubungan, mecoba dan mempraktekan peran-peran yang beda. Bermain juga dapat membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak untuk mendapatkan pemuasan segera.Vygotsky mencontohkan seoranga anak yang menaiki kuda namun tidak mendapatkannya, jadi dia menggunakan sebatang tongkat untuk mewakili kuda dan bermain dan menunggangi nya.

Bermain juga dapat mendorong perkembangan karena dalam bermain anak-anak mendapatkan dan menciptakan aturan-aturan dan dengn cara ini kemampuan-kemapuan konseptual anak menjadi lebih tinggi.

(5)

menurut vygotsky bermain menciptakan suatu zona perkembangan proksimal, dimana anak-anak dapat merasakan suatu rasa keahlian, karena ketika bermain mereka mampu berfungsi di puncak zona tersebut.

3. Fungsi Bermain

Bermain memiliki hubungan tak terpisahkan dengan perkembangan social, kognitif, dan linguistic awal. Bermain digambarkan sebagai sesuatu yang penting bagi kesehatan mental dan fisik serta kesejahteraan social dan emosional.

a. Kesejateraan psikologis

Freud dan erikson meyakini bahwa bermain membantu mengatasi kecemasan dan konflik. Bermain melepaskan ketegangan, memungkinkan anak-anak mengatasi masalah-masalah kehidupan. Terapi bermain di dasarkan pada gagasan ini dan memungkinkan anak-anak mengatasi energi yang berlebihan dan melepaskan emosi-emosi yang terkungkung. Dalam terapi bermain juga memberikan kesempatan untuk menganalisis konflik-konflik anak adan cara-cara mengahadapinya.

b. Perkembanga kognitif

Piaget tetap berpendapat bahwa bermain simbolik meningkatkan perkembangan kognitif. Melalui bermain anak-anak mampu melatih kopentensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan mereka secara rileks dan menyenangakan.

Vygotsky juga berpendapat bahwa bermain simbolik bernilai bagi perekmbangan kognitif terutama di masa prasekolah.bermain juga dianggap bernilai bagi perkembangan bahasa, karena bermain bersama anak-anak lain melibatkan komunikasi. Anak-anak menikmati nyayian anak-anak dan permainan kata yang membantu meereka belajar tentang ritme dan pola-pola bahasa lisan. Pengamatan terhadap anak-anak usia dini menujukkan bahwa mereka bermain dengan bahasa melalui pengulangan bunyi, mebuat ritma-ritma yang tidak masuk akal dan secara umum berlatih memanipulasi bunyi-bunyi dan makna bahasa.

c. Perkembangan social dan emosional

(6)

Bermain meningkatkan afiliasi dengan teman-teman sebaya dengan meningkatkan kemungkinan anak-anak untuk berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga mendorong terbentuknya pertemanan. Hubungan denga teman-teman sebaya dan afiliasi kelompok juga penting bagi perkembangan identitas diri.

Bermain juga dapat mengatkan peran jender, salah satu aspek perkembangan identitas. Semakin banyak waktu yang di habiskan anak laki denga sama anak lelaki, tingkat aktivitas dan bermain kasar dan berguling mereka pun meningkat. sebalik nya semakin banyak waktu yang di habiskan anak-anak perempuan dengan anak perempuan, agresi dan tingakat aktivitas merekapun menurun.

Bermain juga di kaikan dengan perkembangan pengaturan diri, yakni kemampuan mengendalikan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan prilaku-prilaku kita sendiri.

d. Perkembangan fisik

Bermain juga memungkinkan anakk-anak melatih ketrampilan-ketrampilan motorik mereka yang sedang berkembang. Pada usia 2-4 tahun , terlihat kemajuan inpresif dalam perembangan mororik kasar dan keterampilan-keterampilan motorik halus. Pengendalian tuhuh yang lebih baik memungkinkan anak berlari dan melompat, mengendari sepeda roda tiga, menikmati bermain luncuran dan ayunan di taman. Melakukan jenis bermain juga memiliki implikasi-implikasi bagi pertumbuhan fisik dalam hal kekuatan, stamina, dan kesehatan umum.

Perkembangan motorik halus memungkinkan anak untuk menggambar, mewarnai, membangun dan membuat berbagai benda.kendati jenis bermain ini dapat berupa aktivitas yang di lakukan sendiri, namun juga dapat berupa aktivitas social, terutama pada masa prasekolah.

4. Jenis-jenis Permainan

1. Klasifikasi social permaian.

Dalam model ini, berdasarkan observasi terhadap permainan di masa prasekolah, parten menjabarkan enam jenis permaian.

Jenis permaian Diskripsi prilaku bermain

(7)

Gaya bermain yang relative jarangan.

Perrmain seorang diri

Anak yang sepenuh nya asik dalam bermain dan tampak nya tidak memperhatikan anak-anak lain

Permainan bersama

Anak meniru pemain anak-anak lain, namun tidak terlibat secara aktif dengan mereka. Contoh, mereka menggunakan maian yang sama.

Pemain asosiatif

Anak kini tertarik pada anak-anak lain ketimbang mainan-mainan yang mereka gunakan. Ini mereupakan kata gori pertama yang melibatkan interaksi social yang kuat antara anak-anak ketika mereka bermain

Permainan kerja sama

Aktifitas bermain yang terorganisasi, contoh, permainan miliki tujuan dan anak-anak kerap mengadopsi berbagai peran dan bertindak sebagai satu kelompok.

2. Klafikasi Berdasarkan Aktifitas

Model in juga di angagap memiliki keterbatasan karena mengabaikan aspek-aspek koknitif bermain (Bergen,1988). Cara yang lebih bermanfaat dalam mengklafikasi bermain mungkin dengan fokus pada jenis aktivitas ketimbanga pada aspek-as[ek social. Rubin dkk. (1998) menjabarkan 3 jenis aktivitas utama yang lahir dari cara berpikir ini. Jenis aktivitas Deskripsi berilaku bermain

Permain fungsional Aktivitas-aktivitas fisik seperti memantulkan bola, bermain kasar, dan berguling.

Permainan konstruktif Membangun dan membuat sesuatu, menggambar, mewarnai.

Permaiana sosiodrama Bermain peran atau ‘berpura-pura menjadi’

(8)

Missal kelurga yang broken home itu bias mempengaruhi anak saat bermain dengan teman nya.

b. Jender

Cara anak bermain dan memilih mainaan sesuai jender nya juga bias mempengaruhi bermain, di kaitkan bahwa prilaku-prilaku ini dapat mempengaruhi ketrampilan-ketrampilan dan kemampuan-kemampuan selanjut nya. Contohnya bermain dengan maaskulin di anggap mempengaruhi perkembangan keterampilan-keterapilan dan minat-minat spesial (linn dan Peterson,1985,signorella,Jamison, dan krupa, 1989).

6. Contoh Bermain Sesuai Usia Anak a. Usia 0-3 bulan

Pada usia ini, kemampuan bayi masih sangat terbatas, sehingga kita perlu berhati-hati dalammelakukan permainan. Bayi baru mulai bisa membedakan warna, serta baru mulai melakukan interaksinya dengan dunia luar.

1. Kecerdasan Interpersonal dan Linguistik

Bercakap-cakap dengan bayi Anda, dalam bahasa yang singkat dan jelas. Misalnya “Ini Mama”. Sambil bercakap-cakap, arahkan wajah Anda berhadapan dengan wajahnhya. Permainan ini akan menjadi dasar kemampuan bahasa, serta dengan melakukan tatap muka, maka bayi mulai diajarkan untuk melakukan kontak dengan orang lain.

2. Kecerdasan Musikal

Perdengarkan musik bagi bayi Anda. Bunyi-bunyian yang memiliki ritme tetap juga akan membantu anak untuk belajar memahami bunyi. 3. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik

(9)

Bila memungkinkan, gantung mainan bayi di atas, lalu biarkan mainan itu bergerak memutar dan bersuara. Ini akan membuat bayi menggerakkan bola mata, dan menggerakkan kepala mengikuti sumber gerakan dan suara. Berikan rattles, atau mainan lembut lainnya (soft toys), sehingga bayi mulai belajar menggenggam serta menggerakkan mainan tersebut.Letakkan mainan di depan bayi dalam posisi telungkup dan dalam jangkauan, biarkan bayi mencoba maraih/mengambil mainan tersebut.

b. Usia 3-6 Bulan

1. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik

Pasangkan sepatu/kaus kaki yang memiliki karakter atau figur tertentu pada bagian ujung, sehingga bayi tertarik untuk mengangkat kaki dan melihat karakter tersebut.Bayi juga akan berusaha meraih kaus kakinya, ini akan melatih kecerdasan spasialnya.Bunyikan mainan di sekitarnya, biarkan bayi mencari sumber suara, dan mencoba meraih mainan tersebut. 2. Kecerdasan Linguistik

Tirukan suara-suara yang keluar dari si bayi, bisa secara secara langsung, bisa juga dengan merekam dan meperdengarkan kembali.Buat gerakan mengangguk, atau jawaban atas suara yang dihasilkan bayi, sehingga Anda seolah-olah sedang bercakap-cakap dengannya. Ini akan merangsang bayi untuk tetap mengeluarkan suara

Membaca buku juga akan merangsang anak untuk belajar kata-kata. Semakin sering kita membacakan buku, semakin banyak kata yang bisa diserap. Bacakan dengan perlahan, sambil memperlihatkan buku dan gambar-gambar di dalam buku tersebut. Selain mengembangkan kecerdasan linguistik, hal ini juga akan membantu mengembangkan kecerdasan interpersonal.

c. Usia 6-9 bulan

(10)

1. Kecerdasan Spasial dan Kinestetik

Berikan mainan yang bisa bergerak, seperti mobil-mobilan, dan jalankan mobil tersebut, biarkan bayi bergerak mengikuti arah mobil. Jangan terlalu jauh, sehingga sulit terjangkau, merasa frustrasi dan tidak ingin bermain.Bermain dengan bola, terutama yang mudah digenggam, tidak besar, tetapi juga tidak terlalu kecil sehingga mudah dimasukan ke dalam mulut, sehingga bayi bisa mengeksplorasi dengan baik.

Untuk anak yang lebih besar dan sudah tumbuh gigi, coba berikan wadah berisi biskuit kecil dan biarkan si kecil mencoba mengambil dan belajar untuk memasukkan ke dalam mulut.Anak yang sudah diberikan makanan pendamping ASI dan sudah mulai bisa duduk, ada baiknya juga didudukkan di kursi makan bayi (high chair), sehingga ia bisa belajar duduk dengan baik.

2. Kecerdasan Linguistik

Tetap berikan buku pada anak, agar ia terbiasa melihat gambar dan mendengarkan kata-kata. Pilih mainan yang bisa bersuara, misalnya telepon-teleponan yang bisa mengeluarkan suara sehingga anak tertarik mendengarkan dan memainkan.

3. Kecerdasan Interpersonal

Melambai-lambaikan tangan, “gimme five”, atau salaman, akan merangsang anak menciptakan interaksi dengan orang lain. Ajak anak bermain di taman dekat rumah, biarkan ia mulai mengenal orang lain di luar keluarga.

4. Kecerdasan Intrapersonal

Panggil namanya, biarkan ia memahami bahwa itu adalah namanya, dan tunggu sampai ia memberikan respons, misalnya dengan menoleh ke arah pemanggil.

(11)

Bawa anak ke halaman rumah, perkenalkan dengan binatang piaraan, perkenalkan dengan tanaman dan pohon-pohon. Lihat reaksinya. Perhatikan, hati-hati dengan binatang peliharaan. Beberapa jenis anjing tidak terlalu bersahabat dengan bayi, sehingga bisa membuat bayi ketakukan. Perhatikan jarak aman.

6. Kecerdasan Logis Matematis

Berikan beberapa benda yang sama pada anak, misalnya bola. Lalu sambil memberikan pada anak, kita mulai menghitung “satu.. dua.” Anak mulai dikenalkan pada konsep angka.

d. Usia 9-12 bulan

1. Kecerdasan Kinestetik

Berikan anak mainan yang bisa didorong (misal walk & ride), sehingga anak belajar untuk berdiri dan mulai melangkah. Perhatikan bobot mainan, jangan sampai terlalu ringan, sehingga bisa membuat anak jatuh. Bermain lempar bola. Ajarkan anak melempar bola. Memainkan drum, melatih koordinasi tangan. Belajar menyusun balok. Ajak anak untuk menari dengan iringan lagu yang riang.

2. Kecerdasan Logis Matematis

Mengajarkan menyusun urutan balok, dari depan sampai terakhir, akan mengajarkan anak sekuensial.

3. Kecerdasan Interpersonal

Ajak anak untuk bermain dengan anak-anak sebaya. Tujuannya mengenalkan anak dengan anak lainnya, sehingga anak terbiasa dengan anak lainnya. Ajak anak memberikan respons ketika dibacakan buku. Biarkan anak memilih buku yang diinginkan, lalu baca bersama-sama. Bermain “ciluk baa” dengan tujuan melatih anak memberikan reaksi atas tindakan orang lain, dan sebaliknya.

(12)

Ajak anak melihat lingkungan sekitar, melihat binatang, tanaman, alam lainnya. Bisa dengan mengajaknya ke kebun Binatang, piknik, atau melihat kegiatan berkebun. Menonton film tentang binatang.

5. Kecerdasan Musikal

Putarkan lagu-lagu anak-anak, ajak mereka untuk mendengarkan dan menirukan lagu.

6. Kecerdasan Linguistik

Ajak anak bercakap-cakap sambil memainkan mainannya. Tirukan suara mereka sambil menambahkan ekspresi muka, sehingga mereka senang dan mendapatkan penguatan untuk mengulangi lagi suaranya.

e. Usia 1-3 Tahun

Pada saat ini, perkembangan kecerdasan anak sudah sangat maju dan kompleks, maka perlu stimulasi yang lebih untuk mengembangkan mereka. Usia ini anak sudah mulai bisa berkomunikasi dalam bentuk percakapan sederhana, sudah memiliki kemampuan pemecahan masalah, dan ini saat yang tepat untuk mengembangkan kepercayaan dirinya.

1. Kecerdasan Kinestetik

Bermain bola, anak sudah mulai bisa menendang serta menangkap bola. Ajak mereka melakukan permainan bola. Permainan ini bisa menjadi permainan favorit mereka. Anak sudah mulai bisa mengayuh sepeda, jadi tidak ada salahnya mulai memberikan mereka sepeda roda tiga. Jika orangtua memiliki sepeda, bisa bersepeda bersama, jika tidak, orangtua bisa mendampingi anak bersepeda. Bermain panjat tangga serta perosotan. Bermain petak umpet.

(13)

Bermain pasel (puzzle) sederhana (kurang dari 10 keping). Bermain balok membentuk bangunan.

3. Kecerdasan Linguistik

Telpon mainan, melatih anak untuk bercakap-cakap. Hand puppet. Buku cerita bergambar.

4. Kecerdasan Interpersonal

Bermain peran. Bermain dengan teman sebaya.

5. Kecerdasan Naturalis

Pergi ke kebun binatang. Ajak anak untuk melakukan kegiatan berkebun ringan. Pergunakan media buku atau kartu bergambar binatang.

6. Kecerdasan Musikal

Perdengarkan lagu, ajak anak bernyanyi bersama. Memainkan alat musik, misalnya drum atau xylophone.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Buku gambar dan krayon non toxic, sebagai media mengekspresikan diri dan mengembangkan imajinasi.

7. Kesimpulan nya

Bermain sangat bermanfaat bagi anak, baik dari ssegi motorik, kognitif, fisiologis. Seperti pendidikan di firlandia, anak di bolehkan masuk sekolah di umur 7 tahun, sebelum nya anak menghabiskan masa bermain bersama anak-anak yang seusia nya.Dan pilih mainan sesuai usia anak, dan peran orang tua sangat penting bagi perkembangan anak.

Kesimpulan nya biarkan anak bermain di usia nya untuk memberi perkembangan yang baik bagi anak, tidak ada salah nya mecoba dan mencontoh pendidikan yang sudah terbukti maju dalam teori belajar dan perkembangan anak di firlandia.

(14)

Erlangga,2012.psikologi perkembangan,Jakarta, Jl.H.Baping Raya no.100 Ciracas

Referensi

Dokumen terkait

The aim of this research is to find whether or not flash card can be effective for student’s vocabulary mastery for Junior High School Gunung.. Jati Kembaran in Academic

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Apa jenis ilokusi yang digunakan oleh Oprah Winfrey dalam talkshow-nya dengan

Faktor-faktor yang mempengaruhi Anemia dalam Kehamilan di Puskesmas Merdeka Palembang pada periode Januari - Oktober 2012... This study aims to determine the factors that influence

Seperti yang Lelah diuraikan dalam pendahuluan bahwa untuk tasilitas Nuklir yang memiliki bahan nuklir curah adalah sangat tidak mungkin untuk mendapatkan kesalahan no!,

[r]

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan self efficacy sebagai variabel

Roadmap atau peta jalan dalam rangka pengembangan desa wisata berbasis pada unggulan dan potensi desa. Potensi unggulan Desa Belik adalah sumber mata air yang berada di

Untuk mengetahui pengaruh likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) dengan leverage