• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCEMARAN PESTISIDA PADA LAHAN PERIKANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENCEMARAN PESTISIDA PADA LAHAN PERIKANA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

691 PENCEMARAN PESTISIDA PADA LAHAN PERIKANAN DI DAERAH

KARAWANG - JAWA BARAT

Imam Taufik dan Yosmaniar Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor

Email : ferianamw@yahoo.com

ABSTRAK

Pestisida merupakan salah satu sumber pencemar yang potensial pada lahan perikanan. Tujuan penelitian antara lain untuk mengetahui pencemaran pestisida pada lahan perikanan di daerah Karawang - Jawa Barat. Penelitian dilakukan melalui tahapan, yaitu: penentuan lokasi, pengambilan contoh, preparasi contoh, analisis contoh, dan analisis data. Contoh terdiri dari: air, sedimen dan biota air yang dianalisis menggunakan alat Gas Chromatograph (GC). Hasil analisis menunjukkan bahwa residu pestisida yang terdapat dalam air, tanah dan ikan yang berasal dari lahan perikanan terdiri dari golongan organoklorin, organoposfat, piretroid dan karbamat dengan jenis dan konsentrasi pada air < tanah < ikan. Pencemaran pestisida pada lahan perikanan di daerah Karawang - Jawa Barat masih berada di bawah nilai Batas Maksimum Residu.

Kata kunci: lahan perikanan, pencemaran, pestisida, residu.

PENDAHULUAN

Usaha meningkatkan produksi pertanian, baik kuantitatif maupun kualitatif, telah didukung dengan penggunaan pestisida. Walaupun konsep ―pest management‖ atau ―integrated pest control‖ dilakukan, yaitu pestisida hendaknya digunakan sesedikit mungkin dan apabila diperlukan saja, namun pada umumnya usaha proteksi tanaman seringkali dilakukan dengan semata-mata mempertimbangkan bahwa hama dan penyakit tanaman harus dapat diberantas dengan mudah dan cepat , sekalipun keadaan ini hanya dicapai untuk sementara. Oleh karena itu pemberantasan hama dan penyakit tanaman hampir senantiasa diartikan penggunaan pestisida, sehingga bermacam-macam pestisida banyak digunakan yang juga menimbulkan berbagai dampak negatif (Mulyani, 1973).

(2)

692

Penggunaan pestisida untuk memberantas hama ternyata menimbulkan berbagai masalah lingkungan, antara lain terjadinya pencemaran lingkungan perairan. Permasalahan tersebut berkaitan erat dengan sifat pestisida yang beracun dan dapat mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota, termasuk biota bukan sasaran (non target). Selain itu pada umumnya pestisida memiliki daya tahan yang relative lama untuk didegradasi di lingkungan, sehingga dapat mempengaruhi ekosistim dalam jangka panjang (Yudha, 1999).

Pestisida yang digunakan pada lahan pertanian sawah, sebagian atau bahkan seluruhnya akan jatuh dan masuk ke dalam air sehingga mencemari perairan. Hasil penelitian Ekaputri (2001) membuktikan bahwa perairan Sungai Ciliwung – Jawa Barat yang mengalir melewati daerah Bogor, Depok dan Jakarta mengandung residu insektisida endosulfan dengan konsentrasi berkisar antara 0,7 – 4,0 µg/L. Sedangkan Taufik et al. (2003) melaporkan bahwa perairan tambak serta saluran irigasi di Kabupaten Brebes – Jawa Tengah telah tercemar oleh insektisida endosulfan yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan dengan konsentrasi secara berturut-turut sebesar 2,7 dan 3,2 µg/L.

Ikan serta biota air lain yang hidup di lingkungan perairan yang tercemar pestisida dapat menyerap bahan aktif pestisida dan akan tersimpan dalam tubuh. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bioakumulasi pestisida (endosulfan) semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi dan waktu pemaparan hingga tercapainya kondisi steady state. Selain itu, pengaruh lanjut dari bioakumulasi pestisida secara signifikan dapat menurunkan laju pertumbuhan dan berdampak terhadap kondisi hematologis ikan (Taufik, 2005).

Berkenaan dengan upaya pelestarian ekosistim akuatik dan sumberdaya perikanan dari dampak negatif pestisida maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran pestisida pada lingkungan perikanan di daerah Karawang dan sekitarnya. Selain itu, informasi yang berhasil dihimpun dari kegiatan penelitian juga dapat dapat digunakan sebagai data dasar bagi pembuatan model penyebaran pestisida di perairan Jawa Barat.

(3)

693 BAHAN DAN METODE

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada beberapa lokasi lingkungan perairan serta lahan perikanan air tawar yang terdapat di wilayah Karawang - Jawa Barat.Lokasi pengambilan contoh ditentukan secara diagnostik berdasarkan hasil survei, data sekunder serta wawancara dengan petani dan instansi terkait. Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan lokasi antara lain: faktor kondisi geografis, sumber dan tata guna air, peruntukan lahan dan aktifitas pertanian, sistim irigasi, luas lahan dan jenis komoditas budidaya, serta tingkat penggunaan pestisida dalam aktifitas di sekitar lokasi.

Pengambilan contoh air dan sedimen dari setiap lokasi dilakukan secara diagonal pada sekitar 5 – 7 titik tergantung pada luas perairan/kolam. Contoh air diambil sebanyak 500 ml, contoh sedimen diambil pada kedalaman 10 – 15 cm dari permukaan dasar sebanyak 100 – 200 g (Mann, 1978). Contoh biota air (ikan) diambil secara acak pada 5 – 7 tempat masing-masing sebanyak 50 – 100 g, kemudian disatukan menjadi contoh komposit untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.

Semua contoh dipreparasi dengan menggunakan metode Kanazawa (1979) sebagai berikut:

- Contoh biota air (10 g) dimasukkan ke dalam tabung kertas soxhlet, diekstrak dengan pelarut aceton sebanyak 100 ml pada alat soxhlet, berlangsung selama 6 jam pada suhu 80oC. Selanjutnya diuapkan dalam evaporator pada suhu 45oC hingga agak kering. Residu pestisida yang diperoleh dari hasil evaporasi dipindahkan ke dalam corong pemisah 150 ml dengan bantuan pelarut n-heksan 25 ml, kemudian diekstraksi dengan pelarut asetonitril 25 ml sebanyak 3 kali. Lapisan n-heksan akan terbentuk di bagian atas sedangkan lapisan asetonitril di sebelah bawah.

(4)

694

hampir kering dimasukkan ke dalam tabung uji dengan bantuan pelarut aceton hingga volume menjadi 5 ml.

- Preparasi contoh air sebanyak 200 ml dilakukan melalui absorben SEP-PAK C18. Residu yang terikat pada absorben C18 dielusi dengan 5 ml aceton. Eluat ditampung langsung dalam tabung uji 100 ml.

Hasil preparasi contoh (air, sedimen, biota air) yang berupa eluat selanjutnya dianalisis dengan alat kromatografi gas cair (Gas Chromatograph / GC) dengan kondisi dan spesifikasi tertentu yang disesuaikan pada saat injeksi.

Melalui alat integrator yang terhubung dengan GC, bahan aktif pestisida yang terkandung dalam contoh akan tergambar dalam bentuk grafik. Untuk menentukan konsentrasi residu pestisida yang terdapat dalam contoh berdasarkan gambar, dilakukan perhitungan melalui persamaan sebagai berikut:

Residu (mg/l) = (Ac x Vis x Ks x Vfc) / (As x Vic x B x R)

Keterangan:

Ac = area contoh As = area standar

Vic = volume injeksi contoh Vis = volume injeksi standar Ks = konsentrasi standar (mg/l)

B = bobot awal/volume awal (mg atau ml) Vfc = volume final contoh (ml)

R = rocovery (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi

Karawang dikenal sebagai lumbung padi bagi daerah Propinsi Jawa Barat. Julukan tersebut cukup beralasan mengingat produksi padi dari daerah Karawang merupakan yang tertinggi di Propinsi Jawa Barat. Keadaan ini tentu sangat didukung oleh faktor alam berupa luasnya lahan subur yang dapat dialiri air dari sungai dan Waduk Jatiluhur sehingga merupakan lahan produktif sepanjang tahun.

(5)

695

sumber air dari saluran irigasi atau sungai. Sistim tata guna air masih secara terpadu bagi semua aktivitas di sepanjang daerah aliras sungai, termasuk untuk kebutuhan rumah tangga, industri, pertanian, dan perikanan.

Dalam penggunaannya bagi aktivitas pertanian, khususnya bertanam padi di sawah, limpahan air dari petakan sawah akan dialirkan kepetakan sawah yang lain dan akhirnya dibuang kembali ke dalam sungai atau saluran irigasi yang sama. Tidak jarang dalam satu lokasi terdapat aktivitas pertanian dan budidaya perikanan terletak dalam satu hamparan lahan secara berdampingan bahkan berintegrasi antara satu dan lainnya. Hal ini tentu akan menambah resiko tercemarnya lahan budidaya perikanan oleh limbah pestisida dari aktivitas pertanian.

Penggunaan Pestisida

Penggunaan pestisida dalam aktivitas pertanian, terutama tanaman padi di lahan sawah, bagi petani di daerah Karawang - Jawa Barat sudah menjadi kegiatan rutin karena merupakan salah satu dari usaha intensifikasi pertanian disamping pemupukan. Penggunaan pestisida berbahan aktif kimiawi sejauh ini dinilai masih yang paling efektif dan ekonomis untuk mengendalikan jasad pengganggu tanaman bahkan untuk melindungi produk pertanian yang disimpan.

Dari hasil wawancara dengan instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Petugas Penyuluh Lapangan maupun petani, diketahui bahwa pestisida yang biasa digunakan untuk melindungi tanaman dan komoditas pertanian dari hama pengganggu antara lain: insektisida, herbisida, fungisida, moluskisida bahkan rodentisida (membunuh binatang pengerat/tikus).

Intensitas penggunaan pestisida ditingkat petani cukup tinggi, baik pada awal musim tanam, pertengahan sampai ketika padi berumur dewasa. Intensitas tersebut akan semakin meningkat apabila terjadi serangan hama, bahkan tidak jarang untuk meningkatkan efektifitasnya petani membuat ramuan sendiri dengan cara mencampur beberapa macam pestisida.

(6)

696

semua mahluk hidup. Hampir semua jenis pestisida tidak bersifat selektif dan mempunyai spektrum yang luas sebagai racun sehingga merupakan salah satu sumber pencemaran yang potensial khususnya bagi sumberdaya dan lingkungan perairan perikanan.

Tingkat Pencemaran Pestisida

Pestisida yang paling ideal adalah bersifat khusus yang dapat digunakan secara selektif terhadap hama sasara saja, namun di seluruh dunia belum dijumpai pestisida yang demikian. Kebanyakan pestisida yang ada sebetulnya tidak bersifat selektif karena pestisida digunakan pada suatu ekosistim yang rumit dan kompleks maka setiap pemakaian pestisida dapat membunuh organisme bukan sasaran atau paling tidak mengganggu kehidupannya (Kadarsan, 1977).

Pestisida yang masuk ke dalam perairan, terutama dari golongan klor-organik akan diserap oleh sedimen dasar perairan, plankton, algae, invertebrata perairan, tumbuhan air dan ikan (Edward, 1976).

Residu pada Air

Perairan bertindak sebagai suatu tempat penampungan utama bagi residu pestisida yang persisten. Masuknya pestisida ke dalam perairan melalui berbagai jalur, antara lain: pemakaian langsung untuk membasmi hama tanaman, buangan limbah perkotaan dan industri, limpasan dari areal persawahan, pencucian melalui tanah, penimbunan aerosol dan partikulat, curah hujan dan penyerapan dari fase uap pada antar fase udara-air (Connel dan Miller, 1995). Masalah ini perlu mendapat perhatian serius karena residu pestisida (insektisida) ada yang bersifat karsinogenik yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

Penyebaran pencemaran dalam lingkungan perairan sangat dipengaruhi oleh sejumlah proses pengangkutan interaktif seperti penguapan, presipitasi dari udara, pencucian dan aliran. Proses penguapan berdampak pada turunnya kepekatan dalam air, sedangkan yang lainnya termasuk presipitasi dari udara, pencucian dan aliran akan meningkatkan kepekatan (Haque et.al., 1980).

(7)

697

tahun 1973 formulasi pestisida dengan bahan aktif dari golongan organoklorin dilarang penggunaannya di Indonesia.

Tabel 1. Konsentrasi residu pestisida yang terdapat dalam air kolam budidaya perikanan.

Pestisida Konsentrasi residu

(mg/L)

Batas Maksimum Residu (mg/L)*

Organofosfat :

Diazinon 0.0001 0.1

Piretroid :

Penvalerat 0.0002

Keterangan: * Berdasarkan kriteria air golongan C yaitu untuk kebutuhan pertanian dan perikanan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 01-6366-2000

Selain Organofosfat (diazinon) pestisida residu yang terdapat dalam air dari kolam budidaya adalah dari golongan Piretriod (penvalerat (Tabel 1)). Keberadaan kedua bahan aktif tersebut dalam air kolam budidaya sangat dipengaruhi oleh aktivitas pertanian di sepanjang daerah aliras sungai yang banyak menggunakan pestisida dan memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan limbah pertanian yang menjadi sumber air bagi kolam budidaya. Meskipun secara umum konsentrasi bahan aktif tersebut masih di bawah Batas Maksimal Residu (BMR) pestisida, tetapi hal ini perlu diwaspadai karena konsentrasi residu tersebut sewaktu-waktu dapat meningkat sejalan dengan bertambahnya penggunaan pestisida terutama pada musim kemarau

Hal lain yang perlu diwaspadai akibat tercemarnya air oleh pestisida, karena ikan yang terpapar dalam air yang tercemar oleh pestisida dalam konsentrasi subletal akan menyerap bahan aktif tersebut melalui permukaan tubuh, membran insang dan difusi kutikular. Penyerapan akan berlangsung secara terus menerus sampai tercapai keadaan steady state yaitu kondisi dimana jumlah bahan uji yang diserap dan didepurasi persatuan waktu seimbang pada suatu konsentrasi bahan dalam air (Nagel dan Loskill, 1991).

Residu dalam Tanah

(8)

698

bertindak sebagai sistim penyangga, dan (3) sebagai pencuci bahan pencemar. Proses pengangkutan paling menonjol yang berhubungan dengan tanah dan sedimen adalah penyerapan (absorpsi) dan pencucian (Connel & Miller, 1995).

Residu pestisida yang ditemukan dalam tanah pada dari kolam budidaya perikanan, tediri dari golongan Organoklorin, Organoposfat, Piretroid dan Karbamat (Tabel 2).

Senyawa organoklorin sangat persisten, artinya bahan aktifnya dapat bertahan dalan jangka waktu lama baik di dalam tanah, air, jaringan hewan, maupun tumbuhan. Tidak mudah terurai oleh mikroorganisme, enzim, panas, ataupun cahaya ultra violet. Dari segi fungsi pestisida, senyawa dengan sifat-sifat tersebut adalah yang paling baik akan tetapi tidak baik dari segi lingkungan (Sastroutomo, 1992). Akibat dari sifatnya yang persisten maka residu Organoklorin masih terdeteksi dalam tanah kolam budidaya perikanan meskipun penggunaan bahan aktif tersebut sudah berlangsung lama.

Tabel 2. Konsetrasi residu pestisida (mg/L) yang terdapat dalam tanah dari kolam budidaya perikanan

Pestisida Konsentrasi residu

(mg/L)

Organoklorin : Heptaklor Dieldrin

0.0011 0.0015 Organofosfat :

Diazinon Klorpirifos

0.0251 0.0002 Piretroid :

Sipermetrin 0.0002 – 0.0053 Karbamat :

MIPC 0.0036 – 0.0147

(9)

699 Residu pada Ikan

Interaksi antara proses lingkungan dan sifat fisika-kimiawi pencemaran menentukan penyebaran, intensitas, dan pengaruhnya terhadap kehidupan mahluk hidup (Connel & Miller, 1995). Masuknya pestisida ke dalam tubuh hewan dapat terjadi secara langsung dari lingkungan fisik atau dari penyerapan gastrointestinal. Untuk organisme air, kontaminasi pestisida dapat melalui proses oleh: (1) makan makanan yang terkontaminasi, (2) pengambilan dari air yang melewati membran insang saat bernafas, (3) difusi kutikular, dan (4) penyerapan langsung dari sedimen (Livingstone, 1977).

Secara kualitatif maupun kuantitatif, residu pestisida yang terdapat dalam daging ikan yang berasal dari kolam budidaya lebih tinggi dibanding kandungan residu pestisida dalam air mapun tanah (Tabel 3). Hal tersebut dapat terjadi karena ikan merupakan akumulator yang baik bagi pestisida, akibatnya semakin lama ikan terkontaminasi oleh pestisida maka semakin tinggi residu yang terkandung didalam daging.

Kusnoputranto (1995) mengemukakan bahwa penyerapan residu pestisida tergantung dari besarnya residu, sifat fisika-kimia, sifat bioakumulatif dan toksisitasnya, sehingga tingkat keracunan yang ditimbulkannya dapat bersifat akut maupun kronik. Menurut Edward (1976), rata-rata kenaikan residu pestisida dalam hewan akuatik mempunyai korelasi dengan aktivitas metabolisme, bobot badan, luas permukaan tubuh dan rantai makanannya.

(10)

700

Sumber *) Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 01-6366-2000

Meskipun residu pestisida yang terkandung dalam daging ikan masih berada di bawah BMR, tetapi perlu diwaspadai karena hal ini terjadi akibat adanya konsentrasi subletal pestisida pada lingkungan pemeliharaan (air) (Taufik et.al, 2003). Konsentrasi subletal bahan aktif pestisida secara kronis akan berakumulasi di dalam organ tubuh ikan (Connel & Miller, 1995). Ikan yang terkena kontaminasi subletal dari berbagai jenis pestisida akan memperlihatkan perubahan dalam aksi fisiologis, kegagalan dalam perkembangbiakan, ketahanan, kerentanan, biokimia, morfologi, dan pengaruh lainnya termasuk laju pertumbuhan (Brawn, 1978).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pencemaran pestisida pada lahan perikanan budidaya di daerah Karawang yang terdapat dalam air terdiri dari golongan: Organofosfat dan Piretroid; sedangkan dalam tanah dan ikan: Organoklorin, Organofosfat, Piretroid dan Karbamat.

(11)

701

3. Jenis dan konsentrasi residu pestisida yang terdapat pada ikan > tanah > air.

4. Tingkat pencemaran pestisida pada lahan budidaya perikanan di wilayah Karawang - Jawa Barat masih di bawah BMR.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata, A.N., S.Y. Jatmiko dan E.S. Harsanti. 1999. Monitoring residu insektisida di Jawa Barat. Dalam ―Menunjang Produksi Padi Berwawasan Lingkungan‖. Risalah Seminar Hasil Penelitian Emisi Gas Rumah Kaca dan Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Bogor, 21 April 1999. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. hal. 91-105. Brown, A.W.A. 1978. Ecology of pesticides. John Wiley and Sons, New York.

342 hal.

Connel, D.W. and G.J. Miller. 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran. Penerbit Univ. Indonesia, Jakarta. hal 331-341.

Edwards, C.A. 1976. Persistent pesticides in the environment. CRC Press. Ohio. 170 hal.

Ekaputri, L.S. 2001. Pola penyebaran spasial dan temporal bahan organik, logam berat dan pestisida di perairan sungai Ciliwung. Disertasi Program Pascasarjana, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB. 148 hal.

Haque, R., J. Falco, S. Cohen, dan C. Riordan. 1980. Role of transport and fate studies in the exposure assessment and screening of toxic chemicals. In R. Haque (eds) dynamic, Exposure, and Hazard Assessment of Toxic Chemicals. Ann Arbor Science, Ann Arbor, Michigan. hal. 47-67.

Kadarsan, S. 1977. Pengaruh Samping Pestisida terhadap Hewan Vertebrata Bukan Sasaran. Aspek Pestisida di Indonesia. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor. Edisi Khusus No. 3: 401-418.

Kanazawa, J. 1979. Measurement of the bioconcentration factor of pesticides by freshwater fish and their corelation with physiochemical properties or acute toxicities. National Institute of Agricultural Sciences. Japan. 12: 417 – 424.

(12)

702

Livingstone, R.J. 1977. Review of current literature concerning the accute and chronic effect of pesticides on aquatic organism. CRC Crit. Rev. Environ. Control.

Mann. 1978. Manual of training in pesticides analysis. University of Miami School of Medicine Dept. Of Epidemiology and Public Health. 301 hal. Mulyani. 1973. Peraturan pestisida. Laporan Direktorat Perlindungan Tanaman,

Jakarta. 6 hal.

Nagel R., dan R. Loskill. 1991. Bioaccumulation in aquatic system; contribution to the assessment. Proceeding of an International Workshop, Berlin. VCH Publishers Inc. New York. 238 hal.

Sastroutomo, S. 1992. Pestisida, dasar-dasar dan dampak penggunaannya. Gramedia, Jakarta.

Taufik, I., S. Koesoemadinata, Sutrisno dan A. Nugraha. 2003. Tingkat akunmulasi residu pestisida pertanian di perairan tambak. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. 9 (4): 53-61.

Taufik, I. 2005. Pengaruh lanjut bioakumulasi insektisida endosulfan terhadap pertumbuhan dan kondisi hematologis ikan mas (Cyprinus carpio). Tesis. Sekolah Pascasarjana, Program Studi Ilmu Perairan, IPB. 83 hal.

(13)

703

Lampiran 1. Jenis dan konsentrasi residu pestisida pada lahan perikanan budidaya di wilayah Karawang – Jawa Barat.

No Analisa Konsentrasi (ppm)

Air Tanah Ikan

I ORGANOKLORIN

- - -

- - 0.0012

Aldrin - - 0.0011

Heptaklor - 0.0011 0.0064

Dieldrin - 0.0015 0.0018

DDT - - -

Endrin - - -

Endosulfan - 0.0013 -

II ORGANOFOSFAT

Diazinon 0.0001 0.0251 -

Fenitrotion - - -

Metidation - - -

Malation - - -

Klorpirifos - 0.0002 0.0015

Paration - - -

Profenofos - - -

III PIRETROID

Sipermetrin - 0.0002 - 0.0053 0.0002

Permetrin - - -

L. Sihalotrin - - -

Penvalerat 0.0002 - 0.0013 - 0.0082

IV KARBAMAT

MIPC - 0.0036 - 0.0147 0.0024 - 0.0066

BPMC - - 0.0007 - 0.0012

Karbofuran - - 0.0057

Limit deteksi:

Organoklorin 0,1 ppb; Organofosfat 0,4 ppb; Piretroid 0,2 ppb; Karbamat 0,3 ppb.

- = tidak terdeteksi.

CATATAN

Gambar

Tabel 2. Konsetrasi residu pestisida (mg/L) yang terdapat dalam tanah dari kolam budidaya perikanan
Tabel 3. Konsentrasi residu pestisida dalam daging ikan yang berasal dari kolam budidaya perikanan

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi itu dapat menggerakkan perempuan untuk turut mencari penghasilan keluarganya (Suman, 2007). Program Secercah Hati dirancang untuk dilaksanakan selama tiga tahun, mulai

Dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang disampaikan dan teknik yang dipergunakan, karena

Visi Panin Dai-ichi Life adalah menjadi perusahaan jasa keuangan terkemuka di Indonesia, yang mampu memberikan solusi inovatif yang dapat memuaskan kebutuhan nasabah baik di

68 SITI ZAINAB BINTI LANSA Guru Akademik Ting.6 DG44. 69 SITTI INDRAWANA BINTI MAIDIN Guru Akademik

Dengan mengetahui kapasitas volumetrik produksi gas metana (Vs) dan volume reaktor maka kuantitas biogas yang dihasilkan dapat diketahui. METODOLOGI PENELITIAN Dalam

- Komisi VIII telah menyelesaikan 2 (dua) RUU yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR RI, yaitu RUU tentang Penyandang Disabilitas dan RUU tentang

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu kegiatan percobaan secara langsung untuk melihat hasil yang memberikan perlakuan terhadap

Dalam merebut kemerdekaan dari bangsa lain Tan Malaka lebih memilih menggunakan metode aksi massa, yaitu dengan menggerakan massa dengan jumlah banyak atau dengan