2.1. Landasan Teoritis
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori S-O-R. S-O-R adalah
singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini, organisme
menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu.
Maksudnya, keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respon
tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu juga. Prinsip ini adalah prinsip
belajar yang sederhana dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus
tersebut.
Mar’at (Effendy, 2006:255), dalam bukunya “Sikap Manusia,
Perubahan, Serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis, dan
Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap baru ada tiga
variabel penting, yaitu:
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
Berdasarkan uraian di atas, maka proses komunikasi dalam teori SOR
ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Stimulus
(S)
Response
(R) Organism (O)
Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi
unsur-unsur dalam teori ini adalah (Effendi, 2006: 254-255) :
a. Stimulus – S (Pesan) yang dimaksud adalah program acara pengajian
agama di Rodja TV
b. Organism – O (Komunikan) yang dimaksud adalah Jamaah Salafi di
Masjid Ar Rahmat, Slipi, Jakarta Barat.
c. Response – R (Efek) yang berupa persepsi Jamaah Salafi tentang
program acara pengajian agama di Rodja TV
2.2. Landasan Konseptual 2.2.1. Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal
darikata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi kalau dua
orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka
komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama kesamaan makna
mengenai apa yg dipercakapkan (Effendy, 2011: 9). Menurut Goyer
komunikasi adalah berbagai pengalaman, dapat diamati sebagai penelitian
dimana respon penggerak dan penerima berhubungan secara sistematis
untuk referensi stimulus (dalam Ardianto, 2007:19). Dalam pengertian ini
apa yang disampaikan, jika penyampaian dipahami dan dimengerti, maka
komunikasi berjalan dengan baik dan sehat.
Adapun pengertian komunikasi yang lain menurut Rogers bersama D.
Lawrance Kincaid mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana
dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saat saling
pengertian yang mendalam (dalam Cangara, 2006:19). Jadi, dengan
demikian komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk kepentingan
itu maka orang harus mempengaruhi orang lain dahulu sebelum orang lain
itu berpendapat, bersikap dan bertingkah laku yang sama dengan kita.
Komunikasi apabila diaplikasikan dengan benar akan mampu
mencegah dan memperbaiki hubungan sekaligus menciptakan suasana yang
menyenangkan dan menciptakan hubungan yang harmonis baik
antarpribadi, antar kelompok, antar bangsa dan sebagainya, membina
kesatuan dan persatuan umat manusia seluruh penghuni bumi yang
menghasilkan citra positif. Disini terlihat begitu pentingnya komunikasi
dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk melanjutkan hubungan maupun
melepaskan hubungan.
Selain beberapa pengertian sebelumnya komunikasi dapat dimaknai
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian serta kedua belah pihak
saling memahaminya. Dimana dapat disimpulkan bahwa komunikasi sangat
hubungan dan kesepian dalam menjalani aktivitas. Kualitas komunikasi
menetukan keharmonisan hubungan dengan sesama individu,
Komunikasi menjadi salah satu hal terpenting dalam proses apapun,
maka dalam harmonisasi hubungan ini terbentuk dalam komunikasi
antarpribadi dan komunikasi kelompok. Hal ini membutuhkan proses di
dalamnya, adapun proses komunikasi menurut Onong terbagi atas dua
tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.
1. Proses Komunikasi Secara Primer, Adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang sebagai media. Lambang ini umumnya bahasa
tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang
digunakan dapat berupa gerak tubuh, gambar, warna dan sebagainya.
2. Proses Komunikasi Secara Sekunder, Adalah proses penyampaian
pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama. Proses ini termasuk sambungan dari proses primer untuk
menembus dimensi ruang dan waktu, dalam prosesnya komunikasi
sekunder ini akan semakin efektif dan efisien karena di dukung oleh
teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang di topang oleh
teknologi-teknologi lainnya (Effendy, 2006:11).
Salah satu kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi
adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi
terjadi apakah para pelkunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan
meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Dalam
komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila
seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal
maupun perilaku nonverbalnya (dalam Rohim, 2009:10).
2.2.2. Komunikasi Massa
Komunikasi massa kita adopsi dari istilah bahasa Inggris, mass
communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi
media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau
komunikasi yang “mass mediated”. Istilah mass communications atau
communications diartikan sebagai salurannya, yaitu mass media (media
massa) kependekan dari media of mass communication (Wiryanto, 2006:2).
Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih dari
sekadar “orang banyak”, seperti orang-orang yang sedang mengerumuni
penjual obat atau yang sedang bersama-sama berhenti menanti dibukanya
pintu lintasan kereta api. Massa di sini bukan sekadar orang banyak di suatu
lokasi yang sama. Massa diartikan sebagai “meliputi semua orang yang
menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung
lain dari saluran“ menurut Berlo (dalam Wiryanto, 2006:2).
Komunikasi massa (mass communication) ialah komunikasi
melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai
sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum,
Jadi ada dua tugas komunikator dalam komunikasi massa:
mengetahui apa yang ia ingin komunikasikan, dan mengetahui bagaimana ia
harus menyampaikan pesannya dalam rangka melancarkan penetrasi kepada
benak komunikan. Sebuah pesan yang isinya lemah dan dengan lemah pula
disampaikan kepada jutaan orang, bisa menimbulkan pengaruh yang kurang
efektif sama sekali dibandingkan dengan pesan yang disampaikan dengan
pesan yang disampaikan dengan baik kepada komunikan yang jumlahnya
kecil.
Komunikasi massa biasanya menghendaki organisasi resmi dan rumit
untuk melakukan operasinya. Produksi surat kabar atau siaran radio meliputi
sumber pembiayaan dan karenanya juga pengawasan keuangan, ini
memerlukan pekerjaan yang benar-benar mempunyai keahlian jadi
memerlukan manajemen yang baik, memerlukan juga pengawasan normatif
yang erat hubungannya dengan masyarakat. Dengan demikian maka harus
ada orang yang bergerak dalam struktur yang menjamin kontinuitas dan
kerjasama (Effendy, 2006:80).
2.2.3. Media Televisi
Pengertian televisi sendiri menurut Morissan (2009:10) adalah televisi
siaran (television broadcast) yang merupakan media dari jaringan
komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa sebagaimana
diuraikan dimuka, yakni: berlangsung satu arah, komunikatornya
melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan
Saat ini bisa dikatakan bahwa televisilah yang menjadi media
komunikasi massa paling populer. Studi tentang televisi pun banyak
dilakukan. Karakteristik televisi yang memiliki jangkaun siar luas dan dapat
memberikan efek yang besar pula menjadi daya tarik tersendiri untuk
diteliti.
Dilihat dari pengertian komunikasi massa, televisi masuk
dalamkomunikasi massa yang memiliki asumsi pokok yang diterangkan
oleh Dennis McQuail (dalam Nurudin, 2007:34) sebagai berikut:
1) Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang
menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan
industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri
yang memiliki peraturan dan norma–norma yang menghubungkan
institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.
Dipihak lain, institusi media diatur oleh masyarakat.
2) Media massa merupakan sumber kekuatan-alat kontrol,manajemen,
dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakansebagai
pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.
3) Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakinberperan, untuk
menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupanbermasyarakat, baik yang
bertaraf nasional maupun internasional.
4) Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan
kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk
senidan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara,
5) Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi
masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan
nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan
hiburan.
Pemenuhan kebutuhan akan program juga bisa dilihat dari fungsi
televisi itu sendiri. Televisi memiliki tiga fungsi yakni fungsi penerangan,
pendidikan dan hiburan (Morissan, 2009:11). Pertama, televisi dianggap
sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan,
karena memiliki dua faktor yang terdapat pada media audio visual yaitu
faktor ”immediacy” dan keduafaktor ”realism”. Immediacy mencakup
pengertian langsung dan dekat.Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi
dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu
berlangsung. Realism mengandung makna kenyataan. Ini berarti bahwa
stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan
perantaraan mikropon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataan.
Kedua, berbicara mengenai televisi tentu kurang afdol jika tidak membahas
tentang fungsi televisi dalam mencerdaskan masyarakat dan disebut fungsi
pendidikan.
Banyak acara yang secara tidak langsung berusaha meningkatkan
pengetahuan dan penalaran masyarakat selama masyarakat dapat jeli
memilih acara yang baik sebagai tontonan.Ketiga, tidak dapat dipungkiri
fungsi hiburan sangat dominan dibandingkan kedua fungsi televisi yang lain
besar. Hal ini dapat dimengerti,oleh karena pada layar televisi dapat
ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan, dan dapat
dinikmati di rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh
khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan yang tuna aksara. Dalam
hal ini program digunakan untuk meningkatkan citra perusahaan sebagai
suatu bentuk nyata pertanggung jawaban social korporasi kepada
masyarakat sekitar.
2.2.4. Program Siaran TV
Menurut Morissan (2009:25), dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi, kata
“program” berasal dari bahasa Inggris Programme yang berarti acara atau
rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata
program untuk acara tapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan
sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk.
Namun, kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di
Indonesia dari pada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara.
Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk
memenuhi kebutuhan audiennya.
Program yang disajikan adalah faktor yang membuat audien tertarik
untuk mengikuti siaran yang dipancarkan oleh stasiun penyiaran apakah itu
radio atau televisi. Maka dari itu program dapat disamakan atau
dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (service)
Tujuan penayangan suatu program di televisi komersial, yaitu Pringle
(dalam Morissan, 2009:21) :
1) Mendapatkan sebanyak mungkin audien
Tujuan dari kebanyakan program siaran televisi adalah untuk
mendapatkan sebanyak mungkin audien. Pemasang iklan
mengeluarkan banyak dana untuk memasarkan dan mempromosikan
produk mereka kepada audiennya. Semakin besar audien yang dapat
dijaring, maka semakin mahal tarif iklan yang harus dibayar,
sebaliknya jika hanya sedikit audien, maka tidak akan ada pemasang
iklan yang akan datang.
2) Target audien tertentu
Progam yang dikhususkan untuk kalangan audien tertentu namun
dengan daya tarik yang terbatas ini disebut dengan program
demografis karena ditujukan untuk audien tertentu bedasarkan umur,
jenis, kelamin, profesi, dan lain-lain.
3) Prestise
Ada kalanya, stasiun televisi menayangkan program dengan tujuan
utama untuk mendapatkan prestise atau pengakuan dari pihak lain.
4) Penghargaan
Pengelola televisi yang memproduksi suatu program yang memiliki
kualitas baik biasanya juga berkeinginan untuk memenangkan
penghargaan atas karyanya itu. Penghargaan itu menjadi bagian
5) Kepentingan Publik
Stasiun TV terkadang memproduksi program untuk memenuhi
kepentingn atau kebutuhan publik di tempat stasiun itu berada. Setiap
daerah memiliki dan masyarakat dengan situasi dan kebutuhan
berbeda-beda. Tanggung stasiun TV adalah menyajikan program yang
dapat menjawab atau memenuh situasi dan kebutuhan yang
berbeda-beda itu.
Maka dari itu, diharapkan setiap stasiun TV harus inovatif dalam
menciptakan program dan menyajikan kepada pemirsa TV sesuai dengan
pangsa pasarnya. Mereka harus bisa membaca pangsanya dan dapat
bertanggung jawab untuk dapat menjaga loyalitas pemirsa TV yang sudah
ada sebelumnya.
Menurut Elvinaro (2007:140-141), ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan alam membuat program televisi yaitu:
1. Pemirsa
Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat
pemirsanya, baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja maupun
dewasa. Hal ini perlu, karena berkaitan dengan materi pesandan jam
tayang.
2. Waktu
Faktor waktu menjadi bahasan pertimbangan, agar setiap acara
ditayangkan secara proposional dan dapat diterima oleh khalayak yang
3. Durasi
Durasi yaitu jumlah menitt dalam setiap penayangan program acara.
Masing-masing acara mempunyai durasi yang disesuaikan dengan
jenis acara dan tuntutan skrip, agar tujuan dari acara tersebut dapat
tercapai.
4. Metode Penyajian
Penyajian tertentu agar pesan non hiburan dapat mengandung unsur
hiburan. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama dari televisi. Maka
informasi tersebut akan lebih baik dan dapat mencapai sasarannya.
2.2.5. Persepsi
Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception
berasal dari bahasa Latin perception, dari percipere, yang artinya menerima
atau mengambil (Sobur, 2003: 445). Persepsi menurut peneliti merupakan
suatu proses pemaknaan individu terhadap informasi yang diterimanya
melalui alat indera.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory
stimuli). Hubungan dengan persepsi sudah jelas. Walaupun begitu,
menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi,
tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Rakhmat, 2004:51).
Berdasarkan uraian di atas, persepsi merupakan hasil pengolahan dan
motivasi dan memori. Persepsi dalam ilmu komunikasi, bisa dikatakan
sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti
persepsi, yang identik dengan penyandian – balik (decoding) dalam proses
komunikasi. Hal ini tampak jelas pada definisi John Wenburg dan William
Wilmot dalam Mulyana (2005:167), bahwa persepsi dapat didefinisikan
sebagai cara organisme memberi makna.
Persepsi disebut inti komunikasi karena jika persepsi kita tidak akurat,
kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang
menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.
Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, maka semakin mudah
dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya,
semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas
(Mulyana, 2005:167 ).
“Mungkin persepsinya terbentuk dari kumpulan berbagai faktor, yaitu
pengalaman masa lalu, kesopanan terhadap pesan dan si Pembawa pesan,
kemampuan mental seperti kepandaian dan kemampuan berkomunikasi
secara lisan maupun tulisan” (Gibson dan Hodgetts,) dalam Nugroho
(2013:36). Dengan kata lain persepsi mencakup penerimaan stimulus
(input), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran
stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi
perilaku dan membentuk sikap.
Manusia tak lepas dari kegiatan berpersepsi, hampir tiap hari manusia
berpersepsi seperti persepsi ketika kita mencium aroma makanan, ketika
Secara garis besar persepsi manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu
(Mulyana, 2005: 171-176):
a. Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik ); sifat-sifat luar, sedangkan
persepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam
(perasaan, motif, harapan, dan sebagainya). Orang akan mempersepsi
anda pada saat anda mempersepsi mereka. Dengan kata lain, persepsi
terhadap manusia bersifat interaktif.
b. Persepsi terhadap manusia; melalui lambang-lambang fisik, sedangkan
persepsi terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan
nonverbal. Orang lebih aktif daripada kebanyakan objek dan lebih
sulit diramalkan
Demikian juga yang terjadi dengan pada jamaah Salafi dalam
mempersepsikan program acara pengajian agama di Rodja TV. Dengan
mereka memahaminya, maka akan mempengaruhi bagaimana mereka akan
bersikap atau pun bertindak sesuai dengan apa yang mereka pahami.
2.2.5.1.Tahap - Tahap Pembentukan Persepsi
Proses pembentukan persepsi baik itu terhadap obyek ataupun
manusia, menurut Mulyana (2005:168) dalam bukunya “Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar” menyebutkan bahwa ada tiga langkah
dalam proses terjadinya persepsi yang dapat digambarkan dalam
1. Sensasi (pengindraan)
Sensasi yaitu pengindraan dengan melalui alat - alat indra kita.
Persepsi merujuk pada pesan yang dikirim ke otak melalui
penglihatan, sentuhan, penciuman, pendengaran. Semua indra itu
mempunyai andil bagi berlangsungnya komuniksai manusia. Seperti
indra penglihatan dengan menyampaikan pesan verbal ke otak untuk
di interprestasikan, atau pun indra pendengaran kita juga bisa
menyampaikan pesan verbal ke otak untuk di tafsirkan.
2. Atensi (perhatian)
Atensi adalah perhatian, suatau pemrosesan secara sadar
sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia.
Informasi ini juga didapatkan dari pengindraan, ingatan dan proses
kognisi lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan mental
kita yang terbatas, yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi
terhadap rangsangan tertentu. Atensi juga dapat merupakan proses
sadar ataupun tidak sadar (Mulyana, 2005:169). Atensi dipengaruhi
oleh dua faktor (Rakhmat, 2006:52):
a. Faktor Eksternal
Yaitu merupakan faktor yang dipengaruhi oleh luar individu:
1. Atribut Objek
2. Gerakan secara visual tertarik pada objek-objek
yang bergerak.
3. Intensitas Stimuli, kita akan memerhatikan stimuli
4. Kebaruan, hal-hal yang baru dan luar biasa, yang
beda, akan menarik perhatian.
5. Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali bila
disertai sedikit variasi akan menarik perhatian.
b. Faktor Internal
Faktor yang dipengaruhi dalam diri pribadi seseorang
1) Faktor-faktor Biologis
Hal yang bersifat biologis atau sesuatu hal yang
menjadi kebutuhanalam manusia
2) Faktor-faktor Sosiopsikologis
Faktor yang bersifat psikologis atau yang berkaitan
dengan jiwaseseorang yang terkait dengan
kebutuhan – kebutuhan sosialseperti motif,
kebiasaan
3. Interpretasi
Intrepretasi adalah proses terpenting dalam persepsi karena
persepsi merupakan suatu komunikasi untuk mengorganisasikan
informasi, sehingga mempunyai arti bagi individu. Dalam melakukan
interpretasi itu terdapat pengalaman masa lalu serta sistem nilai yang
dimilikinya. Sistem nilai di sini dapat diartikan sebagai penilaian
individu dalam mempersepsi suatu obyek yang dipersepsi, apakah
stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut
menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi positif, dan
individu dengan obyek yang dipersepsi individu, baik yang bersifat
positif maupun negatif (Mulyana, 2005:169-170).
Tiap individu memiliki gambaran yang berbeda mengenai realita
yang berada di sekelilingnya. Menurut Mulyana (2005:176-201) ada
beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial, yaitu
a. Persepsi berdasarkan pengalaman
Persepsi manusia terhadap seseorang,objek, atau kejadian
dan reaksi mereka terhadap hal – hal itu berdasarkan
pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu mereka
berkaitan dengan orang, objek dan kejadian serupa.
b. Persepsi bersifat selektif
Atensi seseorang pada suatu rangsangan merupakan faktor
utama yang menentukan selektivitas seseorang atas
rangsangan tersebut.
c. Persepsi bersifat dugaan
Proses persepsi yang bersifat dugaan memungkinkan
seseorang menafsirkan suatu objek dengan makna yang
lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Oleh karena
informasi yang lengkap tidak tersedia, dugaan diperlukan
untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi
yang tidak lengkap lewat pengindraan tersebut.
d. Persepsi bersifat evaluatif
Tidak pernah ada persepsi yang objektif. Seseorang akan
dan kepentingannya. Persepsi adalah suatu kognitif
psikologis dalam diri seseorang yang mencerminkan
sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang seseorang
gunakan untuk memaknai objek persepsi.
e. Persepsi bersifat kontektual
Konteks yang melingkungi seseorang ketika melihat
seseorang, suatu objek, atau suatu kejadian sangat
mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan oleh
karenanya juga persepsi seseorang.
2.2.5.2.Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi merupakan dinamika yang terjadi dalam diri individu
disaat ia menerima stimulus dari lingkungannnya. Proses persepsi
individu akan mengadakan penyeleksian apakah stimulus itu berguna
atau tidak baginya, serta menentukan apa yang terbaik untuk
dilakukan.
Menurut Rakhmat (2004:52) banyak faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi, faktor-faktor tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu
dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai
stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada
stimuli itu.
Krech dan Crutchfield (Rakhmat, 2004: 56) merumuskan dalil
Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa
objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya
objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi.
Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim
disebut sebagai kerangka rujukan. Dalam kegiatan komunikasi,
kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna
pada pesan yang diterimanya. Menurut McDavid dan Harari
(Rakhmat, 2004:58), para psikolog menganggap konsep kerangka
rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi perseptual
dari peristiwa yang dialami.
2. Faktor-faktor struktural
Faktor-faktor Struktural yang menentukan persepsi berasal di
luar individu, misalnya lingkungan, budaya, hukum yang berlaku,
nilai-nilai dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap seseorang
dalam mempersepsikan sesuatu.
2.3. Operasionalisasi Variabel
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah
Tanpa operasionalisasi variabel, peneliti akan mengalami kesulitan dalam
menentukan pengukuran hubungan antar variable yang masih bersifat
konseptual.
Variabel adalah bagian empiris dari sebuah konsep atau konstruk.
Variabel berfungsi sebagai penghubung antara dunia teoritis dengan dunia
empiris. Proses untuk mengubah konsep (konstruk) menjadi variabel pada
tahap operasionalisasi konsep (definisi operasional). Variabel merupakan
fenomena dan peristiwa yang dapat diukur atau dimanipulasi dalam proses
riset (Kriyantono, 2006:20). Variabel penelitian adalah sesuatu yang
berbentuk apa saja ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti dibagi menjadi dua
kelompok Sugiyono (2010:33), yaitu:
1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab
terjadinyaperubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam
penelitian ini variabelbebasnya (X) adalah Program Acara
Pengajian Agama.
2. Variabel Terikat (dependent variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian
ini yang digunakan sebagai variabel terikat (Y) adalah persepsi
2.3.1. Definisi Operasional Variabel X – Penyajian Materi Pengajian Agama
Variabel X yaitu penyajian materi pengajian agama penjabaran
indikator-indikator sebagai berikut:
Variabel X Dimesi
Indikator
2.3.2. Definisi Operasional Variabel Y – Persepsi Jamaah Salafi
Persepsi Jamaah Salafi dalam penelitian ini adalah sebagai
variabel Y. Adapun definisi operasionalnya ditunjukkan dengan
indikator dari persepsi adalah sebagai berikut: Variabel Bebas (X)
Program Acara Pengajian Agama
Variabel Y Dimensi Indikator
Persepsi Jamaah
Salafi
Sensasi - Penglihatan - Pendengaran
Atensi - Perhatian - Perasaan
Interpretasi - Pemahaman materi - Pengalaman
Sumber :Mulyana 2005
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan pendapat atau pernyataan yang masih belum
tentu kebenarannya, masih harus diuji lebih dulu dan karenanya bersifat
sementara atau dugaan awal (Kriyantono, 2006:28). Dikatakan sementara
karena jawaban yang diberikan berdasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data.
Berdasarkan pengertian di atas, diajukan hipotesis alternatif sebagai
berikut:
Ha : yaitu hipotesis alternatif yang menyatakan ada pengaruh yang
signifikan antara program acara pengajian agama Islam di televisi
terhadap persepsi khalayak.
Ho : yaitu hipotesis nihil yang menyatakan tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara program program acara pengajian agama Islam di