PEMERIKSAAN DENGAN SLITLAMP TUJUAN :
1. Mengetahui keadaan segmen anterior 2. Mengetahui defek kornea
3. Mengetahui lubang/fistula pada kornea
4. Mengetahui kedalaman sudut bilik mata depan
ALAT
Alat yang diperlukan pada: Tujuan 1:
Slitlamp Tujuan 2:
a. Slitlamp
b. Tetes mata fluorescein 0,5% atau 2% c. Aqua steril (untuk membilas)
d. Spuit 5 cc tanpa jarum e. Tissue
Tujuan 3:
a. Slitlamp
b. Tetes mata fluorescein 0,5% atau 2% c. Tissue
Tujuan 4: Slitlamp
PERSIAPAN UMUM :
1. Siapkan slitlamp, atur focus lensa dan dioptri sesuai keadaan dan refraksi pemeriksa 2. Informed concern kepada penderita mengenai pemeriksaan dengan slitlamp
3. Persteujuan tindakan dari pasien 4. Pasien disiapkan posisinya
TEHNIK PEMERIKSAAN :
TUJUAN 1: MENGETAHUI KEADAAN SEGMEN ANTERIOR Alat:
1. Slitlamp
2. Kursi untuk duduk pasien (bila pasien duduk)
Tehnik pemeriksaan:
1. Pasien/probandus berada pada posisi diperiksa (duduk/berdiri sesuai keadaan) dengan dagu pada chinrest dan dahi pada forehead band
2. Nyalakan slitlamp dengan cahaya putih dengan intensitas cahaya mulai dari yang terendah 3. Periksa keadaan:
a. Palpebra: bagaimanakah warnanya, adakah lesi/deformitas, bagaimanakah muara kelenjar pada tepi palpebra
b. Silia: Bagaimanakah arah silia, adakah trichiasis atau distichiasis. Adakah benda asing (kutu?). Normal: terdiri 3 lapis, melekuk kea rah luar bola mata
edema/perdarahan, adakah massa/deformitas, dll. Normal: jernih, ada pembuluh darah dari perifer, tak tampak pembesaran papill ataupun folikel.
Jangan lupa membalik kelopak mata untuk mengetahui keadaan konjungtivanya. d. Kornea
Lihat dengan cahaya utuh (bundar) dan slit. Nilailah ukuran, bentuk, kejernihan dan keutuhannya. Adakah lesi, massa, neovaskularisasi, keratic precipitate atau benda asing
Bila curiga ada defek kornea (contoh:, erosi, infiltrate) atau adanya fistula lakukan pemeriksaan selanjutnya dengan menggunakan tetes mata fluorescein.
Normal: jernih, tidak tercat oleh zat warna fluoresin e. Sklera
Nilailah warna (adakah sklerektasi, warna kebiruan?), konsistensinya (keras atau lembek ; bila lembek curiga ada perforasi), dan keutuhannya (adakah
laserasi/perforasi). Normal: tampak putih tak tampak pembuluh darah. f. Bilik mata depan
Nilailah kejernihannya (adakah darah, flare/produk radang) dan kedalamannya. Normal: jernih kedalaman cukup
g.Iris
Nilailah kripte, keutuhan (adakah robekan atau lubang), sinekia, massa, dan neovaskularisasi. Normal: ada kripte, tak ada robekan, tak ada massa, tak tampak pembuluh darah.
h. Pupil
Nilailah bentuk, ukuran, dan refleknya i. Lensa
Nilailah ada tidaknya lensa, bentuk, posisi, dan kejernihannya. Nilailah dengan cahaya utuh (bundar) atau slit. Normal terlihat jernih (gelap), tak ada pergerakan j. Badan kaca
Nilailah dengan cahaya slit. Normal: jernih, terlihat gelap tak ada pergerakan.
TUJUAN 2: MENGETAHUI DEFEK KORNEA
Untuk mengetahui defek kornea/defek epitel kornea maka dilakukan uji/te fluorescein. Dasar: Zat warna fluoresin akan berubah menjadi warna hijau pada media alkali. Zat warna fluoresin bila menempel pada epitel kornea yang defek/luka akan menjadi hijau karena jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa
Alat:
a. Zat warna fluresin 0,5 – 2% (dapat berupa tetes mata atau kertas fluoresin). b. Aqua steril atau larutan garam fisiologik
c. Spuit 5 cc tanpa jarum d. Tissue
e. Slit lamp (Terlihat lebih jelas dengan pembesaran dengan menggunakan slit lamp) f. Kursi untuk duduk pasien (bila pasien duduk)
Tehnik pemeriksaan:
a. Zat warna fluoresin diteteskan (bila berupa tetes mata) pada mata atau kertas fluoresin diselipkan di forniks inferior. Diamkan selama 20 detik
b. Bilas zat warna dengan mengirigasi permukaan mata dengan menggunakan aqua steril atau larutan garam fisiologik sampai seluruh air mata tidak terwarnai hijau lagi
c. Lihat defek akan berwarna hijau. Terlihat jelas dengan pembesaran memakai slit lamp memakai cahaya biru,
- Pada erosi warna hijau tampak cemerlang dan belum terlihat infiltrate.
- Pada keratitis tampak infiltrate dengan warna hijau redup/tidak cerah dengan batas tidak tegas.
- Pada ulkus kornea tampak infiltrate disertai jaringan nekrotik.
Catatan: Zat fluoresin yang menempel pada defek akan hilang sesudah 30 menit.
TUJUAN 3: UNTUK MENGETAHUI KEBOCORAN KORNEA
Untuk mengetahui adanya fistel atau kebocoran kornea maka dilakukan uji fistel/tes fistel Alat:
a. Zat warna fluresin 0,5 – 2% (dapat berupa tetes mata atau kertas fluoresin). b. Tissue
c. Slit lamp (Terlihat lebih jelas dengan pembesaran dengan menggunakan slit lamp) d. Kursi untuk duduk pasien (bila pasien duduk)
Tehnik pemeriksaan:
a. Zat warna fluoresin diteteskan (bila berupa tetes mata) pada mata atau kertas fluoresin diselipkan di forniks inferior selama 30 detik
b. Jangan dibilas.
c. Bola mata tidak boleh ditekan. d. Pasien diminta jangan berkedip.
e. Perhatikan warna fluoresin akan tampak mengalir pada fistel. Lihat dengan cahaya biru. f. Nilailah: Fistel poitif (ada fistel) Bila tampak warna hijau cerah mengalir maka hal ini menunjukkan adanya fistel pada defek tersebut. Lambat laun di tempat kebocoran/ fistel warna hijau tersapu oleh humor akuos dan menjadi jernih dengan daerah sekelilingnya defek berwarna hijau
TUJUAN 4: MENGETAHUI KEDALAMAN BILIK MATA DEPAN (BMD) Alat:
1. Slitlamp
2. Kursi untuk duduk pasien (bila pasien duduk)
Tehnik pemeriksaan:
1. Persiapkan pasien dan peralatan
2. Sinar slit lamp diarahakan pada kornea tegak lurus di aerah limbus. Gunakan cahaya slit. 3. Arahkan 60 derajat terhadap kornea yang disinari.
4. Nilailah kedalaman sudut 5. Penilaian:
Sudut derajat 4: kedalaman BMD = tebal kornea
Checklist Penilaian “Pemeriksaan Slit Lamp” N
o Aspek yang dinilai 0 1 2 3Nilai
1. Menyiapkan alat dan bahan dengan baik 2. Melakukan cuci tangan
3. PERSIAPAN UMUM :
1. Siapkan slitlamp, atur focus lensa dan dioptri sesuai keadaan dan refraksi pemeriksa
2. Informed concern kepada penderita mengenai pemeriksaan dengan slitlamp
3. Persteujuan tindakan dari pasien 4. Pasien disiapkan posisinya
4. TUJUAN 1: MENGETAHUI KEADAAN SEGMEN ANTERIOR
Tehnik pemeriksaan:
1. Pasien/probandus berada pada posisi diperiksa (duduk/berdiri sesuai keadaan) dengan dagu pada chinrest dan dahi pada forehead band
2. Nyalakan slitlamp dengan cahaya putih dengan intensitas cahaya mulai dari yang terendah 3. Periksa keadaan:
a. Palpebra: bagaimanakah warnanya, adakah lesi/deformitas, bagaimanakah muara kelenjar pada tepi palpebral
b. Silia: Bagaimanakah arah silia, adakah
trichiasis atau distichiasis. Adakah benda asing (kutu?). Normal: terdiri 3 lapis, melekuk kea rah luar bola mata
c. Konjungtiva ( konjungtiva palpebra,
konjungtiva forniks, dan konjungtiva bulbi): d. Lihat dengan cahaya utuh (bundar) dan slit.
Nilailah bentuk, warna, dan keutuhannya. Warna, adakah papill/folikel, adakah lesi, adakah laserasi, adakah injeksi (warna, bentuk, dan arah injeksi), adakah secret (warna secret, konsistesi secret), adakah edema/perdarahan, adakah massa/deformitas, dll. Normal: jernih, ada pembuluh darah dari perifer, tak tampak pembesaran papill ataupun folikel. Jangan lupa membalik kelopak mata untuk mengetahui keadaan konjungtivanya.
e. Kornea
Lihat dengan cahaya utuh (bundar) dan slit. Nilailah ukuran, bentuk, kejernihan dan keutuhannya. Adakah lesi, massa,
pemeriksaan selanjutnya dengan menggunakan tetes mata fluorescein. Normal: jernih, tidak tercat oleh zat warna fluoresin
f. Sklera
Nilailah warna (adakah sklerektasi, warna kebiruan?), konsistensinya (keras atau lembek ; bila lembek curiga ada perforasi), dan keutuhannya (adakah laserasi/perforasi). Normal: tampak putih tak tampak pembuluh darah.
f. Bilik mata depan
Nilailah kejernihannya (adakah darah, flare/produk radang) dan kedalamannya. Normal: jernih kedalaman cukup
g.Iris
Nilailah kripte, keutuhan (adakah robekan atau lubang), sinekia, massa, dan neovaskularisasi. Normal: ada kripte, tak ada robekan, tak ada massa, tak tampak pembuluh darah.
h. Pupil
Nilailah bentuk, ukuran, dan refleknya i. Lensa
Nilailah ada tidaknya lensa, bentuk, posisi, dan kejernihannya. Nilailah dengan cahaya utuh (bundar) atau slit. Normal terlihat jernih (gelap), tak ada pergerakan
j. Badan kaca
Nilailah dengan cahaya slit. Normal: jernih, terlihat gelap tak ada pergerakan.
TUJUAN 2: MENGETAHUI DEFEK KORNEA Untuk mengetahui defek kornea/defek epitel kornea maka dilakukan uji/te fluorescein.
Dasar: Zat warna fluoresin akan berubah menjadi warna hijau pada media alkali. Zat warna fluoresin bila menempel pada epitel kornea yang defek/luka akan menjadi hijau karena jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa
Alat:
a. Zat warna fluresin 0,5 – 2% (dapat berupa tetes mata atau kertas fluoresin).
b. Aqua steril atau larutan garam fisiologik c. Spuit 5 cc tanpa jarum
d. Tissue
e. Slit lamp (Terlihat lebih jelas dengan pembesaran dengan menggunakan slit lamp)
f. Kursi untuk duduk pasien (bila pasien duduk)
Tehnik pemeriksaan:
mata) pada mata atau kertas fluoresin diselipkan di forniks inferior. Diamkan selama 20 detik
b. Bilas zat warna dengan mengirigasi permukaan mata dengan menggunakan aqua steril atau larutan garam fisiologik sampai seluruh air mata tidak terwarnai hijau lagi
c. Lihat defek akan berwarna hijau. Terlihat jelas dengan pembesaran memakai slit lamp memakai cahaya biru,
d. Nilailah defek pada kornea. Defek kornea akan tercat hijau:
- Pada erosi warna hijau tampak cemerlang dan belum terlihat infiltrate.
- Pada keratitis tampak infiltrate dengan warna hijau redup/tidak cerah dengan batas tidak tegas. - Pada ulkus kornea tampak infiltrate disertai jaringan nekrotik.
Catatan: Zat fluoresin yang menempel pada defek akan hilang sesudah 30 menit.
TUJUAN 3: UNTUK MENGETAHUI KEBOCORAN KORNEA
Untuk mengetahui adanya fistel atau kebocoran kornea maka dilakukan uji fistel/tes fistel
Alat:
a. Zat warna fluresin 0,5 – 2% (dapat berupa tetes mata atau kertas fluoresin).
b. Tissue
c. Slit lamp (Terlihat lebih jelas dengan pembesaran dengan menggunakan slit lamp)
d. Kursi untuk duduk pasien (bila pasien duduk)
Tehnik pemeriksaan:
a. Zat warna fluoresin diteteskan (bila berupa tetes mata) pada mata atau kertas fluoresin diselipkan di forniks inferior selama 30 detik
b. Jangan dibilas.
c. Bola mata tidak boleh ditekan. d. Pasien diminta jangan berkedip.
e. Perhatikan warna fluoresin akan tampak mengalir pada fistel. Lihat dengan cahaya biru.
f. Nilailah: Fistel poitif (ada fistel) Bila tampak warna hijau cerah mengalir maka hal ini menunjukkan adanya fistel pada defek tersebut. Lambat laun di tempat kebocoran/ fistel warna hijau tersapu oleh humor akuos dan menjadi jernih dengan daerah sekelilingnya defek berwarna hijau
MATA DEPAN (BMD) Alat:
1. Slitlamp
2. Kursi untuk duduk pasien (bila pasien duduk)
Tehnik pemeriksaan:
1. Persiapkan pasien dan peralatan
2. Sinar slit lamp diarahakan pada kornea tegak lurus di aerah limbus. Gunakan cahaya slit.
3. Arahkan 60 derajat terhadap kornea yang disinari. 4. Nilailah kedalaman sudut
5. Penilaian:
Sudut derajat 4: kedalaman BMD = tebal kornea Sudut derajat 3: kedalaman BMD = ¼ - ½ ketebalan kornea
Sudut derajat 2: kedalaman BMD = ¼ ketebalan kornea
Sudut derajat 1: kedalaman BMD < ¼ ketebalan kornea
Sudut tertutup: sudut bilik mata depan tidak tampak
Jumlah Catatan :
0 = Tidak Dilakukan
1 = Dilakukan ≤ 50% benar 2 = Dilakukan > 50% benar
3 = Dilakukan dengan sempurna