• Tidak ada hasil yang ditemukan

Majalah PESAN DARI ALAM docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Majalah PESAN DARI ALAM docx"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Visi:

Misi utama Orangutan Foundation International (OFI) adalah membantu usaha konservasi dan perlindungan serta memberikan pemahaman tentang orangutan dan hutan hujan tropis sebagai habitatnya serta melakukan perawatan terhadap orangutan sitaan untuk dikembalikan ke alam. Dalam menjalankan program di Indonesia, OFI dibantu Yayasan Orangutan International Kalimantan (YOIK) yang merupakan “sister organisation” untuk mendukung program Orangutan Foundation International.

Tentang Orangutan Foundation International & Yayasan Orangutan Internarionak Kalimantan:

Orangutan Foundation International (OFI) dan Yayasan Orangutan Internasional Kalimantan (YOIK) merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pelestarian orangutan dan habitatnya. Kegiatan yang dilakukan oleh OFI adalah: perlindungan kawasan hutan yang merupakan habitat orangutan melalui restorasi, patroli dan program GIS, rehabilitasi dan pelepasliaran orangutan sitaan, penelitian dan pemantauan populasi orangutan serta edukasi dan penyuluhan. Di luar Indonesia, OFI membantu perlindungan orangutan di Amerika bagian Utara, bekerjasama dengan agen perjalanan untuk program ekowisata serta program relawan untuk membantu mengembangkan kegiatan OFI.

PESAN DARI ALAM ISSN: 2085-3203

Diterbitkan oleh:

Orangutan Foundation International

Yayasan Orangutan Internasional Kalimantan

Alamat Redaksi:

Jl. Tebet Barat Dalam VI A No. 9, Jakarta, 12810 Telp/Fax: 62-21-8291189

Wab site: www.orangutan.org

Jl. Hasanuddin, Gang Orangutan No 10 Pangkalan Bun, 74112

Telp: 0532-24778, Fax: 0532-27506

Pemimpin Redaksi: Prof. Dr. Biruté Mary Galdikas

Redaksi Pelaksana: Edy H. Wahyono.

Staf Redaksi: Renie Djojoasmoro, Bohap Bin Jalan, Fajar Dewanto, Robert Ferdinand, Drh. Popowati, Drh. Prima, Ario Tanoto dan Tumin

Desain Tata Letak: Eko Wahono

Distributor: Djonny Apriyanto

Foto Cover: Anak Orangutan, nama: Ukraine, foto oleh Arbain

Pesan dari Alam, diterbitkan oleh Orangutan

Foundation International, sebagai Media Informasi dan Komunikasi, mengenai orangutan, hutan sebagai habitatnya, flora dan fauna, dan masyarakat yang ada di pinggiran hutan.

(3)

A

lam selalu bersahabat dengan semua mahluk yang ada di permukaan bumi, termasuk manusia. Namun justru manusia yang merusak persahabatan itu.

Alam memberikan udara yang segar, air yang cukup, dan mengatur antara musim hujan dan kemarau sehingga manusia dapat beraktifitas dalam pertanian. Saat hujan turun, alam menyimpan air di dalam perakaran pohon, di daerah perbukitan dan mengeluarkan sedikit demi sedikit untuk mencukupi kebutuhan air untuk manusia agar dapat mengairi sawah, memutarkan turbin untuk listrik dan kebutuhan sehari-hari.

Alam mencukupi semua kebutuhan makan satwa liar yang hidup damai di hutan. Buah-buahan melimpah, satwa liar saling menggantungkan dengan satwa lain

PERSAHABATAN

sehingga hubungan timbal balik antar mahluk hidup serasi. Sirkulasi udara yang baik, oksigen yang cukup dan manusia merasa nyaman mendapatkan udara bersih.

Namun semuanya itu telah berlalu, manusia merusak persahabatan, memutus keharmonisan dan menghancurkan alam untuk memenuhui kebutuhan hidup yang tidak pernah puas.

Asap kebakaran hutan, banjir dan tanah longsor di musim hujan, kekeringan waktu kemarau, kekurangan air terjadi di mana-mana. Hutan memulai musnah, iklim berubah dan kehidupan semakin tidak teratur. Orang saling menyalahkan, siapa benar dan siapa yang salah. Ada kelompok yang menjaga, melindungi, melestarikan, tapi ada kelompok lain yang merusak dan menghancurkan.

(4)

PESAN

dari

ALAM

Edisi 10 Tahun VII, Januari – Desember 2014 ISSN: 2085-3203

Pesan dari Alam

Persahabatan ... hal 3

Dari Karantina

Dari Karantina Ke Camp Pelepasliaran

Awal tahun 1990an banyak anak-anak

orangutan menghuni care center yang dikelola oleh OFI. Walaupun masih sederhana, yang dibantu oleh dokter hewan ... hal 7

Menyelamatkan Yang Terjebak

Ada orangutan yang berada di kebun sawit, terlihat badanya sudah kurus kering, karena tak cukup makan, karena habitatnya sudah berubah

menjadi... hal 10

Kabar Alam

Air, Antara Berkah dan Musibah

Musim hujan dan musim kemarau. Ketika musim hujan, air melimpah di beberapa daerah, dan ketika kemarau tiba, beberapa daerah kekeringan... hal 16

Komunitas Anak Tugu dan Kampanye Hari Air Sedunia Salah satu kegiatan yang diadakan oleh KAT adalah mengadakan acara kampanye “Hari Air Sedunia” pada tanggal 22 Maret 2014 ... hal 18

Menikmati Sunyinya Hutan di TNTP Suara owa yang nyaring, tak lagi ada, benar benar sunyi... hal 24

7

16

(5)

Laporan Khusus

Kunjungan Mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton ke Tanjung Puting dan Orangutan Care Center... hal 26

Iriana Joko Widodo dan Orangutan Piatu di Orangutan Care Center

Rupanya Ibu Iriana, tak takut atau risih

ketika menggendong orangutan... hal 30

Pendidikan Lingkungan

Pendidikan Lingkungan dari Hulu hingga Hilir ... hal 32

Memanen Air Hujan... hal 36

26

30

32

46

41

60

Pengalaman Membangun Hutan Hak di Lahan Gambut... hal 38

Desa Cipicung Bersama Masyarakat Menanam Pohon... hal 41

Membangun Perisai Pantai... hal 44

Membangun Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa

Wisata... hal 46

Laporan Perjalanan

Mengenal Cagar Biosfer Riau hal 54 Anambas di Tapal Batas... hal 58 Pulau Buton... hal 60

(6)

A

wal tahun 90an, ketika kegiatan perkebunan baru mulai, atau masih maraknya perdagangan kayu, dengan pembukaan hutan, maka saat itu pula orangutan kehilangan habitat. Banyak anak-anak orangutan menghuni care center yang dikelola oleh OFI. Walaupun masih sederhana, yang dibantu oleh dokter hewan Windarto,

dari

KARANTINA

dari KARANTINA sampai

CAMP PELEPASAN

Ursula, anak Unyuk.

atau dokter “manusia” seperti dr. Tiono, kegiatan penyelamatan sudah berjalan aktif. Artinya prosedur di orangutan care center di Desa Pasir Panjang, sudah mulai berjalan.

(7)

“baby-sitter”nya. Ada juga yang “benci” melihat pengasuh laki-laki. Ternyata perilaku membenci kaum Adam ini karena anak orangutan “trauma” melihat induk orangutan dibunuh oleh laki-laki di depan matanya.

“TITIP ANAKKU”

Ada sebuah cerita yang sangat

mengharukan, ketika tim mendapat kabar ada “bayi” orangutan yang diselamatkan seorang penebang kayu. Kelompok penebang itu tidak tahu kalau di atas ada sarang orangutan, karena pohon cukup tinggi dan rindang, atau mungkin mereka tak mau tahu. Sehingga begitu ditebang, dan pohon tumbang, ternyata ada induk orangutan yang tertimpa dahan, terjepit dan sekarat.

Kelompok penebang itu mendekati suara orangutan seperti tangisan anak. Dengan membawa parang, takut kalau diserang. Tapi entah mengapa, salah satu anggota kelompok itu merasa trenyuh, iba melihat induk orangutan yang terjepit dan terlihat kesakitan. Dan lebih trenyuh lagi, ketika induk orangutan itu mengangkat anaknya yang masih hidup selamat, untuk diberikan kepada penebang pohon yang melihatnya. Kontan anggota kelompok itu memasukkan atau mengambil orangutan di rumah

masyarakat yang sudah ditangkap. Satu persatu “anak-anak yatim” ini berdatangan, menghuni “rumah singgah bagi anak-anak orangutan” sebelum diliarkan kembali ke habitat aslinya.

Ada banyak perilaku anak-anak yatim ini. Kadang menangis hanya minta dipeluk oleh

Satu persatu “anak-anak

yatim” ini berdatangan,

menghuni “rumah

singgah bagi anak-anak

orangutan” sebelum

(8)

dari

KARANTINA

parang ke dalam sarungnya dan mengambil anak orangutan itu. Kalau induk itu bisa berbicara dengan bahasa manusia, mungkin ia akan berkata “titip anakku”.

Setelah anak orangutan diambil, cerita anggota kelompok penebang itu, terlihat

sang induk orangutan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Lalu para penebang pohon itu menguburnya. Sedangkan anak orangutan yang selamat dibuatkan kandang.

PERILAKU ANAK-ANAK

Anak-anak orangutan yang datang

mempunyai kondisi kesehatan yang berbeda-beda. Ada yang sehat, tidak terdeteksi cacing atau penyakit lain, tapi ada pula yang sudah terjangkit penyakit seperti cacingan, sesak nafas atau penyakit kulit. Semua penyakit yang ada di orangutan sangat tergantung dari lokasi kandang ketika dipelihara.

Suatu kali ada anak orangutan yang koma, sakit sudah cukup lama, berbagai usaha telah

Algis, anak Ahmad. (foto: Arbain)

(9)

dilakukan oleh dokter hewan Windarto untuk membuatnya pulih, tapi belum menunjukkan tanda tanda keberhasilan.

Mbak Ipuk, petugas yang merawatnya dengan penuh kasih sayang menggendong, menyuapi, dan memberi minum kepada anak orangutan yang kalau merengek, seperti anak manusia menangis itu seperti anak sendiri.

Saya hanya memonitor dan menjalankan instruksi dokter untuk melakukan tindakan kepada anak-anak orangutan yang sakit. Bayi dalam gendongan mbak Ipuk terlihat lemas. Tak bergerak, tak ada suara rengekan.

Saya ambil stetoskop, memegang lengannya untuk mencari detak nadi. Saya taruh

stetoskop di dada anak orangutan yang berada dalam gendongan mbak Ipuk. Masih ada detak jantung dan denyut nadi yang lemah. Tiba-tiba, detak jantung anak orangutan itu berhenti dan denyut nadinya tidak ada lagi. Saya penasaran dan terus memeriksa.

(10)

A

da kabar, bahwa di Kumai Seberang ada orangutan yang berada di kebun sawit, terlihat badanya sudah kurus kering, kekurangan makan, karena habitatnya sudah berubah menjadi

MENYELAMATKAN

YANG TERJEBAK

perkebunan. Terkadang ketika sawit masih muda, orangutan ini memakan umbut sawit, karena tak ada makanan lain lagi, sehingga keberadaan orangutan di beberapa perkebunan dianggap sebagai hama.

(11)

Berita di awal Januari 2014 itu, sontak membuat “Team Rescue” Orangutan Foundation International, langsung menyiapkan SOP yang biasa dijalankan. Tim penangkap, tim kesehatan didukung oleh volunter, masyarakat, dan dukungan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam, bergerak menuju ke lokasi. Benar adanya orangutan betina dewasa ini sepertinya kekurangan makan. Sigap para team rescue, mengintip, mencari dan menentukan posisi

yang pas untuk membius dengan senjata bius yang sudah dimiliki oleh OFI.

Orangutan itu terperosot jatuh, dan tim kesehatan segera mengidentifikasi kondisi tubuh, ukuran tubuh, bobot tubuh dan kesehatannya. Bedasarkan pemeriksaan tim drh. Prima, kondisi fisik dan kesehatannya cukup baik, hanya kurus karena kekurangan makan.

Enam bulan kemudian, ada lagi berita adanya orangutan yang terjebak pada hutan yang sedang ditebang untuk perkebunan sawit. Suara alat berat yang menderu diantara hamparan hutan yang sudah terbuka pada kawasan gambut itu, menyisakan kesedihan berbagai satwa liar yang kehilangan habitat. Kabar tersebut langsung direspon oleh tim rescue yang segera mendatangi dan mencari lokasi anak orangutan yang tersisih dari rumahnya yang berupa hutan tropis.

Anak orangutan ini bergelayutan di antara sisa sisa pepohonan yang terlepas dari penebangan, Rupanya menangkap anak orangutan itu tidak sesulit ketika menangkap orangutan dewasa sebelumnya.

Suara alat berat

yang menderu

diantara hamparan

hutan yang sudah

terbuka pada

kawasan gambut

itu, menyisakan

kesedihan berbagai

satwa liar yang

(12)

Dokter hewan Popo yang sudah lebih dari 10 tahun mengabdikan dirinya untuk membantu merawat anak-anak orangutan itupun memeriksa kesehatan anak orangutan tersebut. Dan tentunya berbeda perlakuan antara orangutan dewasa dan orangutan anak-anak ini.

Untuk orangutan dewasa, langsung dipindahkan ke hutan alam yang lebih

aman, sedangkan anak orangutan yang masih memerlukan perlindungan induknya ini, dibawa ke Care Center yang ada di Desa Pasir Panjang.

Anak orangutan itu masih memerlukan perawatan, dan perlu waktu untuk

melepaskan anak orangutan itu ke habitat aslinya. Terkadang juga terpikirkan, mau di lepas di mana orangutan yang ada di Care Center atau karantina? Hutan yang layak untuk kehidupan orangutan sudah sangat berkurang. Sedangkan orangutan harus dilepaskan di hutan yang “aman” dari gangguan manusia.

Sehingga OFI terus berusaha mencari lokasi pelepasan yang relatif hutanya mendukung untuk makanan mereka di alam. Ada sekitar

kabar

ALAM

(13)

300 an lebih orangutan yang ada dalam pengawasan OFI. Tahun 2014, OFI telah berhasil melepasliarkan 40 orangutan ke Seruyan, dimana ada lebih kurang 40.000 hektar lahan yang mendapatkan dukungan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, untuk dijadikan kawasan khusus untuk melepasliarkan orangutan.

Di Kamp Seluang Mas, di Kabupaten Seruyan, yang mendapatkan bantuan dari Sinar Mas Group, OFI mengelola kawasan itu. Setiap orangutan yang dilepas, diberikan ID, agar memudahkan untuk mengidentifikasi.

Beberapa individu yang dilepas, sudah jarang nampak datang ke kamp, malah ada satu ekor orangutan yang telah memiliki anak.

(14)

bermunculan untuk menyelamatkan kera merah ini. Beberapa perusahaan yang tertarik terhadap pelestarian satwa ini mulai bergerak. Namun sangat diperlukan kajian yang mendalam, bila kawasan yang memiliki HCV (High Conservation Value) atau nilai konservasi tinggi di dapat, harapanya tidak ada penebangan hutan yang menjadi habitat satwa liar atau ekosistem yang diubah menjadi peruntukan lain, tidak ditebang untuk perkebunan, seperti halnya gambut.

Sebelum banyak lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam usaha pelestarian oranguan atau satwa liar lainya, OFI pada akhir tahun 1980an sampai awal tahun 1990an, sering mendapatkan

orangutan dari berbagai daerah, tidak hanya dari Kalimantan Tengah, namun sering juga dari Kalimantan Timur

ataupun Kalimantan Barat. Di kalimantan Tengah sendiri sudah ada dua lembaga pelestarian orangutan seperti OFI, dimana orangutan setiap tahun terus bertambah. Di Kalimantan Timur dan Barat, juga mengalami hal yang sama.

(15)

saat membantu memadamkan api pada kebakaran hutan, ditemukan bangkai satwa yang sudah hangus terpanggang.

Pada lokasi penyelamatan orangutan, kini tak hanya kera merah itu saja yang menjadi penghuni. Namun beberapa satwa lain, seperti beruang madu dan ungko yang juga menjadi korban kehilangan habitat turut mendiami lokasi tersebut.

Tanjung Puting, merupakan salah satu habitat terakhir bagi orangutan dan satwa lain. Karena kawasan lain sudah banyak yang berubah. Sedangkan kawasan konservasi Tanjung Puting ini sudah terkepung dengan berbagai kegiatan

manusia, sehingga Taman Nasional Tanjung Puting sudah seperti pulau, dimana menjadi tempat pengungsian terakhir bagi kehidupan satwa yang tersia.

Foto-foto oleh Fajar Dewanto dan Ario/dok OFI.

Seringkali pada

saat membantu

memadamkan api

pada kebakaran

hutan, ditemukan

bangkai satwa

(16)

I

ndonesia yang terletak di daerah tropis, mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Ketika musim hujan, air melimpah di beberapa daerah, dan ketika kemarau tiba, beberapa daerah kekeringan. Bahkan di beberapa daerah, masyarakatnya harus menempuh perjalanan cukup jauh dan sulit untuk mendapatkan air, dengan cara mencari sumber air di tengah hutan, di tepian sungai dengan menggali lubang.

Saat-saat kekeringan seperti itu, air sangat berharga, bagai intan berlian, dengan mendapatkan air seperti itu, merupakan berkah karena tercukupi kebutuhan sehari-hari, walaupun harus bersusah payah.

Ketika musim hujan datang, di berbagai daerah, air mendatangkan musibah. Berita di media cetak, elektronik, ataupun media sosial, banyak mengabarkan tentang tanah longsor, banjir bandang, banjir kiriman ataupun banjir musiman. Banyak istilah masyarakat menyebutnya. Datangnya hujan yang kini tak dapat dipresiksi,

mendatangkan kerugian, baik harta, benda bahkan nyawa ikut melayang karena banjir bandang dan tanah longsor.

Di Jakarta sendiri, dengan banjir dibeberapa tempat, konon kerugianya mencapai

triliunan rupiah, akibat lumpuhnya kegiatan di lokasi perniagaan.

AIR

Antara Berkah dan Musibah

kabar

ALAM

Fo

to

o

le

h

Ed

y

H

en

dr

as

W

ah

yo

(17)

Semasa kawasan hutan lindung, hutan konservasi atau hutan alam masih utuh, masih lestari dan belum diubah menjadi berbagai kepentingan, jarang terdengar berita seperti itu. Daerah yang sebelumnya aman tak pernah terjadi banjir, atau daerah yang sebelumnya tak pernah kekurangan air, kini sudah merasakan akibat dari kerusakan lingkungan.

Di daerah lereng lereng perbukitan di hulu sungai, yang semula tertutupi dengan pepohonan, sudah berubah, waduk atau dam atau danau danau kecil di kota-kota besar, sudah disulap menjadi pemukiman. Perusahaan perusahaan besar, atau pabrik di perkotaan, menggali sumur dengan

kedalaman cukup besar. Sangat mengganggu air permukaan tanah. Sehingga air lautpun meresap ke darat. Di beberapa pemukiman di kota besar, air tanahnya sudah tak lagi layak untuk dikonsumsi.

***

FAKTA TENTANG AIR

Air adalah wajah dunia yang paling kita kenal, sebagai cairan, air mengisi danau, sungai, dan waduk di permukaan bumi dan menempati laut serta samudera.

Air juga merupakan gas yang terjadi sewaktu menguap di atmosfir. Sebagai padatan, air menutupi kawasan kutub dan gunung-gunung tinggi serta menciptakan pemandangan musim dingin.

Air dalam jumlah yang sangat besar tersimpan di dalam tanah, baik di dalam tanahnya sendiri maupun di bawahnya, yaitu di dalam formasi berpori yang dikenal sebagai akifer.

Air ada di dalam tumbuhan dan juga di dalam tubuh kita, hampir 80% dari tubuh manusia terdiri dari air.

Air ada juga yang meresap ke dalam tanah menjadi air tanah. Secara alami, perlahan muncul kembali menjadi air permukaan dan menjadi sumber utama dari aliran sungai yang dibutuhkan

Air juga merupakan gas

yang terjadi

sewaktu menguap

di atmosir. Sebagai

(18)

K

omunitas Anak Tugu (KAT) adalah salah satu komunitas di Jakarta Selatan yang memiliki visi dan misi yang bergerak di bidang edukasi untuk lingkungan hidup dan budaya. Komunitas ini mulai berdiri sejak tahun 2009. Hingga saat ini anggota KAT berjumlah 30 orang yang anggotanya sebagian besar bertempat tinggal di lingkungan Pancoran, Jakarta Selatan. Kegiatan-kegiatan KAT juga didukung oleh Ketua RW 04 Kelurahan Pancoran, Bapak Nurdin A.R. yang juga memberikan fasilitas tempat sebagai sarana berkumpulnya para anggota dan simpatisan KAT. Salah satu kegiatan yang diadakan

oleh KAT pada tahun 2014 ini adalah mengadakan acara kampanye “Hari Air Sedunia” pada tanggal 22 Maret 2014.

Hari Air sedunia pertama kali diajukan pada tahun 1992 dalam pertemuan di Rio de Janeiro, Brazil oleh badan PBB yang mengurusi lingkungan dan pembangunan (UNCED – United Nations Conference on Environment and Development). Sejak itu, peringatan Hari Air Sedunia terus berkembang hingga saat ini.

Dari berbagai sumber, PBB dan anggotanya menetapkan Hari Air Sedunia pada Badan

dan kampanye

HARI AIR SEDUNIA

KOMUNITAS ANAK TUGU

(19)

Dunia dan memberi rekomendasi untuk mempromosikan ke negara-negara. Setiap tahun, salah satu lembaga, UN-Water yang berkecimpung dalam isu-isu air sejak tahun 2003 memprakarsai dan mengkoordinasi kegiatan internasional serta bertanggungjawab dalam tema dan pesan untuk Hari Air Sedunia.

Salah satu anggota PBB dari LSM internasional yang bergerak dalam isu air bersih dan habitat air, memanfaatkan Hari Air Sedunia sebagai momen untuk mendapatkan perhatian publik tentang krisis air saat ini. Setiap 3 (tiga) tahun semenjak tahun 1997, WWC (World Water Council) melibatkan ribuan partisipan pada pertemuan Forum Air Dunia selama

sepekan bertepatan pada Hari Air Sedunia. Partisipan dari lembaga-lembaga dan LSM menggarisbawahi tentang isu ketersediaan air sehat bagi jutaan umat manusia. Dalam tahun 2003, 2006 dan 2009,

laporan-Salah satu anggota PBB

dari LSM internasional

yang bergerak dalam isu

air bersih dan habitat air,

memanfaatkan Hari Air

Sedunia sebagai momen

untuk mendapatkan

(20)

laporan dari lembaga dunia diluncurkan pada saat Hari Air Sedunia 22 Maret 2012.

Hari Air Sedunia menjadi perhatian publik baik dari lembaga pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, dan saat ini hingga kelompok komunitas yang salah satunya adalah Komunitas Anak Tugu (KAT) turut andil dalam aksi meningkatkan

kesadaran masyarakat terhadap penggunaan air secara bijak.

Acara yang diadakan oleh KAT digelar di lokasi 4 (empat) titik lampu merah di Tugu Pancoran. Kegiatan kampanye ini terdiri dari pemasangan poster “Saving Water” di lingkungan Pancoran, kampanye edukasi menggunakan poster berjalan, pembagian 1.000 stiker “Saving Water, Selamatkan Air Jakarta” kepada pengendara sepeda motor dan mobil, aksi teatrikal “Saving Water” dan Penurunan banner besar di flyover Tugu Pancoran. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh ± 25 orang yang terdiri dari anggota KAT, simpatisan KAT dan Ketua RW 04 Kelurahan Pancoran.

kabar

ALAM

(21)

Penurunan banner besar berukuran 3 x 6 m yang bertuliskan “Saving Water, Selamatkan Air Jakarta” di flyover Tugu Pancoran dilaksanakan tepat pukul 12.00 WIB. Dengan dibantu pihak Kepolisian Jakarta Selatan, semua kendaraan bermotor tetap berhenti di perbatasan lampu merah walaupun tanda lampu sudah berwarna hijau. Tujuannya agar para pengendara dapat melihat tulisan “Saving Water, Selamatkan Air Jakarta” ini.

Dalam waktu yang sama, teatrikal juga dimainkan di bagian tengah pada perempatan lampu merah Tugu Pancoran. Teatrikal ini mengisahkan tentang kegiatan memancing ikan di sungai namun ternyata sungai telah penuh dengan sampah seperti sepatu, botol dan lain-lain.

Salah satu anggota KAT, Tofan Fahmi, mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajak masyarakat Jakarta peduli terhadap ketersediaan air di Jakarta. Saat ini ketersediaan air di Jakarta masih bagus dan dapat dikonsumsi secara aman. Akan tetapi di beberapa daerah seperti Tanjung Priuk, masyarakatnya harus membeli air bersih untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi perhatian bagi seluruh masyarakat Jakarta agar menjaga kelestarian air dengan menggunakannya secara bijak.

(22)

sudah tidak adanya lagi air bersih dari dalam tanah di lingkungan Jakarta yang aman untuk dikonsumsi. Akibat kelangkaan ketersediaan air bersih, muncullah “Raja Air” yang menjual air bersih mungkin dengan harga yang mahal. Mau tak mau, masyarakat yang kesulitan air bersih akan tetap membeli air.

Tak luput, lingkungan yang rusak karena pencemaran air menambah pelik kesulitan air bersih. Sungai-sungai yang kotor akibat sampah karena kurangnya kesadaran masyarakat yang membuang sampah ke sungai-sungai, bahkan lautpun ikut tercemar sampah sehingga tak aneh jika

di pinggir pantai sering terdapat sampah-sampah anorganik.

Pemerintah juga harus peduli terhadap air. Hal ini bisa dilakukan dengan pengelolaan air bersih yang baik. Sehingga mulai tahun 2014 ini hingga dimasa mendatang,

ketersediaan air bersih akan bertambah baik bukan semakin menurun.

Ketua KAT, Abdul Syukur mengatakan bahwa kegiatan kampanye air dilakukan untuk mengajak masyarakat Jakarta menjaga kelestarian air bersih karena saat ini telah ada masyarakat yang harus membeli air bersih. Masih beruntung

Sampah di teluk Jakarta. (foto: Eko Wahono)

(23)

TIPS HEMAT AIR (Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2011)

1. Jangan lupa menutup keran air setelah dipakai

2. Jangan biarkan air terus menerus mengalir saat mencuci/ sikat gigi. Gunakan wadah untuk menampung air

3. Menggunakan 1 gelas untuk 1 hari agar tidak sering mencuci gelas 4. Ambillah minum secukupnya dan habiskan

5. Memandikan hewan peliharaan di taman

6. Kumpulkan dan gunakan air hujan untuk menyiram kebun di pagi hari agar penguapan berkurang

7. Ketika mandi menggunakan shower, akan lebih hemat air 3x lipat 8. Periksa dan perbaiki kebocoran air

9. Manfaatkan air bekas cucian sayuran/beras untuk menyiram tanaman.

masyarakat Jakarta umumnya masih bisa merasakan air bersih dari dalam tanah secara gratis. Dengan menjaga dan menggunakan air bersih secara bijak, ketersediaan air akan tetap terjaga dan anak cucu di masa mendatang tidak kesulitan mendapatkan air bersih sehingga tidak perlu membeli air.

Dari sumber majalah yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2011, terdapat kasus yang membuat warga harus membeli air bersih, yaitu di Desa Gandoang, Cileungsi, Bogor telah terjadi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi tambang pasir (galian C). Penggalian pasir yang letaknya di lahan persawahan dekat dengan pemukiman warga, mengakibatkan air limbah cucian pasir mencemari sawah dan sumber pengairan. 30 titik sumber air bersih (sumur) warga menjadi kering sehingga untuk kebutuhan sehari-hari warga pun harus membeli air bersih.

(24)

K

abut pagi yang bercampur dengan asap, terasa sesak di dada. Kehidupan di pagi ini terasa sepi. Serangga pagi yang biasanya bersahut sahutan, tak lagi terdengar.

Suara owa yang nyaring, tak lagi ada. Bahkan kehidupan di alam ini benar benar sunyi.

Satu satunya yang memecahkan keheningan di pagi itu, hanyalah suara klotok, yang nyaring, namun sesekali hilang, seperti hanya sinyal telephon seluler di pedalaman, kadang hilang dan kadang datang.

Selebihnya tak ada lagi.

Aku menduga, bahwa klotok itu pasti

seorang kawan yang akan datang ke tengah hutan ini. Aku mendapatkan berita dari surat elektronik yang aku terima, minggu lalu, ketika aku berkesempatan ke warnet di kota terdekat.

Dan di hutan ini tak ada lagi yang bisa berkirim berita, atau menerima khabar dari luar. Hanya hitungan kalender yang ada pada arloji tuaku yang sudah dengan setia

menempel di lengan tangan kiriku, lebih dari lima tahun.

Aku menanti di ujung jembatan, yang masih diselimuti kabut berjelaga atau kabut berasap. Mengapa demikian, karena pada bulan bulan ini, banyak petani ataupun perkebunan besar membakar lahannya, atau membersihkan lahan dari tumbuhan yang tak dikehendaki.

Sesampainya di ujung jembatan, aku duduk termenung. Sesekali memandang ke air yang hitam karena asam. Sesekali, terlihat ikan ikan yang berenang ke permukaan air untuk mengambil oksigen. Banyak ikan seperti itu. Terkadang ikan arowana yang berwarna perak, nampak muncul.

Kadang aku iseng melemparkan sisa sisa nasi bekas makanan orangutan ke sungai. Dan munculah beberapa ikan untuk menyambar.

Suara klotok terdengar lagi, dan

mengumandang menembus tebalnya hutan tropis dan memecahkan kesunyian di pagi yang masih dingin.

MENIKMATI SUNYINYA HUTAN

DI TAMAN NASIONAL

TANJUNG PUTING

(25)
(26)

M

antan Presiden Amerika Serikat ke-42 (periode 1993- 2001), Bill Clinton berkunjung ke Indonesia. Dalam safarinya ke Tanah Air pada 19 Juli 2014, Bill Clinton mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting dan Orangutan Care Center di desa Pasir Panjang, Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Demi alasan privasi dan menghindari isu politik

KUNJUNGAN BILL CLINTON KE

TANJUNG PUTING DAN

ORANGUTAN CARE CENTER

yang mungkin muncul, pihak Clinton Foundation tidak memperbolehkan media mengabadikan kegiatannya dalam Tour Clinton Foundation Asian 2014.

(27)

pendidikan

LINGKUNGAN

Bill Clinton ke Indonesia secara khusus dalam rangka misi lingkungan hidup. Meski demikian, banyak pihak di Indonesia mengkhawatirkan kunjungan Bill Clinton berkaitan erat dengan kegiatan Pemilihan Presiden 2014 di Indonesia.

Kegiatan Tour Clinton Foundation Asian 2014 di Asia Pasifik pada 16-23 Juli difokuskan pada isu kesehatan global dan peningkatan akses terhadap obat-obatan, isu perubahan iklim, dan isu pembangunan ekonomi di lima negara tersebut. Selain itu, kunjungannya tersebut juga dilakukan untuk

memperingati sekaligus menyampaikan pernyataan dalam konferensi internasional AIDS ke-20.

Kegiatan

Tour Clinton

Foundation Asian 2014

di Asia Pasiik pada

(28)

Kedatangan Bill Clinton ke Indonesia bukanlah yang pertama kali. Pada 2006, Clinton yang saat itu menjabat sebagai Utusan Khusus Sekjen PBB untuk pemulihan Aceh usai bencana tsunami, hadir melihat langsung perkembangan sekolah yang didanai PBB.

Rombongan Bill Clinton masuk ke Indonesia melalui Banda Aceh menggunakan private jet Boeing B757-200. Ia bertolak dari Hanoi, Vietnam dan langsung menuju Banda Aceh. Di Banda Aceh, Clinton mengunjungi beberapa lokasi yang terkena dampak tsunami Samudera Hindia 2004 dan memantau

pemulihan pascatsunami.

Setelah dari Banda Aceh, pukul 21.00 WIB rombongan Bill Clinton melanjutkan perjalanan ke Pangkalan Bun dan tiba di Bandara Iskandar, Pangkalan Bun, Minggu (20/7) dini hari, pukul 01.55 WIB dengan pesawat khusus Boeing 725 dari Bandar Udara Singapura. Rombongan beristirahat di Swiss Belinn Pangkalan Bun sebelum beraktivitas di Kabupaten Kotawaringin Barat.

Bill Clinton bertemu dan berdiskusi dengan mitra kerja Clinton Foundation, yaitu Rimba Raya Conservation.

(29)

ke Orangutan Care Center and Quarantine di desa Pasir Panjang. Dengan didampingi Presiden OFI, Prof. Biruté Galdikas, berkeliling melihat orangutan serta fasilitas OCCQ.

Pada Minggu sore, pukul 16.00 WIB, didampingi Presiden OFI, Biruté Mary Galdikas, dan rombongan lainnya, Clinton berkeliling melihat sejumlah orangutan dan satwa karantina lainnya di OCCQ.

Selanjutnya, Pada Senin (21/7), Clinton dan rombongan mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) kemudian setelah selesainya langsung melanjutkan perjalanan menuju Makassar sebagai exit point

Indonesia untuk melanjutkan safarinya ke Papua Nugini dan Australia.

Tanjung Puting merupakan habitat orangutan dengan jumlah populasi terbesar sehingga disebut “ Ibukota Orangutan di Muka Bumi”.

Selain Bill Clinton, beberapa tokoh dunia pernah mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting diantaranya Stefanie Powers dan Julia Roberts.

Selain Bill Clinton,

beberapa tokoh dunia

pernah mengunjungi

Taman Nasional Tanjung

Puting diantaranya

(30)

P

agi itu di awal bulan Desember 2014, tepatnya tanggal 5, Orangutan Conservation Centre and Quarantine (OCCQ), dikejutkan dengan kunjungan mendadak Ibu Negara, Iriana Joko Widodo.

Namun hal ini bagi karyawan OCCQ sudah biasa karena OCCQ sering mendapat kunjungan pejabat daerah, pejabat negara hingga menteri. OCCQ yang dipimpin oleh Prof. Biruté Galdikas sudah mendunia

IRIANA JOKO WIDODO DAN

ORANGUTAN PIATU DI

ORANGUTAN CARE CENTER

(31)

sejalan dengan usaha pelestarian orangutan yang telah dirintis beliau sejak tahun 1971 ketika memulai penelitian orangutan di Tanjung Puting.

SOP kunjungan ke OCCQ tetap dilakukan, mulai dari mencuci tangan dan menggunakan masker untuk semua kunjungan. OCCQ bukanlah tempat kunjungan untuk umum, hanya kunjungan terbatas, dan tidak semua orang boleh memasuki kawasan terbatas ini. OCCQ merupakan tempat merawat

orangutan yang sakit dan karantina untuk orangutan yang baru datang atau sedang dipersiapkan untuk pelepasliaran, sehingga diperlukan pengawasan yang cukup ketat untuk menjaga kondisi OCCQ.

Rupanya Ibu Iriana, tak takut atau risih ketika menggendong anak orangutan. Memang mulanya sedikit takut, namun setelah dibantu beberapa asisten OCCQ, dan bujukan Ibu Walyati serta drh. Popowati, akhirnya mau juga. Selain itu Ray (nama anak orangutan) pun mulai mendekat. Tak lama, anak orangutan itu,

sudah tenggelam dalam gendongan Ibu Negara.

Bak anak manusia kehilangan ibunya, Ray terlihat nyaman dalam pelukan Ibu Negara yang mempunyai dua orang putra dan seorang putri itu.

“Wah…senang dalam pelukan ibu”, kata Ibu Moenartining Narang, istri Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang, yang turut mendampingi Ibu Negara dalam kunjungan ke OCCQ.

(32)

PENDIDIKAN LINGKUNGAN

dari HULU hingga HILIR

S

aat liburan sekolah tiba, adalah waktu yang tepat untuk memberikan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) kepada siswa sekolah atau buah hati. Hal itu perlu diberikan, untuk mengenalkan

lingkungan yang ada di sekitar kita, terutama mengenai hal hal yang

(33)

Suatu pertanyaan kecil bagi anak-anak perkotaan yang jarang bersentuhan dengan alam, dan melihat secara langsung ke alam dengan beranekaragamnya sumber daya alam yang dimanfaatkan oleh manusia setiap harinya.

Oleh karena itu pengenalan alam dan beragamnya kehidupan, sangatlah penting bagi anak-anak agar memahami sumber daya alam yang kita manfaatkan.

Saya pernah menjadi fasilitator PLH, di sebuah sekolah yang mahal dan isinya anak-anak orang yang berpunya. Ketika saya berikan pelajaran tentang penghematan mulai dari air, listrik ataupun Ada anak kawan saya yang tidak tahu

asal muasal makanan yang ia makan. Mereka hanya tahu, makan, minum dan menggunakan, sehingga kesadaran akan penghematan dan atau pemanfaatan sumber daya alam belum paham.

(34)

kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya, ternyata sangat sulit dan memerlukan waktu untuk sebuah proses penyadartahuan. Ada anak yang menjawab “bapak saya orang kaya, bisa membayar berapapun untuk listrik dan air. Dan keluarga saya mempunyai banyak pembantu untuk mengurus kebersihan, membuang sampah”.

Namun setelah diberikan penjelasan tentang keterbatasan sumber daya alam yang ada, lama kelamaan anak-anak itu menyadari, bahwa “pelestarian” atau “penghematan”, sangat diperlukan, salah satu caranya adalah dengan mengajak mereka belajar melihat kehidupan dari hulu sampai ke hilir.

Mulai dari hulu misalnya, diajak melihat tetes tetes air yang keluar dari perakaran, dimana pepohonan sebagai penyimpan air saat hujan turun. Tetesan air dari mata air itu berkumpul menjadi aliran sungai kecil di daerah mata air, kemudian bersatu menjadi sungai dan mengalir.

Ambil contoh sungai Bekasi, di daerah hulu dengan mata air yang jernih, bisa langsung

diminum. Kemudian mengalir ke sungai, di tengah perjalanan, di permukiman dan perkotaan, mulailah manusia mencemari sungai itu dengan sampah limbah rumahan dan pabrik. Hingga akhirnya siswa itu diajak ke hilir, muara sungai Bekasi, mereka melihat langsung, air yang sudah hitam, karena berbagai zat polutan, baik cair ataupun padat. Tak lupa di setiap titik pengamatan, mengambil sample, untuk dijadikan pembelajaran di sekolah.

Dari perjalanan “pendidikan lingkungan dari hulu sampai hilir” ini, mereka dapat menyimpulkan sendiri, bahwa, perjalanan air cukup panjang, mulai dari hujan, dimana air ditangkap oleh pepohonan di hulu sungai, kemudian dikeluarkan sedikit demi sedikit menjadi mata air, dan akhirnya menjadi sungai. Apa jadinya kalau di hulu sungai tidak ada pepohonan? Banjir di musim hujan, dan kekeringan di kala kemarau tiba.

(35)

pohon di sekolah atau di lingkungan rumah tangga, merupakan kegiatan yang perlu mendapatkan apresiasi kepada siswa.

Masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk program penyadartahuan kepada anak-anak kita, ataupun siswa sekolah. Intinya adalah, mereka harus melihat langsung, dan mempraktekannya. Seperti sebuah pepatah Cina mengatakan. “Kalau mereka hanya mendengar, suatu saat akan lupa. Kalau mereka melihat suatu waktu akan ingat. Dan bila mereka melakukan, sampai kapanpun, meraka akan paham.”

Kegiatan siswa sekolah dari hulu hingga hilir dapat dikemas dengan berbagai

pelatihan, sehingga mereka dapat mengerti, memahami dan harapannya dapat

mempraktekan.

Sepanjang tahun 2014, sebuah lembaga pendidikan konservasi alam (YAPEKA) mendapatkan kepercayaan untuk

mendampingi sekolah-sekolah yang berada di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung, dari hulu di daerah Cisarua, Bogor, hingga sekolah yang ada di Jakarta Selatan. Kegiatan yang didanai oleh Aqua Peduli ini mendampingi 10 sekolah.

Seiap sekolah, dilingkungan mereka, memiliki isu lingkungan tersendiri. Dari daerah hilir di Pasar Minggu, isu utama adalah masalah sampah yang melimpah di sepanjang sungai. Masalah sampah ini juga dialami oleh siswa yang ada di Depok dan Kota Bogor sampai Wilayah Cipayung dan Cisarua. Namun ada isu tersendiri di sekitar sekolah, diantaranya adalah pembangunan villa pada lereng lereng yang terjal, yang

seharusnya untuk daerah tangkapan hujan. Serta pengambilan batu serta pasir yang berlebihan, sehingga merusak tepian sungai dan mengakibatkan tanah longsor.

Dalam melakukan pendampingan, sekolah-sekolah yang rata-rata terletak di DAS Sungai Ciliwung ini, diarahkan untuk melakukan kegiatan, dan berbuat sesuatu untuk membantu pelestarian alam dan lingkungan.Umumnya kegiatan yang dilakukan adalah penanaman pohon, membuat sumur resapan, membuat lubang resapan (biopori), pengelolaan sampah serta diajarkan untuk berwiraswasta terutama dalam pengelolaan sampah.

Mendampingi sekolah, gampang-gampang susah. Kalu sudah mendapatkan “clue”nya maka akan mudah melakukan berbagai kegiatan untuk memberikan motivasi

kepada mereka. Motivasi inilah yang sangat penting dalam melakukan pendidikan lingkungan kepada siswa. Motivasi yang diberikan umumnya adalah kegiatan di luar ruangan, berupa kemah konservasi ataupun ekspedisi ke mata air. Foto-foto oleh Muhtadin dan Fery Padly/Dok YAPEKA

... pepatah Cina

mengatakan. “Kalau

mereka hanya

mendengar, suatu saat

akan lupa. Kalau mereka

melihat suatu waktu akan

ingat. Dan bila mereka

melakukan, sampai

(36)

pendidikan

LINGKUNGAN

I

ndonesia yang terletak di khatulistiwa ini, memiliki intensitas hujan cukup tinggi. Namun air hujan yang turun dari langit ini, dibiarkan begitu saja. Air yang jatuh dari genting, dibiarkan mengalir ke got, ke selokan, ke jalan, dan ke sungai. Karena tata kota yang kurang baik, sampah yang melimpah, jalan berubah menjadi sungai dadakan. Di beberapa jalan di kota negeri ini, bila hujan turun, air tergenang dan hanya sampan atau perahu yang bisa lewat, malah ada yang iseng dipakai main selancar air.

Memanen air hujan, sepertinya aneh di telinga kita, namun hal ini dapat dilakukam seperti kalau kita panen buah atau hasil bumi lain. Saat panen, dan berlebihan, artinya tidak semua dikonsumsi, sebagian disimpan di gudang untuk keperluan bila membutuhkan, atau dijual. Demikian air hujan, saat berlimpah, air itu dapat disimpan dengan berbagai cara, misalnya setiap rumah membuat bak penampungan, di hulu sungai membangun empang-empang atau balong atau para penjual air dapat membuat penampungan dengan berbagai metode. Atau malah membuat bak raksasa yang dapat menjual air bersih. Jepang pernah menawarkan membangun penampungan air yang berupa waduk di dalam tanah, menggunakan busa sintetis yang dapat menyimpan air (seperti pampers atau popok untuk anak).

Sebenarnya alam telah memiliki semua itu, namun “pampers alam” yang ada telah dirusak. Hutan, pepohonan yang akarnya aral melintang, atau humus di dasar hutan, yang berfungsi sebagai penyimpan air, menahan air, dan sedikit demi sedikit mengalirkannya ke dalam tanah menjadi mata air, sudah mulai berkurang.

MEMANEN AIR HUJAN

(37)

Menyimpan air hujan di Alam dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dibuat kubangan kecil atau lubang resapan (biopori) dan di dalamnya diisi serasah dedaunan, yang dapat menyimpan air, dapat menggantikan perakaran pohon yang telah rusak. Dari Pada dengan mengisi zat sintetis yang ditawarkan oleh negeri matahari terbit itu, yang konon dapat mengurangi banjir di negerinya, dan konon juga harganya cukup mahal. Atau penampungan air di sisi sungai daerah hulu, atau sumur resapan di daerah tangkapan hujan.

Pekerjaan di atas, memang bila dikerjakan setengah setengah, atau sendiri sendiri, tiada arti. Namun bila dilakukan secara

serempak, menjadi sebuah aturan desa (perdes), aturan kecamatan, kabupaten, propinsi atau aturan di negeri ini, niscaya akan ada hasilnya.

Di negeri ini banyak ahlinya, rakyat akan menurut bila diberi contoh baik yang ada hasilnya. Bogor “Kota Hujan” yang sudah kekurangan air, sementara Jakarta Kota metropolitan, yang selalu kebanjiran. Ayo kumpulkan para pakar dibidangnya, ahlinya untuk berpikir, urun rembug, merencanakan, dan menyatukan tekat memperbaiki

lingkungan yang sudah semakin terpuruk. Sudah banyal Lembaga swadaya masyarakat, atau perusahaan yang telah berbuat, namun belum merakyat. Menyelesaikan masalah, harus yang menjadi berkah.

talang air

talang pembuangan

pecahan batu ukuran 20 - 30 cm dan pecahan batu bata

ukuran 1 - 10 cm

(38)

“Perlu waktu ± 18 tahun untuk melakukan penanaman dan

pemeliharaan lahan ex kebakaran menjadi Hutan dengan pohon setinggi sekitar 20 m dan berdiameter 50 cm.”

A

walnya datang tawaran dari seorang penduduk lokal yang menawarkan sebidang tanah bersertifikat yang terletak di ruas jalan negara Palangka Raya – Banjarmasin, tepatnya di km 31 dari Kota Palangka Raya. Lokasi lahan tersebut berada di desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau.

Lokasi lahan tersebut saat ini berdampingan dengan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yang dikelola Badan Litbang Kementrian Kehutanan.

Pada saat dibeli tahun 1998 luas lahan sekitar 8 hektar atau 80.000 m2 , kondisi

lahan saat itu dalam keadaan bekas terbakar hebat, sehingga yang tersisa saat itu hanyalah tunggul-tunggul kayu, tanah yang hitam dan lahan yang kering kerontang. Memang kawasan Tumbang Nusa saat itu adalah kawasan yang

memiliki karatetristik lahan gambut dengan kedalaman mencapai 12 m.

Sebuah Pengalaman Membangun

Hutan

Hak di

LAHAN GAMBUT

(39)

Kondisi lahan yang terbakar saat itu, tidak sekadar menyebabkan hilangnya vegetasi yang ada di atasnya, tapi juga menyebabkan kerusakan pada tanah yang cukup berat, sehingga upaya pemulihan lahan akan memerlukan perhatian khusus. Lebih dari itu pula kawasan Tumbang Nusa, merupakan kawasan yang selalu menimbulkan masalah sejak terbukanya jalur jalan darat dari Palangka Raya- Banjarmasin, karena jalan yang dibuat membelah kawasan hutan gambut, yang rentan mengalami masalah bila kawasan tersebut terbuka. Salah satu masalah utama adalah kebakaran lahan.

Berbekal tekad dan semangat serta pengetahuan sebagai seorang rimbawan, dengan penuh keyakinan mengambil alih lahan terbakar dan terlantar tersebut. Tujuanya bukan untuk dijadikan kebun atau areal pertanian, namun untuk membuktikan adanya teori suksesi sekunder. Bahwa kawasan yang sebelumnya tak bervegetasi, sejatinya mampu melakukan suksesi alami bertahap.

Sebagaimana diketahui, bahwa suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, baik secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contohnya, lahan hutan yang mengalami kebakaran, penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.

Langkah awal yang dilakukan untuk membuktikan suksesi tersebut, maka kawasan tersebut harus terhindar dari

ancaman kebakaran lahan. Untuk itu, maka kawasan kemudian diberi batas pencegah kebakaran, dengan membuat parit batas selebar satu meter dan kedalaman parit satu meter, namun parit pada bagian depan tidak tersambung dengan parit yang memanjang di tepi jalan negara. Maksudnya agar parit selalu tergenang air dan lahan dalam kondisi basah.

Beruntung saat itu ada seorang penduduk lokal yang tinggal sekitar 500 m dari lokasi lahan (Bpk. Gunawan) yang bersedia membantu membuatkan parit dan

bersedia untuk membantu secara insidentil memelihara lahan tersebut dengan imbalan upah.

Setelah parit selesai dibuat, maka pekerjaan berikutnya adalah mulai melakukan

penanaman dengan tanaman keras, antara lain 30 batang tanaman karet, balangeran, mahang, jelutung, meranti rawa, galam tikus, dan puluhan tanaman hutan lainnya. Tanaman tersebut selalu dijaga untuk dapat tumbuh dan tidak terbakar.

(40)

adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi

demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.

Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terus mengadakan pelapukan. Bagian tumbuhan yang mati kemudian mengalami penguraian dan pelapukan, sehingga lapisan tanah menjadi lebih tebal. Selanjutnya di atas serasah yang tebal, mulai tumbuh semak. Kumpulan semak tersebut kemudian menaungi rumput, yang kemudian mengakibatkan kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan. Setelah itu semak tumbuh menjadi pohon kecil, bertambah jadi sedang dan besar yang menekan kumpulan semak dan belukar dibawahnya. Lambat laun, terbentuklah aneka jenis pohon dengan beragam ukuran dan tinggi, lalu terciptalah sebuah hutan.

Singkat kata, saat ini lahan seluas 80.000 m2 yang sebelumnya bekas terbakar dan

tanpa vegetasi, saat ini sudah ditumbuhi secara keseluruhan dengan aneka

tanaman hutan yang tumbuh secara alami mengikuti pola suksesi. Bila berkesempatan berkunjung ke kawasan tersebut, maka dari pinggir jalan lintas Kalimantan, kita dapat melihat kawasan hutan dengan beragam tumbuhan dengan tinggi mencapai ± 20 m dan diameter mencapai ± 50 cm.

HUTAN HAK MILIK YANG TEDUH DAN NYAMAN

Sejak tahun 2009, telah dilakukan perkayaan dengan beragam tanaman langka lainnya seperti ulin, jelutung, dan meranti, gaharu, beberapa tanaman herbal (pasak bumi, tabat barito, akar kuning) tanaman buah khas Kalimantan seperti tanggaring,cempedak dan papaken.

Sejak awal dipelihara, ditanam dan dirawat, kawasan lahan ini tak satu rupiah pun ada dukungan dari lembaga dalam dan luar negeri, baik dari pemerintah pusat dan daerah, semuanya menggunakan biaya pribadi.

Jujur, upaya pembangunan hutan di lahan milik ini, tidak terkait dengan adanya berbagai wacana yang berkembang terkait dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan seperti jasa kawasan sebagai penyimpan dan penyerap karbon. Karena proses pembangunan hutan milik tersebut jauh sebelum adanya konsep tersebut

berkembang. Meski telah 18 tahun dilakukan pemeliharaan, ternyata lahan tersebut belum bisa memberikan manfaat secara ekonomis. Namun, tujuan pembangunan hutan hak di lahan gambut yang dilakukan, bukan mengejar aspek ekonomis, tapi lebih bersifat ekologis dan tanggung jawab moral pada lingkungan hidup.

Bagian tumbuhan

yang mati kemudian

mengalami

penguraian dan

pelapukan, sehingga

lapisan tanah menjadi

lebih tebal.

(41)

M

usim hujan sudah memulai, mendung, gerimis, tetapi belum menunjukan akan hujan yang sebenarnya. Bulan November - Desember seharusnya sudah sering hujan, namun kini tak menentu. Iklim sudah berubah, dan mengubah semua kehidupan....

Pagi itu di dusun Cipicung, desa

Kabandungan, kecamatan Kabandungan, Sukabumi, diselenggaran sebuah pertemuan warga, dimana di Dusun yang dihuni

seikitar 50an KK itu, akan diajak untuk

DESA

CIPICUNG

Bersama

(42)

melakukan penanaman pohon di kawasan Taman Nasional Halimun Salak.

Pelatihan Restorasi Bersama Masyarakat, itu judulnya. Mengundang 30 peserta, lelaki dan perempuan, tapi di luar dugaan, yang datang se dusun, semua melihat, mendengar semua yang dilakukan oleh penyelenggara pagi itu.

Dari staff taman nasional memberikan materi, kelompok Jaringan Koridor Halimun Salak, sharing pengalaman. dan LSM

pendampingan masyarakat YAPEKA sebagai penyelenggara memfasilitasi jalannya acara.

Kegiatan dimulai dengan berbagai pertemuan, mulai dari pembentukan kelompok kerja, memetakan areal yang akan ditanami, sampai pengumpulan bibit, harga bibit, jenis dan jumlah bibit, sampai koordinator yang memimpin kegiatan itu.

Lelaki perempan berduyun ke hutan, mencari bibit, membawa ke rumah untuk dimasukan dalam polybag, memberi pupuk dan merawat sampai tumbuh dan siap

ditanam. Karena hanya bibit yang tumbuh baik, dan memenuhi syarat akan dibeli.

Rupanya masyarakat Cipicung, sudah pengalaman dalam hal tanam menanam di hutan. Ketika mereka ikut penanaman program di perhutani, sehingga kegiatan restorasi ini, tak mengalami kesulitan.

Masyarakat juga memerlukan pupuk untuk lahan pertanian. Selama ini mereka mengggunakan pupuk kimia untuk memenuhi kebutuhannya. “Mahal euy, pupuk untuk sayuran dan sawah,” kata salah seorang warga.

Untuk mencukupi kebutuhan pupuk itu YAPEKA memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik dan membuat pestisida organik. Karena ternyata di dusun itu banyak tersedia material untuk membuat pupuk dan pestisida alami.

Banyak warga dusun yang memelihara kambing, sehingga untuk mencukupi keperluan pupuk sebanyak 50 ribuan bibit yang ditanam di lahan seluas 70 hektar itu, Yapeka membuat degester biogas. Gas yang dihasilkan untuk memasak, dan ampas biogas untuk pupuk.

Biogas sudah selesai, menghasilkan gas dan untuk memasak. Ampas biogas melimpah, atau sering disebut bioslurry. Namun masyarakat masih ragu untuk memanfaatkan pupuk slury untuk pertanian.

Adalah Pak Wandi, Ketua kelompok Tunas Harapan, yang menginisiasi untuk mencoba menggunakan slury untuk pupuk di ladang dan sawahnya. Belum juga sebulan, uji

Untuk mencukupi

kebutuhan pupuk itu

YAPEKA memberikan

pelatihan pembuatan

pupuk organik dan

membuat pestisida

organik. Karena di dusun

itu banyak material untuk

membuat pupuk dan

pestisida alami.

(43)

coba Pak Wandi, sudah menunjukkan hasilnya. Semula bedeng cabai yang menghasilkan 30 kg perkarung, hanya dalam sebulan, sudah naik timbanganya, menjadi 36 kg. Sawah petakan yang dia miliki berbeda antara petak yang dipupuk dengan pupuk kimia dan slury, lebih hijau, anakannya banyak. Rupanya dia punya naluri seorang petani peneliti.

Dilihat dari uji coba “peneliti Cipicung” ini, berita itu tersebar. Pak Wandi membeli drum untuk menampung bioslury cair. dan anggota warga lain memulai mencoba.

KEHATI - Chevron menginisiasi program ini dan didukung oleh Balai Taman Nasional

Halimun Salak, untuk melakukan restorasi kawasan koridor antara Gunung Halimun dan Gunung Salak. Kawasan koridor, yang rata rata digarap oleh masyarakat untuk bertani, berkebun dan sawah. Untuk mencari solusi agar masyarakat meninggalkan pekerjaan mereka di kawasan taman nasional, diperlukan kegiatan lain. Sehingga, harapannya, mendapatkan penghasilan di sektor lain.

(44)

laporan

PERJALANAN

S

ebanyak 20.000 pohon mangrove telah ditanam sejak Oktober hingga Desember 2014 di sepanjang garis pantai Percut, Kab.Deli Serdang, Sumatera Utara. “Aksi tanam pohon mangrove ini ditujukan untuk membangun perisai pesisir agar dapat memperbaiki hutan yang telah rusak dan untuk melindungi pemukiman dari bahaya gelombang pasang,” tutur Ismail, Director PILAR INDONESIA.

Kawasan pesisir Percut merupakan benteng terdepan pelindung abrasi laut di kota Medan yang merupakan ibukota provinsi.

Hutan mangrove di kawasan pesisir Percut saat ini telah mengalami degradasi baik secara kualitas dan kuantitas. Setidaknya 12.000 hektar terbentang di pesisir Deli Serdang dan lebih dari 70% telah terdeforestasi. Deforestasi ini disebabkan berbagai ancaman yaitu penebangan kayu ilegal dan konversi hutan menjadi kolam dan tambak, pemukiman dan kebun kelapa sawit dan pertanian.Kondisi ini berdampak pada semakin kecilnya area berkembangbiaknya populasi ikan, menurunnya populasi beberapa jenis ikan, udang dan kepiting mangrove. Kondisi ini

MEMBANGUN

PERISAI PANTAI

(45)

juga berdampak pada nelayan tradisional yang mengharuskan lebih jauh menangkap ikan dan mengeluarkan lebih banyak biaya operasional harian mereka, dan menyebabkan seringnya area pemukiman nelayan terendam pada saat air laut pasang. Baik secara langsung dan tidak langsung, degradasi hutan mangrove yang telah terjadi berdampak pada kehidupan masyarakat yang tinggal di pesisir Percut baik pengaruh ekonomi, kualitas hidup dan perubahan sosial.

Selain itu, hutan mangrove kawasan ini merupakan habitat singgah dari jutaan burung migran yang berasal dari belahan bumi utara. Dimana kawasan ini berfungsi penting sebagai penopang kehidupan fauna, tidak hanya untuk manusia di sekitar kawasan, statement Ismail, Direktur Pilar Indonesia. Sedangkan keberlangasungan mangrove perlu didorong pemanfaatannya secara berkelanjutan, misalnya dengan ekowisata serta pendidikan lingkungan, ungkap Edy Hendras Wahyono, Direktur Eksekutif Yapeka.

Kegiatan penghijuan pesisir ini merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian

Masyarakat (ABDIMAS) Penghijauan dari Universitas Terbuka (UT) tahun 2014 yang tidak hanya dilakukan di Sumatera Utara tetapi juga di Bali, dan Kalimantan Timur.

Universitas Terbuka bekerjasama dengan YAPEKA dan mitra lokal setempat yang menanam sebanyak 40.000 bibit mangrove dengan jenis dan jumlah yang berbeda untuk setiap lokasi. Di Sumatera Utara (PILARINDONESIA) menanam sebanyak

20.000 bibit mangrove sedangkan di Bali (Yayasan Kanopi Indonesia) dan Kalimantan Timur (KUW Bina Bersama) akan ditanam 10.000 bibit mangrove di masing-masing lokasi. Rektor UT, Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed, Ph.D menyampaikan bahwa saat ini dunia menggantungkan pasokan oksigen dari Indonesia, karena itu hutan perlu dijaga dan UT memiliki komitmen kuat untuk pelestarian lingkungan. “Pengabdian masyarakat UT sejak tahun 2011 difokuskan pada penghijauan dan pendidikan dengan melibatkan anak sekolah dan mahasiswa,” tambahnya.

Diharapkan dengan kegiatan penanaman mangrove di pesisir Percut, pelestarian kawasan pesisir di areal mangrove akan membantu memulihkan degradasi yang ada.Dengan melakukan penanaman mangrove berarti kita telah membangun perisai di kawasan pesisir yang rentan, dengan demikian kita juga dapat membangun masa depan negeri ini.

(46)

MEMBANGUN

PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PENGEMBANGAN

DESA WISATA

Menggagas bersama peran

serta masyarakat untuk

pengembangan Desa Wisata

di Desa Meliau, Kapuas Hulu,

Kalimantan Barat, di Rumah

Betang Masyarakat Dayak

Iban yang difasilitasi oleh

WWF.

E

ra otonomi daerah sebagai implikasi dari berlakunya UU No. 32 tahun 2004, memberikan peluang bagi setiap Pemerintah Kabupaten/Kota untuk merencanakan dan mengelola pembangunan daerahnya sendiri, serta tuntutan bagi partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan dari

(47)

evaluasi. Masyarakat sebagai komponen utama dalam pembangunan pariwisata berbasis masyarakat mempunyai peranan penting dalam menunjang pembangunan pariwisata daerah yang ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang

bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi masyarakat. UU No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan. Peran serta masyarakat dalam memelihara sumber daya alam dan budaya yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi daya tarik wisata.

Menurut Nurmawati (2006),

pengembangan wisata alam dan wisata budaya dalam perspektif kemandirian lokal merupakan perwujudan interkoneksitas dalam tatanan masyarakat yang dilakukan

secara mandiri oleh tatanan itu sendiri guna meningkatkan kualitas tatanan dengan tetap memelihara kelestarian alam dan nilai-nilai budaya lokal, serta obyek wisata alam dan wisata budaya yang ada. Selama ini pengembangan pariwisata daerah ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi guna memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah,

(48)

Menurut Panji (2005), usaha-usaha pengembangan pariwisata yang berorientasi pada masyarakat lokal masih sangat minim. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki kemampuan secara finansial dan keahlian yang

berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya. Sehingga perlunya partisipasi aktif masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik, menyediakan sesuatu yang terbaik sesuai kemampuan, ikut menjaga keamanan, ketenteraman, keindahan dan kebersihan lingkungan, memberikan kenangan dan kesan yang baik bagi wisatawan dalam rangka mendukung program sapta pesona, serta menanamkan kesadaran masyarakat dalam rangka pengembangan desa wisata.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

COMMUNITY BASED TOURISM DEVELOPMENT Secara sederhana, konsep partisipasi terkait dengan ”keterlibatan suatu pihak dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain”. Menurut Tikson (2001) partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai stakeholders,

terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan

keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya.

Selama ini pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menggunakan pendekatan community based tourism, dimana masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Dengan demikian keterlibatan pemerintah dan swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai pelaku utama

pengembangan desa wisata untuk dapat lebih memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas produk wisata yang ada di desa wisatanya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengembangan desa wisata akan membawa tuntutan bagi partisipasi masyarakat. Hal ini tentunya perlu ditumbuhkan pemahaman atau

persepsi yang sama dari stakeholders terkait dan memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan desa wisata.

PENGEMBANGAN DESA WISATA

Desa wisata dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah perdesaan yang memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik lingkungan alam pedesaan dan kehidupan sosial budaya masyarakat, yang dikelola

Selama ini

pengembangan

pariwisata berbasis

masyarakat

menggunakan

pendekatan

community

based tourism

, dimana

masyarakat mempunyai

peran yang sangat

penting...

(49)

dan dikemas secara menarik dan alami dengan pengembangan fasilitas pendukung wisatanya. Selanjutnya desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang

menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1993).

Menurut Julisetiono (2007), Konsep Desa Wisata, meliputi: (a) berawal dari masyarakat, (b) memiliki muatan lokal, (c) memiliki komitmen bersama masyarakat, (d) memiliki kelembagaan, (e) adanya keterlibatan anggota masyarakat, (f) adanya pendampingan dan pembinaan, (g) adanya motivasi, (h) adanya kemitraan, (i) adanya forum Komunikasi, dan (j) adanya studi orientasi.

Mengacu pada konsep pengembangan desa wisata dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2001), maka pola

pengembangan desa wisata diharapkan memuat prinsip-prinsip sebagai berikut:

a). Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat.

Suatu desa yang tata cara dan ada istiadatnya masih mendominasi pola kehidupan masyarakatnya, dalam

pengembangannya sebagai atraksi wisata harus disesuaikan dengan tata cara yang berlaku di desanya.

b). Pembangunan fisik untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa.

Pengembangan pariwisata di suatu desa pada hakekatnya tidak mengubah apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi

lebih kepada upaya mengubah apa yang ada di desa dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa sehingga menarik untuk dijadikan atraksi wisata. Pembangunan fisik yang dilakukan dalam rangka

pengembangan desa seperti penambahan sarana jalan setapak, penyediaan MCK, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi lebih ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi dan dinikmati wisatawan.

c). Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian.

Arsitektur bangunan, pola lansekap serta material yang digunakan dalam pembangunan haruslah menonjolkan ciri khas desa, mencerminkan kelokalan dan keaslian wilayah setempat.

d). Memberdayakan masyarakat desa wisata. Unsur penting dalam pengembangan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat desa dalam setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut. Pengembangan desa wisata sebagai pengejawantahan dari konsep Pariwisata Inti Rakyat mengandung arti bahwa masyarakat desa memperoleh manfaat sebesar-besarnya dalam

pengembangan pariwisata. Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata dalam bentuk pemberian jasa dan pelayanan yang hasilnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat diluar aktifitas mereka sehari-hari.

e). Memperhatikan daya dukung dan berwawasan lingkungan.

Prinsip-prinsip pariwisata yang

(50)

mendasari pengembangan desa wisata. Pengembangan yang melampaui daya dukung akan menimbulkan dampak yang besar tidak hanya pada lingkungan alam tetapi juga pada kehidupan sosial budaya masyarakat yang pada akhirnya akan mengurangi daya tarik desa tersebut. Beberapa bentuk keterlibatan masyarakat tersebut adalah penyediaan fasilitas

akomodasi berupa rumah-rumah penduduk (home stay), penyediaan kebutuhan

konsumsi wisatawan, pemandu wisata, penyediaan transportasi lokal, pertunjukan kesenian, dan lain-lain.

Pengembangan desa wisata merupakan bagian dari penyelenggaraan pariwisata yang terkait langsung dengan jasa

pelayanan, yang membutuhkan kerjasama dengan berbagai komponen penyelenggara pariwisata yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Pada level birokrasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah seharusnya menindaklanjuti dengan adanya kejelasan regulasi terkait dengan pengembangan desa wisata dan usulan penetapan forum komunikasi desa wisata sebagai wadah koordinasi dan menjembatani hubungan antara masyarakat, lembaga desa wisata,

perguruan tinggi, dan dunia usaha/ swasta. Instansi terkait khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu lebih mengintensifkan pembinaan secara berkala setiap bulan sekali dan memfasilitasi pertemuan bagi forum komunikasi desa wisata agar benar-benar dapat memberikan manfaat dalam rangka koordinasi bersama dan ajang berbagi pengalaman dari masing-masing desa wisatanya.

Pada level Dunia Usaha/Swasta, keterlibatan masyarakat khususnya generasi muda dalam kegiatan yang bersifat teknis, seperti menjadi instruktur atau pemandu kegiatan outbound perlu mendapat perhatian yang serius. Investor sebaiknya tidak hanya bergerak sebatas menanamkan modal dalam pengembangan infrastruktur pariwisata tapi perlu bekerjasama dengan masyarakat dalam rangka penguatan modal usaha mereka guna mendukung kegiatan investasi pariwisata.

Pada level masyarakat, partisipasi aktif merupakan elemen penting dalam perumusan rencana pembangunan agar mampu meningkatkan rasa percaya diri dan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap hasil pembangunan pariwisata berbasis masyarakat.

(51)

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, pengembangan desa wisata sebagai produk wisata baru sangat dipengaruhi oleh aspek kelembagaan, objek dan daya tarik wisata, serta sarana prasarana wisata. Hal ini disebabkan ketiga aspek pengembangan desa wisata tersebut memiliki peranan penting dalam meningkatkan pelayanan dan kualitas produk wisata.

MODEL PENGEMBANGAN DESA WISATA Penentuan strategi dalam pengembangan desa wisata sangatlah penting dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan model pengembangan desa wisata sebagai

rekomendasi tindak lanjut dari perencanaan wilayah pengembangan desa wisata.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu tahapan-tahapan model pengembangan desa wisata yang diharapkan dapat diterapkan di daerah penyangga kawasan konservasi, antara lain: 1. Dari sisi pengembangan kelembagaan

desa wisata, perlunya perencanaan awal yang tepat dalam menentukan usulan program atau kegiatan khususnya pada kelompok sadar wisata agar mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat melalui pelaksanaan program pelatihan

pengembangan desa wisata, seperti: pelatihan bagi kelompok sadar wisata, pelatihan tata boga dan tata homestay, pembuatan cinderamata, pelatihan guide/pemandu wisata termasuk didalamnya keterampilan menjadi instruktur outbound.

2. Dari sisi pengembangan objek dan daya tarik wisata, perlunya perencanaan awal dari masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan dan mampu mendatangkan wisatawan dari berbagai potensi yang dimiliki oleh masyarakat, serta perlunya sosialisasi dari instansi terkait dalam rangka menggalakkan sapta pesona dan paket desa wisata terpadu.

3. Dari sisi pengembangan sarana prasarana wisata, perencanaan awal dari pemerintah perlu diarahkan ke pengembangan sarana prasarana wisata yang baru seperti: alat-alat outbound, pembangunan gapura, gedung khusus pengelola desa wisata, cinderamata khas setempat, dan rumah makan bernuansa alami pedesaan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya perlu menjalin kemitraan dengan pemerintah dan pengusaha/pihak swasta.

(52)

puisi

ALAM

Alam Mulai Sakit

Manusia bilang, bahwa hutan adalah paru parunya dunia

Bagaikan tubuh manusia, hutan yang menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen

Seperti paru paru dalam tubuh manusia

Tapi alam sudah mulai sakit Sakitnya kronis

Seperti kanker paru paru pada manusia

Bercak hitam akibat kebakaran Borok menganga akibat ekploitasi tambang

Gumpalan nanah akibat pencemaran

***

Alam Sudah Sakit

Badan mulai lemah tak seimbang Gemetar yang menimbulkan gempa Batuknya menimbulkan badai

Bersinnya mengakibatkan gemuruh petir yang menggelegar

Buang hajatnya yang cair menimbulkan banjir

Tuhan t’lah mengingatkan

Bahwa tanda tanda kerusakan di permukaan bumi ini sudah mulai nampak

Baik di darat, di laut dan di udara Apa yang dapat diperbuat manusia untuk mengobati alam yang sudah sakit?

(53)

Alam Mulai Marah

Hutan musnah

Bumi semakin gerah

Hujan datang tak lagi membawa berkah

Tapi di beberapa tempat sudah menimbulkan musibah

Alam sudah mulai marah Satwa penghuni hutan mulai merambah

Memakan tanaman yang mereka temukan

Karena tempat hidupnya sudah menjadi ladang dan perkebunan.

Ibu pertiwi

Sedang bersusah hati

Melihat bumi dikoyak tiada henti Tak memikirkan dampak lingkungan, hanya berpikir tentang ekonomi.

Alam mulai marah

Hujan badai, banjir, kekeringan sebagai hadiah untuk manusia

***

Suara Alam Mulai

Diam

Harusnya pagi ini cerah

Harusnya burung dan satwa lain bergembira menyambut mentari pagi yang bersinar

Dengan nyanyian dan lengkingan khasnya

Tapi semuanya bisu Semuanya sunyi

Tanpa ada komando, mereka diam Bukan berarti mogok bersuara Bukan berarti sedang unjuk rasa menuntut sesuatu

Tetapi tersinggung dengan perlakuan manusia memperlakukan alam

Harusnya udara cerah dan segar Berubah menjadi kabut berasap karena rumahnya dibakar

Mereka tersinggung

Mereka mulai mengungsi ke daerah yang aman

(54)

MENGENAL

CAGAR BIOSFER

GIAM SIAK KECIL, RIAU

T

ujuan utama dari dibangunnya Cagar Biosfer Giam Siak Kecil - Bukit Batu adalah tercapainya pembangunan berkelanjutan di bentang lansekap (sustainable development of the landscape) hutan rawa gambut, tasik dan sistem perairannya, dan lahan

(55)

seimbang untuk mendapatkan produktivitas optimal melestarikan dan memanfaatkan keanekaragaman hayati, serta budidaya lainnya seperti hutan tanaman industri, perkebunan sawit dan karet beserta industrinya, pekarangan dan pertanian masyarakat beserta usaha kecilnya.

(56)

laporan

PERJALANAN

memakai sistem pembagian wilayah yaitu area inti (core area) untuk pelestarian, zona penyangga (buffer zone) sebagai bumper, dan kawasan luar yang merupakan area transisi

Referensi

Dokumen terkait