• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN MODAL SOSIAL PETANI MELALUI KO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGUATAN MODAL SOSIAL PETANI MELALUI KO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGUATAN MODAL SOSIAL PETANI MELALUI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DALAM ADOPSI TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN PASIR PANTAI KABUPATEN BANTUL

Roso Witjaksono* Supriyati**

*Laboratorium Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora

Bulaksumur Yogyakarta 55281 ** Akademi Pertanian Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini yang berjudul “Penguatan modal sosial petani melalui komunikasi interpersonal dalam adopsi teknologi budidaya bawang merah di lahan pasir pantai kabupaten bantul” bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal terhadap penguatan modal sosial petani dalam adopsi teknologi budidaya bawang merah, dan (2) pengaruh modal sosial terhadap adopsi teknologi budidaya bawang merah di lahan pasir pantai Kabupaten Bantul.

Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik survai. Dari Kabupaten Bantul dipilih secara purposif satu sampel kecamatan yang memiliki budidaya bawang merah di kawasan pesisir pantai, yaitu Kecamatan Sanden. Dari Kecamatan Sanden dipilih 2 desa sampel secara purposif, yaitu desa Srigading dan desa Gadingsari. Dari masing-masing desa sampel diambil 20 petani sampel secara acak sederhana, sehingga secara keseluruhan diperoleh 40 petani sampel sebagai responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 67,50% petani dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan narasumber untuk mendapatkan informasi pertanian tergolong rendah. Intensitas komunikasi interpersonal petani dengan berbagai narasumber tersebut dapat memperkuat modal sosial petani; dan selanjutnya modal sosial petani yang semakin kuat terbukti dapat meningkatkan adopsi teknologi budidaya bawang merah di lahan pasir pantai Kabupaten Bantul.

(2)

2

I. Pendahuluan

Isu hangat yang berkembang dalam pembangunan pertanian akhir-akhir

ini adalah berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di Indonesia, di

samping isu lain seperti perubahan iklim global, globalisasi, dan kedaulatan

pangan. Dalam menghadapi pemberlakuan MEA di Indonesia, di samping

modal ekonomi diperlukan juga penguatan modal sosial dan budaya lokal

masyarakat untuk menghadapi kompetisi antar sesama negara-negara ASEAN di

bidang ekonomi. Dengan modal sosial yang kuat diharapkan mampu

menumbuhkan UKM yang kuat, termasuk UKM yang bergerak di sektor

pertanian. Untuk tumbuh dan berkembangnya UKM di sektor pertanian secara

berkelanjutan membutuhkan dukungan kedaulatan pangan di Indonesia.

Dalam hal ini kedaulatan pangan dapat diwujudkan melalui

pembangunan pertanian yang lebih fokus pada produk unggulan lokal yang

lebih kompetitif, baik dari segi kualitas, harga, maupun kuantitas yang mampu

merespons permintaan pasar, baik pasar domestik maupun pasar global. Salah

satu upaya untuk mendukung kedaulatan pangan di Kabupaten Bantul adalah

dengan memanfaatkan lahan pasir pantai untuk budidaya bawang merah. Di

Kabupaten Bantul semula budidaya bawang merah hanya dilakukan petani di

lahan sawah, dan sejak akhir tahun 1990-an mulai dikembangkan di lahan pasir

pantai yang berstatus sebagai tanah kasultanan (sultan ground). Pemanfaatan

lahan pasir pantai untuk usaha pertanian sendiri tidak begitu saja dapat

digunakan, karena lahan pasir pantai memiliki karakteristik tertentu yang harus

diperlakukan secara khusus terlebih dahulu agar dapat digunakan untuk usaha

pertanian. Demikian pula apabila lahan pasir pantai akan dimanfaatakan untuk

budidaya bawang merah. Teknologi untuk budidaya bawang merah di lahan

pasir pantai cukup banyak dan selalu berkembang. Teknologi tersebut diperoleh

baik dari lembaga penelitian maupun merupakan hasil pengembangan teknologi

yang sudah ada di masyarakat petani.

Sampainya teknologi pertanian pada masyarakat tani memerlukan media

komunikasi yang mendukung, baik media komunikasi cetak, elektronik sampai

media komunikasi interpersonal. Bahkan penggunaan media komunikasi

interpersonal lebih efektif karena didapatkan dari saling tukar menukar

(3)

3

langsung. Proses tukar menukar informasi juga dapat terjadi di dalam kegiatan

kelompok maupun keluarga. Di samping bentuk komunikasi interpersonal

dipandang lebih efektif dalam menyampaikan teknologi pertanian dibandingkan

dengan bentuk komunikasi lainnya juga dapat digunakan untuk memperkuat

modal sosial masyarakat tani.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh komunikasi

interpersonal terhadap penguatan modal sosial petani dalam adopsi teknologi

budidaya bawang merah, dan (2) pengaruh modal sosial terhadap adopsi

teknologi budidaya bawang merah di lahan pasir pantai Kabupaten Bantul.

II. Kajian Literatur

Menurut Hardjana (2003) komunikasi interpersonal (komunikasi

antarpersonal) merupakan komunikasi tatap muka antar dua atau beberapa

orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan

penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung. Komunikasi

interpersonal kebanyakan berbentuk verbal disertai ungkapan-ungkapan

nonverbal dan dilakukan secara lisan.

Menurut Devito (1997) komunikasi interpersonal (komunikasi

antarpribadi) didefinisikan dalam tiga komponen utama, yaitu:

a. Komunikasi antarpribadi berdasar komponen: komunikasi antarpribadi

dijelaskan dengan mengamati komponen-komponen utamanya.

b. Komunikasi antarpribadi berdasar hubungan diadik: komunikasi antarpribadi

didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang

yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.

c. Komunikasi antarpribadi berdasar pengembangan: kDalam hal iniomunikasi

dilihat sebagai akhir dari perkembangan komunikasi yang bersifat

tak-pribadi (impersonal) pada satu ekstrim menjadi komunikasi tak-pribadi pada

ekstrim yang lain.

Effendy (1986) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi

interpersonal atau antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan

seorang komunikan. Komunikasi interpersonal danggap paling effektif dalam

hal mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang

(4)

4

yang mengatakan bahwa sumber-sumber informasi di pedesaan dari

negara-negara berkembang, seperti Indonesia, cenderung melalui jalur komunikasi

antarpribadi. Dalam hal ini komunikasi interpersonal menggunakan jasa juru

penerangan, penyuluh, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Peranan keempat

sumber informasi tersebut cukup penting sebagai agen perubahan dalam

menyebarkan ide-ide baru. Kredibilitas keempat sumber sangat terpecaya untuk

mengajak orang lain dalam menerima ide-ide baru.

Komunikasi interpersonal dapat berjalan efektif apabila masing-masing

pihak yang berkomunikasi saling dapat dipercaya (trust), memiliki perilaku

berpola (tatanan atau norm), dan satu sama lain memiliki jaringan hubungan

yang luas (network). Dengan demikian komunikasi inerpersonal yang efektif akan

dapat membangun trust, norm dan network yang kuat. Ketiga komponen tersebut

merupakan modal sosial bagi petani dalam melakukan adopsi teknologi budi

daya bawang merah di lahan pasir pantai.

Menurut Putman (1993) cit Field (2010) modal sosial adalah bagian dari

organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan, yang dapat

memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan yang

terkoordinasi. Cox (1995) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu rangkaian

proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan

kepercayaan sosial yang memungkinkan efisiensi dan efektifitas koordinasi dan

kerjasama untuk keuntungan bersama. Dalam memaknai modal sosial,

Fukuyama (1995) lebih menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala

sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama

atas dasar kebersamaan dan didalamnya diikat nilai-nilai dan norma-norma

yang tumbuh dan dipatuhi (Mawardi, 2007). Coleman menyebutkan setidaknya

terdapat tiga bentuk modal sosial, yaitu: (1) struktur kewajiban (obligation); (2)

ekspektasi (expextation); dan (3) kepercayaan (trust wortbisness) (Yustika, 2006).

Kelembagaan gotong-royong yang tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat merupakan manifestasi bangunan modal sosial yang muncul akibat

interaksi sosial (hubungan sosial) yang terjadi secara masif dan berkelanjutan

dalam masyarakat. Dalam Teori Hubungan Sosial (The Social Relationship Theory)

deFleur menyatakan bahwa orang lebih banyak menggunakan komunikasi dari

(5)

5

mendapatkan informasi (Depari dan MacAndrews,1995). Bentuk komunikasi

interpersonal tersebut sering digunakan oleh masyarakat petani di pedesaan

karena mereka saling percaya dan memiliki jaringan hubungan sosial yang luas,

sehingga tanpa mengandalkan media komunikasi massa informasi dapat

tersebar luas dalam masyarakat.

Kelembagaan gotong royong merupakan basis tumbuhnya kelompok

tani yang selama ini dijadikan media penyuluhan yang dipandang paling efektif

dalam mendifusikan inovasi pertanian. Hal ini disebabkan karena kelompok

tani dapat berfungsi sebagai media pembelajaran, media kerja sama, media

pengambilan keputusan kolektif, dan media untuk memperoleh legitimasi dari

pihak eksternal dalam transaksi dan negosiasi secara kelembagaan. Dengan

demikian diharapkan apabila modal sosial masyarakat kuat maka peranan

kelompok tani akan semakin efektif dalam mendifusikan inovasi pertanian.

III. Metode Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan

teknik survei. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bantul dengan pertimbangan

bahwa kabupaten tersebut merupakan sentra pengembangan hortikultura

terutama bawang merah lahan pasir pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari

Kabupaten Bantul dipilih Kecamatan Sanden sebagai sampel secara purposif,

karena kecamatan ini paling potensial untuk pengembangan budidaya bawang

merah di lahan pasir pantai. Dari kecamatan Sanden dipilih dua sampel desa

secara purposif, yaitu desa yang potensial dalam pengembangan budidaya

bawang merah di lahan pasir pantai. Desa yang terpilih sebagai sampel adalah

desa Srigading dan desa Gadingsari. Dari masing-masing desa sampel diambil

satu sampel kelompok tani yang masih aktif melakukan budidaya bawang

merah yaitu Kelompok Tani Manunggal dan Kelompok Tani Pasir Makmur. Dari

masing-masing kelompok tani sampel diambil 20 petani sampel secara acak

sederhana, sehingga secara keseluruhan diperoleh 40 petani sampel sebagai

responden. Data dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana dan

regresi linier berganda.

(6)

6

A. Umur dan Pendidikan Petani Lahan Pasir Pantai Kabupaten Bantul

Sebagian besar petani (92,50%) di lahan pasir pantai Kabupaten Bantul

termasuk dalam kategori usia produktif, yaitu berada di antara umur 15 hingga

64 tahun, sedangkan sisanya sebesar 7,50% termasuk dalam kategori tidak

produktif atau telah berusia lanjut. Dari segi pendidikan formal, 7,50% petani

bawang merah di lahan pasir pantai Kabupaten Bantul yang tidak tamat SD,

27,50% petani masing-masing berpendidikan SD dan SMP, 35% petani

berpendidikan SMA, dan 2,50% petani berpendidikan Perguruan Tinggi.

B. Komunikasi Interpersonal Petani dalam Budidaya Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Kabupaten Bantul

Dalam budidaya bawang merah di lahan pasir pantai petani

membutuhkan informasi tentang teknologi yang digunakannya. Untuk

memperoleh informasi tersebut petani melakukan komunikasi interpersonal

dengan penyuluh, ketua kelompok, pamong desa, sesama anggota kelompok,

pedagang, pembina, peneliti, dan mantra tani, yang intensitasnya berbeda-beda.

Tingkat intensitas komunikasi interpersonal petani tersebut disajikan pada Tabel

1.

Tabel 1. Komunikasi Interpersonal Petani dalam Budidaya Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai

Narasumber Interval Skor Skor Rerata Capaian

Tingkat Intensitas (%)

Penyuluh 0-4 2,70 67,50

Ketua Kelompok 0-3 2,22 74,00

Pamong Desa 0-3 1,37 45,67

Sesama Anggota 0-3 2,32 77,33

Pedagang 0-3 1,75 43,75

Pembina dari Dinas 0-4 1,15 28,75

Peneliti BPTP 0-3 1,00 33,33

Peneliti Perguruan Tinggi 0-3 0,88 29,17

Mantri Tani 0-4 0,85 21,25

Jumlah 0-30 14,24

Rerata 46,75

Sumber: Analisis Data Primer 2015

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat

(7)

7

sebesar 46,75% atau kadang-kadang dilakukan. Paling intensif komunikasi

interpersonal petani dilakukan dengan sesama petani, yaitu sebesar 77,33% atau

termasuk dalam kategori sering dilakukannya, dan yang paling rendah

intensitasnya adalah komunikasi dengan mantra tani yaitu sebesar 21,25% atau

jarang dilakukan.

C. Pengaruh Media Komunikasi Interpersonal terhadap Penguatan Modal Sosial Petani dalam Adopsi Teknologi Budidaya Bawang Merah di Lahan

Pasir Pantai Kabupaten Bantul

Modal sosial bagi petani merupakan salah satu kekuatan masyarakat

petani dalam menghadapi MEA yang diberlakukan mulai awal tahun 2016.

merupakan dasar dari sesorang untuk dapat berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam kajian ini kekuatan modal sosial akan diukur melalui tiga indikator, yaitu:

kepercayaan (trust) antar petani dan petani dengan stakeholders, norma atau

tatanan (norm) yang berlaku di masyarakat, dan jaringan (network) kerjasama

dalam masyarakat. Modal sosial petani di lahan pasir pantai dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Modal Sosial Petani di Lahan Pasir Pantai

Indikator Interval Skor Skor Rerata Capaian

Kekuatan Modal Sosial (%)

Kepercayaan 0-50 38,48 76,96

Norma 0-70 46,06 65,07

Jaringan

0-139 27,12 21,02

Jumlah 0-259 111,66

Rerata 54,35

Sumber : Analisis Data Primer, 2015

Tabel 2 menunjukkan bahwa kekuatan modal sosial petani di lahan pasir

pantai sebesar 54,35% atau termasuk dalam kategori sedang. Apabila dirinci

lebih lanjut maka komponen yang paling lemah adalah jaringan kerja sama yaitu

sebesar 21,02% atau ermasuk kategori lemah, sedangkan komponen kepercayaan

dan norma masing-masing mencapai 76,96% dan 65,07% atau termasuk dalam

(8)

8

Komunikasi interpersonal dapat membuka jaringan hubungan sosial

antar petani dengan sesama petani dan dengan stakeholders lainnya, sehingga

diharapkan dapat memperkuat modal sosialnya, apalagi kalau dalam melakukan

komunikasi interpersonal dilandasi dengan rasa saling percaya. Oleh karena

itu, dalam penelitian diduga komunikasi interpersonal berpengaruh terhadap

penguatan modal sosial. Untuk membuktikan dugaan tersebut digunakan

analisis regresi linier sederhana, yang hasilnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Penguatan Modal Sosial Petani dalam Adopsi Teknologi

Budidaya Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Kabupaten Bantul

Variabel Koefisien Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal

berpengaruh nyata terhadap penguatan modal sosial, artinya semakin intensif

petani dalam melakukan komunikasi interpersonal maka modal sosialnya

semakin kuat dalam adopsi teknologi budidaya bawang merah di lahan pasir

pantai Kabupaten Bantul.

D. Pengaruh Modal Sosial Petani terhadap Adopsi Teknologi Budidaya Bawang Merah Di Lahan Pasir Pantai Kabupaten Bantul

Adopsi teknologi adalah proses seseorang dari mulai mengenal sampai

menerapkan teknologi budidaya bawang merah di lahan pasir pantai Kabupaten

Bantul. Unsur-unsur teknologi yang diadopsi meliputi: pembibitan, pengolahan

tanah, penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit,

dan pasca panen. Untuk mengetahui sampai sejauh mana unsur-unsur teknologi

tersebut diadopsi oleh petani dapat dilihat pada Tabel 4.

(9)

9

Dari Tabel 4 dapat diketahui adopsi teknologi dalam pengembangan

inovasi budidaya bawang merah tergolong tinggi yaitu sebesar 76,31%. Unsur

teknologi yang paling tinggi diadopsi adalah pengairan (90%). Hal tersebut

karena hampir seluruh petani lahan pasir dalam mengairi lahanya menggunakan

inovasi baru, yaitu dengan membuat sumur buatan di setiap petak lahannya dan

menggunakan selang/pipa yang dihubungkan ke mesin pompa air. Sementara

itu unsur teknologi yang paling rendah diadopsi adalah pengendalian HPT

(65,33%). Hal tersebut karena sebagian besar petani masih menggunakan

pestisida tanpa memperhitungkan ambang batas ekonomi.

Faktor yang diduga berpengaruh terhadap adopsi teknologi budidaya

bawang merah adalah modal sosial, peran penyuluh, peran ketua kelompok,

peran tokoh masyarakat dan peran kelompok tani. Untuk membuktikan

hipotesis tersebut digunakan analisis regresi linier berganda denngan metode

backward, yang hasilnya disajikan pada Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa modal sosial dan peran

tokoh masyarakat berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi budidaya

bawang merah. Modal sosial berpengaruh positif, artinya semakin kuat modal

sosial, maka semakin tinggi tingkat adopsi teknologi budidaya bawang merah di

lahan pasir pantai, sedangkan peran tokoh masyarakat berpengaruh negatif,

artinya semakin tinggi peran tokoh masyarakat maka semakin rendah tingkat

adopsi teknologi budidaya bawang merah di lahan pasir Kabupaten Bantul. Hal

(10)

10

pemimpin formal seperti kepala desa dan kepala dusun ternyata tidak aktif

dalam mengikuti perkembangan teknologi pertanian sehingga penguasaannya

terhadap teknologi pertanian terbatas. Dengan demikian informasi tentang

teknologi pertanian yang disampaikan kepada petani kadang-kadang tidak

sejalan dengan perkembangan teknologi yang inovatif dan bercirikan spesifik

lokal. Akibatnya peranan tokoh masyarakat berdampak dapat menurunkan

tingkat adopsi petani terhadap teknologi yang aktual.

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Mengenai Faktor-faktor yang diduga Mempengaruhi Adopsi Teknologi Budidaya Bawang Merah di Lahan

Pasir Pantai Kabupaten Bantul

disimpulkan bahwa peranan penyuluh pertanian, peranan kelompok, dan

peranan ketua kelompok tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi

teknologi budidaya bawang merah di lahan pasir Kabupaten Bantul.

E. Kesimpulan

1. Komunikasi interpersonal petani untuk mendapatkan informasi teknologi

pertanian dilakukan dengan sesama petani, penyuluh, pembina dari Dinas

terkait, mantra tani, pedagang dan peneliti. Komunikasi interpersonal paling

intensif terjadi antar sesama petani, sedangkan paling jarang dilakukan

dengan mantri tani.

(11)

11

terhadap penguatan modal sosial petani dalam adopsi teknologi budidaya

bawang merah di lahan pasir pantai; semakin intensif petani melakukan

komunikasi interpersonal, maka semakin kuat modal sosial petani.

3.

Modal sosial berpengaruh terhadap adopsi teknologi budidaya bawang

merah di lahan pasir pantai; semakin kuat modal sosial petani maka semakin

tinggi tingkat adopsi terhadap teknologi budidaya bawang merah di lahan pasir

pantai. Demikian pula peran tokoh masyarakat juga berpengaruh terhadap

adopsi teknologi budidaya bawang merah, tetapi pengaruhnya negatif yaitu

semakin tinggi peran tokoh masyarakat maka semakin rendah tingkat adopsi

teknologi budidaya bawang merah di lahan pasir pantai. Hal ini disebabkan

karena pada umumnya tokoh masyarakat yang merupakan pemimpin formal

seperti kepala desa dan kepala dusun ternyata tidak aktif dalam mengikuti

perkembangan teknologi pertanian sehingga penguasaannya terhadap teknologi

pertanian terbatas.

V.

Daftar Pustaka D

Deeppaarrii,,EEdduuaarrddddaannCCoolliinnMMaaccAAnnddrreewwss((eedd)),,11999955..PPeerraannaannKKoommuunniikkaassiiMMaassssaa d

daallaammPPeemmbbaanngguunnaann..GGaaddjjaahhMMaaddaaUUnniivveerrssiittyyPPrreessss,,YYooggyyaakkaarrttaa. .

Devito, A, Joseph.1997. Komunikasi Antar Manusia. Professional books. Jakarta

Effendy Uchjana Onong. 1986. Dinamika Komunikasi. Remadja Karya. Jakarta.

Fukuyama, F. 1995. Trust: The Social Vertues and The Creation of Property. Free Press. New York.

Hardjana, Agus. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Mawardi, M. 2007. Peranan Social Capital dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Volume 3 No. 2, Juni 2007: 5-14

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Aditama. Bandung.

Gambar

Tabel 1.  Komunikasi Interpersonal Petani dalam Budidaya Bawang  Merah  di Lahan Pasir Pantai
Tabel 2. Modal Sosial Petani di Lahan Pasir Pantai
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Mengenai Faktor-faktor yang

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi kepala sekolah dan kinerja guru dengan hasil penbelajaran

koleksi pengetahuan secara komprehensif tentang penanganan tanaman in vitro hasil kultur jaringan dari pakar, dengan demikian peneliti lain dapat memanfaatkannya untuk

dikenal pasti denganjelas maklumat yang batil. Kayu ukur dalam penyelidikan berkaitan Islam ini merupakan asas yang perIu digunakan bagi memastikan tiada pertikaian selepas

Dalam kasus tersebut, persepsi masyarakat berada dalam kategori sedang, dimana masyarakat menilai program yang dijalankan sesuai dengan kebutuhan serta adanya manfaat

a Timbang 5 g sampai dengan 10 g contoh W dengan teliti ke dalam Erlenmeyer 250 mL, keringkan dalam oven 120 °C, tambahkan 30 mL HNO3 pekat dan biarkan 15 menit jangan tambahkan HNO3

Penelitian ini bertujuan untuk untuk menentukan yield, bilangan iodin dan karakteristik luas permukaan pori karbon aktif dari kulit salak.. Disaring dan dikeringkan selama 24

Hasil uji statistik pada selisih pengetahuan sebelum dan setelah diberikan perlakuan antara kelompok kontrol dan ceramah menunjukkan bahwa terdapat berbedaan

2 Hasil analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan berbagai komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti menunjukkan satuan lahan D.2.1.2 (Tropohemist),