• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Hukum Internasional yang bener nic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Hukum Internasional yang bener nic"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

Gatra No.49 Beredar Kamis, 8 Oktober 2009

Bencana Minyak di Laut Timor

Z

ulfikar, 40 tahun, baru pulang melaut, Senin dua pekan lalu. Pria asal Oesapa, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu telah seminggu di atas perahu motor Nirwana-2 bersama delapan temannya. Seperti nelayan tradisional Oesepa lainnya, ia biasa berburu ikan di Laut Timor. Berbeda dari perjalanan yang lalu, kali ini Zulfikar dan kawan-kawan tidak cukup beruntung. Dia terpaksa pulang dengan hasil tangkapan tidak memadai. “Ikan-ikan menghilang. Laut kami dipenuhi minyak,” Zulfikar berkeluh kesah. “Ketika kami menyelam, bau minyak sangat terasa dan badan kami menjadi licin,” ia menambahkan. Ia juga mengaku melihat banyak ikan mati mengambang.

(2)

mencatat, sebagian tumpahan minyak telah berada pada lokasi 51 mil laut sebelah tenggara Pulau Rote. Ketua Yayasan Peduli Timor Barat, Ferdi Tanoni, khawatir pencemaran minyak itu berdampak buruk pada ekosistem di Laut Timor dalam jangka panjang. Masyarakat yang tinggal di Timor Barat, Rote-Ndao, Sabu, dan Alor bisa kehilangan ikan untuk dikonsumsi menjadi tempat nelayan tradisional Indonesia mencari ikan.

Sekretaris Itjen Perhubungan Laut Dephub, Bobby R. Mamahit, mengungkapkan bahwa Australia terikat perjanjian tentang pencegahan dan penanggulangan tumpahan minyak yang ditandatangani pada 3 Oktober 1996. Dalam perjanjian ini disebutkan, negara itu harus melakukan upaya pembersihan bila pengeboran minyaknya di Laut Timor mengalami kecelakaan. Pada saat ini, Ditjen Perhubungan Laut Dephub berkoordinasi dengan Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA) dan Kedutaan Besar Australia di Jakarta untuk aksi mitigasi. Aksi pertama Australia adalah melepas tiga kapal oil containment recovery dan menyemprotkan dispersant melalui udara. AMSA setiap hari menerbangkan dua Hercules C-130 yang terbang dari Darwin, Australia Utara, untuk menyemprotkan dispersant ke Laut Timor. Dispersant, yang punya berat jenis tinggi, akan mengikat minyak mentah dan membuatnya tenggelam. Surat yang dilayangkan AMSA menyatakan, tipe dan jenis tumpahan minyak itu tidak akan merusak lingkungan laut Indonesia. Namun kenyataannya tidak demikian. Pantauan lembaga lingkungan Pemerintah Australia sendiri menemukan sejumlah satwa laut –termasuk kura-kura– yang sakit, bahkan ada satwa laut yang mati.

Ferdi Tanoni memasalahkan cara penanganan yang dilakukan Australia. Semprotan dispersant itu punya efek menenggelamkan minyak mentah ke dasar laut. Langkah ini mungkin saja menyelamatkan ikan permukaan dan burung-burung, tapi akan membahayakan ikan dan biota laut yang ada di kedalaman dan terumbu karang. Ilmuwan Australia, Jamie Oliver, menyayangkan langkah itu dan menilainya sebagai pemecahan masalah yang memunculkan masalah baru. Karena itu, Ferdi Tanoni meminta Pemerintah Indonesia tidak meremehkan masalah ini. Sikap serius pemerintah sangat dinanti. “Diplomasinya harus maksimal. Bila mungkin, batalkan seluruh perjanjian RI-Australia yang dibuat di Laut Timor sejak 1971-1997, yang hanya menguntungkan Australia,” katanya.

(3)

Kabupaten TTS, dan perairan Rote yang berbatasan langsung dengan Australia,” kata Gubernur NTT, Frans Lebu Raya. Instansi terkait, seperti Dinas Kesehatan, juga diinstruksikan untuk memeriksa warga yang kena penyakit yang diduga sebagai dampak tumpahan minyak itu.

Di Australia, masalah ini menjadi tema utama perdebatan di gedung parlemen di Canberra. Juru bicara PTTEP Australasia, Mike Groves, awalnya mengatakan bahwa tumpahan minyak itu hanya sepanjang 15 kilometer dan melebar hingga 30 meter. Namun klaim ini dinilai terlalu mengecilkan. Sebab AMSA mencatat, pada hari ke-10, tumpahan minyak melebar hingga 6.000 kilometer persegi. Senator Rachel Siewart dan Ketua Partai Hijau di parlemen, Senator Bob Brown, meminta PTTEP Australasia secara transparan melaporkan akibatnya dan melakukan langkah-langkah yang cepat.

Pakar geologi Andang Bachtiar menyatakan bahwa pencemaran lingkungan tidak terhindarkan, karena ratusan ribu barel minyak menumpahi

Pemerintah Australia telah menempatkan drilling rig tambahan milik West Triton Australia di dekat Montara Well Head Platform, untuk melakukan pengeboran relief well yang akan memotong original well pada kedalaman 2,6 kilometer di bawah permukaan laut dan melakukan injeksi heavy mud. Aksi ini dimulai pada 14 September dan selesai pada 8 Oktober.

(4)

BAB I

IDENTIFIKASI MASALAH

Peristiwa meledaknya instalasi pengeboran minyak The Montara Well Head Platform, milik Australia ini, menyebabkan penumpahan minyak yang melebar hingga mencapai kawasan perairan Indonesia sehingga pencemaran laut tak terhindarkan lagi. Lokasi ladang minyak yang berada di Blok West Atlas ini itu berjarak sekitar 690 kilometer sebelah barat Darwin dan 250 kilometer di barat laut Truscott, Australia Barat. Akibatnya, pencemaran ini menimbulkan berbagai permasalahan baik bagi pemerintah Australia maupun Indonesia khususnya warga di Nusa Tenggara Timur yaitu warga yang terkena dampak dari tumpahan minyak tersebut. Salah satu akibatnya adalah bahwa pencemaran tersebut telah menimbulkan kerugian terhadap aktivitas nelayan karena banyak ikan yang mati sehingga nelayan tidak mendapatkan penghasilan. Pencemaran ini sekaligus juga menggangggu kehidupan biota-biota laut baik ikan, terumbu karang, maupun hutan mangrove yang ada didalam kawasan perairan indonesia. Selain itu warga disekitar perairan yang tercemar juga ikut menanggung kerugian karena banyak nelayan yang terkena diare akibat memakan hasil ikan yang sudah tercemar oleh tumpahan minyak tersebut, sehingga para wargapun tidak bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Dalam menanggulangi masalah ini, pemerintah Australia maupun Indonesia memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang harus dilakukan. Pemerintah indonesia berhak untuk mendapat ganti kerugian karena dampak pencemaran tersebut dapat menghambat dan mengurangi hasil perekonomian negara sedangkan kewajiban pemerintah Indonesia adalah melakukan upaya hukum yang tegas untuk melindungi warga negara Indonesia yang terkena dampak pencemaran tersebut. Pemerintah Australia pun juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Hak pemerintah Australia adalah melakukan klarifikasi, pembenaran, maupun penyangkalan apakah tumpahan minyak tersebut benar-benar mencemari perairan Indonesia atau tidak. Dan apabila pencemaran tersebut benar-benar terbukti, maka secara otomatis pihak pemerintah Australia berkewajiban mengganti kerugian sesuai dengan dampak yang ditimbulkan.

(5)

Langkah-langkah yang ditempuh dapat melalui teguran terlebih dahulu, kemudian dapat melalui perjanjian, dan jika masih belum adanya tanggapan, maka dapat melakukan gugatan dan penuntutan terhadap Mahkamah Internasional. Sebelumnya, pemerintah Australia masih terikat perjanjian bilateral dengan pemerintah Indonesia tentang pencegahan dan penanggulangan tumpahan minyak yang ditandatangani pada 3 Oktober 1996 Dalam perjanjian ini disebutkan, negara itu harus melakukan upaya pembersihan bila pengeboran minyaknya di Laut Timor mengalami kecelakaan.

(6)

BAB II

PERMASALAHAN

Dewasa ini dengan semakin majunya teknologi serta meningkatnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang terkait di dalamnya penggunaan lingkungan-lingkungan secara langsung ataupun tidak langsung telah membuat masyarakat semakin peka terhadap adanya perusakan lingkungan yang berdampak merugikan terhadap negara lainnya. Karenanya pula dalam hal timbulnya kerugian terhadap negara lain, tanggung jawab negara ini lahir. Di samping itu penghormatan terhadap hak-hak orang lain menjadi semakin penting didasarkan pada adanya prinsip kedaulatan negara dan prinsip hormat-menghormati wilayah negara lain.

(7)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang adanya Tanggung Jawab Negara

Latar belakang timbulnya tanggung jawab negara dalam hukum internasional yaitu bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat menikmati haknya tanpa menghormati hak-hak negara lain. Tanggung jawab negara dalam hukum internasional merujuk pada pertanggung jawaban antara suatu negara terhadap negara yang lain, akan ketidaktaatanya memenuhi kewajiban yang di tentukan oleh sistem hukum internasional. Suatu negara dapat meminta pertanggungjawaban kerugian bagi negara tergugat itu sendiri. Seperti misalnya, pelanggaran kewajiban perjanjian atau bagi kerugian terhadap warga negara, Negara tergugat atau hak milik mereka. Negara tidak dapat menghindarkan diri dari tanggungjawab dengan meminta baik pengaturan ataupun penghapusan UU domestiknya.

Tanggung jawab negara merupakan prinsip fundamental (dasar) hukum internasional. Seperti dikemukakan Shaw.yang menjadi karakteristik penting adanya tanggung jawab negara ini bergantung pada faktor-faktor dasar berikut ini, yaitu: Pertama, adanya suatu kewajiban hukum internasional yang berlaku antara dua negara tertentu. Kedua, adanya suatu kelalaian atau perbuatan yang melanggar kewajiban hukum internasional tersebut yang melahirkan tanggung jawab negara,dan Ketiga, adanya kerusakan atau kerugian sebagai akibat adanya tindakan yang melanggar hukum atau kelalaian

B. Aturan Pertanggung jawaban Negara

(8)

International Law Commission dalam sesinya yang ke 53, tahun 2001 lalu. Jadi, Negara dapat saja dimintai pertanggungjawabannya atas tindakan-tindakan Private Persons. Walaupun individu-individu ini bukanlah organ atau pejabat Negara, Namun, apabila tindakan-tindakannya dibarengi oleh serangkaian kealpaan dari Negara, maka, Negara dapat dimintai pertanggungjawabannya

Dalam putusan pengadilan oleh hakim Huber menegaskan bahwa tanggung jawab ini merupukan konsekuensi logis dari adanya suatu hak. Hak-hak yang mempunyai sifat internasional tersangkut didalamnya tanggung jawab internasional. Tnggung jawab ini melahirkan kewajiban untuk mengganti kerugian manakala suatu negara tidak memenuhi kewajibannya. Dalam kasus ini, pemerintah australia dianggap bertanggung jawab terhadap pencemaran laut akibat tumpahan minyak Australia di Laut Timor. Sehingga perlu adanya pendefinisian ganti kerugian menurut hukum Internasional yang berlaku

C. Ganti Kerugian

Penggantian kerugian yang pantas (appropriate compensation) dapat dilakukan dengan 3 hal yaitu Adequate, Prompt, and Effective. Adequate (memadai) berarti bahwa jumlah ganti ruginya adalah mempunyai nilai yang sama dengan usahanya, ditambah dengan bunganya sampai keputusan pengadilan dikeluarkan.. Prompt (cepat) berarti pembayaran dilakukan dalam cash / tunai yang dibayarkan secepat mungkin. Effective, berarti bahwa pihak yang menerima pembayaran tersebut harus dapat memanfaatkannya dengan baik.

Menurut Schwarenberger, kompensasi (ganti rugi) dapat berupa monetary compensation (ganti rugi dalam bentuk sejumlah uang), atau berupa satisfaction (kepuasan), yaitu ganti rugi dalam bentuk, misalnya saja, permintaan maaf yang biasanya dimintakan untuk kerugian-kerugian non-material atau moral (kepribadian) suatu Negara. Monetary Compensation dapat terdiri dari:

a. Penggantian biaya pada waktu keputusan pengadilan dikeluarkan, meskipun jumlah penggantian tersebut menjadi lebih besar dari nilai pada waktu perbuatan melawan hukum oleh Negara lain terjadi.

(9)

c. Hilangnya keuntungan yang diharapkan, sepanjang keuntungan tersebut mungkin dalam situasi atau perkembangan yang normal

d. Pembayaran terhadap kerugianatas bunga yang hilang karena adanya tindakan melawan hokum.

Brownlie mendefinisikan satisfaction ini adalah setiap upaya yang dilakukan oleh si pelanggar suatu kewajiban untuk mengganti kerugian menurut hukum kebiasaan atau suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang bersangkutan, yang bukan berupa restitution (restituti/pemulihan) atau compensation. Misalnya, permohonan maaf dan penyesalan, pengiriman tubuh jenazah, jika memang ada korban meninggal,menghukum orang yang melakukan pembunuhan, dll. Pembayaran ganti rugi dapat juga diberikan untuk kerugian nonmaterial. Misalnya saja ganti ruginya tidak didasarkan kepada nilai kerugian yang ditanggung, tetapi semata-mata karena adanya penghinaan (indignity).

D. Penyelesaian Sengketa

Dalam penyelesaian sengketa masalah ini, diperlukan beberapa teori yang mendasari. Diantaranya adalah adanya Teori Kesalahan. Sehubungan dengan pembahasan tentang tanggung jawab Negara yang dikaitkan dengan teori kesalahan, maka dalam doktrin Hukum Internasional terdapat dua teori tentang kesalahan Negara yang membahas tentang apakah tanggung jawab Negara terhadap tindakannya yang melanggar hukum atau kelalaiannya itu mutlak atau apakah perlu adanya pembuktian kesalahan atau nilai/kehendak dari tindakan pejabat atau agen Negara.

Teori pertama, yaitu teori obyektif atau disebut juga teori resiko. Menurut teori ini, tanggung jawab Negara adalah mutlak (strict). Menurut teori ini, jika seorang pejabat atau agen Negara telah melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian terhadap orang lain, maka negaranya bertanggung jawab menurut Hukum Inetrnasional tanpa dibuktikan apakah tindakan tersebut dilaksanakan dengan maksud baik atau jahat. Teori kedua adalah teori subjektif atau teori kesalahan. Menurut teori ini tanggung jawab Negara ditentukan oleh adanya unsur kesalahan (dolus) atau kelalaian (culpa) pada poejabat atau agen Negara yang bersangkutan.

(10)

langkah-langkah penyelesaian sengketa (local remediesI yang tersedia atau yang diberikan oleh Negara tersebut harus terlebih dahulu ditempuh (exhausted). Tindakan ini dilakukan baik untuk memberikan kesempatan kepada Negara itu untuk memperbaiki kesalahannya menurut sistem hukumnya dan untuk mengurangi tuntutan-tuntutan internasional. Ketentuan Local remedies ini tidak berlaku manakala suatu Negara telah bersalah terhadap pelanggaran langsung hukum internasional yang menyebabkan kerugian terhadap Negara lainnya.

Menurut hasil penelitian Starke, terdapat prinsip-prinsip diterapkannya local remedies, antara lain:

a. Suatu upaya penyelesaian setempat (local remedies) dianggap tidak cukup dan tidak perlu dipergunakan jika pengadilan setempat tampaknya tidak menunjukkan akan memberikan ganti kerugian.

b. Seortang penuntut tidak perlu melakukan penyelesaian setempat manakala upaya tersebut tidak ada

c. Apabila kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan-tindakan eksekutif pemerintah setempat yang tidak tunduk kepada juridiksinya pengadilan setempat.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Adolf, Huala. 1991, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional. Jakarta: CV. Rajawali

(12)

TANGGUNG JAWAB NEGARA

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Pingky Sapta A.S (0810110050)

2. Rahmat Januartono (0810110053)

3. Farida Charolina (0810110128)

4. Gradhin Renita L. (0810110137)

5. Hasibatul Isniar S.P.S (0810110139)

Kelas : A

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

Referensi

Dokumen terkait

Batas versi RBI dan Bappeda pada aspek administratif (blok pajak) seluruh segmennya tidak sesuai dan aspek geografis pada unsur alam 2 segmen versi RBI dan Bappeda tidak

susunon nomq don molo kulioh seperli terconlum podo rompiron berikut: Lornpiron I Progrom Studi Moghter Teknik Sipil.. lompircn 2 Progrom Studi Sl Teknik Sipil Kelos

MADUKORO BLOK AA -

Pokja Bidang Konstruksi 3 ULP Kabupaten Klaten akan melaksanakan [Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung] dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara

Pengembangan media dari tahap pendefinisian diketahui bahwa siswa SMK Kusuma Negara Kertosono kurang memahami dan memperhatikan pada saat proses pembelajaran dan

Telah dipresentasikan di forum ujian praktek MA Darus Sholah Jember dan disahkan oleh guru pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia dan segenap Siswa/siswi XII

Oleh karena itu penelitian selanjutnya disarankan untuk melibatkan sempel lainnya seperti , auditor dan dosen jurnal ini juga hanya fokus membahas PSAK No.55(revisi 2006)

Selain itu janur yang berwarna kuning yang bermakna sebagai penerang kehidupan juga melambangkan keluhuran dan kekuatan gaib (Sumber : wawancara dengan Ibu Sarwini