• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modal Sosial dan Ekonomi Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Modal Sosial dan Ekonomi Sosial"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Rahardhika Arista [Pick the date] Makalah Seminar I

Modal Sosial dan

Ekonomi Sosial

 Wanlie (0906501951)

 Andri R. Adipura (0706284616)

 Rae Mandela N. (0706284894)

 Nurul Mianti (0806317653)

 Rahardhika Arista (0806317666)

 Ana Purnama Dewi (0806319923)

 Zulfa Defison (0906501970)

 Mohana Pridayati

(2)

MAKALAH SEMINAR I

MODAL SOSIAL DAN CIVIL SOCIETY

Bahan: Wallis, Joe, Killerby, Paul dan Dollery, Brian. Socio economics and social capital”. International Journal of Social Economics. 2004. 31 (3/4). Diunduh dari situs Emerald Insight :www.emeraldinsight.com/0306-8293.

“Modal Sosial dan Ekonomi Sosial”

Selama tiga abad terakhir, definisi serta pengukuran modal sosial menjadi perhatian

khusus bagi peneliti-peneliti di bidang ekonomi, politik dan sosiologi. Telah banyak

kajian-kajian baik secara akademik maupun politis yang menyatakan bahwa terdapat keterkaitan

antara kekuatan modal sosial dengan performa institusi maupun ekonomi. World Bank, yang

sebelumnya mengikuti arus neo-liberal dalam pendekatnnya kini menggunakan modal sosial

sebagai alat yang bermanfaat dalam mengurangi kemiskinan. Literatur model sosial telah

membetikan pengaruh utama untuk membentuk kebijakan pembangunan. Makalah ini akan

mengulas bagaimana perkembangan modal sosial dalam bahasan literatur serta kaitannya

dengan ekonomi sosial.

A. Perkembangan konseptualisasi modal sosial

Istilah modal sosial pertama kali muncul pada tulisan Hanifan (1916) dalam konteks

peningkatan kondisi hidup masyarakat melalui keterlibatan masyarakat, niat baik serta

atribut-atribut sosial lain dalam bertetangga. Dalam tulisan Hanifan, tampak juga ciri lain dari

modal sosial yakni membawa manfaat internal dan eksternal. Merujuk pada penjelasan

Woolcock dan Narayan (2000: 299), setelah Hanifan istilah modal sosial tidak begitu poluler

hingga tahun 1956, sekelompok sosiolog Kanada menggunakannya dan diperkuat dengan

kemunculan teori pertukaran Homans pada tahun 1961. Perkembangan selanjutnya, istilah

modal sosial sering dikaitkan dalam pembahasan mengenai ikatan-ikatan komunitas

(3)

dan perilaku remaja, sekolah dan pendidikan, kehidupan komunitas, organisasi dan kerja,

demokrasi dan pemerintahan, tindakan kolektif, kesehatan dan lingkungan, kekerasan dan

kriminal, serta pembangunan ekonomi.

Meskipun formulasi konsep modal sosial dibuat oleh Coleman dan Bordieu, ahli

ekonomi yang menggunakan konsep modal sosial banyak dipengaruhi oleh karya Putnam

(1993) pada aktifitas asosiatif. Putnam menyoroti variasi keterlibatan sipil(civic engagement)

yang membedakan pencapaian ekonomi dan efektivitas pemerintahan antara Italia selatan dan

Italia utara. Tesis Putnam adalah variasi historis keterlibatan sipil merefleksikan perbedaan

modal sosial yang secara signifikan berkontribusi terhadap kesenjangan hasil ekonomi dan

efektivitas pemerintahan antara Italia Utara dan Italia Selatan. Putnam sendiri medefinisikan

modal sosial sebagai fitur-fitur organisasi sosial seperti kepercayaan (trust), norma-norma

(norms), dan jaringan (networks) yang dapat meningkatkan efisiensi masyarkat dengan mamfasilitasi tindakan-tindakan koordinasi.

Kritik yang dilontarkan terhadap tesis Putnam ini antara lain definisi yang diberikan

oleh Putnam tidak terlalu kokoh karena mencoba “mencampurkan objek-objek yang tidak

sebanding” (Dasgupta, 1999: 327). Selain itu, Fukuyama juga mengkritik definisi modal

sosial Putnam bahwa apa yang diutarakan Putnam memang dapat menjabarkan hasil dari

adanya modal sosial tapi tidak mengangkat modal sosial itu sendiri.

Putnam juga mendapatkan berbagai kritik tentang instrumen yang ia paparkan untuk

mengukur modal sosial. Dari apa yang ditulis oleh Putnam, tampak bahwa modal sosial

hanya dimaknai sebagai kumpulan dari semua aktifitas asosiasional. Pengukuran Putnam

terhadap modal sosial ini dinilai terlalu sederhana untuk dapat menggambarkan kenyataan

yang sesuangguhnya. Kritik terhadap instrumen Putnam yang pertama terkait tentang definisi

mengenai keterlibatan sipil (civic engagement) yang menjadi fokus pengukuran Putnam. Kedua, instrumen Putnam tidak memperhatikan variasi dari intensitas kontak yang dimiliki

anggota terhadap asosiasi yang lain. World Bank (1999) mengikuti Fukuyama, telah

membuktikan bahwa intensitas hubungan anggota dengan asosiasi di luar kelompoknya dapat

menjadi variabel yang kuat mempengaruhu modal sosial dalam masyarakat.

Banyak peneliti saat ini, khsusunya para ahli ekonomi, menggunakan konsep modal

sosial dalam pengertian yang luas, meliputi semua fitur kognitif, relational, dan politik dalam

(4)

B. Sebuah perspektif kritis terhadap modal sosial

Terdapat banyak ekonom sosial skeptis secara filosofis dan metodologis terhadap

penerapan perlakuan modal sosial sebagai variabel independen dalam produksi fungsi

pertumbuhan. Pertama, hal ini menganggap nilai instrumental secara murni terhadap

prospensitas untuk pengikatan sipil dalam lokalitas tertentu. Nilai bahwa masyarakat melekat

pada modal sosial menjadi lebih besar secara signifikan daripada dampak pengukurannya

pada GDP. Terdapat bukti yang meningkat yang menunjukkan kohesi sosial dan keefektifan

institusional yang memfasilitasi literasi dan pendidikan, meringankan dampak kemiskinan,

meningkatkan kesehatan masyarakat, dan mengurangi kriminalitas dan kekerasan. Terdapat

bukti lebih lanjut bahwa kohesi sosial berhubungan secara positif terhadap kesehatan mental

dan kebahagiaan. Sen (1999) menuntut bahwa tipe-tipe kebebasan yang berbeda, termasuk

kebebasan interaksi sosial yang didasarkan pada kepercayaan, memiliki nilai intrinsik yang

dipertimbangkan. Kedua, inkorporasi mekanistik kekuasaan modal sosial ke dalam fungsi

produksi adaah subyek kritik yang sama dari Hill (1999) kepada model neoklasikal. Ekonom

ortodoks menggunakan model untuk menjelaskan penyebab ekonomi, seperti pertama,

memilih variabel independen dan dependen. Kemudian diabstraksikan dari realitas melalui

asumsi yang berlawanan dengan fakta untuk mendapatkan pendekatan kesimpulan pertama.

Penelitian statistikis pada modal sosial didasarkan pada kekuasaan tunggal atau jamak yang

diagrgasikan.yang hasilnya dalam kehilangan konteks subyekyif yang dipertimbangkan dari

data yang didapatkan.

Fungsi produksi ekonomi terdiri dari dua variabel kuantifikatif, yaitu nodal dan tenaga

kerja yang masing-masing adalah bstraksi dari realitas. Kekuatan yang memotivasi untuk

produksi oleh individu juga merupakan abstraksi dan kekurangan nilai untuk membuat

ekonom sosial menunduk. Ekonom mainstream telah mencoba untuk menghilangkan asumsi

ekonomi dasar dengan mengikatkan kembali konteksnya, termasuk mencoba untuk mengukur

persediaan dan aliran keterampilan dan keahlian manusia, inovasi, budaya, dan organisasi

sosial. Karena ekonom telah menanggung lebih jauh dari abstraksi inisial mereka, hal ini

telah menjadi bukti bahwa konteks sosial bukanlah fenomena dimensional-k. Beberapa peneliti telah menggunakan teknik analisis yang membolehkan mereka untuk mengukur

modal sosial sebagai variabel yang tidak dapat diobservasi namun masih berasumsi bahwa

(5)

C. Konsep sosiologi mengenai modal sosial

Sebelum definisi mengenai modal sosial yang populer diberikan oleh Putnam, telah

ada Bourdieu dan Coleman yang memberikan penjelasan yang hampir sama mengenai

konsep ini. Menurut Bourdieu modal sosial adalah the aggregate of the actual or potential resources which linked to possession of durable network of more or less institutionalized relationships of mutual acquaintance and recognition...which provides each of its members with the backing of the collectivity-owned capital, a ‘credential’ which entitles them to credit in the various senses of the world’. Maksudnya adalah modal sosial merupakan hal yang

bersumber dari adanya perbedaan potensi-potensi dari sumber daya yang terkait dengan

kepemilikan terhadap jaringan yang ada. Hubungan ini kemudian dilembagakan kepada

anggoanya dengan tujuan untuk saling mengenalkan baik itu sumber daya, jaringan, modal

yang dimiliki oleh jaringan agar dapat diakui keberadaaanya. Potensi ini yang mendukung

tiap-tiap anggotanya dengan modal-modal yang dimiliki secara kolektif, yang kemudian

memberikan sebuah penghargaan pada anggotanya di dalam tiap-tiap aspek di dunia.

Dalam sosiologi Bourdieu, penilaian sosial dan ekonomi dibentuk oleh akses yang

berbeda ke dalam berbagai macam bentuk variasi modal, termasuk modal sosial, daripada

jika individu memaksimalkan perilakunya. Tingkatan yang dapat dilewati oleh individu

dalam menangani sisi negatif dari ekonomi berhubungan dengan bagian dari ‘volume dari

modal sosial yang dimiliki oleh given agent (orang kepercayaan)’, yang bergantung pada ‘besaran koneksi jaringan yang dapat individu digerakan secara efektif dan pada volume dari

modal (ekonomi, budaya atau simbolik) yang dimiliki oleh tiap-tiap individu yang terhubung

olehnya. Meskipun Coleman melihat gagasan modal sosial sebagai pilihan rasional, tapi dia

juga menekankan pada peran dari relasi sosial yang bisa membuat sumber daya yang tidak

tersedia bisa didapatkan.

Dari sudut pandang Bourdieu dan Coleman, berdaarkan pada faktor kognitif, hal-hal

seperti kepercayaan (trust) dan norma (norm), dijadikan sebagai hasil dari relasi sosial.

Coleman memfokuskan pada kepercayaan (trust) yang paling harus dimiliki oleh individu

dan grup untuk dapat dipercaya dibandingkan dengan ‘generalized social trust’. Denga

melihat langsung pada struktur sosial dan akses pada sumber daya, konsep sosiologi ini

melihat bahwa aktor eksternal dapat mengintervensi modal sosial pada suatu komunitas.

Kesimpulan ini membutuhkan pemikiran ulang dari konsep modal sosial sebagai konsep

(6)

Modal sosial :BondingdanBridging

Bonding mengacu pada keterikatan infra komunitas dimana anggota dalam

komunitas itu berada dalam situasi saling membutuhkan. Ikatan ini bisa menjadi suatu

sumber yang berharga. Seperti dalam penelitian pada komunitas miskin di daerah pedesaan di

daerah Utara India, Kozel dan Parker menemukan bahwa ikatan grup sosial memperlihatkan

prokteksi yang ampuh yaitu untuk risk management dan keberfungsian solidaritas. Barr melaporkan bahwa wirausahawan lokal di Afrika yang beroperasi pada industri trasidional

membentuk suatu ‘jaringan solidaritas’ yang berfungsi untuk saling menukar informasi

mengenai perilaku dan tujuan dari anggota-anggota jaringan. Hal ini memperlihatkan bahwa

peran seseorang dari jaringan sosial merupakan sumber dari segala akses untuk menuju

sumber daya yang dituju. Namun, bonding seperti layaknya 2 mata pisau yang tajam. Seperti

yang Woolcock dan Narayan tekankan bahwa ada harga yang harus dibayar jika ikatan yang

kuat bisa menempatkan klaim sisi non-ekonomi yang bisa mebghasilkan konsekuensi negatif

ekonomi. Kesetiaan terhadap grupnya ini bisa menciptakan mereka mengisolasi anggotanya

dari informasi-informasi mengenai kesempatan kerja dan hak lainnya. Lebih lanjut, terdapat

bukti empirik yang terjadi pada negara berkembang mengenai hal negatif dari kuatnya

bonding yang dimiliki suatu jaringan, misalnya pada kasus Rwanda, Haiti dan Kenya, yang

menunjukan bahwa solidaritas sosial yang sangat tinggi dalam memiskinkan komunitas lokal

memicu modal sosial untuk membantu mereka mengatasi masalah ini tapi tidak

menyelesaikan, karena efek negatif dari pemerintahan yang korup, isolasi secara wilayah,

ekslusi politik dan polarisasi sosial. Dari fakti ini, disimpulkan bahwa kelompok miskin

memiliki hubungan yang erat dan ikatan bonding yang kuat sehingga mereka bisa melewati

masalah, tapi mereka tidak bisa menyelesaikan masalah karena tidak adanya hubungan yang

dibangun dengan kelompok tidak miskin. Hubungan inilah yang dinamakan bridging.

Bridging mengacu pada ikatan inter komuitas dimana hubungan ini menyambungkan

faktor sosial lainnya seperti etnisitas, gender dan SSE. Meskipun tidak akan kuat seperti

ikatan intra komuitas yang menghasilkan bonding modal sosiual, ini akan seperti

mengkombinasikan keduanya, baik intra dan inter komunitas untuk membuka kesempatan

ekonomi lebih luas lagi. Hal ini terjadi saat mekanisme ini memperbolehkan individu untuk

mengurus jaringan sosial mereka sendiri untuk memperoleh dukungan informal, jaminan, dan

penghargaan tapi juga bisa mengembangkan kemampuan dan sumber daya dalam jaringan

(7)

D. NGO sebagaibridging organization

Hill berargumen bahwa : sosial ekonomi cendrung menjadi sesuatu yang pribadi dan

secara aktif terlibat dalam suatu pertanyaan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.

Dengan melakukan penekanan yang special untuk mencapai keadilan sosial bagi orang-orang

yang mengalami kekurangan dalam status ekonominya. Sosial ekonomi mungkin tertarik

pada sesuatu yang mungkin dapat dilakukan melalui LSM untuk memfasilitasi dan

bekerjasama terhadap penyelesaian masalah dan menciptakan modal sosial.

LSM merupakan suatu organisasi yang memiliki nilai-nilai inherent yang berusaha

untuk terlibatkan dengan beberapa pemegang saham dan di dalamnya terdapat konflik

kepentingan dan kesenjangan relasi kekuatan untuk mencapai visi bersama. Jadi, LSM

memainkan “key role” sebagai bridging dalam organisasi antara agen pemerintahan,

komunitas local dan internasional donors. Dalam satu kasus LSM berfungsi sebagai

membentuk suatu kredibilitas bagi pemerintah nasional untuk menunjukan eksistensinya

dalam implementasi program yang telah dibentuk.

Dalam kasus yang lain LSM bekerjasama dengan kelompok “grassroot” untuk

merintis solusi inovatif terhadap permasalahan local. Dalam suatu contoh yang diambil dari

tulisan Rashid yaitu bagaimana proyek percontohan Orangi (OPP) berkolaborasi dengan

lingkungan organisasi untuk membuat teknologi yang tepat dalam rangka membangun

jamban dan sistem sanitasi di Pakistan. OPP kemudia bernegosiasi dengan pemerintah local,

agen pemerintahan, dan pemerintah internasional untuk memperluas proses pembangunan

sanitasi dan kamar mandi pribadi untuk lingkungan, kota, dan negara.

Bukti dari studi kasus bahwa LSM dapat memainkan peran penting dalam mennyusun

masalah dalam jangka waktu dan memerlukan partisipasi dari semua partai. Contohnya

adalah BRAC dan CARE secara efektif membingkai suatu imunisasi sebagai suatu masalah

permintaan daripada masalah pelayanan, yang focus pada mobilisasi kepentingan kelompok

“grassroot” untuk mendapatkan vaksinasi padaanak-anak.

Ketika suatu partai bersama-sama bergabung dengan LSM memainkan peran sebagai

fasilitator. Pada saat consensus telah tercpai melalui visi bersama, kebutuhan ini harus

disempurnakan kedalam suatu rencana yang spesifik untuk memobilisasi sumber daya. Sesuai

dengan sistem dan pengaturan kelembagaan membutuhkan tempat untuk mewujudkan

rencana tersebut. Dalam tulisan ini Vrown menuliskan bahwa OPP menahan partisipasinya

sampai instansi pemerintahan berhenti dari langkahnya untuk memusatkan pelaksanaan untuk

(8)

untuk memperluas dan melanjutkan projek ini tergantung pada LSM yang lainnya, agen

pemerintahan dan internasional donors berfungsi untuk menentukan skala dan ruang lingkup

kegiatan kerjasama diantara keduanya.

Bukti dari kasus ini adalah menunjukan manfaat yang signifikan yang berasal dari

fungsi LSM sebagai organisasi bridging. Dalam kasus tertentu, kerjasama dalam

menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan kekuatan dan perbedaan sector untuk

meningkatkan kapasitas penyelesaian masalah melalui perluasan pemanfaatan dari program

pemerintah, replikasi inovasi yang berhasil melalui LSM dan kelompok “grassroots”, dengan

membuat dan mengidentifikasi sumber daya baru yang hanya dapat dibuat melalui usaha

Referensi

Dokumen terkait

Pierre Bourdie (1970) mendefinisikan modal sosial sebagai “sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembagakan

• Kumpulan sumber daya yang dimiliki setiap keanggotaan dalam suatu kelompok, yang digunakan secara bersama- sama Bordiaue (dalam Winter 2000)..

Menurut Bourdieu (1992) definisi modal sosial adalah jumlah sumber-sumber daya, aktual atau virtual (tersirat) yang berkembang pada seorang individu atau sekelompok individu

Modal sosial juga merupakan investasi sosial, yang meliputi sumber daya seperti jaringan, kepercayaan, nilai dan norma serta kekuatan yang mengerakkan, dalam struktur

Dalam penelitian ini sumber daya kerja sendiri yaitu dukungan sosial atasan sedangkan sumber daya pribadi adalah modal psikologis.Dukungan sosial atasan dan modal psikologis

Hubungan sisi yang mengikat juga sangat banyak macamnya, dari hasil penelitian jejaring sosial ini bisa digunakan dalam berbagai tingkat relasi.. Teori ini dapat

Pertumbuhan ekonomi suatu negara ini pun juga dapat dipengaruhi oleh adanya suatu aliran modal yang bisa berupa,investasi tanah,sumber daya alam,maupun sumber daya manusia.Ketika suatu

Yang dimaksud sumber daya insani adalah sumber daya manusia yang berperan dalam pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat berbasis masjid , yang dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu