MAKALAH FILSAFAT SAINS
STRUKTUR ILMU DALAM PENDIDIKAN SAINS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah : Filsafat Sains
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Wahidin, M.Pd
Disusun Oleh: Santi Nurfadhillah S.
1413162041 Biologi-B/ VII
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PENDAHULUAN
Secara umum, manusia memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sulit untuk terpuaskan. Apabila satu atau beberapa kebutuhannya tercapai, maka dia akan berkeinginan untuk meraih kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, maka manusia melakukan berbagai usaha baik usaha dengan sadar maupun tanpa sadar. Usaha yang dilakukan tanpa kesadaran (maksudnya tanpa rancangan atau langkah yang jelas), antara lain melalui praduga, trial and error, dan lain-lain, dikenal bukan sebagai suatu ilmu melainkan hanya sebagai pengetahuan (knowledge) saja, sedangkan upaya yang secara sadar dilakukan dengan mengandalkan proses berpikir (penalaran) dengan langkah yang tertentu yakni dilakukan melalui penelitian, melalui uji coba, ini dikenal sebagai suatu ilmu (science).
Dalam sejarah perkembangan ilmu, peran Filsafat Sains dalam struktur bangunan keilmuan tidak bisa disangsikan. Sebagai landasan filosofis bagi tegaknya suatu ilmu, mustahil para ilmuan menafikan peran filsafat ilmu dalam setiap kegiatan keilmuan.
Selama ini, bangunan keilmuan pada lingkungan akademik bukan sama sekali tidak memiliki landasan filosofis. Ilmu logika baik logika tradisonal, yang bercirikan bahasa dan pola pikir deduktif, maupun logika modern (yang juga dikenal dengan logika saintifika) dengan pola induktif dan simbol-simbolnya, jelas tidak sedikit peranannya dalam membangun wawasan ilmiah akademik.
Namun, peran ilmu logika dewasa ini dirasakan tidak mencukupi, karena beberapa keterbatasan yang ada dalam ilmu tersebut. Terlihat dalam karakteristiknya, yakni formalisme, naturalisme, saintisme, instrumentalisme. Karenanya, Filsafat Ilmu dianggap sebagai satu-satunya pola pikir yang bisa dipertanggungjawabkan.
Berbeda dengan ilmu logika, Filsafat Ilmu menawarkan banyak pola pikir dengan memperhatikan kondisi objek dan subjek ilmu, bahkan pola pikir logika sebagai bagian dalamnya. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini akan dibahas mengenai Struktur Ilmu dalam pendidikan sains.
ISI
STRUKTUR ILMU DALAM PENDIDIKAN SAINS
1. Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” sama dengan kata dalam bahasa Inggris “Science” yang berasal dari bahasa Latin “Scio” atau “Scire” yang kemudian di Indonesiakan menjadi Sains. Jujun (2005: 93) mengatakan bahwa “Pengetahuan yang di proses menurut metode ilmiah dan memenuhi syarat-syarat keilmuan disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu.” Beliau juga menjelaskan bahwa ilmu pada dasarnya adalah kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. “Sekiranya kita mengetahui salah satu penyebab banjir dan longsor adalah hutan yang gundul”, maka penjelasan yang semacam ini akan memungkinkan kita melakukan upaya untuk mencegah banjir, dengan menjaga dan melestarikan hutan supaya tidak gundul. Dengan demikian dapat kita ambil satu kesimpulan tentang fungsi dari ilmu yaitu menjelaskan, meramal dan mengontrol.
2. Struktur
Struktur adalah perangkat unsur yang diantaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik, unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang bersifat intuitif, (Ahmad, 2008: 19).
Jadi, Struktur ilmu pengetahuan adalah suatu kumpulan pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberikan penjelasan termaksud, (Gie, 2000: 139).
Struktur ilmu dalam filsafat ilmu merupakan bagian yang penting dipelajari mengingat ilmu merupakan suatu bangunan yang tersusun, bersistem dan kompleks. Melalui ilmu kita dapat menjelaskan, meramal dan mengontrol setiap gejala-gejala alam yang terjadi. Tujuan akhir dari disiplin keilmuan yaitu mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten.
B. Objek Ilmu Pengetahuan
pengetahuan) hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman disini adalah pengalaman indera.
Objek kajian ini haruslah objek yang empiris, sebab bukti–bukti yang harus ditemukan adalah bukti-bukti yang empiris (berdasar pengalaman yang diperoleh dari percobaan-percobaan). Bukti empiris ini kemudian diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis (sesuatu/teori yang dianggap benar).
Objek yang dapat diteliti dalam sains (ilmu pengetahuan) banyak sekali, seperti alam, tumbuhan, hewan, manusia, serta kejadian-kejadian disekitarnya. Dari penelitian itulah muncul teori teori sains. Teori-teori itu dikelompokan menurut cabang-cabang sains, teori-teori yang telah berkelompok itu kemudian disebut struktur sains (struktur ilmu pengetahuan).
C. Struktur Ilmu Pengetahuan 1. Metode ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Seperti diketahui berfikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran, dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh ilmu pengetahuan yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
2. Teori
Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut.
Hipotesis adalah pernyatan sementara tentang yang diajukan dalam bentuk dugaan atau teori, yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut.
4. Logika
Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berfikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu.
5. Data Informasi
Tahapan ini merupakan suatu yang dominan dalam metode keilmuan. Disebabkan oleh banyaknya kegiatan keilmuan yang diarahkan kepada pengumpulan data, maka banyak orang yang menyamakan keilmuan dengan pengumpulan fakta. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Penyusunan dan klasifikasi data tahapan metode keilmuan ini, menekankan kepada penyusunan kata dalam kelompok-kelompok, jenis-jenis dan kelas-kelas. Dalam sebuah cabang ilmu usaha untuk mengidentifikasi, menganalisa, membadingkan, dan membedakan fakta-fakta yang tergantung kepada adanya klasifikasi yang disebut taksonomi dan ilmuan modern terus berusaha untuk menyempurnakan taksonomi untuk bidang keilmuan mereka.
6. Pembuktian
Langkah selanjutnya setelah menyusun hipotesis adalah menguji hipotesis tersebut. Dengan mengonfrontasikannya atau menghadapkannya dengan dunia fisik yang nyata. Tidak jarang pula beberapa pembuktian ilmiah membutuhkan alat yang rumit sekali sehingga hipotesis baru dapat dibuktikan beberapa waktu setelah ditemukan alat yang dapat membantu mengumpulkan fakta yang dibutuhkan.
Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti menguji hipotesis dengan pengamatan kenyataan yang sebenarnya. Dalam hal ini maka keputusan terakhir terletak pada fakta.
Evaluasi dalam hal ini adalah menarik kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses menguji hipotesis tidak terdapat fakta yang cukup mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah teruji kebenarannya.
8. Pradigma
Secara umum pengertian pradigma adalah seperangkat keyakinan atau dasar yang menuntut tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kaitannya dengan pengetahuan dan metode ilmiah, The Liang Gie (2000: 140) menyatakan bahwa ilmu adalah kesatuan antara pengetahuan, aktivitas, dan metode. Ketiga hal tersebut merupakan kesatuan logis yang harus ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas, aktivitas harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan interaksi di antara aktivitas, metode, dan pengetahuan menyusun suatu ilmu. Hubungan ketiganya dapat digambarkan dengan uraian sebagai berikut:
”Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Sesuatu yang ilmiah itu mempunyai sifat tidak absolut. Kebenaran ilmiahnya terbatas hingga sesuatu yang ilmiah dapat disangkal atau disanggah dan diperbaiki”, (Gie, 2000: 140).
Ilmu sebagai sekumpulan pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan agar dapat menjadi dasar teori dan memberi penjelasan yang sesuai. Saling keterkaitan diantara segenap komponen itu juga merupakan struktur dari pengetahuan ilmiah, (Gie, 2000: 141).
D. Jenis-jenis Ilmu Pengetahuan
Sehubungan dengan adanya berbagai sumber, sifat-sifat, karakter dan susunan ilmu pengatahuan, maka dalam pandangan tentang ilmu pengetahuan itu orang mengutarakan pembagian ilmu pengetahuan (classification). Ini tergantung kepada cara dan tempat para ahli itu meninjaunya. Menurut pembagian klasik, maka ilmu pengetahuan dibedakan atas:
2. Social Sciences (kelompok ilmu-ilmu sosial) Indonesia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan atas empat kelompok sebagai berikut:
1. Ilmu Agama/Kerohanian, yang meliputi ilmu agama dan ilmu jiwa.
2. Ilmu Kebudayaan, yang meliputi ilmu sastra, ilmu sejarah, ilmu pendidikan, dan ilmu filsafat.
3. Ilmu Sosial, yang meliputi ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu sosial politik, ilmu ketatanegaraan dan ketataniagaan.
4. Ilmu Eksakta dan Teknik, yang meliputi ilmu hayat, ilmu kedokteran, ilmu farmasi, ilmu kedokteran hewan, ilmu pertanian, ilmu pasti alam, ilmu teknik, ilmu geologi dan ilmu oceanografi.
Burhanuddin Salam (2005: 20-24) mengemukakan bahwa pengklasifikasian ilmu pengetahuan menurut subjek dan objeknya yaitu:
1. Menurut Subjeknya a. Teoritis
1) Nomotetis: ilmu yang menetapkan hukum-hukum yang universal berlaku, mempelajari objeknya dalam keabstrakan dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat kembali dalam segala pernyataan yang konkrit bilamana dan dimana saja. Misalnya, ilmu alam, ilmu kimia, sosiologi, ilmu hayat.
2) Ideografis (ide: cita-cita, grafis: lukisan), ilmu yang mempelajari objeknya dalam konkrit menurut tempat dan waktu tertentu, dengan sifat-sifatnya yang menyendiri (unik), misalnya: ilmu sejarah, etnografi (ilmu bangsa-bangsa), sosiografi, dan sebagainya.
1) Normatif, ilmu yang memesankan bagaimanakah kita harus berbuat, membebankan kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan, misalnya: etika (filsafat kesusilaan/ filsafat moral).
2) Positif (“applied” dalam arti sempit): ilmu yang mengatakan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu, mencapai hasil tertentu, misalnya: ilmu pertanian, ilmu teknik, ilmu kedokteran dan sebagainya.
2. Menurut Objeknya (terutama objek formalnya atau sudut pandangnya)
a. Universal/ umum: meliputi keseluruhan yang ada, seluruh hidup manusia, misalnya: Teologi/agama dan Filsafat.
b. Khusus: hanya mengenai salah satu lapangan tertentu dari kehidupan manusia, jadi objek terbatas, hanya ini saja atau itu saja. Inilah yang biasa disebut “ Ilmu Pengetahuan ”. ini diperinci lagi atas:
1) Ilmu-ilmu alam (natural science, natuurwetenscappen): yang mempelajari barang-barang menurut keadaannya di alam kodrat saja, terlepas dari pengaruh manusia dan mencari hukum-hukum yang mengatur apa yang terjadi di dalam alam, jadi terperinci lagi menurut objeknya, misalnya: ilmu alam, ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu hayat, dan sebagainya.
2) Ilmu pasti (Mathematics), yang memandang barang-barang, terlepas dari isinya hanya menurut besarnya. Jadi mengadakan abstraksi barang-barang itu. Ilmunya dijabarkan secara logis berpangkal pada beberapa asas-asas dasar (axioma). Misalnya, ilmu pasti, ilmu ukur, ilmu hitung, ilmu aljabar,dsb.
E. Sifat-sifat Ilmu Pengetahuan
Sejarah membuktikan, bahwa dengan metode ilmu, akan membawa manusia kepada kemajuan dalam pengetahuannya. Kemajuan dalam pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmu itu memungkinkan, karena beberapa sifat, atau ciri khas yang dimiliki oleh ilmu. Dalam hal ini, Randall (1983) yang terdapat dalam Salam (2005: 25) mengemukakan beberapa ciri umum dari ilmu, di antaranya:
1. Hasil ilmu sifatnya akumulatif dan merupakan milik bersama. Artinya, hasil daripada ilmu yang telah lalu dapat dipergunakan untuk penyelidikan dan penemuan hal-hal yang baru, dan tidak menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja, setiap orang dapat menggunakan, memanfaatkan hasil penyelidikan atau hasil penemuan orang lain.
2. Hasil ilmu, kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan, karena yang menyelidikinya adalah manusia. Namun yang perlu diketahui, kesalahan-kesalahan itu bukan karena metodenya, melainkan terletak pada manusia yang menggunakan metode tersebut.
3. Ilmu itu objektif, artinya prosedur cara penggunaan mtode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakannya, tidak tergantung kepada pemahaman secara pribadi. Berbeda dengan prosedur otoritas dan intuisi, yang tergantung kepada pemahaman secara pribadi.
F. Bentuk-Bentuk Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan ilmiah mempunyai empat bentuk, yaitu: 1. Deskripsi
Merupakan kumpulan pernyataan bercorak deskriptif dengan memberikan pemerian mengenai bentuk, susunan, peranan, dan hal-hal terperinci lainnya dari fenomena yang bersangkutan.
2. Preskripsi
Merupakan kumpulan pernyataan bercorak preskriptif dengan memberikan petunjuk-petunjuk atau ketentuan-ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaiknya dilakukan dalam hubungannya dengan objek sederhana itu. Bentuk ini dapat dijumpai pada cabang-cabang ilmu sosial, ilmu administrasi,dan lain-lain.
Bentuk ini merangkum pernyataan-pernyataan yang memaparkan pola-pola dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan, atau proses lainnya dari fenomena yang ditelaah.
4. Rekonstruksi Historis
Bentuk ini merangkum pernyataan-pernyataan yang berusaha menggambarkan atau menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang diperlukan pertumbuhan sesuatu hal pada masa lampau yang jauh lebih baik secara alamiah atau karena campur tangan manusia, (Muhadjir, 2011: 17-18).
Pada cabang-cabang ilmu lainnya yang lebih dewasa, selain empat bentuk pernyataan tersebut terdapat pula proposisi-proposisi yang menurut Ihsan (2014) dapat dibedakan menjadi tiga ragam, yaitu:
1. Asas ilmiah
Suatu asas atau prinsip adalah sebuah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati. Sebuah prinsip dalam ilmu sosial misalnya ialah prinsip gaji yang sama yang dapat dijadikan suatu pedoman yang benar dalam pengangkatan para pegawai dan adminitrasi penggajian.
2. Kaidah ilmiah
Suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat diperiksa kebenarannya diantara fenomena sehingga umumnya berlaku pula untuk berbagai fenomena yang sejenis. Conohnya ialah hukum gaya berat yang terkenal dari Newton dan Boyle dalam ilmu kimia bahwa volume suatu gas berubah secara terbalik dengan tekanan bilamana suhu tetap dipertahankan sama.
3. Teori Ilmiah
Suatu teori dalam scientific knowledge adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah fenomena. Misalnya, mengenai teori Darwin tentang evolusi organisme hidup yang menerangkan bahwa bentuk-bentuk yang lebih sederhana dan primitif dalam perkembangan secara evolusioner sepanjang masa.
KESIMPULAN
1. Struktur ilmu pengetahuan adalah suatu kumpulan pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis.
2. Objek yang dapat diteliti dalam sains (ilmu pengetahuan) banyak sekali, seperti alam, tumbuhan, hewan, manusia, serta kejadian-kejadian disekitarnya.
3. Struktur Ilmu Pengetahuan yaitu metode ilmiah, teori, hipotesis, logika/penalaran, data informasi, pembuktian, evaluasi dan pradigma.
4. Ilmu pengetahuan terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya menurut Undang-Undang Pokok Pendidikan tentang Perguruan Tinggi Nomor 22 Tahun 1961 pasal 7 ayat 2-5 di Indonesia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan atas empat yaitu kelompok Ilmu Agama/Kerohanian, Ilmu Kebudayaan, Ilmu Sosial, Ilmu Eksakta dan Teknik.
5. Sifat / ciri dari ilmu, yaitu hasil ilmu sifatnya akumulatif dan merupakan milik bersama, hasil ilmu, kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan, karena yang menyelidikinya adalah manusia dan Ilmu bersifat objektif.
6. Pengetahuan ilmiah mempunyai empat bentuk, yaitu deskripsi, preskripsi, eksposisi pola, dan rekonstruksi historis
DAFTAR PUSTAKA
Gie, The Liang. 2000. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Lanur, Alex. 1993. Hakikat Pengatahuan dan Cara Kerja Ilmu-Ilmu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Noeng, Muhadjir. 2011. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Rake Sarosin. Salam, Burhanuddin. 2005. Pengantar filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun.S. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.
Syafi’I, Inu Kencana. 2004. Pengantar Filsafat. Bandung: Rafika Aditama. Tafsir, Ahmad. 2008. Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya.