• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK INDONESIA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

DISUSUN OLEH :

1. RANI SYATRIA

130301121

2. LENA FITRIA

130301148

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

2015

(2)

PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK

Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dibiayai melalui 2 sumber, yaitu:

1. Pajak

2. Pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik.

Jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar tanpa mempedulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik tersebut atau tidak. Hal ini karena pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang tidak memiliki jasa timbal balik (kontraprestasi) individual yang secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak. Jika pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut, sedangkan yang tidak menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar. Permasalahan yang kemudian muncul adalah apakah suatu pelayanan publik lebih baik dibiayai melalui pajak atau dengan pembebanan langsung kepada konsumen.

A. PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL

Pemerintahan dapat dibenarkan menarik tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif pelayanan misalnya :

1. Penyediaan air bersih 2. Transportasi public

3. Jasa pos dan telekomunikasi 4. Energy dan listrik

5. Perumahan rakyat

6. Fasilitas rekreasi (pariwisata) 7. Pendidikan

(3)

10. Jasa pemadaman kebakaran 11. Pelayanan kesehatan

12. Pengolahan sampah/limbah

Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena beberapa alasan, yaitu :

1. Adanya barang privat vs barang publik

Terdapat 3 jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu:

a. Barang privat

Yaitu barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya, sedangkan yang tidak mengkonsumsi tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut.

Contoh : makanan, listrik dan telepon. b. Barang publik

Yaitu barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaatnya dinikmati oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama.

Contoh : pertahanan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi. c. Campuran antara barang privat dan publik

Terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran antara barang privat dan barang publik. Karena, meskipun dikonsumsi secara individual seringkali masyarakat secara umum juga membutuhkan barang dan jasa tersebut.

(4)

contoh pendidikan, meskipun pemerintah bertanggungjawab untuk menyediakan pendidikan, namun bukan berarti barang tersebut sebagai pure public good yang harus dibiayai semuanya dengan pajak dan dilaksanakan sendiri oleh pemerintah. Dapat saja sektor swasta terlibat dalam penyediaan pelayanan pendidikan tersebut.

Pada tataran praktek, terdapat kesulitan membedakan barang publik dan barang barang privat. Beberapa sebab kesulitan membedakan barang publik dengan barang privat tersebut antara lain:

1) Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk ditentukan. 2) Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik, tapi dalam

penggunaannya tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen pembebanan langsung. Contohnya adalah biaya pelayanan medis, tarif obat-obatan, dan air. Pembebanan terhadap pemanfaatan barang tersebut memaksa orang untuk berhati-hati dalam mengkonsumsi sumber-sumber yang mahal atau langka.

3) Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya. Jika digunakan pajak, maka akan terdapat kesulitan dalam menentukan besar pajak yang pantas dan cukup. Sedangkan jika digunakan pembebanan tarif pelayanan, orang harus membayar untuk memperoleh jasa yang diinginkannya, dan mungkin bersedia untuk membayar lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak. Terdapat argumen yang menyatakan bahwa pembebanan pada dasarnya demokratis karena orang dapat memilih barang apa yang ingin mereka bayar dan apa yang tidak mereka inginkan, sehingga pola pengeluaran publik dapat diarahkan menurut pilihan mereka.

Dalam hal penyediaan pelayanan publik, yang perlu diperhatikan adalah:

(5)

2) Siapa yang lebih berkompeten (lebih efisien) untuk menyediakan kebutuhan publik tersebut (pemerintah atau swasta)

3) Dapatkah penyediaan pelayanan publik tertentu diserahkan kepada sektor swasta dan sektor ketiga

4) Pelayanan publik apa saja yang tidak harus dilakukan oleh pemerintah namun dapat ditangani oleh swasta.

Pola hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Pelayanan publik yang dibebani tarif pelayanan langsung:

Penyediaan air bersih Transportasi publik

Jasa pos & telekomunikasi Energi & listrik

Perumahan Rekreasi/wisata Pendidikan Irigasi

(6)

Kesehatan

Pengelolaan limbah/sampah Jalan tol

2. Efisiensi ekonomi

Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa yang mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki perang penting dalam mengalokasikan sumber daya melalui:

a. Pendistribusian permintaan, pihak yang mendapatkan manfaat paling banyak harus membayar lebih banyak pula.

b. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.

c. Pemberian insentif pada suplier berkaitan dengan skala produksi. d. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan

meningkatkan persediaan jasa (supply of servise).

Untuk public goods, pemerintah lebih baik menetapkan harga di bawah harga normalnya (full price) atau bahkan tanpa dipungut biaya. Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan satu cara menciptakan keadilan dalam distribusi pelayanan publik.

3. Prinsip keuntungan

Pembebanan tarif pelayanan publik pada dasarnya juga menguntungkan bagi pemerintah karena dapat digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah. Hanya saja pemerintah tidak boleh melakukan maksimalisasi keuntunga, bahkan lebih baik menetapkan harga di bawah full cost, memberikan subsidi, atau memberikannya secara gratis.

Fee adalah biaya atas perijinan atau lisensi yang diberikan pemerintah. Biaya perijinan/lisensi relatif kecil, umumnya berupa biaya administrasi dan pengawasan, yang didasarkan pada:

(7)

b) Ada tidaknya keuntungan yg diperoleh pemegang ijin/lisensi atas ijin/lisensi yang dimiliki.

B. ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN

Dasar pembebanan Tarif Pelayanan

Pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin tidak dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya dibebankan kepada semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak menikmati jasa tersebut.

2. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka sehingga konsumsi publik harus didisiplinkan (hemat), misalnya pembebanan terhadap penggunaan air dan obat-obatan medis.

3. Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan pilihan daripada kebutuhan, misalnya penggunaan fasilitas rekreasi.

4. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntukan dan untuk memenuhi kebutuhan domestic secara individual maupun industrial, misalnya air, listrik, jasa pos dan telepon.

5. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan publik atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara tegas.

Terlepas dari kasus yang merupakan barang publik murni, terdapat argumen yang menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu:

1. Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan 2. Yang miskin tidak mampu untuk membayar

(8)

Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan

Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan pengukuran yang handal (seperti: tarif jalan tol, meteran untuk air). Hal tersebut dapat meningkatkan biaya penyediaan pelayanan. Akan tetapi keterukuran membuat penafsiran tarif pelayanan lebih mudah dibandingkan dengan perhitungan pajak (seperti: menghitung besarnya biaya untuk air dan listrik lebih mudah dibandingakan dengan menghitung pajak penghasilan).

Yang miskin tidak mampu untuk membayar

Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang miskin tidak mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya mereka dapatkan, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum dan bahkan makanan sehat.

Namun, yang menjadi masalah adalah dapatkah kita membuat daftar kebutuhan dasar secara objektif. Yang penting bagi seseorang belum tentu penting bagi orang lain, sehingga skala prioritas dan pilihan individu berbeda-beda. Pilihan yang berbeda-beda tesebut membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda pula, sehingga pembebanan tarif pelayanan dipandang sesuai dengan pilihan kebutuhan seseorang.

Penyediaan pelayanan gratis atau subsidi mungkin sia-sia dan kurang efektif. Apakah subsidi menjamin dinikmati bagi yang miskin? Mungkin saja subsidi menguntungkan yang kaya jika dikorupsi oleh birokrasi. Atau justru yang miskin mensubsidi yang kaya. Bila kita peduli pada golongan miskin, pendekatan terbaik adalah melalui distribusi pendapatan (lumpsum transfer), tetapi hal ini sulit dilakukan di Negara berkembang.

Adanya Eksternalitas, Merit Good, Dan Persyaratan Legal

(9)

peraturan perundang-undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk menyediakan pelayanan tertentu seperti pendidikan dasar 9 tahaun, sehingga kebutuhsan barang tersebut biasanya dianggap bebas dari beban masyarakat dan tidak perlu ditarik tarif pelayanan.

C. PRINSIP DAN PRAKTIK PEMBEBANAN

Prinsip dan praktek pembebanan sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terkait dengan barang privat, semakin sesuai barang tersebut dikenai tarif. Namun batasan identifikasi barang privat dan publik kadang sulit dan harus dilakukan dengan dasar tiap pelayanan.

Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis secara nominal seringkali sulit dijumpai. Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah, sehingga terkadang kualitas pelayanan menjadi sangat rendah. Misalnya pemberian pelayanan kesehatan gratis biasanya kualitasnya kurang memuaskan. Kesalahan penetapan tarif pelayanan publik merupakan penyebab utama defisit anggaran di negara berkembang (Devas, 1989), pelayanan gratis mengakibatkan insentif yang rendah sehingga kualitas menjadi sangat rendah dan tidak memuaskan.

D. KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIKNYA

Charging for services merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memperoleh penerimaan dari beberapa sumber, antara lain :

1. Pajak

2. Pembebanan langsung pada masyarakat (Charging for services) 3. Laba BUMN/BUMD

4. Penjualan aset milik pemerintah 5. Hutang

(10)

Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit diperbandingkan, terutama antara jasa yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik negara. Pada kasus perusahaan negara, hanya net defisit atau

surplus yang muncul dalam rekening pemerintah.

E. PENETAPAN HARGA PELAYANAN: Berapa Harga yang Harus Dibebankan

Pemerintah harus memutuskan berapa harga pelayanan yang dibebankan pada masyarakat. Aturan yang biasa dipakai adalah bahwa beban (Charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut (Full cost recovery). Akan tetapi untuk menghitung biaya total tersebut terdapat beberapa kesulitan, karena:

1. Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya sehingga dapat mengindentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis pelayanan. Namun tidak boleh terjadi pencampuradukan biaya untuk pelayanan yang berbeda atau harus ada prinsip different costs for different purposes. Biaya overhead harus dibebankan secara proporsional terhadap berbagai pelayanan. Selain itu juga harus diidentifikasi adanya biaya-biaya tersembunyi (hidden cost) dalam penyediaan pelayanan publik. Hidden cost juga terkait dengan biaya birokrasi (cost of bureaucracy).

2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi.

(11)

Namun yang jelas, pada prinsipnya pembebanan harus merefleksikan biaya total (full cost) untuk menyediakan pelayanan tersebut.

3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar. Jika orang miskintidak mampu membayar suatu pelayanan yang sebenarnya vital, maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat diskriminasi harga atau diskriminasi produk untuk menghindari subsidi.

4. Biaya apa saja yang harus diperhitungkan: apakah hanya biaya operasi langsung (current operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital cost). Aturan umumnya adalah bahwa kita harus memasukkan bukan saja biaya operasi dan pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian barang modal yang sudah usang (kadaluwarsa), dan biaya penambahan kapasitas. Prinsip tersebut disebut marginal cost pricing.

Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal cost pricing, yaitu tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani konsumen tambahan (cost of serving the marginal consumer). Harga tersebut adalah harga yang juga berlaku dalam pasar persaingan untuk pelayanan tersebut. Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing, setidaknya harus memperhitungkan:

1. Operasi biaya variabel (variable operating cost);

2. Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk memberikan pelayanan;

3. Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalan penyediaan pelayanan;

(12)

Akan tetapi, marginal cost pricing tidak memperhitungkan pure historic capital cost atau pure overhead cost, yang tidak terkait sama sekali dengan penggunaan jasa.

F. PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING

Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara lain:

1. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu, dalam praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai pengganti walau hal ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efisiensi. Juga terdapat masalah pengukuran dan pengumpulan data biaya yang membuat marginal cost sulit diimplementasikan.

2. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek (short run MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run marginal cost). Dalam kasus penyediaan air, akan timbul suatu titik ketika marginal consumer memerlukan pabrik baru. Tidak mungkin mengharapkan konsumen menanggung full cost sendirian.

3. Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historic capital cost tidak mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost. Ketika sumber daya yang terbatas, kegagalan untuk menutup biaya menimbulkan adanya penghematan yang dikorbankan (opportunity loss) dalam pemakaian alternative sumber daya tersebut. Kerugian tersebut harus diukur dengan efisiensi yang dikorbankan (efficiency loss) yang berasal dari penaikan harga di atas marginal cost.

4. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan:

a) Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.

(13)

5. Ekternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk minum dan mandi dapat secara signifikan merubah “efisiensi harga” yang ditentukan oleh marginal cost.

6. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak untuk jasa seperti air, dimana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi harga, (seperti tarif progesif) yang mungkin digunakan.

G. KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA

1. Two-part tariffs: banyak kepentingan publik (seperti listrik) dipungut dengan two-part tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.

2. Peak-load tariffs: pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi. Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak yang harus menggambarkan higher marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).

3. Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda, pelayanan yang diberikan kepada kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut tergantung dari kemampuan mencegah orang kaya menggunakan pelayanan yang dimaksudkan untuk orang miskin.

4. Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan publik untuk membayar.

(14)

H. TAKSIRAN BIAYA

Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1. Opportunity cost untuk staf, perlengkapan, dll, 2. Opportunity cost of capital,

3. Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to society (opportunity cost),

4. Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu, 5. Cadangan inflasi.

Referensi

Dokumen terkait

Fraktur suprakondiler humerus banyak ditemukan pada anak laki-laki usia 7 tahun dengan mekanisme trauma tidak langsung yang disebabkan jatuh dari ketinggian <

1 Sproket 20 Engkol Data Buah Kelapa Setelah Dilakukan Penambahan Engkol dengan jarak antara mata pisau 215 mm. Sehingga dalam pengujian dengan menggunakan

Perlindungan anak ini bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat

Padahal sesungguhnya kedudukan PPAT dalam pembuatan SKMHT tidak berwenang dan yang berwenang adalah notaris sesuai dengan pasal 1 PJN, yang isinya menentukan

Perbedaan lama kerja ini disebabkan oleh perbedaan ketinggian blokade sensoris yang cenderung lebih tinggi pada bupivakain hiperbarik sehingga mengakibatkan regresi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan kinerja penyuluh peternakan dalam kategori sangat baik, pengetahuan penyuluh dalam kategori sangat

puas terhadap produk atau jasa itu. Dapat dikatakan bahwa kepuasan konsumen merupakan kunci yang.. penting untuk dapat mempertahankan konsumen, tanpa

2) Dosen tetap Non PNS yang dipekerjakan PTN, tidak ada hak pensiun, sementara gaji, biaya pengobatan dan cutinya diatur oleh kesepakatan kontrak kerja, tidak berhak peroleh