• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Ur TS Landasan Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Ur TS Landasan Pendidikan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia itu bergantung pada kualitas pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa.

Melalui penataan pendidikan yang baik, upaya peningkatan mutu pendidikan harus terus dilakukan. Sehingga harapan meningkatkan kualitas pendidikan dan suasana pendidikan yang adaptif terhadap zaman dapat tercapai sebagai tujuan dari proses pembaruan dan pengembangan tersebut. Adapun kurikulum, tenaga kependidikan, dan sistem pendidikan ialah salah satu komponen sentral yang memegang peranan penting dalam kegiatan pendidikan.

(2)

B. Rumusan Masalah

1. Apa simpulan teori-pokok pendidikan menurut Ralph W. Tyler, Benjamin S. Bloom, John Dewey, Paulo Freire, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Undang-undang tentang Guru dan Dosen?

2. Seperti apa refleksi lembaga pendidikan dalam menerapkan teori pokok pendidikan dan perundangan tersebut?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui teori-pokok pendidikan menurut Ralph W. Tyler, Benjamin S. Bloom, John Dewey, Paulo Freire, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Undang-undang tentang Guru dan Dosen.

2. Mengetahui refleksi lembaga pendidikan dalam menerapkan teori pokok pendidikan dan perundangan.

D. Metode Penulisan

Penyusunan makalah ini yakni berhubungan dengan materi dari buku-buku (handbooks) Routledge Key Guides, buku undang-undang tentang sistem pendidikan nasional, dan tentang guru dan dosen, serta berdasarkan hasil diskusi kelas bersama dosen pengampu.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan makalah ini, penyusun membagi menjadi empat bagian, sebagai berikut:

1. Pendahuluan : Mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

(3)
(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Pendidikan Menurut Ralph W. Tyler

1. Basic Principles of Curriculum and Instructions

Menurut Ralph W. Tyler ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses pengembangan kurikulum dan pengajaran, yaitu:

I. Tujuan apa yang ingin dicapai?

II. Pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan?

III. Bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektif?

IV. Bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan?

Jika kita mengikuti pandangan Tyler di atas maka pengajaran tidak terbatas hanya pada proses pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja, melainkan dapat pula diterapkan dalam pengajaran untuk satu bidang studi atau pengajaran di suatu sekolah. Demikian pula kurikulum, dapat dikembangkan untuk kurikulum suatu sekolah, kurikulum bidang studi atau pun kurikulum untuk suatu bahan pelajaran tertentu.

Kemudian dari 4 pertanyaan mendasar tersebut, maka disusunlah langkah-langkah pengembangan kurikulum sebagai berikut :

I. Menentukan Tujuan.

Jadi pengembangan kurikulum itu harus jelas tujuannya dan tujuan itu harus bisa tercapai

II. Menentukan Pengalaman Belajar.

(5)
(6)

IV. Evaluasi.

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, apakah sudah mencapai tujuan atau belum. Dan juga untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan kurikulum tersebut.

Pengembangan kurikulum haruslah mempunyai landasan berpijak yang kokoh. Ini dimaksudkan agar kurikulum yang dibuat dapat menuntun murid mencapai tujuan jangka pendek yang dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan jangka panjang. Pengembangan kurikulumjuga harus berangkat dari kejelasan apa yang dimaksud dengan kurikulum itu sendiri, dan kejelasan apa fungsi dari kurikulum tersebut.

2.

Refleksi Lembaga Pendidikan

(7)

B. Teori Pendidikan Menurut Benjamin S. Bloom

1. Taxonomy of Educational Objectives

Taksonomi adalah suatu sistem klasifikasi khusus, yang berdasarkan data penelitan ilmiah mengenai hal-hal yang digolongkan dalam sistematika. Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam suatu TIK dapat dibedakan dua aspek,yaitu aspek jenis perilaku yang dituntut dari siswa dan aspek terhadap hal apa perilaku itu harus dilaksanakan. Rumusan TIK sebagai berikut : Suatu tujuan pengajaran yang konkret dan spesifik yang dia anggap cukup berharga, wajar, dan pantas yang dapat di realisasi dan bertahan lama yang menunjang tercapainya Tujuan Instruksional Umum. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi dalam beberapa ranah diantaranya:

I. Ranah Kognitif : Mencangkup kemampuan berpikir, penalaran pengetahuan, penentuan, konseptualisasi, dan pemahaman.

a) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge : mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan saja.

b) Pemahaman (comprehension) : mencakup kemampuan menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari dengan kata-kata sendiri.

c) Penerapan (application) : mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu prinsip dan konsep dalam situasi yang baru.

d) Analisis (analysis) : mencangkup kemampuan menyelidiki atau menguraikan informasi, berasumsi, membedakan fakta dan pendapat dan menemukan hubungan sebab akibat.

e) Sintesis (syntesis): mencangkup kemampuan untuk menghasilan suatu komposisi, hipotesis, atau teori sendiri dan menyintesiskan pengetahuan.

f) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) : mencangkup kemampuan untuk berpendapat mengenai informasi dengan pertanggungjawaban atas hasil analisis.

II. Ranah Afektif : Mencangkup kemampuan yang berkaitan dengan persaaan, emosi, sikap, penerimaan atau penolakan terhadap rangsangan.

a) Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan) :

mencangkup kepekaan dan rangsangan atas kesediaan untuk menerima dan memperhatikan.

(8)

c) Valuing (menilai/menghargai) :mencangkup kemampuan untuk

III. Ranah Psikomotor : Mencangkup kemampuan yang berupa ketrampilan fisik (motorik).

a) Persepsi (perception) : mencangkup tentang pengetahuan yang hanya berdasarkan dari beberapa hal saja melalui pancaindranya.

b) Kesiapan (set) : mencangkup tentang kesiapan fisik dan mental untuk memulai dan mengikuti rangsangan yang dilalui (meniru).

c) Gerakan Terbimbing (guided response) : mencangkup kemampuan dalam melakukan sesuatu dengan sesuai (memanipulasi).

d) Gerakan yang Terbiasa (mechanical response) : mencangkup kemampuan dalam melakukan sesuatu karena dasar kebiasaan

(pengalamiahan).

e) Gerakan Kompleks (complex response) : mencangkup kemampuan dalam melakukan sesuatu dengan dasar sudah mejadikannya sebuah keterampilan (artikulasi)

f) Penyesuaian Pola Gerakan (adjustment) : mencangkup kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dan perubahan terhadap pola yang ada.

g) Kreativitas (creativity) : mencangkup kemampuan untuk melahirkan atau menciptakan aneka pola baru (inisiatif).

2. Refleksi Lembaga Pendidikan

Klasifikasi di atas menunjukan bahwa Taksonomi tersebut dibuat untuk merincikan suatu hal dengan tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan jelas melalui pencapaian yang akan dicapainya.

(9)

C. Teori Pendidikan Menurut John Dewey

1. My Pedagogic Creed

Mengenai prinsip-prinsip pendidikan menurut John Dewey ialah meliputi pendidikan, sekolah, subjek materi pendidikan, sifat metode, serta sekolah dan kemajuan sosial.

I. Pendidikan

Menurut Dewey, pendidikan berlangsung dengan partisipasi individu dalam persaingan kesadaran sosial. Karena pendidikan ialah sebuah proses kehidupan, bukan sebuah persiapan untuk kehidupan di masa depan. Dan pendidikan adalah sebuah proses sosial dimana anak dituntut untuk aktif melalui stimulasi itulah anak tesebut dapat aktif dalam lingkungan sosialnya. Didalam proses sosial terdapat dua sisi, yaitu Psikolog dan sosiologi. Yang mana keduanya harus setara dan seimbang.

II. Sekolah

Menurut Dewey, sekolah adalah lembaga sosial. Dengan menjadikan pendidikan sebagai proses sosial yang merupakan bentuk kehidupan masyarakat. Dimana ide ide berkembang guna anak tidak hanya mendapatkan pelajaran saja namun juga dapat mengembangkan diri dengan mengikuti organisasi dan ekstrakurikuler yang disediakan dari pihak sekolah.

III. Subjek Materi

Menurut Dewey, kehidupan sosial anak adalah dasar dari konsentrasi, atau korelasi, dalam semua pelatihan atau pertumbuhan. Kehidupan sosial memberikan kesatuan sadar dan latar belakang dari semua upaya dan semua pencapaiannya. Karena itu, bahwa pusat sejati korelasi mata pelajaran adalah kegiatan sosial anak sendiri.

(10)

Kurikulum bukanlah pengganti pengalaman anak. Kurikulum adalah sebuah peta yang mengarahkan anak mencari jati dirinya. Dan nilai serta makna kurikulum hanya terletak dalam metodenya dan wawasan yang diberikannya.

IV. Sifat Metode

Hukum untuk menyajikan materi adalah hukum implisit dalam sifat anak itu sendiri. Berikut ini sangat penting untuk menentukan di mana semangat pendidikan dilakukan:

a) Sisi aktif mendahului pasif dalam perkembangan sifat anak. Anak tidak semestinya dibangun sikap menerima dan menyerap saja, tetapi harus aktif.

b) Gambar adalah alat instruksi yang besar. Menjelaskan bahwa melihat lebih efektif daripada mendengar saja.

Menurut Dewey, sekolah merupakan tempat pendidikan, sedangkan pendidikan adalah metode dasar kemajuan sosial dan reformasi.Oleh karena itu, guru yang terlibat tidak hanya dalam pelatihan individu, tetapi dalam pembentukan kehidupan sosial yang tepat. setiap guru harus menyadari martabat panggilannya, bahwa ia adalah seorang pelayan sosial dikhususkan untuk pemeliharaan tatanan sosial yang tepat dan mengamankan pertumbuhan sosial yang tepat.

Dalam teori John Dewey, terdapat dua sisi yang harus diperhatikan dalam proses pendidikan, yakni

a) Psikologis

(11)
(12)

b) Sosiologis

Merupakan pemberian materi dengan melihat bagaimana keadaan sekeliling anak tersebut, sebab keadaan sekeliling dapat mempengaruhi psikologis anak.

2. Refleksi Lembaga Pendidikan

Menurut saya, gagasan pendidikan John Dewey, sejatinya menekankan kepada pendidikan yang berbasis pada pengalaman

(experientialeducation), dimana anak mempertanyakan segala sesuatu yang dialaminya, memikirkannya dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi. Dalam konteks Indonesia, penerapan gagasan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan monumen atau candi yang ada untuk pelajaran sejarah. Kunjungan ke kebun binatang atau cagar alam untuk memahami alam lingkungan ini beserta isinya. Pembelajaran kinestetik, penggunaan laboratorium, dan sebagainya.

(13)

D. Teori Pendidikan Menurut Paulo Freire

1. Banking Concept of Education dan Pendidikan Kritis

Pendidikan menurut Paulo Freire merupakan pendidikan yang dijalankan bersama-sama antara pendidik dan peserta didik sehingga peserta didik tidak menjadi cawan kosong yang diisi oleh pendidik dimana hal tersebut merupakan penindasan terhadap potensi dan fitrah peserta didik atau bisa dikatakan dengan pendidikan gaya bank (Bank Concept Education).

Freire berpendapat, bahwa pengetahuan adalah sejarah. Tidak ada pengetahuan yang tidak historis dan sosial diproduksi dalam hubungan politik, budaya, dan ekonomi.

Freire menekankan, peran guru sebagai pekerja budaya kritis. guru harus berjuang dengan nilai-nilai budaya dominan yang hadir baik di masyarakat dan di dalam diri mereka untuk memahami fungsi budaya dan politik mereka. Perjuangan ganda ini dapat menyebabkan guru untuk bekerja dengan cara refleksif dan transformatif. Dan sekali lagi, pekerjaan transformatif seperti ini perlu pergi ke luar kelas.

(14)

2. Refleksi Lembaga Pendidikan

Menurut saya, sebagian Lembaga Pendidikan di Indonesia sejauh ini sudah menerapkan teori pokok pendidikan ini, dan masih terus

mengembangkan tentang pola-pola pendidikan yang berpikir kritis serta

(15)

E. Teori Pokok Pendidikan MenurutUndang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional

1. Sistem Pendidikan Nasional

Melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, negara telah memberikan kerangka yang jelas kepada Pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31 ayat (3), dan Pasal 32 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang menimbang bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tidak lagi memadai serta perlu diganti dan disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Serta Pemerintah mampu mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam bangsa. Pendidikan Nasional juga harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dengan melakukan pembaharuan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk menghadapi tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Dengan persutujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia, memutuskan dan menetapkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terdiri atas 22 bab dan 77 pasal:

1. Bab I tentang ketentuan umum – pasal 1

(16)

2. Bab II tentang dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan – pasal 2 dan pasal 3

Dalam bab ini menjelaskan tentang dasar hukum, fungsi, serta tujuan pendidikan.

3. Bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan – pasal 4

Dalam bab ini menjelaskan tentang prinsip, sistem, pengembangan, serta pemberdayaan dari penyelenggaraan pendidikan.

4. Bab IV tentang hak dan kewajiban warga negara, orang tua, masyarakat, dan pemerintah – pasal 5 sampai pasal 11

Dalam bab ini menjelaskan tentang pembagian hak-hak serta kewajiban-kewajiban yang diperoleh setiap Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat, serta Pemerintah terhadap pendidikan.

5. Bab V tentang peserta didik – pasal 12

Dalam bab ini menjelaskan tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang diperoleh Peserta Didik, dengan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan satuan pendidikan.

6. Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan – pasal 13 sampai pasal 32

Dalam bab ini menjelaskan tentang jalur pendidikan yang terdiri atas pendidikan formal, nonformal, informal, jenjang pendidikan, dan cangkupan jenis pendidikan, serta tentang penyelenggaraan pendidikan itu sendiri.

7. Bab VII tentang bahasa pengantar – pasal 33

Dalam bab ini menjelaskan tentang bahasa pengantar yang digunakan dalam proses pendidikan, dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Adapun bahasa daerah dan asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar bila diperlukan.

8. Bab VIII tentang wajib belajar – pasal 34

Dalam bab ini menjelaskan tentang program wajib belajar dan tanggung jawab pemerintah dalam menjamin terselenggaranya wajib belajar.

9. Bab IX tentang standar nasional pendidikan – pasal 35

(17)

10. Bab X tentang kurikulum – pasal 36 sampai pasal 38

Dalam bab ini menjelaskan tentang pengembangan, serta muatan kurikulum. Dan tentang kerangka dasar serta struktur kurikulum.

11. Bab XI tentang pendidik dan tenaga kependidikan – pasal 39 sampai pasal 44

Dalam bab ini menjelaskan tentang pembagian tugas serta kewenangan tenaga kependidikan, hak-hak, kewajiban, kualifikasi pendidik.

12. Bab XII tentang sarana dan prasaran pendidikan – pasal 45

Dalam bab ini menjelaskan tentang penyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan dengan ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasana pendidikan.

13. Bab XIII tentang pendanaan pendidikan – pasal 46 smapai pasal 49

Dalam bab ini menjelaskan tentang tanggung jawab pemerintah, sumber-sumber, pengelolaan, pengalokasian mengenai pendanaan pendidikan.

14. Bab XIV tentang pegelolaan pendidikan – pasal 50 sampai pasal 53

Dalam bab ini menjelaskan tentang tata kelola sistem pendidikan dan satuan pendidikan serta badan-badan hukum sebagai penyelenggara dan/atau satuan pendidikan.

15. Bab XV tentang peran serta masyarakat dalam pendidikan – pasal 54 sampai pasal 56

Dalam bab ini menjelaskan tentang peranan masyarakat yang juga dapat atau berhak menyelenggarakan, mengembangkan, serta meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.

16. Bab XVI tentang evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi – pasal 57 sampai pasal 61

Dalam bab ini menjelaskan tentang evaluasi dan pengevaluasian, akreditasi, serta sertifikasi terhadap penyelenggara, peserta didik, lembaga, dan program pendidikan. Serta evaluasi terhadap hasil belajar dan pembelajaran.

17. Bab XVII tentang pendirian satuan pendidikan – pasal 62 sampai pasal 63

(18)

kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, sistem evaluasi dan sertifikasi, juga manajemen dan proses pendidikan.

18. Bab XVIII tentang penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara lain –pasal 64 sampai pasal 65

Dalam bab ini menjelaskan tentang persetujuan Pemerintah Republik Indonesia mengenai satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh perwakilan negara asing atau Lembaga pendidikan asing.

19. Bab XIX tentang pengawasan – pasal 66

Dalam bab ini menjelaskan tentang kewenangan Pemerintah, Daerah, dewan pendidikan, dan komite sekolah/ madrasah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan.

20. Bab XX tentang ketentuan pidana – pasal 67 sampai pasal 71

Dalam bab ini menjelaskan tentang ketentuan hukum pidana penjara dan pidana denda terhadap penyelenggara jika melakukan pelanggaran terhadap Pasal 21, Pasal 23, Pasal 25, dan Pasal 62.

21. Bab XXI tentang ketentuan peralihan – pasal 72 sampai pasal 74

Dalam bab ini menjelaskan tentang ketentuan peralihan peraturan perundangan-undangan seperti yang dimaksudkan dalam pasal 53.

22. Bab XXII tentang ketentuan penutup – pasal 75 sampai pasal 77

Dalam bab ini menjelaskan tentang keberlakuan undang-undang yang dimulai sejak tanggal diundangkan, serta tentang ketentuan peraturan perundang-undangan yang harus diselesaikan paling lambat dua tahun sejak berlakunya undang-undang guna melaksanakan undang-undang.

(19)

kultural, dan kemajemukan bangsa yang sistemik dengan sistem terbuka dam multimakna. Pendidikan diselenggarakan dengan membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan menghitung.

Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Dan masyarakat berhak berperan serta dalam pendidikan dan didukung oleh masyarakat, pemerintah, dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraannya serta bisa berperan dalam peningkatan mutu pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/ madrasah.

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan wajib belajar Orang tua berhak memilih satuan pendidikan dan wajib memberi pendidikan dasar kepada anaknya. Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan dan berkewajiban memberikan dukungan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pemerintah berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan dan berkewajiban memberikan layanan dan menjamin terselenggaranya pendidikan tanpa diskriminatif. Peserta didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan dan berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan serta menanggung biaya pendidikan kecuali yang dibebaskan dari kewajiban tersebut.

(20)

Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dengan tugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Yang merupakan tenaga profesional dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalampenyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik.

Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

(21)

dan keberlanjutan yang dikerahkan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab Menteri. Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Dan pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan. Serta pengelolaan satuan pendidikan nonformal dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dan Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Sedangkan Sertifikat yang berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi adalah sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian dan sertifikat kompetensi sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi.

(22)

2. Refleksi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

Mutu Pendidikan di Indonesia tentu diartikan mutu pendidikan yang: trampil, serta mampu sesuai dengan tingkat pendidikannya, jujur dan yang terpenting lagi adalah moralnya terpuji. Meski dalam UU Sisdiknas dijelaskan tentang Kualifikasi, Manusia dinilai bukan karena sertifikat, ijasah, harta tapi kemampuannya berbuat, jujur dan moralnya terpuji. Dan menerjemahkan dari fungsi pendidikan sebagaimana tercantum dalam UU Sisdiknas 2003, maka langkah awal yang dilakukan pemerintah adalah menetapkan standar nasional pencapaian pendidikan. Dengan standar tersebut akan diketahui hal-hal apa yang harus dicapai oleh lembaga/layanan pendidikan.

(23)

F. Teori Pendidikan MenurutUndang-undang Tentang Guru dan Dosen

1. Guru dan Dosen

Melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, negara telah memberikan kerangka yang jelas terhadap pembangunan nasional dalam bidang pedidikan atas upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan dengan amanat Pasal 20, Pasal 22d, Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yang menimbang bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah, dan berkesinambungan, bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.

Dengan persutujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia, memutuskan dan menetapkan Undang-Undang tentang Guru dan Dosen yang terdiri atas 8 bab dan 84 pasal:

1. Bab I tentang ketentuan umum – pasal 1

(24)

2. Bab II tentang kedudukan, fungsi, dan tujuan – pasal 2 sampai pasal 6

Dalam bab ini menjelaskan tentang kedudukan dan pengakuan kedudukan Guru dan Dosen sebagai tenaga profesional. Juga tentang fungsi serta tujuan kedudukan Guru dan Dosen sebagai tenaga profesional.

3. Bab II tentang prinsip profesionalitas – pasal 7

Dalam bab ini menjelaskan tentang dasar-dasar prinsip profesionalitas kedudukan Guru dan Dosen, serta pemberdayaan terhadap profesi Guru dan Dosen yang diselenggarakan melalui pengembangan diri secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

4. Bab IV tentang guru – pasal 8 sampai pasal 44

Dalam bab ini menjelaskan :Bagian Kesatu tentang Kualifikasi Akademik, Kompetensi Guru, dan Sertifikat Pendidik. Serta kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam hal penyediaan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi Guru. Bagian Kedua tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Juga tentang pengangkatan oleh satuan pendidikan, penerimaan gaji, penghasilan, serta tunjangan-tunjangan profesi yang diterima oleh Guru. Bagian Ketiga tentang Ketentuan Wajib Kerja kepada Guru dan/atau Warga Negara Indonesia lainnya yang memenuhi Kualifikasi Akademik dan Kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai Guru dan tentang pengembangan sistem pendidikan Guru Ikatan Dinas, Kurikulum Pendidikan Guru, Penetapan Pola Ikatan Dinas bagi calon Guru. Bagian Keempat tentang Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Guru. Bagian Kelima tentang Pembinaan dan Pengembangan Guru yang meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier. Bagian Keenam

tentang Penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan kepada Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus atau juga bagi Guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus.

(25)

Perlindungan Hukum, Perlindungan Profesi, Serta Perlindungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja terhadap Guru mengenai pelaksanaan tugas. Bagian Kedelapan tentang perolehan Cuti bagi Guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bagian Kesembilan tentang Guru yang dapat membentuk Organisasi Profesi, bersama dengan kewenangan-kewenangan yang dimiliki oleh Organisasi Profesi.

5. Bab V tentang dosen – pasal 45 sampai pasal 76

Dalam bab ini menjelaskan : Bagian Kesatu tentang Kualifikasi Akademik, Kompetensi Dosen, Sertifikat Pendidik, dan Jabatan Akademik. Juga tentang kewenangan dan kewajiban mengenai profesor serta kesempatan bagi setiap orang untuk menjadi seorang dosen. Bagian Kedua tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Juga tentang pengangkatan oleh satuan pendidikan tinggi, penerimaan gaji, penghasilan, serta tunjangan-tunjangan profesi yang diterima oleh Dosen. Bagian Ketiga tentang Ketentuan Wajib Kerja kepada Dosen dan/atau Warga Negara Indonesia lainnya yang memenuhi Kualifikasi Akademik dan Kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai Dosen dan tentang ketentuan Pemerintah yang dapat menentukan Pola Ikatan Dinas bagi calon Dosen. Bagian Keempat tentang Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Dosen. Bagian Kelima tentang Pembinaan dan Pengembangan Dosen yang meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier. Serta tentang Beban Kerja seorang Dosen. Bagian Keenam

(26)

6. Bab VI tentang sanksi – pasal 77 sampai pasal 79

Dalam bab ini menjelaskan tentang Pengenaan Sanksi terhadap Guru yang diangkat oleh Pemerintah, pemerintah daerah atau penyelenggara yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pengenaan Sanksi terhadap Guru berstatus ikatan dinas yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dan Pengenaan Sanksi oleh Organisasi Profesi terhadap Guru yang melanggar kode etik. Juga tentang Pengenaan Sanksi terhadap Dosen yang diangkat oleh Pemerintah, pemerintah daerah atau penyelenggara yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pengenaan Sanksi terhadap Dosen berstatus ikatan dinas yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dan Pengenaan Sanksi terhadap Penyelenggara Pendidikan atau Satuan Pendidikan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 34, Pasal 39, Pasal 63 ayat (4), Pasal 71, dan Pasal 75.

7. Bab VII tentang ketentuan peralihan – pasal 80 sampai pasal 81

Dalam bab ini menjelaskan tentang Keberlakuan semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan guru dan dosen sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan baru berdasarkan Undang-Undang.

8. Bab VII tentang ketentuan penutup – pasal 82 sampai pasal 84

Dalam bab ini menjelaskan tentang keberlakuan undang-undang yang dimulai sejak tanggal diundangkan, serta tentang ketentuan peraturan perundang-undangan yang harus diselesaikan paling lambat 18 (delapan belas) bulan sejak berlakunya undang-undang guna melaksanakan undang-undang.

(27)

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. kedudukan guru sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan hak untuk kebutuhan hidupnya yang mendapatkan jaminan atau tunjangan dari pemerintah sesuai perundang-undangan. Pemerintah mengembangkan sistem pendidikan guru ikatan dinas berasrama di lembaga pendidikan tenaga kependidikan untuk menjamin efisiensi dan mutu pendidikan dengan Kurikulum pendidikan guru pada lembaga pendidikan tenaga kependidikan untuk untuk memenuhi kepentingan pembangunan pendidikan nasional atau kepentingan pembangunan daerah. Dan bagi Guru yang berprestasi berhak memperoleh penghargaan.

Guru berhak memperoleh cuti sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan tetap memperoleh hak gaji penuh. Dan Guru dapat membentuk organisasi profesi yang bersifat independen yang berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat dan guru wajib menjadi anggotanya serta pemerintah dapat memfasilitasinya.

Kode etik berfungsi untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan yang dibentuk oleh organisasi profesi guru. Dan Dewan kehormatan dibentuk dan wajib dijalankan oleh organisasi profesi guru yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru.

(28)

secara objektif dan transparan. Pengangkatan guru dan hak-haknya yang diselenggarakan oleh pemerintah oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Sekurang-kurangnya 24 jam dalam seminggu. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi, profesi, dan/atau satuan pendidikan tinggi wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas. Guru memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan hak untuk kebutuhan hidupnya yang mendapatkan jaminan atau tunjangan dari pemerintah sesuai perundang-undangan.

Pembinaan dan pengembangan guru wajib diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dan wajib memberikan anggaran.Pembinaan dan pengembangan profesi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional melalui jabatan fungsional dan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru pada satuan pendidikan diselenggarakan oleh oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat ditetapkan dengan peraturan Menteri.

Dosen adalah pendidik dan ilmuwan yang pekerjaan atau kegiatannya dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi yang tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. kedudukan dosen sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(29)

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pemerintah dapat memberlakukan wajib kerja kepada dosen yang memenuhi ketentuan untuk melaksanakan tugas sebagai guru di daerah khusus. Dan Pemerintah dapat menetapkan pola ikatan dinas bagi calon dosen untuk memenuhi kepentingan pembangunan nasional atau daerah. Dan bagi Dosen yang berprestasi berhak memperoleh penghargaan.

Dosen memperoleh cuti untuk studi dan penelitian atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan memperoleh hak gaji penuh sesuai peraturan perundang-undangan.

Pengangkatan dan penempatan dosen pada satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah dapat ditempatkan pada jabatan struktural sesuai dengan peraturan perundang-undangandan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan tinggi yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama serta dilaksanakan secara objektif dan transparan. pengangkatan dan dan hak-haknya yang diselenggarakan oleh pemerintah oleh Pemerintah. Beban kerja dosen mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran, membimbing dan melatih, melakukan penelitian, melakukan tugas tambahan, serta melakukan pengabdian kepada masyarakat dan sekurang-kurangnya sepadan dengan 12 (dua belas) satuan kredit semester (SKS) dan sebanyak-banyaknya 16 (enam belas) satuan kredit semester. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi, profesi, dan/atau satuan pendidikan tinggi wajib memberikan perlindungan terhadap dosen dalam pelaksanaan tugas.

(30)

oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat ditetapkan dengan peraturan Menteri.

Guru dan Dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang pelaksanaannya berdasarkan 9 prinsip profesional serta pemberdayaannya melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi. Dan akan dikenakan sanksi apabila tidak menjalankan kewajiban sesuai peraturan perundang-undangan.

2. Refleksi Undang-undang Guru dan Dosen

(31)

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Dalam konteks pendidikan pengertian lembaga mengacu pada ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses pengembangan kurikulum dan pengajaran, menurut pandangan Ralph W. Tyler: (1) Tujuan apa yang ingin dicapai?; (2) Pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan?; (3) Bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektif? ; (4) Bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan?. Jika kita mengikuti pandangan Tyler di atas maka pengajaran tidak terbatas hanya pada proses pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja, melainkan dapat pula diterapkan dalam pengajaran untuk satu bidang studi atau pengajaran di suatu sekolah.

Dan mengenai penerapan prinsip-prinsip pendidikan menurut John Dewey

yang meliputi tentang penjelasan apa itu pendidikan, sekolah, subjek materi pendidikan, sifat metode, serta sekolah dan kemajuan sosial. Yang sejatinya menekankan kepada pendidikan yang berbasis pada pengalaman

(experientialeducation), dimana anak mempertanyakan segala sesuatu yang dialaminya, memikirkannya dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi.

Serta tidak lagi menerapkan Banking Concept seperti yang sudah dijelaskan dalam prinsip-prinsip pendidikan menurut Paulo Freire. Bahwa Pendidikan menurut

(32)
(33)

DAFTAR PUSTAKA

Palmer, Joy A. [Edited]. Fifty Major Thinkers on Education: From Conficius to Dewey. Routledge Taylor and Francis Group. London and New York. ---. Fifty Major Thinkers on Education: From Piaget to The

Present. Routledge Taylor and Francis Group. London and New York. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: 2003

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Guru dan Dosen.

Referensi

Dokumen terkait

Dipahami sebagai serangkain pengalaman belajar peserta didik yang diperoleh melalui proses pembelajaran. Dapat dkatakan bahwa kurikulum pendidikan bukanlah sesuatu

Komponen umum pada sediaan mandi cair yaitu : detergen /sabun, foam booster, pelarut, pengawet, antioksidan dan zat aktif khusus (bila perlu). Karakteristik sabun

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui status kesehatan ikan nila yang dipelihara dalam karamba di sungai Masta, berdasarkan parameter hematokrit, jumlah

Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana, bila dilihat dari pasal-pasal yang mengatur

Pada tugas akhir ini penulis mendapatkan hasil dari dua pengujian yaitu uji komunikasi antara robot dengan visualisasi dan uji ketepatan koordinat robot sepak bola beroda

Presentase rata-rata terhadap hasil validasi ahli dari setiap aspek telah mencapai kategori “sangat baik”. Aspek kelayakan isi/materi memperoleh skor rata- rata 87%

Lampiran 20 RANGKUMAN SKOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SKOR PRETES, POSTES DAN N-GAIN KELAS PEMBELAJARAN NHT.. Koleksi Perpustakaan

4.4.4 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Mekanis Untuk Tiga Variasi Kecepatan Angin Data dari Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 yang sudah diperoleh pada