• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Lengkap pada Gigi Tiruan Lep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemeriksaan Lengkap pada Gigi Tiruan Lep"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pemeriksaan Lengkap pada Gigi Tiruan Lepasan

Pemeriksaan diperlukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam menegakan diagnosis, merencanakan perawatan dan menentukan prognosis. Tahapan pemeriksaan :

I. Anamnesis

- Sebab kehilangan gigi / kerusakan gigi : lubang besar / gigi goyang / benturan

Penjelasan :

 Jika sebab kehilangan gigi karena karies, kemungkinan karena pasien kurang memperhatikan kebersihan mulut, maka pengetahuan kesehatan giginya harus diingatkan

 Jika disebabkan gigi goyang, maka penyakit sistemik dan penyakit periodontal harus diperhatikan

 Jika karena benturan, pencabutan terakhir perlu diketahui untuk memperkirakan kecepatan resorbsi tulang alveolar dan pergeseran gigi atau penyakit sistemik.

- Pencabutan terakhir :

o Pada gigi atas : depan kanan / kiri, belakang kanan / kiri o Pada gigi bawah : depan kanan / kiri, belakang kanan / kiri

Penjelasan :

 Waktu / kapan pencabutan terakhir perlu diketahui untuk memperkirakan kecepatam resorbsi tulang alveolar dan pergerseran gigi ataupun penyakit sistemik

- Pemakaian gigi tiruan : pernah / tidak pernah o Bila Pernah :

pada rahang atas /pada rahang bawah / pada rahang atas dan rahang bawah

masih dipakai / tidak dipakai

o Pengalaman :

………

(2)

 Pasien yang pernah memakai gigi tiruan adaptasinya akan lebih mudah dibandingkan pasien yang belum pernah. Namun pasien ini biasanya senang membandingkan protesa lamanya dengan protesa yang baru. Untuk itu, perlu dilihat dan diperhatikan protesa lamanya. Apabila tidak mengganggu prinsip dasar perawatan, protesa yang baru jangan terlalu berbeda dengan protesa lama, baik desain, macam, dan jenisnya.

 Pengalaman pasien dengan gigi tiruan lamanya juga perlu dipertanyakan, kapan mulai dipakai, apa yang disukai dan yang tidak disukai dari gigi tiruan lamanya, supaya diketahui apa yang dikehendaki oleh pasien.

- Tujuan membuat gigi tiruan : fungsi estetik / fungsi pengunyahan / fungsi bicara

Penjelasan :

 Agar mengetahui apa tujuan utama (motivasi) pembuatan gigi tiruannya, untuk estetika (misalnya seorang pemain sinetron, guru, dll), fungsi pengunyahan (orang tua, penderita penyakit lambung, fungsi bicara (penyiar, imam, dll) atau hanya memenuhi permintaan orang lain.

2. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL a) Muka : lonjong/persegi/segitiga/kombinasi b) Profil : lurus/cembung/cekung

 Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan bentuk dan susunan elemen gigi, dan juga digunakan sebagai pedoman untuk penetapan hubungan rahang.

c) Pupil : sama tinggi/tidak sama tinggi d) Tragus : sama tinggi/tidak sama tinggi

e) Hidung : simetris/asimetris; pernafasan melalui hidung: lancar/tidak

 Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan garis interpupil dan garis camper (garis yang ditarik dari tragus ke basis hidung) pada kehilangan banyak gigi. Garis interpupil ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang insisal galengan gigit anterior, sedangkan garis camper ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang oklusal galengan gigit posterior.

(3)

diminta untuk bernafas melalui hidung dengan mulut dalam keadaan tertutup. Bila kaca mulut terlihat berembun, berarti pernafasan melalui hidung lancar. Bila pernafasan tidak lancar, akan menimbulkan kesulitan pada waktu dilakukan pencetakan karena pasien sulit bernafas yang mengakibatkan rasa ingin muntah.

f) Rima oris : sempit/normal/besar; panjang/normal/pendek

 Rima oris yang sempit akan menghalangi penempatan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, maka pemilihan ukuran bahan cetak harus lebih diperhatikan.

g) Bibir atas dan bibir bawah : hipotonus/normal/hipertonus; tebal/tipis; simetris /asimetris

 Tonus dan tebal tipisnya bibir berhubungan dengan inklinasi labio-lingual gigi anterior. Sedangkan panjang pendeknya bibir menetukan letak bidang insisial dan garis tertawa.

h) Sendi rahang :

Kanan dan kiri : bunyi/tidak; sejak....

Buka mulut : ada deviasi ke kanan atau kek kiri /tidak ada deviasi Trismus : ada trismus (tuliskan mm nya)/tidak

 Cara pemeriksaan dengan meletakkan jari pada eye-ear-line (garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata), kira-kira 11-12 mm dari tragus. Kemudian pasien diminta untuk membuka dan menutup mulutnya berkali-kali secara perlahan dan dengarkan apakah ada bunyi ’klik’ pada waktu membuka dan menutup mulut.

 Perhatikan juga apakah ada penyimpangan gerak (deviasi), dan apakah pasien mengalami kesulitan pada waktu membuka mulutnya (trismus).

i) Kelainan lain yang ada di rongga mulut

Contoh : pembengkakan/celah bibir/celah langit-langit/ tic doloreux / angular cheilitis / pasca bedah maksilektomi/ mandibulektomi/ THT/...

3. PEMERIKSAAN INTRA ORAL PEMERIKSAAN UMUM

1. Saliva

(4)

a. Kuantitas : sedikit/normal/banyak b. Kualitas : encer/normal/kental 2. Lidah

a. Ukuran: kecil/ normal/besar

 Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu pencetakan dan pemasangan gigi tiruan. Pasien akan merasa ruang lidahnya sempit, sehingga terjadi gangguan bicara dan kestabilan protesa

b. Posisi wright: Kelas I/II/III

 Posisi kelas I : Posisi ujung lidah terletak di atas gigi anterior bawah  Posisi kelas II : Posisi lidah lebih tertarik ke belakang

 Posisi kelas III :Lidah menggulung ke belakang sehingga terlihat frenulum lingualis

Posisi lidah yang menguntungkan adalah kelas I c. Mobilitas: normal/aktif

 Lidah yang mobilitasnya tinggi (aktif) akan mengganggu retensi dan stabilisasi gigi tiruan

3. Refleks Muntah : tinggi/ rendah

 Refleks muntah pasien mempengaruhi proses pencetakan. Bila reflex muntah tinggi, perlu diupayakan dengan misalnya penyemprotan anestetikum ke bagian palatum pasien. Cara lain adalah dengan mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain, mengajak pasien mengobrol, dst.

4. Gigitan : ada/tidak ada

Bila ada : stabil/ tidak stabil

Tumpang gigit (overbite) anterior : … mm, posterior: … mm Jarak gigit (overjet) anterior : … mm, posterior: … mm Gigitan terbuka : ada/ tidak ada; regio …

Gigitas silang : ada/ tidak ada; regio …

Hubungan rahang : ortognati/ retrognati/ prognati

(5)

aus dan kontak antara rahang atas dan bawah kurang meyakinkan, maka dikatakan gigitan ada namun tidak stabil.

 Nilai overjet dan overbite normal berkisar 2-4mm. bila lebih, harus diwaspadai adanya perubahan dalam relasi maksilo-mandibula. Dengan demikian, oklusi yang lama tidak bisa dipakai pedoman penentuan gigit.  Bila ada gigitan terbuka atau gigitan silang, harus dituliskan pada region

berapa. Hal ini penting diperhatikan, terutama pada pembuatan gigi tiruan cekat yang mempunyai antagonis dengan region tersebut.

 Hubungan rahang ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk pada dasar vestibulum anterior RA dan ibu jari pada dasar vestibulum RB.

Ortognati  bila ujung kedua jari terletak segaris vertical Retrognati  bila ujung ibu jari lebih ke arah pasien Prognati  bila ujung jari telunjuk lebih ke arah pasien 5. Artikulasi

Diperiksa pada sisi kanan dan kiri, dapat berupa: a. Cuspid protected

b. Grup function

c. Balanced occlusion (artikulasi seimbang)

 Pemeriksaan ada tidaknya kontak premature dan blocking. Jika terdapat kontak premature setelah peletakan kertas artikulasi di permukaan oklusal gigi pasien, perlu dilakukam occlusal adjustment.

 Selanjutnya diperiksa gerak rahang ke lateral kiri dan kanan, ada atau tidak hambatan. Hambatan pada gigi caninus jangan terburu-buru diasah, karena bisa jadi hal tersebut merupakan cuspid protected occlusion yang perlu dipertahankan.

6. Daya kunyah : normal/ besar

 Bila terlihat banyak gigi yang mengalami atrisi dengan faset yang tidak tajam dan permukaan yang mengkilat, kemungkinan tekanan kunyah pasien besar. Pada keadaan ini, bila ridge sudah rendah hindari pemakaian elemen gigi porselen terutama untuk gigi posterior. Bidang oklusal gigi geligi juga jangan dibuat terlalu besar

7. Kebiasan buruk

a. Bruxism / clenching

(6)

c. Mendorong lidah

d. Mengunyah satu sisi kanan atau kiri e. Hipermobilitas rahang dll

 Melalui anamnesis, pasien ditanyai mengenai kebiasaan buruk yang dimiliki. Bruxism atau clenching juga dapat dilihat dari adanya faset tajam pada gigi. Kebiasaan ini akan membuat gigi tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak stabil, dan dapat menjadi etiologi kelainan sendi rahang.

 Kebiasaan mengigigit bibir atau benda keras berkaitan dengan pembuatan GTC pada gigi anterior, yaitu dalam penentuan bahan yang akan dipakai.  Kebiasaan mendorong lidah dan mengunyah satu sisi biasanya menyebabkan

stabiltas gigi tiruan berkurang, selain itu mengunyah satu sisi juga dapat menimbulkan kelainan sendi rahang.

 Pada hipermobilitas rahang, kesulitan yang akan timbul adalah kesulitan penentuan relasi sentrik

PEMERIKSAAN GIGI GELIGI DAN TULANG ALVEOLAR 1. Bentuk umum gigi/ besar gigi : Besar/normal/kecil

2. Fraktur gigi :

pada gigi apa (tulis elemennya)

arah fraktur : (horizontal/diagonal/vertical)

arah garis fraktur (<1/3, 1/3, ½, 2/3, serviko insisal/serviko oklusal/ mesio distal)

diagnosis gigi fraktur tersebut

3. Perbandingan mahkota akar : ... pada gigi : ...

4. Lain-lain : gigi kerucut/ mesiodens/ diastema/ impaksi/ miring/ berjejal/ labio version/ linguo version/ hipoplasia, dst

5. Ketinggian tulang alveolar (sesuai dengan foto panoramic)

PEMERIKSAAN LAIN 1. Vestibulum

Posterior Kanan Posterior Kiri Anterior

(7)

 Vestibulum : ruang yang terdapat di antara mukosa labial/bukal prosesus alveolaris dan bibir/pipi. Kedalaman diperiksa dengan kaca mulut nomer 3. - Bila gigi masih ada : pengukuran dilakukan dari servikal gigi sampai dasar

vestibulum

- Bila gigi telah hilang : pengukuran dilakukan pada regio tak bergigi dari puncak prosesus alveolaris hingga dasar vestibulum

 Vestibulum dikatakan dalam apabila kaca mulut terbenam. Vestibulum yang dalam menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan karena sayap gigi tiruan dapat dibuat lebih panjang sehingga menambah retensi.

2. Prosesus alveolaris/ residual ridge regio Yang harus diperhatikan:

a. Bentuk : segi empat/oval/segitiga

 Bentuk prosesus alveolar berpengaruh terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan lepas serta pemilihan desain pontik pada gigi tiruan cekat

b. Ketinggian : tinggi/sedang/rendah

 Ketinggian prosesus alveolar menunjukkan resorpsi tulang yan terjadi. Prosesus menjadi rendah bila resorbsi besar. Cara memeriksanya dengan membandingkan dengan gigi di sebelahnya. Bila pasien sudah tidak bergigi samasekali tinggi prosesus alveolar diperiksa dengan menggunakan kaca mulut nomer 3.

c. Tahanan jaringan: flabby/tinggi/rendah

Tahanan jaringan berpengaruh terhadap cara pencetakan. Tahanan jaringan diperiksa dengan menggunakan burnisher pada mukosa atau prosesus alveolar

- Burnisher tidak terlalu terbenam dan mukosa terlihat pucat  mukosa keras; tahanan jaringannya rendah

- Burnisher bisa ditekan lebih dalam mukosa lunak; tahanan jaringan tinggi - Mukosa bergerak pada arah bukolingual saat ditekan menggunakan burnisher

 flabby

d. Bentuk permukaan : rata/tidak rata 3. Frenulum

(8)

puncak prosesus alveolar dengan dasar vestibulum. Frenulum yang tinggi dapat mengurangi retensi gigi tiruan lepas karena mengganggu sayap gigi tiruan.

Frenulum : (tinggi/sedang/rendah) - Labialis superior

- Labialis inferior

- Bukalis rahang atas kanan - Bukalis rahang atas kiri - Bukalis rahang bawah kanan - Bukalis rahang bawah kiri - Lingualis

4. Palatum

a. Bentuk palatum : persegi/oval/segitiga

Bentuk dan kedalaman palatum berkaitand engan retensi dan stabilisasi gigi tiruan lepas

b. Kedalaman palatum c. Torus palatines

Torus yang besar akan mengganggu stabilisasi gigi tiruan. Pada torus yang besar, agar tidak terjadi fulcrum, dilakukan relief pada saat pencetakan fisiologis

d. Palatum mole

Merupakan jaringan lunak yang terletak di bagian posterior palatum durum. Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut aponeuresis, sebagai tempat posterior palatal seal (postdam). House membagi palatum mole menjadi 3: a. Kelas I: gerakan palatum durum yang kecil, dapat dibuat postdam bentuk

kupu-kupu

b. Kelas II: gerakan palatum durum membentuk sudut >30derajat, postdam dibuat bentuk kupu-kupu dengan ukuran yang lebih kecil

c. Kelas III: gerakan palatum durum membentuk sudut >60 derajat, postdam dibentuk dengan cekungan berbentuk V atau U (berbentuk parit)

5. Tuber maksila Kanan : besar/kecil Kiri : besar/kecil

(9)

besar bila tuber melebar atau menonjol ke arah oklusal atau lateral. Tuber yang besar dapat mengganggu retensi gigi tiruan.

6. Undercut

 Undercut bisanya mengganggu perluasan basis protesa. Hal ini dapat mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan serta dapat menghalangi pemasukan dan pengeluaran gigi tiruan. Perlu dilakukan alveolotomi ataupun alveolektomi sebelum pencetakan pembuatan model kerja bila undercut tersebut diperkirakan akan mengganggu.

7. Ruang retromilohioid

 Merupakan ruangan yang berada di antara prosesus alveolar rahang bawah dan lidah. Cara pemeriksaannya dengan menggunakan kaca mulut nomor 3. Ruang retromilohioid yang dalam memungkinkan sayap lingual GTP dibuat lebih panjang untuk menambah retensi dan stabilitasnya.

8. Bentuk lengkung rahang

Meliputi bentuk rahang atas dan rahang bawah. Bentuk-bentuk rahang antara lain: a. Persegi

b. Oval c. Segitiga

Bentuk rahang segitiga adalah yang paling menyulitkan terutama saat penyusunan elemen GTP yang tidak mengganggu artikulasi dan stabilisasi.

9. Ruang gigi tiruan

 Ruang gigi tiruan adalah jarak vertical antara prosesus alveolar rahang atas dan rahang bawah. Ruang gigi tiruan yang besar menguntungkan dalam hal pemasangan gigi dan penentuan tinggi bidang oklusal.

10. Perlekatan dasar mulut

 Diperlukan untuk menentukan panjang sayap lingual gigi tiruan rahang bawah yang akan mempengaruhi stabilitas gigi tiruan.

11. Lain-lain a. Eksostosis

(10)

DIAGNOSIS : identifikasi, evaluasi, dan kesimpulan tentang kondisi yang ditemukan dalam pemeriksaan, beserta perawatan pilihan yang akan dilakukan pada pasien.

Contoh :

Bentuk kasus kehilangan gigi ... memerlukan rehabilitasi dengan MTP/MTPasak/GTJ/GTSL/GTP/GTP tunggal, dll

Evaluasi lain pada gigi penyangga

Panjang, ukuran, dan bentuk akar Akar yang panjang dan besar lebih baik untuk abutment karena daerah dukungan periodontal yang lebih besar. Bentuk akar yang tapered/ conical kurang baik karena kehilangan tinggi tulang yang kecil dapat menghilangkan daerah perlekatan. Gigi dengan akar ganda yang akarnya divergen atau melengkung lebih baik sebagai abutment.

Rasio mahkota akar  Mahkota akar yang lebih dari 1:1 memiliki prognosis yang buruk sebagai abutment, namun masih bisa menyangga protesa.

Lamina dura  Tidak adanya sebagian atau seluruh lamina dura ditemukan pada kelainan sistemik seperti hiperparatiroidisme dan penyakit Paget. Perubahan lamina dura yang umum disebabkan karena fungsi. Resorpsi atau hilangnya lamina dura terjadi jika adanya tekanan, begitu pula sebaliknya.

Ruang periodontal ligamen  Pelebaran ruang ligamen biasanya mengindikasikan kegoyangan, trauma oklusi, dan fungsi yang berat. Hubungkan dengan temuan klinis untuk memastikan. Jika gigi goyang, tanda radiografik ini menunjukan adanya perubahan yang destruktif. Jika gigi tidak goyang, tanda ini mungkin menunjukkan respon terhadap gaya oklusal.

Pre-Prostho Treatment (Pemeriksaan sebelum melakukan perawatan prosthodontic) Pemeriksaan oral harus dilakukan secara teliti, beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum perawatan prothodontic adalah:

1. Pemeriksaan gigi yang tersisa, seperti lesi karies dan kerusakan restorasi harus dikorelasikan dengan penemuan di radiograf 2. Pemeriksaan lengkap jaringan periodontal

3. Tes vitalitas bagi gigi yang mengalami keterlibatan kerusakan mencapai pulpa

4. Seluruh gigi harus di cek sensitifitasnya terhadap perkusi

(11)

6. Rahang gigi harus diperiksan untuk mengetahui adanya tri, eksostosis, daerah tulang yang menonjol /prominen, undercut pada jaringan lunak dan jaringan keras, dan pembesaran tuberositas

7. Pemeriksaan radiograf

8. Pemasangan cast untuk mengetahui adanya gigi yang ekstrud atau malposisi, adanya pengurangan space, occlusal plane yang kurang tepat dan permasalahan lain yang berpotensi

9. Diagnostic cast harus dianalisis dengan dental surveyor dan digunakan untuk menentukan desain GTSL

Evalusi Data Diagnosis

Semua data diagnosis harus dikumpulkan sebelum dilakukan evaluasi. Dokter gigi harus menghubungkan data data secara intraoral dengan data radigraf, pemasangan cast dan diagnostic cast.

Evaluasi Karies dan Restorasi Sebelumnya

 Dokter gigi harus mengeksaminasi gigi geligi yang mengalami karies. Restorasi yang terdahulu juga harus dievaluasi. Kontur dari gigi yang berpotensi dijadikan sebagai abutment dan occlusal plane juga harus diperiksa

 Dalam beberapa kasus, restorasi sederhana pada 2 sisi mungkin sudah cukup untuk memulihkan gigi yang karies.

 Disisi lain , restorasi juga dibutuhkan untuk memperbaiki occlusal plane yang kurang tepat atau menyediakan gigi dengan kontur yang tepat untuk clasping.

 Akan sangat bodoh jika kita memulia pengobatan restoratif sebelum penyelesaian pemasangan diagnosis dengan desai unutk RPD. Karena fungsi dari desain dan diagnosis cast adalah untuk menentukan keadaan occlusal plane dan kontur gigi. Seperti yang sebelumnya dijelaskan, kontur gigi yang tidak adekuat memerlukan desain yang lebih adekuat seperti MTP (crown).

 Jika restorasi yang kita temukan ternyata amalgam, maka kita harus mengevaluasi apakah amalgam tersebut cukup kuat dalam menahan tekanan yang diberikan untuk rest seat

 Oklusi juga harus diperiksa utuk menentukan seberapa dalam rest seat dapat diletakan  Pemeriksaan secara radiograf juga dibutuhkan untuk mengetahui ketebalan amalgam

(12)

adekuat untuk dijadikan tempat rest seat maka amalgam tersebut harus digantyikan dengan restorasi lain seperti MTP ( crown)

 Perubahan warna pada gigi akibat restorasi pada permukaan fasial gigi abutment juga harus diperhatikan

 Keausan pada restorasi juga harus dievaluasi agar tercipta retensi yang baik pada GTSL Evaluasi Jaringan Pulpa

Jika diperlukan, pemeriksaan pada pulpa harus dilakukan untuk mengetahui vitalitas

dari pulpa. Karena jika tidak dilakukan pemeriksaan, gigi abutmentnya ternyata non vital dan setelah pemasangan GTSL terjadi kegagalan , maka itu akan menjadi hal yang tidak menyenangkan dan merugikan bagi pasien, begitu pula dokter gigi juga akan menjadi malu karena setelah dilakukan pemasangan GTSL gigi abutmentnya malah harus dilakukan perawatan endo atau bahkan harus di ekstraksi di kemudian hari. Gigi yang pernah dilakukan perawatan endo sebelumnya juga harus dievaluasi sebelum

dijadikan gigi abutment. Karena gigi yang pernah dilakukan perawatan endo makin lama akan makin rapuh sementara gigi abutment itu harus kuat untuk menahan beban yang cukup besar.

Namun gigi yang telah dilakukakn perawatan endo juga bukan merupakan kontraindikasi untuk dijadikan sebagai gigi abutment asalhakn seal nya baik dan obturasinya juga baik . Dowel crown restoration atau MTP yang diindikasikan untuk meminimalisir kemunngkinan terjadinya fraktur mahkota.

Evaluasi Sensitivitas Terhadap Perkusi

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan iritasi pada serat periodontal ligamen yang menyebabkan sensitiv saat di lakukan perkusi adalah ;

1. Pergerakan gigi yang disebebabkan karena oklusi yang tidak stabil 2. Gigi atau restorasi pada traumatic occlusion

3. Periapikal atau pulpal abses 4. Pulpitis akut

5. Gingivitis atau periodontitis 6. Crack tooth syndrome

(13)

Evaluasi Pergerakan Gigi

Gigi abutment yang mengalami pergerakan akan memberikan prognosis yang buruk jika pergerakan itu tidak dikurangi. Pergerakan gigi bisa disebabkan dari 1 atau beberapa faktor dibawah ini :

1. Trauma dari oklusi

2. Inflammatory changes di periodontal ligamen 3. Kehilangan tulang penyokong

 Jika penyebabnya karena trauma oklusi maka bersifat reversible, oleh karena itu untuk meminimalisir pergerakan trauma oklusinya harus diidentifikasi dengan pemasangan diagnostic cast dan diperbaiki dengan menggunakan occlusal equilibration atau dengan penempatan beberapa restorasi

 Jika penyebabnya karena inflamatory changes juga bersifat reversible jika jaringan inflamasinya dihilangkan

 Jika disebabkan karena kehilang support tulang maka tidak bisa balik lagi dalam waktu yang singkat. Gigi dengan rasio mahkota akar lebih besar dari 1:1 tidak adekuat jika dijadikan sebagai gigi abutment pada GTSL dalam kasus tersebut gigi yang berdekatan harus dievaluasi . Jika gigi sebeblahnya cukup baik untuk dijadikan abutment, maka gigi yang goyang tersebut (kerusakan jaringan periodontal) bisa diekstraksi atau dilakukan perawatan endo setelah itu dilakukan pemendekan mahkota klinis agar rasio mahkota akarnya seimbang

 Splinting gigi yang lemah atau goyang ke gigi yang kuat juga bisa dilakukan namun dalam melakukan teknik splinting harus dilakukan secara hati hati karena splinting yang ditopang ke gigi yang kuat malah bisa membuat gigi yang kuat tersebut menjadi goyang atau lemah pula , sementara gigi yang lemah akan tetap lemah

(14)

Evaluasi Jaringan Periodontal

 Penyakit periodontal adalah salah satu faktor utama dari kehilangan gigi, Penggunaan dari GTSL ditempatkan dalam faktor utama terhadap penyakit perio dan menyebabkan gigi hilang. Namun jika perawatan GTSL sukses, perkembangan penyakit dapat terkontrol.

 Kontrol jaringan prio harus dilihat dalam pemeriksaan radiograf dan eksminasi intraoral.Eksaminasi intraoral seperti mengecek kedalam poket dengan probe, keadaan inflamasi, infeksi, keterlibatan furkasi dan kehilangan perlekatan dari attached gingiva, selain itu dilihatb juga keadaan warna, texture, dan bentuk jaringan gingiva. Sedangakn pemeriksaan radiograf digunakan untuk penunjang pemeriksaan klinis dan bukan pengganti(tidak bisa menggantikan) pemeriksaan klinis

 Eksaminasi pemeriksaan yang mengindikasikan perawatan perio antara lain :

1. Kedalaman poket > 3mm 2. Keterlibatan furksi

3. Perubahan kontur dan warna gingiva ( gingivitis) 4. Eksudat pada margin gingiva ketika probing 5. Attached gingiva kurang dari 2 mm

6. Attached gingiva yang tidak adekuat pada gigi yang tersisa

 Dokter gigi juga harus sadar jika poket dieliminasi dan terjadi rekonturing tulang tidak akan menghasilkan abutmet yang baik jika rasio mahkota akar masih buruk

 Beberapa cara yang dapat digunakan untuk perawatan perio adalah :

1. Rootscalling dan rootplaning  jika OH baik prognosis juga akan baik

2. Gingivektomi  bisa dilakukan para perbandingan rasio mahkota akar yang besar jika preparasi mahkota diindikasikan

3. Periodontal flap  untuk rekonturing tulang 4. Gingival graft

Cara cara diatas hanya dapat berhasil jika OH pasien baik karena jika tidak prognosis akan buruk

Evaluasi Mukosa Mulut Perubahan Patologis

Adanya ulserasi, pembengkakan dan perubahan warna merupakan indikasi adanya lesi yang ganas. Harus dievaluasi melalui biopsy atau dirujuk.

(15)

- Papillary Hiperplasia

Terjadi pada palatum durum (keras) anterior, karena adanya respon inflamasi pada submukosa. Biasanya keadaan ini terjadi penggunaan protesa yang buruk (pasien tidak memperhatikan kebersihannya) dalam waktu jangka panjang. Tissue conditioning dan tissue rest dapat mengurangi edema dan inflamasi, namun hiperplastik ini harus dibedah. Oral Hygiene pasien harus dipertimbangkan.

- Denture Stomatitis

Dikarakteristikkan sebagai eritema menyeluruh pada jaringan lunak yang tertutupi oleh mukosa. Kondisi ini terjadi jika protesa terbuat dari resin akrilik atau metal dan sering terjadi pada rahang atas. Mukoasa akan terlihat bengkak dan halus,pasien kadang merasa seperti terbakar. Adanya Candida albicans pada keadaan ini sehingga pasien sering diberi obat-obatan antifungal. Perawatan lainnya yaitu tissue rest.

- Soft tissue displacement

Kondisi ini terjadi karena buruknya desain GTSL. Terlihat adanya area yang berbintik-bintik. Perlunya tissue rest sebelum melakukan pencetakan pada pasien.

Evaluasi Keabnormalitasan Jaringan Keras

Semua area yang ditutupi protesa harus dipalpasi untuk melihat ada atau tidaknya kelainan pada tulang yang mengganggu penempatan protesa yang berhubungan dengan kenyamanan pasien. Model studi juga harus dievaluasi.

Torus Palatinus

Torus palatinus merupakan tumor jinak yang secara perlahan tumbuh seperti benjolan pada prosesus maksilaris. Melibatkan plate horizontal tulang palatine. Menghilangkan torus ini tidak dibutuhkan kecuali ukurannya sangat besar dan mengganggu pemasangan protesa. Torus Mandibularis

Merupakan eksotosis pada permukaan lingual harus dihilangkan jika akan menggunakan protesa. Pasien harus diberi anastesi local sebelum akhirnya dilakukan bedah periodontal.

(16)

Eksotosis biasanya terjadi di rahang atas. Jaringan lunak ini biasanya tipis. Karena ketidaknyamanan, eksotosis harus dihilangkan

melalui bedah.

Tuberositas maksilaris, area distolingual pada rahang bawah, dan area yang baru saja diekstraksi merupakan area yang paling sering terdapat undercut yang nantinya akan mempengaruhi insersi protesa. Undercut yang parah harus dikoreksi dengan bedah.

Evaluasi Keabnormalitasan Jaringan Lunak Labial Frenum

Labial frenum maksila menjadi masalah ketika pemasangan protesa pada gigi anterior. Frenum melekat pada crest atau ridge. Biasanya dilakukan frenectomy pada pasien dengan bibir atas yang pendek.

Unsupported & Hypermobile Gingiva

Biasanya terjadi pada pasien dengan kondisi gigi yang telah hilang semua. Pada pasien dengan gigi yang hilang sebagian, gingiva pada ridge kehilangan dukungan tulang dan menjadi bergerak bebas. Jika akan menghilangkan jaringan lunak, harus dilihat apakah nantinya malah mengurangi residual ridge sehingga residual ridge menjadi pendek. Sehingga biasanya dilakukan vestibular extension atau ridge augmentation.

Evaluasi Kuantitas dan Kualitas Saliva

Jika mulut kering, pasien akan merasa tidak nyaman memakai protesa. Nantinya, jaringan lunak akan teriritasi dan terjadi ulserasi. Obat-obatan, radiasi, usia, penyakit dan tingkat kecemasan akan menurunkan laju saliva. Saliva yang mutinous dan kuantitasnya tinggi harus diperhatikan karena nantinya akan menjadi masalah saat pencetakan.

(17)

Lingual bar major connector minimumnya tingginya 5 mm. superior margin konektor harus berada pada 3 mm dari free gingiva margin pada rahang bawah untuk menghindari kerusakan jaringan gingiva. Inferior border pada konektor diposisikan pada atau sedikit lebih diatas dasar mulut untuk menghindari gangguan pada saat pergerakan (fungsi) dan untuk meminimalisir akumulasi makanan di bawah major connector. Minimumnya, space vertical 8 mm harus ada untuk lingual major connector. Lingual plate major connector harus digunakan jika space yang tersedia kurang dari 8 mm. Space dihitung dengan alat kalibrasi, yaitu probe dengan penanda millimeter.

Evaluasi Mounted Diagnostic Casts

Dapat menunjukan informasi penting yang sulit ditunjukan dari pemeriksaan intraoral karena bibir, pipi, dan tengkorak menghalangi akses visual gigi dalam mulut, seperti:

 Ruang antar lengkung yang tidak cukup

Sering ditemukan kurangnya jarak antar lengkung untuk penempatan gigi protesa, yang umumnya karena tuberositas maksila yang terlalu besar. Pengurangan tuberositas secara bedah perlu jika ingin hasil penggantian gigi hilang memuaskan. Jumlah dan lokasi jaringan yang dihilangkan dapat kita lihat dari diagnostic cast.

 Iregularitas atau malposisi bidang oklusal

Karena ekstrusi gigi antagonis. Penanganannya dapat dilakukan dengan:

o Enameloplasti: untuk ekstrusi gigi yang sedang. ± 2mm enamel dihilangkan. Pengurangan ini dapat mengoreksi ketidaksesuaian pada bidang oklusal.

o Penempatan crown: jikaekstrusi lebih dari 2 mm atau tidak bisa di enameloplasti

(18)

gigi dan merekontur tulang disekeliliingnya. Perawatan endo dan pengurangan panjang gigi akan membuat gigi tersebut dapat dijadikan overdenture abutment.

Pada saat gigi P dan M atas tidak memiliki antagonis mereka akan ekstrusi diikuti dengan penurunan prosesus alveolar ridge. Hal ini dapat menyebabkan gigi berkontak atau mendekati residual ridge di rahang bawah danmenyebabkan masalah ruang dan malposisi bidang oklusal. Perawatannya adalah dengan pencabutan gigi /alveolektomi.

 Gigi tipping dan malposisi

Gigi posterior cenderung drifting atau miring ke anterior ketika da ruang edentulous dimesialnya. Prosedur ortodontik untuk pergerakan gigi minor dapat digunakan untuk memperbaikinya.

Gigi sisa lainnya juga dapat inklinasi ke bukal atau lingual. Dapat diperbaiki dengan pergerakan ortodontik terkontrol. Pada kasus lain pencabutan 1 atau lebih gigi dapat menyederhankan desain protesa.

 Hubungan maksilomandibular

Malrelasi rahang yang parah dapat menghalangi restorasi fungsi dan estetika yang adekuat. Beberapa osteoktomi maksila dan mandibula dapat menangani masalah-masalah ini.

 Oklusi

Mounted diagnostic cast dapat menampilkan gangguan oklusal. Gangguan oklusal (contoh kontak deflektif) antara relasi sentris dan posisi maksimal intecuspal dapat menyebabkan bruxismeyang dapat melukai gigi dan TMJ dan menginisiasi spasm otot dan ketidaknyamanan pasien. Adanya oklusi traumatik secara klinis dapat dilihat dengan:

o Aus berlebih pada gigi

o Perubahan pada jaringan periodonsium yang dapat dilihat, yang dapat menyebabkan kegoyangan gigi, migrasi gigi, dan ketidaknyamanansaat kontak oklusal

(19)

Tanda radiografis dari oklusi traumatis:

o Pelebaran ruang ligamen periodontal dengan laminadura yang menebal atau menipis

o Radiolusensi periapikal

o Resorpsi tulang alveolar

o Resorpsi akar

Oklusal equilibration (oklusal adjusment=selective grinding)

Adalah pembentukan ulang gigi dengan tujuan menghasilkan kontak oklusal yang simultan, meminimalisasi gaya non-aksial, dan/atau mengharmonisasi hubungan cusp. Oklusal adjustment yang ekstensif tidak boleh dilakukan pada pasien dengan disfungsi TMJ akut gejala dan spasm otot yang harus dilakukan sebelum memulai oklusal adjustmen. Oklusal adjustmen dapat dilakukan pada individu dengan kebutuhan perawatan tersebut, contohnya pada oklusi traumatik dan dilakukan sebelum memulai prsedur restoratif. Untuk menentukan feasibilitas dan hasil dari proses ini, equilibration sebaiknya dilakukan dulu pada mount teeth.

Sumber :

1. Phoenix RD, Cagna DR. Stewart’s Clinical Remivable Partial Prosthodontics. 3rd

Edition. Chicago : Quintessence. 2003.

2. Carr AB, McGivney GP. McCracken’s Removable Padtial Prostodontics. 12th Ed. St. Louis : Elsevier Mosby. 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Luksasi mahkota ke arah palatal akan menyebabkan akar bergeser ke arah bukal, sehingga tidak terjadi gangguan pada benih gigi tetap di bawahnya. Perawatan terbaik

Juni Mariani Situmeang : Fraktur Mahkota Gigi Anterior dan Perawatannya Pada Murid-Murid SMU Negeri 1 Medan, 2005... Juni Mariani Situmeang : Fraktur Mahkota Gigi Anterior

Akar gigi yaitu bagian gigi yang tidak kelihatan di dalam mulut karena tertanam tulang rahang (bisa dilihat dengan rontgen gigi atau jika gigi dicabut), warnanya kuning dan

Pemakaian gigi tiruan valplast maupun akrilik dapat menimbulkan masalahan bagi kesehatan rongga mulut jika perawatannya tidak benar, dapat terjadi penyakit gigi dan

Abstrak. Seringkali pasien menginginkan benruk dan ukuan sigi depan yang sama sepeni gigi aslinya pada pembuaran suatu gigi tiruan. baik gigi tiruan yang dilakukan dengan

Metode modifikasi Demirjian 4 (Gambar 3) yang menggunakan gigi molar tiga membagi pertumbuhan mahkota dan akar gigi molar tiga menjadi delapan tahap kalsifikasi dari A-H, yaitu:

Kesimpulan: Pasien Prolanis di Puskesmas Kedungmundu mempunyai status kesehatan gigi dan mulut mahkota dan akar gigi yang karies, terdapat gingival bleeding atau

Penentuan keberhasilan replantasi perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu gigi avulsi harus sehat tanpa karies, mahkota atau akar tidak mengalami kepatahan, tidak ada kelainan