• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA ILMIAH SRI ASTUTI NINGSIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARYA ILMIAH SRI ASTUTI NINGSIH"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR DAUN TUMBUHAN DENGAN

FUNGSINYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE

TALKING STICK DI KELAS IV SDN KARANG JAWA MUKA 2

Sri Astuti Ningsih NIM. 819939228

Abstrak

Permasalahan yang terjadi pada siswa siswi di SDN Karang Jawa Muka 2 rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran IPA materi mengenai hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan Fungsinya di kelas IV.Hal tersebut dikarenakan kurang pahamnya siswa tentang materi mengenai hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan Fungsinya serta motivasi dan minat siswa yang rendah dalam memperhatikan pelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di sekolah ini maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan model pembelajaran tipe Talking Stick. Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas siswa, hasil belajar siswa aktivitas guru.

Penelitian ini dilaksanakan mengikuti prosedor Penelitian Tindakan Kelas melalui tahapan perencanaan.Tindakan, observasi, dan refleksi.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan lembar observasi guru di kelas IV SDN Karang Jawa Muka 2 Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan berjumlah 16 orang. Penelitian ni dilakukan dalam 2 siklus.

Hasil Penelitian menunjukkan aktifitas pembelajaran guru melalui tahapan model kooperatif tipe talking stick sudah mencapai APKG I 4,93 dan APKG II 4,94 hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick sudah mencapai di atas KKM yaitu 65 harus mencapai 85% sebagai inikator ketuntasan belajar. Hal ini terbukti dari hasil belajar siklus I mencapai nilai rata- rata 71.25 dengan ketuntasan klasikal 80% dan di siklus II meningkat dengan nilai rata-rata mencapai 85 dengan ketuntasan klasikal mencapai 100%. Sehingga pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick mampu meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari skor perkembangan siswa, pengamatan terhadap hasil belajar siswa dilihat dati skor perkembangan siswa, pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru menunjukan adanya peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka diharapkan kepada guru IPA di SD model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam memilih pendekatan dan model pembelajaran serta meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdas kankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam rangka itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas IV SDN Karang Jawa Muka 2, masih banyak di jumpai kemampuan siswa untuk menyerap materi pelajaran di bawah ini yang di harapkan, terutama mata pelajaran IPA. Meskipun selama proses pembelajaran hampir semua fasilitas telah di berikan, terutama motivasi yang bersifat merangsang keinginan siswa untuk lebih banyak dalam proses pembelajaran. Kelemahan yang terbanyak adalah kurangnya minat dan motivasi serta dorongan dari siswa untuk terlibat jauh dalam proses pembelajaran dan pemecahan masalahnya. Padahal semestinya dalam pembelajaran di mana siswa berperan aktif dalam pemecahan masalah yang di pelajari.

Untuk mencapai dari segala apa yang di harapkan. Penulis melakukan penelitian sederhana untuk mengkaji lebih tentang permasalahan tersebut dan berusaha mencari solusi pemecahannya dalam mencapai tujuan yang di harapkan 1. Identifikasi Masalah

(3)

atau lebih, dapat dikatakan siswa tersebut telah mencapai tujuan pembelajaran yang diujikan tersebut secara tuntas. Bila 85% siswa dapat mencapai 65% atau lebih tujuan, dikatakan telah tuntas kelas untuk siswa belum tuntas pada tujuan tertentu dari pembelajaran perlu diberikan tugas remedial, sedangkan siswa yang sudah melaju cepat diberikan tugas-tugas atau pengayaan. Kedua tugas ini perlu diberikan dengan tujuan siswa yang kurang pandai termotivasi untuk belajar dan mendapat latihan, sedangkan siswa yang melaju cepat tidak jenuh di kelas mendengar guru menjelaskan atau mengulang pelajaran pada topik yang sama yang telah tuntas.

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang tergabung dengan percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas.

Mengatasi masalah di atas, maka perlu diusahakan perbaikan pembelajaran siswa dengan lebih memfokuskan pada pembelajaran mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu ,melalui pembelajaran mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu melalui model tipe Talking Stick. Keterlibatan siswa ini banyak metode yang dapat digunakan seperti diskusi, demonstrasi, tanya jawab, percobaan dan lain-lainya. Demikian juga dengan bergulirnya pendidikan yang memberikan kesempatan lebih besar pada siswa untuk berperan aktif dan berbagai media pembelajaran pun bermunculan. Pembaharuan ini menggugah jiwa kreativitas guru dan para ahli pendidikan untuk berpacu dalam peningkatan kualitas pendidikan.Model-model pembelajaran sudah banyak dibuat oleh para ahli pendidikan dalam rangka untuk meningkatkan keterlibatan siswa sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan.

Salah satu implementasi strategi dalam belajar yaitu di gunakannya pendekatan dan model-model dalam pembelajaran di kelas, karena saat ini model pembelajaran, di pandang paling punya peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses hasil belajar mengajar, sehingga guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat tanpa siswa merasa bosan.

(4)

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

2. Analisis Masalah

a. Mengapa siswa kurang memahami materi mengenai Hubungan Antara Struktur Daun Pada Tumbuhan Dengan Fungsinya.

b. Apa saja yang menyebabkan motivasi dan minat belajar siswa rendah sehingga siswa menjadi bosan pada saat pembelajaran?.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Setelah melakukan identifikasi dan analisis masalah maka perlu dilakukan perbaikan dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan pemecahan masalah sebagai berikut :

a. Menggunakan Model Pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yaitu model pembelajaran tipe Talking Stick.

b. Serta menggunakan metode, strategi dan model yang dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan analisis masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah dengan menggunakan Model Pembelajaran Tipe Talking Stick pada materi Hubungan Antara Struktur Daun Tumbuhan Dengan Fungsinya, dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi tersebut?

2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking Stick pada materi Hubungan Antara Struktur Daun tumbuhan Dengan Funginya dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.

3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Tipe Talking Stick pada materi Hubungan Antara Struktur Daun Tumbuhan Dengan Fungsinya dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

(5)

2. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking Stick pada materi Hubungan Antara Struktur Daun tumbuhan dengan Fungsinya sehingga dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. 3. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran tipe

Talking Stick pada materi Menjelaskan Hubungan Antara Struktur Daun tumbuhan dengan Fungsinya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Guru

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai salah satu alternatif dalam memilih pendekatan dan model pembelajaran, serta meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

2. Siswa

Model pembelajaran tipeTalking Stick ini memberikan pengaruh positif kepada siswa. Dalam pembelajaran ini siswa.Dalam pembelajaran ini siswa dituntut aktif dalam kelompoknya dan hasil penelitian ini memberi motivasi belajar bagi siswa.

3. Kepala Sekolah

Penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran dalam merencanakan program pembinaan melalui supervisi akademik guna mempertinggi kualitas proses dan hasil belajar di sekolah.

4. Peneliti Lain

(6)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Pengertian Belajar Dan Mengajar

Belajar merupakan kegiatan semua orang.Pengetahuan terbentuk dan berkembang di sebabkan adanya belajar. Oleh karena itu seseorang di katakan belajar bila dapat di asumsikan dalam diri seseorang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Perubahan tanpa di sertai usaha bukanlah di namakan belajar.Belajar juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.

Depdiknas (2003) mendifinisikan “Belajar” sebagai proses membngun makna/pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses makna tersebut dapat di lakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman yang memandu perilaku pada masa yang akan datang.

Dari semua pengertian tentang belajar, sangat jelas bagi kita bahwa belajar tidak hanya berkenaan degan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan individu.Kedua pengertian terakhir tersebut memusatkan perhatiannya pada tiga hal.

Pertama, belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor).

(7)

Perubahan kemampuan tersebut terbentuk karena adanya interaksi individu dengan lingkungan.

Ketiga, perubahan itu relatif menetap. Perubahan perilaku akibat obat-obatan, minuman keras, dan yang lainnya tidak dapat di kategorikan sebagai perilaku hasil belajar. Seorang atlet yang dapat melakukan lompat melebihi rekor orang lain karena minum obat tidak dapat di kategorikan sebagai hasil belajar. Perubahan tersebut tidak bersifat cukup permanen ( Winataputra, 2008,1. 9).

Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya ( Syah, 2009:109).

Menurut Witting (1981), tahap belajar meliputi : 1) acquisition (perolehan materi); 2) Storage (proses penyimpanan) 3) retrieval (memproduksi / mengungkapkan kembali materi dari memori) (Syah, 2009: 111).

Djamaran dan Zain (2010: 39-40) Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:

1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.

2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Kegiatan belajar mengajar dengan satu penggarapan materi yang khusus. 4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.

5. Dalam kegiatan mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. 6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. 7. Ada batas waktu.

8. Evaluasi

(8)

dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulasi dan respon ( httpmatheduunila. blagspot. Com / 2010 / 10 / pengertian - belajar. html ).

Menurut Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulasi dan respon, namun stimulasi dan respon dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observasi) dan dapat diukur. Dengan kata lain walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun hal-hal tersebut faktor yang tak perlu diperhitungkan.

Thorndike menyatakan bahwa belajar adalah proses interaksi stimulasi respon. Stimolasi yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lainnya yang dapat di tangkap melalui panca indra. Sedangkan respon yaitu interaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan tindakan. Dari devinisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang di amati, atau

tidak kongkrit yaitu tidak dapat di amati

(http://mathedu-unila.blogspot.com/2010/10/pengertian-belajar.html). 2. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD.

Pendidikan IPA merupakan di siplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan Ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri,IPA sendiri berasal dari kata sain yang berarti alam, sain menurut Suyoso (1998:23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersift aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta di peroleh melalui metode tertentu, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara iniversal.

Menurut Abdullah (1998:18) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang di peroleh atau di susun dengan cara yang khas atau khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan.

Tohari (1978:3) mendifinisikan IPA merupakan usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa memahami proses-proses IPA memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasai materi IPA berupa fakta,konsep,prinsip, hukum dan teori IPA.

(9)

Dengan demikain pendidikan IPA merupakan di siplin ilmu yang di dalamnya terkait antara pendidikan dengan IPA, pendidikan merupakan suatuproses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untukmembentuk pribadi yang baik dalam mengembangkan potensi yang ada dalamupaya baik dalam mengembangkan potensi yang di harapkan. IPA sendiri merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang di peroleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah yang di dapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.

a. Karakteristik Pendidikan IPA di Sekolah Dasar

untuk membahas karakteristik IPA dapat di lihat dari berbagai pandangan berikut dikemukakan karakteristik di lihat dari strategi penyampaiannya. 1. Materi IPA

- Sumber daya alam dapat dilihat dari sumbe daya alam hayati. - Sumber daya alam nonhayati.

- Sumber daya Laut. - Sumber daya hutan.

- Sumber daya sungai, pengunungan, pengaruh kerusakan lingkungan terhadap sumber daya alam kelestarian sumber daya alam.

2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPA

Strategi penyampaian pengajaran IPA, sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi,yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region,negara,dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “ The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum”.

Sebutan masa Sekolah Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk bersekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut:

 Anak harus bekerjasama dalam kelompok denganteman-teman sebaya, tidakboleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.

(10)

Menurut Preston (Hidayati, dkk,2009: 28), anak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

 Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya. Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadian-kejadian/peristiwa, benda-benda yang ada disekitarnya. Mereka memiliki minat yang luas dan tersebar di sekitar lingkungannya.

 Anak adalah seorang penyelidik.anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.

 Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif,belajar,dan berbuat.

 Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang penting/bermakna.

 Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPA sehingga dapat dikembangkan dengan merumuskan hipotensis dan memecahkan masalah.

Berkaitan dengan atmosfer di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD. a) Karakteristik Pada Masa Kelas Rendah SD (kelas 1,2 dan3)

1. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. 2. Suka memuji diri sendiri.

3. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting.

4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang menggantungkan dirinya.

5. Suka meremehkan orang lain.

b) Karakteristik Pada Masa Kelas Tinggi SD (4,5, dan 6). 1. Perhatiantertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. 2. Ingin tahu, ingin belajar,dan realistis

3. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

(11)

yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang,peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian

harus di buat menarik bagi siswa

( http://naiwa-85.blogspot.com/2011/10/karakteristik-ipa-sdmenurut-ahli-asing.html)

4. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick a. Pengertian pembelajaran kooperatif

“pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-5orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras,dan satu sama lain yang saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.

Artzt & Newman (1990:448) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tigas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya (Trianto,2010:56).

Herdian (2009) menyatakan “ Pembelajaran kooperatif merupakan srategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran” (http://herdy 07.wordpress.com).

(12)

kerja banyak orang relatif lebih baik dari pada hasil sendiri ( http://mathedu-unila.blogspot.com).

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan pentig: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Arends,2008:5). b. Karakteristik pembelajaran kooperatif

Karakteristik pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran di tentukan oleh hasil tim.

b. Didasarkan pada manajemin kooperatif

Manajemen terdiri dari empat fungsi yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Dalam pembelajaran kooperatif, fungsi perencanaan yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses mengajar bisa efektif. Misalnya : Tujuan yang harus di capai, cara mencapainya, yang digunakan untuk mencapai tujuan dan lain-lain. Fungsi pelaksanan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah disepakat bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antara setiap anggota kelompok.Funsi kontrol menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes atau non tes.

c. Kemampuan untuk bekerjasama

(13)

d. Keteampilan bekerjasama

Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerjasama. Siswa perlu didorong untuk mau dan mampu berinteraksi dan berkomonikasi dengan anggota yang lain. Dengan demikian, siswa perlu di bantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, mengemukakan kontribusi kepada keberhasilan kelompok (Sanjaya, 2009:244).

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

Menurut Anonim (2006) menjelaskan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe talking Stick dengan menggunakan bantuan tongkat, denagan cara tongkat dikelilingkan dan siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, yaitu: 1. Langkah 1 : Guru masuk kelas kemudian mengucapkan salam.

2. Langkah 2 : Guru mengambil absen dan mulai mengabsen siswa satu persatu.

3. Langkah 3 : Guru memberikan motivasi/apersiasi berupa pertanyaan kepada siswa.

4. Langkah 4 : Guru menuliskan judul pelajaran.

5. Langkah 5 : Guru menyampaikan SK, KD dan Indikator ( Tujuan Pembelajaran).

6. Langkah 6 : Guru memberikan Pre Test. 7. Langkah 7 : Guru memberikan materi pokok.

8. Langkah 8 : Guru membagi siswa berkelompok dengan 4 - 5 orang anggota kelompok yang heterogen.

(14)

10. Langkah 10 : Setelah batas Waktu yang telah diberikan kepada siswa untuk berdiskusi habis, guru mempersilahkan semua siswa untuk menutup bukunya dan kembali ketempat duduknya masing-masing.

11. Langkah 11 : Guru menyiapkan sebuah tongkat dan memulai

pembelajaran tipe Talking Stick (permainan tongkat berjalan). Siswa diarahkan dalam menjalankan permainan.

12. Langkah 12 : Guru memberikan tongkat pada salah seorang siswa yang berada di depan, tapi paling ujung. Kemudian di hitung dari hitungan satu sampai seterusnya sambil tongkat dijalankan dari siswa yang satu ke siswa yang yang lainnya. Apabila hitungan dihentikan guru, maka siswa

yang memegang tongkat akan maju dan memilih salah satu amplop yang berisi soal dan diberikan waktubeberapa detik untuk memikirkan jawaban dari soal yang dipegang (diberikan penghargaan berupa tepuk tangan). Setelah satu babak permainaan dilanjutkan kembali Hitungan dilanjutkan lagi tongkat dijalankan lagi).Demikian seterusnya sampai waktu yang ditentukan habis.

13. Langkah 13 : Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran.

14. Langkah 14 : Guru memberikan post test (evaluasi).

15 Langkah 15 : Guru menuttup pelajaran dan mengucapkan salam (keluar).

Kelebihan:

1. Menguji kesimpulan Siswa.

2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat. 3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu)

Kekurangan :

(15)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dikelas IV semester I SDN karang Jawa Muka 2 Kabupaten Hulu Sungai Selatan kandangan pada Tahu Ajaran 2013/2014. Adapun sekolah ini terdiri dari 6 kelas yaitu 1,2,3,4,5,dan 6, ruang dewan guru dan kepala sekolah, dan toilet (guru dan siswa). Subjek perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 16 orang, terdiri dari 6 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.

Di kelas IV ini dipilih sebagai tempat melakukan penlitian karena masalah yang ditemukan pada belajar kelas IV yang masih rendah yang perlu adanya pengaturan dan perbaikan untuk mencapai indikator pembelajaran yang optimal. Pada mata pelajaran IPA pada materi Hubungan Antara Struktur Daun Tumbuhan Dengan Fungsinya.Dengan standar kompetensi Memahami Hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.

Untuk itu di terapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick sebagai langkah dalam melakukan perbaikan dalam upaya meningkatkan efektivitas belajar siswa dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini mnggunakan pendekatan Penelitian Tindakan kelas(PTK) dalam PTKini penelitian terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan. Sedangkan jenis penelitia adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Wardhani (2007),penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Reseach yaitu satu Action Research yang dilakukan di kelas.

(16)

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani, 2007:1.4).

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda,namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Alur Model Penelitian Tindakan Kelas

Tahap I : Menyusun rancangan tindakan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya di lakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

Tahap II : Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tahap ke -2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. Yaitu mengenakan tindakan di kelas hal yang perlu diingat adalah bahwa tahap

Perencanaan

SIKLUS 1

pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi

Siklus II

Pengamatan

Pelaksanaan

Refleksi

(17)

ke-2 ini pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah di rumuskan dalam rancangan.

Tahap III : Pengamatan (observing)

Tahap ke -3, yaitu kegiatan pengamatan yang di lakukan oleh pengamatan.Sebelumnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

Tahap IV : (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guu pelaksana sudah selesai melakukan tindakan,kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Arikunto,2008:17-22).

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang merupakan suatu proses di mana proses ini menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan hanya dua siklus,dalam dua siklus,siklus I dan siklus II sebagai langkah perbaikan pembelajaran adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menyusun rancangan tindakan (Planning)

kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah :

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan skenario pembelajaran dengan pokok bahasan peranan beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.

b. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan.

c. Menyusun alat penilaian kemampuan guru-PKP 1 dan PKP 2 berupa lembar penilaian kemampuan merencanakan perbaikan pembelajaran yang dinilai oleh kepala sekolah dan teman sejawat.

(18)

e. Menyiapkan foto dan dokumentasi untuk ovbservasi dalam proses belajar mengajar sebagai fisik dalam penelitian.

2. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Kegiatan yang di lakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran pada materi Hubungan Antara Struktur Daun Pada Tumbuhan Dengan Fungsinya. Dengan standar kompetensi Memahami Hubungan Antara Struktur Bagian Tumbuhan Dengan Fungsinya. Dengan model pembelajaran Talking Stick sesuai dengan perencanaan sebelumnya.

a. Siklus I

Kegiatan yang di lakukan pada siklus ini adalah melakukan kegiatan pembelajaran pada materi Hubungan Antara Struktur Daun Tumbuhan Dengan Fungsinya. Dengan metode pembelajaran berupa tanya jawab dan diskusi kelompok hasail analisis data yang dilaksanakan akan dipergunakan sebagai acuan untukmelaksanakan tindakan selanjutnya. Apabila pelaksanaan pembelajaran pada siklus I tidak berhasil maka akan dilanjutkan dengan siklus II.

b. Siklus II (Perbaikan)

Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama adalah melakukan kegiatan pada materi Hubungan Antara Struktur Daun Tumbuhan Dengan Fungsinya dengan model pembelajaran Tipe Talking Stick.

3. Pengamatan (Observing)

Proses observasi ini dilakukan selama pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan pada setiap pertemuan.dengan melakukan observasi dapat diketahui perubahan aktivitas siswa dalam belajar IPA jika dibandingkan sebelum diberikan tindakan. Sedangkan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes belajar siswa.

4. Refleksi(Reflecting)

(19)

dirinya dengan melihat data hasil evaluasi,apakah kegiatan yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan tes hasil belajar dan aktivitas siswa. Disamping data hasil evaluasi siswa,digunakan lembar observasi guru yang telah dibuat guru pada saat guru selesai melaksanakan kegiatan pembeelajaran (APKG). Dari hasil ini guru bisa mempergunakan sebagai acuan untuk mengevaluasi dirinya sendiri.

C. Teknik Analis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Analisis Kualitatif

Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis hasil observasi keaktifan siswa dan gejala-gejala yang timbul pada saat mengikuti pembelajaran dan siswa dan gejala-gejala yang timbul pada saat mengikuti pembelajaran dan hasil kuisioner terhadap sikap dan pendapat siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

2. Analisis Kuantitatif

Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa (hasil tes yang diberikan) pada saat mengikuti pembelajaran dan sesudah pembelajaran.

3. Teknik Persentase

Teknik ini digunakan untuk menganalisa data hasil belajar siswa(hasil tes yang diberikan) setelah mengikuti kegiata pembelajaran.Mengacu pada pedoman Analisis Hasil Evaluasi Belajar, dalam menentukan ketuntasan belajar siswa secara individu dan klasikal dibuat.

Ketuntasan Individu = Jumlah Skor x 100% Jumlah skor maksimal

Ketuntasan Klasikal = Jumlah siswa yang tuntas belajarx 100% Jumlah seluruh siswa

Kriteria ketuntasan belajar :

(1) Ketuntasan Individual, jika mencapai ketuntasan > 65 %

(20)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.

Adapun diskripsi dari penelitian yang telah dilakukan dalam rangka perbaikan pembelajaran melalui 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II sebagai berikut:

1. Siklus I

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan siklus I ini guru menyampaikan tentang materi Hubungan Antara Struktur Daun Tumbuhan Dengan Fungsinya. Dengan menggunakan metode pembelajaran tanya jawab dan diskusi kelompok. Hasil penelitian sebagai berikut:

a) Aktivitas Guru Siklus I

Hasil pengamatan observasi teman sejawat terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan lembar penilaian kemampu dengan hasil guru APKG I PKP dengan hasil 4,36 (terlampir) dan lembar penilaian kemampuan guru APKG 2 PKP dengan hasil 4,38 (terlampir).

b.) Aktivitas Siswa Siklus I

Adapun aktivitas siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran tanya jawab dan diskusi kelompok pada siklus I ini cukup rendah.

c.) Hasil Evaluasi Siswa Siklus I

Pada akhir pembelajaran siklus I guru mengadakan evaluasi kepada seluruh siswa dngan memberika soal ganda dengan standar ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 65 adapun hasil evaluasi sebagai berikut

Tabel I : daftar Nilai Siklus I

NO NAMA SISWA

Siklus I

Nilai Ketuntasan

1. AHMAD YASIR 90 T

2. AHMAD MUHAIMIN 70 T

(21)

4. EGA SALSABILA 70 T

Dari daftar nilai pada siklus I di atas dapat dilihat ada 5 orang siswa yang belum tuntas pada saat penelitian berlangsung. Di bawah ini disajikan tabel nilai siswa dengan persentasi per nilai.

Tabel 2. Persentasi Nilai Siswa Siklus I

NO Nilai (N) Frekuensi (F) N xF Persentasi(%) Ketuntasan (>65)

1. 100 0 0 -

(22)

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat siswa yang memiliki nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (≥65) ada 11 orang sedangkan siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal ada 5 orang.Sehingga ketuntasan secara klasikal sebesar 80% sedangkan tidak tuntas sebesar 20%.

Hal ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 2.Ketuntasan Klasikal Siklus I

Refleksi

(23)

mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa yang dilakukan guru saat akhir pembelajaran.

2. Siklus II ( Perbaikan )

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan siklus II ini guru menyampaikan tentang materi Hubungan Antara Struktur Daun Tumbuhan Dengan Fungsinya dengan menggunakan metode pembelajaran Tanya jawab dan diskusi kelompok serta model pembelajaran tipe Talking Stick. Hasil penelitian sebagai berikut :

a) Aktivitas Guru Siklus II

Hasil pengamatan observer teman sejawat terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan lembar penilaian kemanpuan guru APKG 1 PKP dengan hasil 41,93 (terlampir). Dan lembar penilaian kemampuan guru APKG 2 PKP dengan hasil 41,94 (terlampir).

b) Aktivitas Siswa Siklus II

Adapun aktivitas siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Tanya jawab dan diskusi kelompok serta model pembelajaran tipe Talking Stick pada siklus II ini terjadi peningkatan

c) Hasil Evaluasi Siswa Siklus II

Pada akhir pembelajaran siklus II, guru mengadakan evaluasi kepada seluruh siswa dengan memberikan 10 soal ganda.Dengan standar ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 65. Adapun hasil evaluasi akhir sebagai berikut Tabel 3. Daftar Nilai Siklus II

No Nama Siswa Siklus II (Perbaikan)

(24)

15 Rania Noorsandaga 90 T

16 Sapriyanti 80 T

Jumlah Nilai 1.360

Rata – rata 85

Prosentase Tuntas 100 %

Keterangan :

T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Dari daftar nilai evaluasi pada siklus II diatas dapat dilihat semua siswa telah tuntas.Di bawah ini disajikan tabel nilai siswa dengan persentasi per nilai.

Tabel 4. Persentasi Nilai Siswa Siklus II

No. Nilai (N) Frekuensi N x F Persentasi (%) Ketuntasan (≥65)

1 100 2 200 10 Tuntas

2 90 4 360 30 Tuntas

3 80 10 800 60 Tuntas

4 70 - - -

-5 60 - - -

-6 50 0 0 0

-jumlah 16 1360 100 %

Rata-rata kelas 85

Ketentuan Klasikal 100 %

Dari tabel di atas, hasil persentasi pada siklus II, dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

(25)

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat siswa yang memiliki nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (≥65) adalah 16 orang (semua siswa).Sehingga ketuntasan secara klasikal sebesar 100%.

Hal ini dapat grafik dibawah ini :

Grafik 4. Ketentuan Klasikal Siklus II

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran. 1. Aktivitas Guru

Hasil pengamatan atau observasi yang telah dilakukan teman sejawat dalam rangka membantu perbaikan pembelajaran oleh peneliti di kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan mengenai menyebutkan bagian-bagian Daun Beserta Fungsinya pada siklus 1 ke siklus II mengalami perbaikan. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 5 : Aktivitas Guru Siklus 1 dan II

SIKLUS I II

APKG 1 PKP 4,36 4,38

APKG 2 PKP 4, 93 4,94

2. Aktivitas Siswa

Ativitas siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan metode tanya jawab dan diskusi kelompok pada siklus I ini cakup rendah. Hal ini dilihat pada proses pembelajaran siswa hanya Tanya jawab dan diskusi kelompok saja yang disampaikan oleh guru.

(26)

dilihat pada proses pembelajaran berlangsung siswa mulai aktif. Pada saat melakukan model pembelajaran tipe Talking Stick, guru membimbing siswa dalam pelaksanaannya.

3. Hasil Evaluasi Siswa

Pada setiap akhir pembelajaran siklus I dan siklus II peneliti mengadakan evaluasi kepada setiap siswa.Dari hasil evaluasi tersebut ketuntasan secara klasikal pada siklus I sebesar 80% sedangkan belum tuntas sebesar 20%.Dan siklus II ketuntasan secara klasikal sebesar 100% sedangkan belum tuntas sebesar 0%. Hal ini secara jelas digambarkan berupa grafik dibawah ini :

Grafik 5 : Perbandingan Ketuntasan Klasikal

(27)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN Karang Jawa Muka 2 Kabupaten Hulu Sungai Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran tipe Talking Stick dapat memperbaiki hasil belajar siswa pada materi Hubungan Srtuktur Daun Tumbuhan Dengan Fungsinya di SDN Karang Jawa Muka 2 kelas IV yakni pada siklus I dan II sehingga terjadi perbaikan.

2. Aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking Stick pada materi mengenai Hubungan Struktur Daun Tumbuhan Dengan Fungsinya di SDN Karang Jawa Muka 2 Kelas IV Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

3. Dengan menggunakan model pembelajaran tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Hubungan Srtuktur Daun Tumbuengan Fungsinya di SDN Karang Jawa Muka 2 Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

B. Saran Tindak Lanjut

Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang dapat diajukan peneliti antara lain: 1. Bagi Guru

(28)

strategi-strategi pembelajaran yang inovatif tersebut akan membantu guru untuk memilih pembelajaran yang efektif untuk siswa

2. Bagi siswa

Siswa diharapkan termotivasi dan kemampuan berpikir mereka menjadi lebih kritis,efektif terhadap permasalahan yang dihadapinya dan lebih mempunyai jiwa bekerja sama yang kuat serta siswa terbiasa menemukan dan mencari pengetahuannya.

3. Bagi kepala sekolah

Sebagai sumbangan pemikiran untuk sekolah dapat mengembangkan program pembina melalui peningkatan mutu pembelajaran serta kualitas proses dan hasil belajar IPA di sekolah.

4. Bagi Peneliti

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani,dkk.2011. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universita Terbuka.

Anonim. 2006. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snow Ball Throwing, (Online),(

http://Learning-With-me.blogspot.com/2006/09/ pembelajaran.html, diakses 17 November 2007).

Arends,R.I. 2008. Learning To Teach Belajar untuk mengajar Edisi Ketujuh.Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Arikunto,S.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi aksara.

Depdikbut.1995.’’Petunjuk Teknis mata Pelajaran: Biologi”. Jakarta.

Depdiknas, 2003.UU R.I. No. 20 Th 2003Tentang SISDIKNAS & P P R.I Th. 2010tentang Penyelenggaraan pendidikan serta Wajib belajar.Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Djamarah. S. B. Dan Zain. A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Erman.2004, Pembelajaran Klasikal dan kooperatif, (online),

(http://mathedu-unila.blogspot.com Diakses 07 februari 2012).

Fajrina, A. N. 2011. Karakteristik IPA SD, (online), (http://naiwa-85.blogspot.com/2011/10karakteristik-ipa-sd-menutut -ahli-asing.html,diakses 11 februari 2012).

Ghony, D. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN – Malang press

Herdian. 2009. Model Pembelajaran kooperatif. (online). (http://herdy07.wordpress.com,

Diakses 11 februari 2011)

Hidayati, dkk.2008.Pengembangan Pendidikan IPA SD. Jakarta: Departemen

Pendidikan nasional.

Rachmadiarti, Fida. 2003. “Pengajaran Remedial dan Pengayaan ’’. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Bandung:

Kencana.

Syah. M. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.

(30)

Thohari Mustamar (1978) Program Penajaran Ilmu pengetahuan Alam Yogyakarta.

Soyoso (1998:23) Ilmu Alamiah dasar Yogyakarta : IKIP.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wardhani, IG. A.K, dkk.2007.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gambar

Tabel I : daftar Nilai Siklus I
Tabel 2. Persentasi Nilai Siswa Siklus I
Grafik 2.Ketuntasan Klasikal Siklus I
Tabel 3. Daftar Nilai Siklus II
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok ini mempunyai pandangan bahwa yang terpenting dalam sebuah Negara bukanlah formalisme penerapan hukum Islam atau yang lainnya (yang mempunyai orientasi

Konsep Pembangunan Insan dalam perbincangan ini lebih dikhususkan kepada golongan pentadbir dan golongan yang terlibat untuk membuat keputusan di dalam perkhidmatan kerajaan

Penggunaan teknologi informasi (TI) harus mampu menciptakan nilai (value) untuk pelanggan baik internal mapun eksternal. Artinya, persepsi keberhasilan penerapan TI di

Sampel c untuk sampel pada suhu 900 ° C hasil foto SEM menunjukkan butiran yang yang halus dan lebih seragam dibandingkan sampel sebelumnya, tidak terjadi lagi

Berdasarkan penelitian terdahulu bakteri tidak bertahan hidup pada limbah ikan pindang maka pada penelitian ini dipilih bakteri halofilik yang digunakan untuk pengolahan

Masyarakat abangan tidak memiliki pendirian dalam menjalankan perintah agama karena masyarakat Islam Jawa ini lebih percaya pada tradisi-tradisi asli jawa yang

Keinginan pihak STAIN Pekalongan untuk adanya kelas yang concern mengkaji studi hadis akhirnya tidak bisa terlaksana, karena minimnya peminat pada Prodi Ilmu

pengembangan, produk awal, validasi/evaluasi, dan produk akhir; (2) media pembelajaran berbantuan komputer dinilai layak berdasarkan hasil validasi ahli materi, ahli media, one to