TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Tanaman kelapa sawit dalam sistematika diklasifikasikan dalam Ordo
Palmales, Family Arecaceae (dahulu Palmae), Genus Elaeis, Spesies Elaeis guineensis dan Elaeis melanococca. Kemudian digolongkan berdasarkan tebal tipisnya cangkang dikenal ada tiga varietas/tipe yaitu Dura, Pisifera dan Tenera.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada
kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan
bakal akar (radikula) (Lubis,2008).
Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier
dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar
sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar
kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar
kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman ± 1
meter dan semakin kebawah semakin sedikit (Risza, 2009).
Calon akar yang muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan
disebut radikula, panjangnya 10 sampai 15 mm. Pertumbuhan radikula
mula-mula menggunakan cadangan makanan yang ada dalam endosperm, yang
kemudian fungsinya diambil alih oleh akar primer yang tumbuh dari pangkal
batang dengan diameter berkisar antara 8 dan 10 mm, panjangnya dapat
mencapai 18 m , tetapi kebanyakan bergerombol tidak jauh dari batang. Akar
sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2 sampai 4 mm. Dari akar
sekunder tumbuh akar tersier berdiameter 0,7 sampai 1,5 mm dan panjangnya
0,1 sampai 0,5 mm dan panjangnya 1 sampai 4 mm (Risza,2009).
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang.
Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang
yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang
kelapa sawit terletak dipucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Dibatang
terdapat pangkal pelepah-pelepah daunyang melekat kukuh (Sunarko, 2008).
Sejak berkecambah pada tahun pertama tidak nampak pertumbuhan batang
aktif. Mula-mula dibentuk poros batang, selanjutnya dibentuk daun yang
bertambah besar yang saling tindih membentuk spiral. Poros batang diselubungi
oleh pangkal - pangkal daun yang kelihatannya bertambah besar, karena jumlah
daun yang bertambah banyak (Sunarko, 2008).
Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh
dua lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut
135°. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah
pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun
(leaf let) pada daun normal berjumlah 80 - 120 lembar (Sastrosayono, 2008).
Daun pertama yang keluar pada stadium benih berbentuk lanset, beberapa
minggu kemudian terbentuk daun berbelah dua dan beberapa bulan kemudian
terbentuk daun seperti bulu atau menyirip. Misalnya pada bibit berumur lima
bulan susunan daun terdiri atas lima lanset, empat berbelah dua dan sepuluh
berbentuk bulu. Susunan daun kelapa sawit membentuk daun menyirip. Letak
daun pada batang mengikuti pola tertentu yang disebut filotaksis
Kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit
mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan
perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit,
pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin
menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa
sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin
tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg
(Sastrosayono,2008).
Biji kelapa sawit bersifat dorman sampai sekitar enam bulan.
Kondisi dorman ini dapat dipatahkan, antara lain dengan pemanasan
biji. Waktu berkecambah, embrio mengembang, volume bertambah, bakal
batang dan bakalakar tumbuh keluar dari cangkang melalui lubang pada
cangkang tersebut dan berkembang menjadi batang, daun dan akar dibantu
endosperm sebagai bahan makanan untuk pertumbuhan kecambah pada saat awal
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Syarat Tumbuh Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara 13°
Lintang Utara 12° Lintang Selatan. Curah hujan ideal untuk tanaman kelapa sawit
adalah 2000 sampai 3000 mm per tahun tersebar merata sepanjang tahun dengan
karena tanaman kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang dibandingkan
dengan tanman lainnya (Risza, 2008).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada rata-rata suhu minimum 22
- 24°C dan maksimal 29 - 30°C. Kondisi ini banyak dijumpai pada daerah tropis.
Suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan batang, dimana batang menjadi
kecil (Ng, 1972).
Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang
cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis dalam melangsungkan aktivitas
hidupnya yang berguna untuk pertumbuhan, kecuali pada kondisi juvenile di pre
nursery. Intensitas cahaya matahari bervariasi 1410 - 1540 J/cm2/hari. Fotosintesis
pada daun kelapa sawit meningkat sejalan dengan kondisi luas daun dan jumlah
klorofil yang dapat menerima cahaya. Produksi bahan kering bibit umur 13
minggu yang diberi naungan sangat berpengaruh terhadap berat basah dan berat
kering pada bagian tajuk dan pada bagian akar (Pahan, 2006).
Di daerah - daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang,
pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan
berdampak negatif pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui
pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh
tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan
meningkatnya produksi buah. Suhu 20°C disebut sebagai batas minimum bagi
pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22°- 23°C diperlukan
untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Lamanya penyinaran optimum yang diperlukan 5 – 7 jam/hari, dengan
pembentukan bunga, pertumbuhan vegetatif dan produksi buah kelapa sawit.
Berkurangnya lama sinar matahari akan mengurangi proses asimilasi untuk
memproduksi karbohidrat dan membentuk bunga (Sunarko, 2008).
Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di
wilayah tropika. Akan tetapi, kelapa sawit akan dapat tumbuh secara optimal jika
jenis tanahnya sesuai dengan syarat tumbuh kelapa sawit. Sifat fisika dan kimia
tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan optimal kelapa sawit adalah
memiliki drainase baik, tekstur ringan, solum tanah cukup dalam, pH 4,0 – 6,0
dan pH optimal 5,0 – 5,5 dan tanah memiliki kandungan hara cukup tinggi
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai
tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase
yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses
nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).
Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit
harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko,
2008).
Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian tempat
1000 meter di atas permukaan laut (dpl). Namun, pertumbuhan tanaman dan
produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam di lokasi dengan ketinggian
maksimum 400 meter dpl (Sunarko, 2008).
Kemiringan tanah yang dianggap masih baik bagi tanaman kelapa sawit
Pada topografi datar di daerah Sumatera Timur biasanya dijumpai tanah
gleyhumik atau hidromorfik. Sedangkan tanah organosol (tanah gambut)
vegetasinya terdiri dari hutan lebat dan terendam air (Risza, 2009).
Curah Hujan dan Hari Hujan
Menurut Siregar et al (2006) hujan adalah jumlah air dari curah hujan yang jatuh dan tertampung pada bidang datar tanpa mengalami penguapan,
peresapan dan pengaliran dalam jangka waktu tertentu (seperti harian, bulanan
dan tahunan). Asdak (2004) menjelaskan hujan akan terjadi jika didahului dengan
berlangsungnya kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai
saatnya atmosfer menjadi jenuh, kemudian terjadi kondensasi atas partikel -
partikel uap air kecil di atmosfer serta partikel-partikel uap air tersebut bertambah
besar sejalan dengan waktu untuk kemudian jatuh ke bumi karena gaya gravitasi.
Jumlah curah hujan yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah
2000 - 2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, serta penyebarannya merata
sepanjang tahun. Sedangkan untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit diperlukan air
sebanyak 0,25 - 2 liter/bibit tergantung dengan umur bibit (Lubis, 2008).
Curah hujan adalah air hujan yang jatuh di permukaan tanah selama jangka
waktu tertentu, diukur dalam satuan tinggi kolom di atas permukaan horizontal,
apabila tidak terjadi penghilangan - penghilangan oleh proses penguapan,
pengaliran dan peresapan ke dalam tanah. Curah hujan dinyatakan dalam tinggi
air (mm) diukur dengan penakar hujan dengan luas moncong 100 cm2. Satu hari
hujan adalah periode 24 jam terkumpulnya curah hujan setinggi 0.5 mm atau lebih
dan curah hujan dengan tinggi kurang dari ketentuan tersebut, hari hujan
Air hujan merupakan sumber air utama untuk tanaman perkebunan.
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) curah hujan optimal untuk
tanaman kelapa sawit adalah 1.250 – 2.500 mm/tahun, sedangkan Risza (2008)
menyatakan bahwa curah hujan yang dikehendaki antara 2000 – 2500 mm
pertahunnya dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Curah hujan yang
merata ini dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit.
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa
sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak
turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai
hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak
turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah
cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan (Sastrosayono, 2008).
Hadi (2004) mengatakan bahwa curah hujan yang ideal untuk
pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 2.500 – 3.000 mm/tahun dengan
distribusi merata sepanjang tahun serta tidak terdapat 7 bulan kering
berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan
basah dengan hujan lebih dari 20 hari. Kekurangan air pada tanaman kelapa sawit
dapat mengakibatkan buah terlambat masak, berat tandan buah berkurang, jumlah
tandan buah menurun hingga sembilan bulan kemudian, serta meningkatkan
jumlah bunga jantan dan menurunkan jumlah bunga betina. Mangoensoekarjo dan
Semangun (2008) menambahkan kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat
mengakibatkan penurunan produksi tandan buah segar.
Hujan merupakan sumber air utama di perkebunan kelapa sawit.
Pengelolaan air hujan harus dilakukan secara tepat dan baik agar dapat menjaga
persediaan air di dalam kebun. Kondisi hujan di Indonesia berbeda untuk tiap
bulan - bulan hujan relatif sedikit. Hujan juga berpengaruh terhadap pembungaan
kelapa sawit (Siregaret al, 2006).
Kelebihan air yang dikarenakan tingginya curah hujan dapat
meneyebabkan kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami
anthesis. Curah hujan yang tinggi biasanya diikuti dengan penambahan hari
hujan. Hari hujan yang banyak mengakibatkan penurunan intensitas penyinaran
matahari sehingga laju fotosintesis turun dan dapat menyebabkan turunnya
produktivitas. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan
bunga, tetapi di lain pihak dapat menghambat penyerbukan karena sebagian
serbuk hilang terbawa aliran air hujan. Sedangkan curah hujan yang rendah akan
menghambat pembentukan daun, yang akan menghambat pembentukan bunga di
ketiak daun (Nugraheni, 2007).
Umur Tanaman
Pemeliharaan tanaman pada komoditas perkebunan yang bersifat tahunan,
biasanya dikelompokkan ke dalam tanaman belum menghasilkan atau di
singkat (TBM) dan tanaman menghasilkan disingkat (TM). Yang dimaksud
TBM pada kelapa sawit adalah masa sebelum panen (dimulai dari saat tanam
sampai panen pertama) yaitu berlangsung 30-36 bulan. Periode waktu TBM
pada tanaman kelapa sawit terdiri dari:
1. TBM 0 : menyatakan keadaan lahan sudah selesai dibuka, ditanami
kacangan penutup tanah dan kelapa sawit sudah ditanam pada tiap
titik panjang.
2. TBM 1 : tanaman pada tahun ke I (0-12 bulan)
3. TBM 2 : tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan)
(Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pertanian, 2009)
Produktivitas tanaman kelapa sawit juga bergantung pada komposisi umur
tanaman. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua,
semakin rendah produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman ini
berubah setiap tahunnya sehingga berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas
per hektar per tahunnya. Pemahaman terhadap pengaruh unsur cuaca dan umur
tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit sangat
diperlukan sebagai dasar untuk memprediksi dan evaluasi terhadap produktivitas
TBS kelapa sawit (Risza, 2009)
Selanjutnya Risza (2009) menambahkan bahwa umur tanaman, jumlah
populasi tanaman per hektar, sistem penyerbukan, sistem koordinasi panen -
angkut - olah, dan sebagainya juga berpengaruh terhadap produktivitas kelapa
sawit.
Risza (2009) juga menyatakan bahwa semakin luas komposisi umur
tanaman remaja dan renta, semakin rendah pula tingkat produktivitasnya.
Sedangkan semakin banyak tanaman dewasa dan taruna semakin tinggi pula
tingkat produktivitasnya. Menurutnya pula tanaman kelapa sawit biasanya dibagi
atas 6 kelompok, yaitu :
1. 0 – 3 tahun – muda (belum menghasilkan)
2. 3 – 4 tahun – remaja (sangat rendah)
3. 5 – 12 tahun – teruna (mengarah naik)
4. 12 – 20 tahun – dewasa (posisi puncak)
6. 26 tahun ke atas – renta (sangat rendah)
Umur tanaman berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman kelapa sawit. Peran umur tanaman jika ditinjau dari pertumbuhan
vegetatif tanaman kelapa sawit yaitu berpengaruh dalam pembentukan pelepah
yakni jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun. Tanaman yang
berumur tua jumlah pelepah dan anak daun yang dihasilkan lebih banyak. Pelepah
yang terbentuk juga lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih
muda. Ini berkolerasi positif terhadap ketersediaan makanan bagi tanaman karena
pelepah berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Peran umur
tanaman jika ditinjau dari pertumbuhan generatif yakni berpengaruh terhadap
organ reproduksi tanaman yaitu dalam proses pembentukan dan perkembangan
buah. Kelapa sawit yang memiliki komposisi umur tanam muda akan memiliki
jumlah janjang yang lebih banyak tetapi berat janjang yang dihasilkan lebih kecil
dibandingkan dengan tanaman yang memiliki komposisi umur tanaman yang lebih
tua. Kondisi ini berpengaruh pada BJR kebun yang berpengaruh terhadap
pencapaian produksi TBS yang diharapkan (Prihutami, 2011).
Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan dan Umur Tanaman Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit
Menurut penelitian Manalu (2008) Di Kebun Kelapa Sawit Mustika
Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan
Selatan yang menyatakan bahwa Perolehan produksi Kebun Mustika Estate dalam
lima tahun terakhir mengalami naik turun tetapi penyebaran produksi sepanjang
tahun merata. Rata-rata produksi Kebun Mustika Estate mengalami peningkatan
Bulan Februari hingga Juni dan akan mengalami penurunan pada periode Juli
Bulan November. Perubahan produksi ini dipengaruhi berbagai hal, terutama
iklim seperti kondisi air di kebun.
Berdasarkan penelitian Prihutami (2011) di Sungai Bahaur Estate
Kalimantan Tengah, yang menyatakan bahwa umur tanaman memiliki peranan
yang sangat penting terhadap produksi TBS kelapa sawit. Hasil analisis
menunjukkan umur tanaman 7 - 11 tahun memberikan pengaruh terbaik terhadap
produksi TBS. Tanaman kelapa sawit pada umur 7 - 11 tahun dapat mencapai
produksi optimum dengan jumlah TBS yang dihasikan banyak dan berat janjang
yang dihasilkan juga cukup tinggi sehingga berpengaruh kepada pencapaian
produksi TBS per hektarnya yang tinggi pula.
Berdasarkan penelitian Depari (2014) di PTPN II Unit Sawit Seberang –
Babalan, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera
Utara, yang menyatakan bahwa curah hujan dan hari hujan secara statistik
berpengaruh tidak nyata terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit
berumur 12 tahun di PTPN II Sawit Seberang - Babalan. Hal ini diduga
disebabkan karena curah hujan terlalu tinggi juga akan berpengaruh kurang baik
karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan dari pada pertumbuhan generatif
sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Selain itu, jumlah
curah hujan yang terlalu tinggiakan mengganggu kegiatan kebun seperti
pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, dan terjadinya erosi. Namun
demikian, tingginya curah hujan tidak akan menimbulkan efek negatif jika
drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik.
Berdasarkan penelitian Simanjuntak (2013) di PT. PP London Sumatra
menyatakan bahwa curah hujan dan hari hujan berpengaruh signifikan terhadap
produksi TBS pada tanaman berumur 5 tahun. Hal ini diduga disebabkan oleh
produksi TBS dipengaruhi oleh besarnya curah hujan yang terjadi. Besarnya curah
hujan yang terjadi pada saat ini akan mempengaruhi besarnya produksi tanaman
kelapa sawit pada beberapa waktu ke depan karena berhubungan dengan proses
pembungaan dan pematangan buah pada tanaman kelapa sawit. Peningkatan curah
hujan yang merata setiap tahun dapat menaikkan produksi karena buah merah
semakin cepat memberondol dan mendorong pembentukan bunga selanjutnya.
Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III Persero Kebun Sei Baruhur
Sejarah Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara III unit usaha Sei Baruhur adalah salah satu unit
usaha dari PT Perkebunan Nusantara III berada di Kabupaten Labuhan Batu
Selatan, Sumatera Utara. PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN3 (Persero)
beralamat di Jl.Sei Batanghari No.2 Medan, Sumatera Utara, merupakan salah
satu dari 14 BadanUsaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak
dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan.
Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman
kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO =
Crude Palm Oil) dan Inti Sawit (PKO = Palm Kernel Oil) dan produk hilir karet.
Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan -
perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 yang
dikenal sebagai prosesnasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi
Gambaran Umum Tanaman Yang Diteliti
Tanaman yang diteliti di PTPN III kebun Sei Baruhur adalah tanaman
kelapa sawit yang berumur 5, 7, dan 9 tahun berdasarkan tahun tanam di lapangan
yaitu 2004, 2005, dan 2006. Pemupukan pada tanaman tersebut dilakukan dua kali
dalam 1 tahun, yaitu pemupukan pada semester I dan pempukan semester II.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK 15:10:22 + 0,5 TE, dolomite dan PHE.
Pemupukan NPK dilaksanakan dengan cara pocket. Tanaman tersebut terletak di afdeling IV, V, dan afdeling VI (lampiran 21). Pada beberapa blok tanaman
terdapat adanya bekas serangan Oryctes di afdeling VI.
Letak Geografis Perusahaan
Lokasi kebun Sei Baruhur berada di kecamatan Torgamba kabupaten
Labuhan Batu Selatan. Jarak dengan kota Medan sebagai ibukota Provinsi
Sumatera Utara berkisar 379 Km, dan dari Kota Rantau Parapat94 Km.
Keadaan Tanah
Secara geologis, areal kebun Sei Baruhur tergolong dalam formasi tersier
dengan bahan induk batuan pasir dan batuan liat.Fisiologi sebagian besar areal
merupakan daerah lipatan dengan topografi datar sampai bergelombang.
Jenis tanah yang terdapat di kebun Sei Baruhur umumnya adalah Typic Hapludults (Podsolik Merah Kekuningan) dan Typic Paleudults (Podsolik
Kuning). Kesuburan fisik tanah tergolong sedang dan struktur tanah gumpal
dengan ukuran sedang dan perkembangan kuat. Terdapat areal berpasir dengan
Kelas kesesuaian lahan secara potensial pada sebagian besar areal adalah
berkisar S2 dan S3 dengan factor pembatas sedang berupa topografi dan curah
hujan.
Luas Areal Kebun
Kebun Sei Baruhur memiliki luas HGU 6060.27 Ha, terdiri dari 8 afdeling
tanaman kelapa sawit, emplasmen, dan pembibitan. Untuk luas areal tanaman
yang diteliti lebih tepatnya adalah 1683,05 Ha untuk tahun tanam 2004, 2005, dan