• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan Ifrs Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penerapan Ifrs Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di BEI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 International Financial Reporting Standard (IFRS)

IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan

oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar akuntansi

internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia, yaitu international

Accounting Standard Board (IASB), European Community (EC),

International Organization of Securities Commisions (IOSCO), dan

International Federation of Accountants (IFAC).

International Accounting Standard Board (IASB) yang dahulu

bernama Accounting Standard Committee (ASC), merupakan lembaga

independen yang menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki

tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi

global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan dapat diperbandingkan

(Choi et al, 1999). Natawdyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar

standar yang menjadi bagian IFRS sebelumnya merupakan International

Accounting Standard (IAS).

International Financial Report Standard menurut Kieso dan Weygant

dalam bukunya mengenai Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition

(2)

a. International Financial Reporting Standard (IFRS), standar yang

diterbitkan setelah tahun 2001

b. International Accounting Standard (IAS), standar yang diterbitkan

sebelum 2001

c. Interpretation yang diterbitkan oleh International Financial Reporting

Interpretation Committee (IFRIC), setelah tahun 2001

d. Interpretation yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee

(SIC), sebelum tahun 2001.

2.1.2 Konvergensi IFRS terhadap kualitas Laporan Keuangan

Konvergensi IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi laporan

keuangan perusahaan. Pengadopsian standar akuntansi internasional juga

sangat penting dalam menjaga stabilitas perekonomian. Manfaat dari

konvergensi IFRS ini diharapkan dapat mengurangi hambatan-hambatan

investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi biaya yang

terkait dengan penyusunan laporan keuangan dan mengurangi cost of

capital.

Dalam perspektif kualitatif, beberapa dampak yang terjadi atas

konvergensi IFRS terhadap kualitas laporan keuangan keuangan

(Angkoso:2011), yaitu sebagai berikut:

1. Perubahan konsep dari Rule Based ke Principle Based

(3)

dibandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna bahwa untuk mencapai kualitas informasi yang relevan, dapat diperbandingkan dan objektif standar akuntansi harus bersifat ketat dan rigid.

2. Peran Professional Judgement lebih dibutuhkan

Peralihan menuju Principle Based Standar mempunyai arti standar akuntansi yang kita gunakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail sudah disederhanakan ke dalam beberapa prinsip-prinsip dasar. Fleksibilitas dari IFRS inilah yang menjadikan peran Professional Judgement lebih dibutuhkan baik dalam mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan.

3. Penggunaan Fair Value Accounting

Nilai wajar adalah nilai yang mencerminkan kualitas kredit suatu instrument. Sehingga dengan adanya fair value accounting maka penyajian atas laporan keuangan untuk nilai aset dan instrumen keuangan tercatat pada nilai yang sebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi pasar. Dengan begitu, kualitas yang dihasilkan laporan keuangan menjadi dapat diandalkan.

4. Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan

Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penilaian dan pengukuran menjadi penting. Sehingga kebutuhan adanya pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan sangat besar. Karena laporan keuangan diwajibkan untuk mengungkapkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal penting bagi pengguna laporan keuangan.

Alasan perlunya Standar Akuntansi Keuangan yang konvergensi

dengan IFRS, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional

b. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan

c. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk menganalisis laporan keuangan bagi para analis

d. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practice”

2.1.3 Manfaat dan Tujuan penggunaan IFRS

International Financial Reporting Standard (IFRS) adalah suatu

upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi

(4)

Manfaat dari adanya suatu standar akuntansi global dan kualitas

akuntansi (Siregar, 2012:11) adalah sebagai berikut:

a. Pasar modal menjadi global dan investasi dapat bergerak diseluruh dunia tanpa ada hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten diseluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal

b. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik

c. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan yang lebih baik mengenai merger dan akuisisi

d. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tinggi.

Tujuan IFRS (Siregar, 2012:12) adalah memastikan bahwa laporan

keuangan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimaksudkan

dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi

yang:

1. Transparan bagi pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan

2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan IFRS

3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

2.1.4 Rintangan dalam Proses Harmonisasi / Konvergensi IFRS pada Standar Akuntansi Keuangan

Menurut Nobes dan Parker (2002), rintangan yang paling

fundamental dalam proses harmonisasi adalah sebagai berikut: “(a)

Perbedaan praktek akuntansi yang berlaku saat ini pada berbagai Negara, (b)

(5)

bidaang akuntansi pada berbagai Negara, dan (c) Perbedaan sistem politik

dan ekonomi pada tiap-tiap Negara.”

Menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002), hambatan dalam

menuju harmonisasi adalah: “(a) Nasionalisme tiap-tiap negara, (b)

Perbedaan sistem pemerintahan pada tiap-tiap negara, (c) Perbedaan

kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional

yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, dan (d)

Tingginya biaya untuk merubah prinsip”.

2.1.5 Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) dan Kendala yang Dihadapi

Dampak globalisasi yang semakin kuat dan berimbas kepada pasar

investasi menjadikan pihak yang terlibat berupaya untuk menyamakan atau

menyeragamkan bahasa yang digunakan dalam berinvestasi (bahasa

pelaporan keuangan dan standar keuangan). Standar pelaporan keuangan

dan standar akuntansi adalah standar yang dapat diterima dan dipahami oleh

masyarakat secara global, sehingga diperlukan standar yang sama diseluruh

dunia. Untuk saat sekarang ini standar yang diakui secara global adalah

International Financial Reporting Standard (IFRS), sehingga konvergensi

IFRS di Indonesia harus didukung secara penuh agar Indonesia memperoleh

pengakuan maksimal dari komunitas internasional khususnya di mata

investor asing (global). Dengan adanya adopsi IFRS akan mempermudah

(6)

penerapan suatu standar internasional akan meningkatkan kepercayaan

internasional untuk berinvestasi di Indonesia.

Namun penerapan International Financial Reporting Standard

(IFRS) bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan di Indonesia, ada tiga

tahapan yang perlu dilakukan dalam konvergensi IFRS ke dalam PSAK.

Tahapan pertama merupakan tahap adopsi yang dilakukan sejak tahun 2008

sampai 2011, tahapan kedua merupakan tahapan persiapan akhir sebelum

implementasi IFRS, dan tahapan ketiga adalah tahapan implementasi yang

dimulai sejak tahun 2012. Berkaitan dengan tahap adopsi, ada beberapa

kendala yang dihadapi, sebagai berikut:

1. Kurangya perhatian dan partisipasi dari pihak-pihak yang

berkepentingan dalam setiap exposure draft hearing PSAK yang

baru diberlakukan oleh DSAK. Dimana DSAK adalah perumus

standar akuntansi keuangan yang ada di Indonesia.

2. Kondisi perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan

IFRS, dimana banyak terdapat perundang-undangan yang kurang

mendukung terhadap standar akuntansi dan pelaporan keuangan.

Misalnya standar internasional memperbolehkan untuk melakukan

revaluation model dalam mencatat PPE (Property, Plant, and

Equipment) namun sistem ini bertentangan dengan sistem

perpajakan di Indonesia. Dalam peraturan perpajakan, revaluasi aset

(7)

tahunnya. Dengan demikian perusahaan akan enggan menerapkan

revaluation model dalam mencatat PPE perusahaan.

3. Kurang siapnya SDM dan dunia pendidikan di Indonesia

IFRS merupakan alat yang mempermudah untuk melakukan

investasi dan yang menggunakan alat tersebut adalah tidak lain

manusia itu sendiri yang dibantu dengan teknologi informasi. Salah

satu kelemahan SDM di Indonesia adalah kesulitan dalam

menerjemahkan IFRS, karena dalam menerjemahkan dan memahami

IFRS membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS)

menurut Elraihany (2013) memberikan dampak positif dan negatif bagi

dunia bisnis dan jasa audit di Indonesia, sebagai berikut:

1. Terbukanya akses ke pendanaan internasional karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global. 2. Meningkatkan relevansi laporan keuangan karena standar IFRS

banyak menggunakan nilai wajar.

3. Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif jika harga-harga fluktuatif.

4. Semakin sulitnya dalam hal Income Smoothing dengan adanya balance sheet approach dan fair value.

5. Dengan Principle Based Standard mungkin menyebabkan perbandingan laporan keuangan menjadi sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgement ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management).

6. Penggunaan off balance sheet menjadi semakin terbatas.

Tahapan implementasi PSAK yang telah di adopsi dari IFRS,

(8)

Perubahan standar akuntansi, dan interpretasi yang berlaku efektif

sejak tanggal 1 Januari 2011:

• PSAK NO 1 (revisi 2009) - Penyajian Laporan Keuangan

• PSAK NO 2 (revisi 2009) - Laporan Arus Kas

• PSAK NO 3 (revisi 2010) – Laporan Keuangan Interim

• PSAK NO 4 (Revisi 2009) – Laporan Keuangan

Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri

• PSAK NO 5 (revisi 2009) – Segmen Operasi

• PSAK NO 7 (revisi 2010) - Pengungkapan Pihak-pihak

Berelasi

• PSAK NO 8 (revisi 2010) – Peristiwa Setelah Akhir

Pelaporan

• PSAK NO 12 (revisi 2009) – Bagian Partisipasi dalam

Ventura Bersama

• PSAK NO 15 (revisi 2009) – Investasi dalam Entitas

Asosiasi

• PSAK NO 19 (revisi 2010) – Aset tak Berwujud

• PSAK NO 22 (revisi 2010) – Kombinasi Bisnis

• PSAK NO 23 (revisi 2010) – Pendapatan

• PSAK NO 25 (revisi 2009) – Kebijakan Akuntansi,

Perubahan Estimasi, dan Kesalahan

(9)

• PSAK NO 57 (revisi 2009) – Provisi, Liabilitis

Kontingensi, dan Aset kontingensi

• PSAK NO 58 (revisi 2009) – Aset Tidak Lancar yang

Dilmiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan

• ISAK NO 7 (revisi 2009) – Konsolidasi Entitas Bertujuan

Khusus

• ISAK NO 9 – Perubahan atas Liabilitis Purna Operasi,

Liabilitis Restorasi, dan Liablitis Serupa

• ISAK NO 10 – Program Loyalitas Pelanggan

• ISAK NO 11 – Distribusi Aset Non-kas Kepada Pemilik

• ISAK NO 12 – Pengendalian Bersama Entitas – Kontribusi

non Moneter oleh Venturer

• ISAK NO 14 – Aset tidak Berwujud- Biaya situs web

• ISAK NO 17 – Laporan keuangan Interim dan Penurunan

Nilai.

Untuk yang berlaku efektif pada tahun 2012, perubahan standar

akuntansi dan interpretasinya adalah sebagai berikut:

• PSAK 10 (revisi 2010) – Pengaruh Perubahan Nilai Tukar

Valuta Asing

• PSAK 13 (revisi 2011) – Properti Investasi

(10)

• PSAK 18 (revisi 2010) – Akuntansi dan pelaporan Program

Manfaat Purnakarya

• PSAK 24 (revisi 2010) - Imbalan Kerja

• PSAK 26 (revisi 2011) – Biaya Pinjaman

• PSAK 28 (revisi 2010) – Akuntansi untuk Asuransi

Kerugian

• PSAK 30 (revisi 2011) – Sewa

• PSAK 33 (revisi 2010) – Akuntansi untuk Pertambangan

• PSAK 34 (revisi 2010) – Kontrak Kontruksi

• PSAK 36 (revisi 2010) – Akuntansi Asuransi Jiwa

• PSAK 38 (revisi 2011) – Kombinasi Bisnis Entitas

Sepengendali

• PSAK 45 (revisi 2010) – Laporan Keuangan untuk

Organisasi Nirlaba

• PSAK 46 (reevisi 2010) – Pajak Penghasilan

• PSAK 50 (revisi 2010) – Instrumen Keuangan: Penyajian

• PSAK 53 (revisi 2010) – Pembayaran Berbasisi Saham

• PSAK 55 (revisi 2011) – Instrumen Keuangan: Pengakuan

dan Pengukuran

• PSAK 56 (revisi 2011) – Laba Per Saham

• PSAK 60 (revisi 2010) – Instrumen Keuangan:

(11)

• PSAK 61 (revisi 2010) – Akuntansi Hibah Pemerintah dan

Pengungkapan Bantuan Pemerintah

• PSAK 62 (revisi 2010) – Kontrak Asuransi

• PSAK 63 – Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiper

Inflasi

• PSAK 64 (revisi 2010) – Eksplorasi dan Evaluasi Sumber

Alam

• ISAK 13 – Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan

Usaha Luar Negeri

• ISAK 15 – Batas Aset imbalan Pasti, Persyaratan

Minimum, dan Interaksinya

• ISAK 16 – Pengelolaan Jasa Konsensi

• ISAK 18 – Bantuan Pemerintah- Tidak Ada Relasi Spesifik

dengan Aktivitas Operasi

• ISAK 19 – Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali pada

PSAK 63

• ISAK 20 – Pajak Penghasilan-Perubahan Dalam Status

Pajak Entitas atau Para Pemegang Sahamnya

• ISAK 22 – Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan

• ISAK 23 – Sewa Operasi-Insentif

• ISAK 24 – Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang

Melibatkan Suatu Bentuk legal Sewa

(12)

• ISAK 26 – Penilaian Ulang Derivatif Melekat.

Permasalahan atau Kendala yang Dihadapi Dalam Implementasi

International Financial Reporting Standard (IFRS) menurut (Aminullah

dkk: 2010) adalah sebagai berikut:

1. Translasi Standar Internasional

Penerjemahan IFRS merupakan salah satu kendala yang harus dihadapi dalam implementasi IFRS, hal itu disebabkan oleh: IFRS menggunakan kalimat bahasa Inggris yang panjang, ketidakkonsistenan dalam penggunaan istilah, penggunaan istilah yang sama dalam konsep yang berbeda, penggunaan istilah yang tidak terdapat padanan dalam terjemahannya, dan keterbatasan pendanaan untuk penerjemahan.

2. Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional Pada sebagian negara, standar akuntansi sebagai bagian dari hukum nasional dan ditulis dalam bahasa hukum. Disisi lain, standar akuntansi internasional tidak ditulis dengan bahasa hukum sehingga harus diubah oleh dewan standar masing-masing negara. Selain itu terdapat transaksi-transaksi yang diatur hukum nasional berbeda dengan yang diatur standar internasional.

3. Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional

Adanya kekhawatiran bahwa standar internasional akan semakin kompleks dan rule-based approach. Dimana standar mengatur secara detil setiap transaksi sehingga penyusun laporan keuangan harus mengikuti langkah pencatatannya. Sedangkan penerapan standar sebaiknya menggunakan principles-based approach, dimana standar hanya mengatur prinsip pengakuan, pengukuran, dan pencatatan suatu transaksi. 4. Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional

(13)

2.1.6 Kinerja Keuangan

Menurut Kurniawan berdasarkan teori keuangan modern (dikutip

dari Sudarsaman 1999:246) menyatakan keputusan-keputusan manajemen

ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan

meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, penerapan IFRS dalam

Standar Akuntansi Keuangan akan berpengaruh pada kinerja keuangan

perusahaan. Sehingga manajemen perusahaan harus menentukan SAK yang

memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, baik yang

memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap kinerja

keuangan perusahaan.

Kinerja keuangan perusahaan menurut Brigham dan Houston

(2001:78) diukur dengan “menggunakan analisis rasio keuangan untuk

mengetahui keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara simultan,

mengoreksi kelemahan perusahaan”. Penilaian kinerja menurut Kurniawan

(dikutip dari Setyasih, 2009) adalah penentuan efektifitas operasional,

organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya secara periodik. Ada dua macam kinerja, yakni

kinerja operasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional lebih

ditekankan pada kepentingan internal perusahaan seperti kinerja cabang/

divisi yang diukur dengan kecepatan dan kedisiplinan. Sedangkan kinerja

keuangan lebih ditekankan kepada evaluasi laporan keuangan perusahaan

(14)

dinyatakan oleh Brigham dan Houston, baik rasio solvabilitas, rasio

aktivitas, maupun rasio profitabilitas.

Dengan analisis rasio diharapkan dapat memberikan gambaran

hubungan keuangan perusahaan baik laporan posisi keuangan maupun

laporan laba rugi komprehensif perusahaan. Lebih lanjut rasio keuangan

yang digunakan dalam analisis pengaruh penerapan IFRS terhadap kinerja

keuangan dalam penelitian ini adalah rasio solvabilitas dan rasio

profitabilitas.

1. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2001:89) adalah “hasil

bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas

(profitability ratio) adalah sekelompok rasio yang memperlihatkan

pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang

terhadap hasil operasi “. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Return On Asset (ROA)

ROA merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas

(15)

menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan

setelah biaya-biaya modal dikeluarkan dari analisis.

Menurut Brigham dan Houston (2001:90) return on asset

adalah “merupakan rasio laba bersih terhadap total aktiva yang

digunakan untuk mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA)

setelah bunga dan pajak”. Lebih lanjut Riyanto (1995:335)

menyatakan rate return on asset adalah “ kemampuan dari modal

yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan

keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi dan saham).

b. Return On Equity (ROE)

ROE merupakan bentuk dari rasio profitabilitas yang

digunakan untuk mengukur besarnya laba yang dihasilkan dari

investasi modal yang dikeluarkan. Return on equity menurut

Brigham dan Houston (2001:91) adalah “rasio yang digunakan untuk

mengukur pengembalian atas saham ekuitas saham biasa (return on

equity), atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham”.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

panjang perusahaan. Rasio solvabilitas /leverage menurut Riyanto

(16)

jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang”. Lebih lanjut, menurut Weston

dan Copelan (1992:227) “rasio-rasio leverage digunakan untuk mengukur

perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan

dana yang berasal dari kreditor perusahaan, yang tentu saja mengandung

beberapa implikasi”.

Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko rugi

yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki

hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi sedang

membaik. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi

memiliki risiko rugi yang besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk

memperoleh laba yang tinggi. Rasio leverage yang digunakan dalam

penelitian ini adalah debt to equity ratio dan debt to total aset ratio.

Menurut Riyanto (1995:333) debt to equity ratio “digunakan untuk

mengukur bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan

untuk keseluruhan hutang”. Debt to Total Asset Ratio atau yang sering

disebut rasio utang (debt ratio) menurut Brigham dan Houston (2001:86)

adalah rasio yang “mengukur persentase dana yang disediakan oleh

kreditur”.

Total utang mencakup baik utang lancar maupun utang jangka

panjang perusahaan. Kreditur sebagai pihak penyedia dana lebih menyukai

rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio tersebut, maka

(17)

likuidasi. Namun disisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage

yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan oleh

pemegang saham. Menurut Weston dan Brigham (1993:118) “jika rasio

utang terlalu tinggi, terdapat satu bahaya kurang bertanggung jawabnya

pemlik. Bagian pemilik dapat menjadi begitu kecil sehingga mereka akan

terdorong melakukan kegiatan spekulasi, bila hal itu berhasil, akan memberi

laba yang sungguh besar kepada pemilik”.

2.1.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(18)

2 Aria adopsi IFRS di negara

Hasil regresi menunjukkan bahwa hanya kualitas regulator yang secara positif signifikan mempengaruhi kemungkinan adopsi IFRS di negara berkembang. Riset ini tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, keterbukaan ekonomi, perkembangan pasar modal dan perlindungan

investor terhadap kemungkinan adopsi IFRS di

negara berkembang.

pengujian yang dilakukan secara serentak terhadap seluruh rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini menujukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Untuk pengujian yang dilakukan secara parsial menunjukkan hampir seluruh

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada variabel rasio keuangan yang digunakan pasca merger dan akuisisi.

(19)

2.2 Kerangka Konseptual

Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh

(full adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial

Reporting Standard (IFRS). Standar Akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini

mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting

Principle), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya

harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini belum menyeluruh, baru

sebagian (harmonisasi). Era globalisasi saat ini memang menuntut adanya suatu

standar akuntansi internasional yang digunakan disetiap negara, atau

diperlukannya sebuah harmonisasi standar akuntansi internasional dengan tujuan

agar laporan keuangan dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan

analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor dan

kreditor.

Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan mengahsilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang relevan dan akurat dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2005).

Dengan adanya adopsi atau harmonisasi standar akuntansi internasional

dalam standar akuntasi keuangan di Indonesia akan memudahkan perusahaan

nasional untuk berpartisipasi dalam pasar global dan akan diakui oleh

(20)

Keuangan yang berlaku di Indonesia akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan yang telah menerapkan IFRS (SAK yang telah diadopsi dari IFRS)

dalam menyusun laporan keuangannya. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat

dilihat dari analisis rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas maupun

rasio aktivitas.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan literatur diatas mengenai kinerja keuangan

perusahaan sebelum dan setelah penerapan IFRS, maka hipotesis yang dapat

dibuat dalam penelitian ini adalah:

H1: Tingkat Return On Asset (ROA) mempunyai perbedaan yang signifikan

sebelum dan setelah penerapan IFRS.

Sebelum penerapan IFRS

(X1)

Setelah penerapan IFRS

(X2)

Kinerja perusahaan

Return On Asset, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Debt to Total Asset Ratio.

Kinerja perusahaan

(21)

H2: Tingkat Return On Equity (ROE) mempunyai perbedaan yang signifikan

sebelum dan setelah penerapan IFRS.

H3: Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai perbedaan yang signifikan

sebelum dan setelah penerapan IFRS.

H4: Tingkat Debt to Total Asset Ratio (DR) mempunyai perbedaan yang

Gambar

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Madrasah adalah ujung tombak terdepan dalam pelaksanaan proses pendidikan Islam. Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang dari

[r]

Dibawah ini adalah benda-benda yang prinsip kerjanya menggunakan gaya pegas adalah ….. Gaya di bawah ini berupa tarikan

[r]

Dalam rangka peningkatan daya saing lulusan di era global, Direktorat Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan setiap tahun mengadakan lomba debat

Status gizi yang tidak baik memiliki hubungan kejadian campak, dan status gizi bukan merupakan faktor risiko terjadinya kejadian campak pada bayi dan balita., Ibu yang

IMPLEMENTASI BALANCED SCORECARD DALAM PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI PUBLIK (Studi Kasus Pada Yayasan Pesantren Islam Al Azhar Jawa Timur). ISI

Dengan menerapkan aplikasi Odoo modul purchase management pada perusahaan, maka proses bisnis perusahaan akan berjalan lebih optimal dan efektif karena PO yang di buat