• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tren dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sayuran di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tren dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sayuran di Sumatera Utara"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini khususnya aspek ketidakstabilan ekspor impor hortikultura, daya saing komoditas sayuran, dan analisis efisiensi pemasaran sayuran.

Sinuhaji (2012) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kubis (Brassica O.Capitata) dari Kabupaten Karo”. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga domestik, harga internasional, nilai tukar rupiah, PDB Singapura, PDB Malaysia, jumah produksi dan kebijakan pemerintah (CAFTA).

Sembiring (2011) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L) dari Kabupaten Karo”. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga domestik, harga internasional, nilai tukar rupiah, PDB Singapura, PDB Malaysia, jumah produksi dan kebijakan pemerintah (CAFTA).

Otik (2009) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rambutan Indonesia”. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap ekspor rambutan Indonesia yang menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5 persen yaitu peubah harga domestik, nilai tukar rupiah terhap dollar Amerika dan volume ekspor sebelumnya.

(2)

Veronika (2008) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia dalam Skema Cina-ASEAN Free Trade Area”. Berdasarkan uji t-statistik pada taraf nyata 5 persen, diketahui bahwa faktor bebas dalam model permintaan ekspor wood Indonesia di Cina seperti harga ekspor riil, harga substitusi, dan nilai tukar riil rupiah terhadap yuan berpengaruh nyata. Pada model permintaan ekspor woodIndonesia di Singapura, faktor harga substitusi, GDP riil per kapita Singapura, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura berpengaruh nyata terhadap permintaan eksporwood.

Ambarinanti (2007) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Beras Indonesia”. Hasil analisis regresi pada model ekspor menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beras Indonesia terdiri dari produksi beras Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga beras eceran, dan konsumsi beras per kapita.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Jenis-Jenis Sayuran Unggulan Sumatera Utara

Sayuran sangat penting dikonsumsi untuk kesehatan masyarakat. Nilai gizi makanan dapat diperbaiki karena sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, protein nabati dan serat. Menurut hasil Seminar Gizi tahun 1963 dan Workshop of

Food tahun 1968, setiap orang memerlukan sayuran sebanyak 150 gam bersih/orang/hari dalam menu makanannya.

(3)

bunga, buah atau biji. Ada enam komoditi yang menjadi fokus tulisan, yaitu kentang, tomat, kol/kubis, wortel, bawang merah, dan daun bawang.

a. Kentang

Kentang merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu dan memiliki akar tunggang. Kentang sangat digemari oleh hampir semua orang karena rasanya enak serta banyak kandungan vitaminnya. Vitamin yang terkandung dalam kentang adalah vitamin B, C dan A. Di Indonesia kentang merupakan tanaman sayuran mewah, akan tetapi di luar negeri kentang merupakan bahan makanan sumber karbohidrat yang sangat penting, yaitu sebagai makanan pokok.

Kentang dapat digolongkan menurut warna umbinya, kentang kuning, kentang putih dan kentang merah. Ada beberapa varietas yang termasuk kentang kuning, yaitu egenheimer, patrones, rapan 106 dan thung 151 C. varietas yang termasuk kentang putih adalah donate, radosa dan sebago. Sedangkan untuk kentang merah adalahdesire, arkadanred pontiac.

Kentang yang paling banyak ditanam adalah cipanas, desire, partonaes, donate, cosima, rapan 106 dan thung 151 C. Kentang yang paling digemari adalah kentang kuning karena rasanya enak, gurih dan tidak berair dan sering disebut kentang granola.

(4)

menghasilkan 15-30 ton/ha. Kentang dipasarkan dipasaran lokal dan di luar negeri (ekspor), yaitu ke Malaysia dan Singapura dalam bentuk segar dan olahan.

b. Tomat

Tanaman tomat biasanya berbentuk perdu, kecuali tomat liar yang batangnya panjang sehingga bisa melilit. Buah tomat muda berwarna hijau dan tidak enak, sedangkan tomat matang warnanya merah dan dagingnya lunak. Tomat merupakan sayuran yang paling digemari karena rasanya enak, segar dan sedikit asam. Selain itu, tomat yang telah tua dan berwarna merah merupakan sumber vitamin A, C dan B. kandungn vitamin A nya lebih tinggi 2-3 kali dari semangka.

Ada beberapa spesies tomat yang biasanya dibudidayakan diantaranya tomat apel, tomat porselin, tomat sayur, tomat kentang dan tomat keriting.

- Tomat apel, berbuah dengan bentuk bulat, kuat dan sedikit keras seperti buah pir

- Tomat porselin atau tomat sayur, berbuah bulat pipih, lunak, bentuk tidak teratur dan sedikit beralur-alur di dekat tangkainya. Tomat jenis ini paling banyak dijual di pasar.

- Tomat kentang, berbuah bulat besar dan padat seperti apel, hanya ukurannya lebih kecil dari tomat apel.

- Tomat keriting, berbuah dengan bentuk agak lonjong dank keras. Daunnya rimbun keriting seperti terserang penyakit virus keriting dan berwarna hijau kelam.

(5)

4.000 ha. Produksi tomat sudah diperdagangankan ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura. Tomat tipe apel dan gondola (roma) adalah jenis tomat yang disenangi konsumen luar negeri.

c. Kol/kubis

Kol atau kubis merupakan tanaman semusim atau lebih yang berbentuk perdu. Tanaman kubis berbatang pendek dan beruas-ruas, sebagai bekas tempat duduk daun dan memiliki akar tunggang. Kubis dikonsumsi dalam bentuk daun, umbi, bunga dan krop (daun yang menggulung ke dalam). Kubis mengandung vitamin C, A dan B. Rasa daunnya segar, renyah dan sedikit pedas. Ada beberapa jenis tanaman kubis yang diusahakan, diantaranya kubis krop, kubis daun, kubis umbi, kubis tunas dan kubis bunga. Pada saat ini yang dikembangkan secara komersial adalah kubis putih dan kubis bunga.

Tanaman kubis dapat dipanen hasilnya setelah kropnya besar dan padat penuh. Umur tanaman tersebut sekitar 3-4 bulan. Pemanenan harus tepat waktu, jika tidak kropnya akan pecah (retak) dan kadang-kadang mejadi busuk. Tananam yang terawat baik dan tidak terserang hama dan penyakit dapat menghasilkan krop 10-40 ton per ha, tergantung jenis kubis. Untuk kubis telur dapat mencapai 30-40 ton per ha, sedang untuk kubis tunas 10-15 ton per ha.

(6)

d. Wortel

Wortel merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, batangnya sangat pendek hampir tidak terlihat. Akar tunggangnya berubah menjadi umbi dan disekitar umbi tumbuh akar samping. Wortel yang baik hampir tidak memiliki akar samping kecuali pada ujung umbi. Umbi wortel berbentuk bulat panjang dang langsing. Umbi wortel berwarna kuning kemerahan karena mengandung karoten (provitamin A), selain itu wortel juga mengandung vitamin B dan C. Wortel banyak digemari karena rasanya enak, gurih, renyah, dan sedikit manis.

Ada beberapa jenis wortel, yaitu tipe imperator, chantenay, dan nantes. Tipe imperator memiliki ciri umbi berbentuk bulat panjang dengan ujungnya runcing seperti kerucut. Tipe chantenay memiliki ciri umbinya berbentuk bulat panjang dengan ujungnya tumpul. Sedangkan tipe nantes adalah peralihan dari tipe imperator dan chantanay. Wortel tipe imperator kurang disukai karena rasanya kurang manis

Tanaman wortel dapat dipanen setelah berumur 3 bulan. Pemanenan yang terlambat akan menyebabkan umbi menjadi keras sehingga menurunkan kualitasnya. Tanaman yang terawat dengan baik dapat menghasilkan 20-30 ton per ha. Produksi wortel umumnya ditujukan untuk pasar lokal karena harganya tinggi.

e. Bawang merah

(7)

Ada beberapa jenis bawang merah, yaitu bawang merah biasa atau brambang atau shalot dan bawang merah besar atau bawang bombay atau bawang timur. Kedua jenis bawang ini dapat dibedakan dari daun, misalnya bawang brambang memiliki daun hijau muda, berbentuk bulat panjang, berongga seperti pipa dan jika dipotong melintang akan berbentuk lingkaran. Bawang brambang berumbi kecil berdiameter 3-4 cm, rasanya pedas karena kadar atsirinya tinggi, sedangkan bawang bombay memiliki daun berwarna hijau tua, panjang, berbentuk setengah bulat dan berlubang seperti pipa dan jika dipotong melintang akan berbentuk setengah lingkaran. Bawang bombay berumbi besar dengan diameter 5-8 cm. Rasanya tidak pedas dan agak manis.

Tanaman bawang merah dapat dipanen setelah berumur 2,5 – 3,5 bulan dan 60 persen daun-daunnya kering dan pangkalnya lemas. Pemanenen dilakukan dengan cara mencabut tanaman tersebut. Berat hasil yang diperoleh sekitar 4-5 kali berat bibit yang digunakan. Tanaman yang baik dapat menghasilkan 10-40 ton per ha. Hasil produksi bawang merah merupakan komoditi ekspor, biasanya dalam bentuk olahan. Umbi dapat bertahan lama setelah dijemur dan disimpan ditempat yang kering tidak terkena sinar matahari langsung.

f. Daun bawang

(8)

Ada dua jenis bawang daun, yaitu bawang bakung dan bawang prei. Bawang bakung sering disebut sibol atau bawang semprong sedangkan bawang prei sering disebut leek. Kedua jenis ini dapat dibedakan, daun bawang bakung bulat panjang dan berlubang seperti pipa, sedangkan bawang prei memiliki daun panjang, pipih dan liat.

Bawang daun dapat dipanen setelah berumur 2,5 bulan. Tanaman ini dipanen dengan cara mencabut seluruh rumpunnya, tetapi untuk yang akan dijadikan bibit harus tetap ditinggal di kebun. Pemanenan dapat ditangguhkan sampai harga pasar baik. Tanaman ini dapat menghasilkan 10 ton bawang daun per ha. Produksi bawang daun lebih ditujukan untuk pasar lokal tapi tidak menutup kemungkinan untuk pasar ekspor.

2.2.2. Perdagangan Komoditas Sayuran

Keterbatasan pasar global menciptakan peluang-peluang baru dan sekaligus tantangan-tantangan baru yang harus diantisipasi dalam mengembangkan komoditas sayuran yang dikelola pasar (market driven). Dalam kondisi ini pasar berubah sangat cepat dan para pelaku agribisnis harus mampu mengantisipasi secara cermat dan tepat melalui peningkatan produktivitas sebagai sumber pertumbuhan dan menjalin kerjasama dengan pengusaha luar negeri dengan memanfaatkan keunggulan komparaif yang dimilikinya dan mengembangkan produk yang mempunyai keungulan kompetitif yang tinggi.

(9)

pengumpul pasar subterminal Brastagi – pengecer konsumen, dan petani -pedagang pengumpul – -pedagang besar – pengecer – konsumen.

Menurut Hadi, et. al., (2000), menyatakan bahwa efisiensi tata niaga bervariasi dari cukup efisien sampai tidak efisien. Dengan kondisi panen, pasca panen dan tata niaga seperti di atas, petani umumnya menerima sekitar 40 -80 persen dari harga konsumen tergantung jenis komoditasnya.

Sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan domestik, impor beberapa komoditas sayuran masih terus dilakukan. Impor terjadi karena pasokan dalam negeri masih kurang dan juga karena adanya pergeseran permintaan konsumen terhadap komoditi yang berkualitas (Asandhi dan Suwandi, 1995).

Menurut Hadi, et. al., (2000), menyatakan bahwa volume ekspor dan impor yang dianalisis setiap bulannya untuk komoditi kentang, cabai merah, bawang merah dan kubis umumnya sangat berfluktuasi. Ada bulan-bulan tertentu dimana volume ekspor dan impor sangat tinggi dan pada bulan-bulan lainnya rendah. Ekspor bawang merah misalnya, umumnya kecil pada semester I dan besar pada semester II, sedangkan impor sebaliknya, pada semester I tinggi dan semester II rendah. Selama priode 1997-2001, impor cukup tinggi, artinya Indonesia adalah net importir, misalnya bawang merah. Asal impor bawang merah adalah Thailand, Myanmar, Philipina, Malaysia dan Vietnam. Lain halnya dengan kentang, kubis, kedua produk ini mengalami surplus dan menunjukkan perkembangan yang positif.

(10)

1. Kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi hortikultura belum dapat sepenuhnya memenuhi standar permintaan impor luar negeri.

2. Tarif ekspor perusahaan penerbangan Indonesia relatif dalam biaya lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan asing. Hambatan ini merupakan high costbiaya pemasaran ekspor yang biasanya diikuti dengan ketersediaan space di pesawat yang kurang terjamin.

3. Sistem informasi pasar permintaan luar negeri masih relatif kurang. Hal ini karena dibatasi oleh informasi yang cukup mahal bagi para petani dan pengusaha kecil, akibatnya permintaan dari luar negeri tidak dapat terlayani dengan baik.

2.2.3. Ekspor

(11)

Tabel 3. menunjukkan perkembangan ekspor produk pertanian asal Sumatera Utara.

Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Hasil Pertanian dari Sumatera Utara.

Sumber: BPS Sumatera Utara (2011)

2.2.4. Hambatan Kegiatan Ekspor

Perdagangan antara negara dapat memaksimumkan output dunia dan keuntungan bagi setiap negara yang terlibat di dalamnya. Namun, kenyataannya, hampir setiap negara masih menerapkan berbagai bentuk hambatan terhadap berlangsungnya perdagangan antara negara dengan tujuan untuk melindungi perekonomian dan perkembangan negaranya.

Ada dua jenis hambatan dalam perdagangan antar negara, yaitu hambatan berupa tarif dan hambatan yang bukan tarif. Hambatan tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial. Tarif yang dimaksudkan bisa berupa tarif impor ataupun tarif ekspor (Munandar, H. 1996).

(12)

impor, konsep pengekangan ekspor “secara sukarela” ataupun adanya persyaratan untuk memuat kandungan lokal (Munandar, H. 1996).

2.2.5. Kebijakan Pengembangan Ekspor

Pemerintah dengan SK MEMPERINDAG No. 350/MPP/Kep/7/1998 menempuh kebijakan ekspor sayuran dan buah-buahan dapat dilaksanakan bebas dan tidak diberlakukan ketentuan tertentu dalam bentuk tata niaga ekspor. Ekspor dapat dilakukan oleh siapa saja asal memiliki ijin usaha dari suatu instansi pemerintah yang terkait. Kebijakan tersebut merupakan upaya mendorong peningkatan ekspor non migas yang meliputi pemasaran sayuran dan buah-buahan Indonesia di pasar luar negeri. Di era perdagangan bebas yang sudah semakin dekat dimana persaingan perdagangan akan semakin kompetitif baik di pasar regional maupun internasional. Untuk memenangkan persaingan tesebut produk sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan kualitas dan harga harus dapat bersaing dengan produk yang sama di negara pesaing.

(13)

2.2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Menurut Lipsey (1995), permintaan ekspor suatu komoditi merupakan hubungan yang menyeluruh antara kuantitas komoditi yang akan dibeli konsumen selama periode tertentu pada suatu tingkat harga. Permintaan pasar suatu komoditi merupakan penjumlahan secara horizontal dari permintaan-permintaan individu terhadap suatu komoditi. Permintaan ekspor ialah permintaan pasar internasional terhadap komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara. Teori permintaan ekspor bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara ialah harga domestik negara tujuan ekspor, harga impor negara tujuan ekspor, pendapatan per kapita negara tujuan ekspor dan selera masyarakat negara tujuan ekspor. Permintaan ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar negeri yaitu harga di pasar internasional atau harga ekspor, nilai tukar riil, dan kebijakan menyangkut impor suatu komoditi sebagaidummy.

a. Harga produk

(14)

penawaran. Semakin tinggi harga maka akan semakin banyak kuantitas komoditi tersebut yang ditawarkan.

b. Nilai tukar riil

Nilai tukar riil adalah suatu harga relatif dari barang-barang yang diperdagangkan oleh dua negara. Nilai tukar dikenal pula dengan istilah kurs. Terkadang nilai tukar riil bisaa disebut dengan terms of trade atau nilai tukar perdagangan. Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika nilai tukar riil tinggi, maka harga barang-barang luar negeri relatif murah, dan barang-barang domestik relatif mahal. Jika nilai tukar riil rendah, maka sebaliknya harga barang-barang domestik relatif murah sedangkan harga barang-barang luar negeri mahal (Mankiw,2000). Peranan yang penting dalam suatu hubungan ekonomi internasional terutama sekali berkaitan dengan pengaruhnya pada harga relatif dari barang-barang domestik dan harga barang-barang luar negeri.

c. GDP (Gross Domestic Product)

(15)

pendapatan nasional bruto (PNB) atau pendapatan domestik bruto (PDB). GDP sering dianggap sebagai cerminan kinerja ekonomi atau merupakan hasil produksi dalam suatu wilayah yang telah dikurangi hasil faktor produksi yang pemiliknya bukan berasal dari dalam perekonomian serta ditambah faktor produksi dari dalam perekonomian yang berasal di luar daerah perekonomian. GDP diartikan sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian (Mankiw, 2000). GDP menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara, dimana semakin besar GDP yang dihasilkan suatu negara semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan. Bagi negara importir, semakin besar GDP maka akan meningkatkan impor komoditi negara tersebut. Peningkatan GDP merupakan peningkatan pendapatan masyarakatnya. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan terhadap suatu komoditi, pada akhirnya akan meningkatkan impor komoditi tersebut. Sehingga besarnya GDP yang dimiliki negara importir akan mempengaruhi besarnya volume perdagangan.

2.2.7. Teori Perdagangan Internasional

(16)

berbagai tempat di dunia. Hal kedua adalah ketersediaan informasi yang berkaitan erat dengan tingkat kemajuan daya pikir manusia. Adam Smith dalam Salvatore (1997) menyatakan bahwa perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki kerugian absolut.

(17)

Secara teoritis, suatu negara (misalnya negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misalnya sayuran) ke negara lain (misalnya negara B) apabila harga domestik di negara A (sebelum terjadi perdagangan internasional) relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang relatif lebih rendah di negara A tersebut disebabkan adanya kelebihan penawaran (excess supply) yaitu produksi domestik yang melebihi konsumsi domestik. Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah. Dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di pihak lain, di negara B terjadi kekurangan penawaran karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik (excess demand) sehingga harga menjadi tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi dari negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B, maka dapat terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut dimana negara A akan mengekspor komoditi sayuran ke negara B (Salvatore, 1997).

(18)

daripada yang dihasilkan oleh produsen di negara B. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya excess demand di negara B. Kemudian terjadi perdagangan antara negara A dan negara B. Penawaran ekspor pada pasar internasional digambarkan oleh kurva Sw yang merupakan excess supply dari negara A. Permintaan impor digambarkan oleh kurva Dw yang merupakan excess

demand dari negara B. Keseimbangan di pasar dunia terjadi pada titik Ew yang menghasilkan harga dunia sebesar P2, dimana negara A mengekspor sebesar (Qa2- Qa3) yang sama dengan jumlah yang diimpor negara B (Qb2-Qb3) jumlah ekspor dan impor tersebut ditunjukkan oleh volume perdagangan sebesar Qw pada pasar dunia.

Sumber: Salvatore (1997)

Gambar 1. Terjadinya Perdagangan Intenasional

(19)

berikut akan dipaparkan mengenai perubahan-perubahan pada ketiga faktor tersebut di negara pengekspor maupun di negara pengimpor.

GDP per kapita merupakan rataan dari pendapatan nasional yang diperoleh penduduk suatu negara. Dampak perubahan GDP per kapita negara importir terhadap keseimbangan perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 3.

Pada negara importir, peningkatan GDP per kapita merupakan peningkatan pendapatan masyarakatnya. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan terhadap sayuran. Peningkatan ini menggeser kurva demand negara pengimpor menjadi DX’. Dengan kurva penawaran yang tetap keseimbangan berubah menjadi F”. Pada titik F”, jumlah excess demand bertambah dari G-H menjadi G-I. Jumlah impor meningkat sehingga kurvaexcess demand sayuran di pasar dunia juga bergeser ke kanan menjadi ED’.Excess demand sayuran di pasar dunia semakin besar, sehingga mendorong harga untuk naik.

(20)

Sumber: Salvatore (1997)

Gambar 2. Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional

Kondisi nilai tukar seperti terdepresiasinya rupiah terhadap dollar Singapura merupakan faktor yang dapat menyebabkan pergeseran kurva permintaan. Terdepresiasinya rupiah terhadap mata uang asing membuat harga komoditi Indonesia relatif lebih murah sehingga mendorong terjadinya peningkatan jumlah permintaan ekspor.

(21)

2.2.8. Model Regresi

Analisis data yang digunakan dalam metode kuantitatif adalah model regresi berganda dengan persamaan tunggal. Analisis regresi linear berganda adalah analisis yang berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel (variabel dependen) yang satu atau lebih variabel lain (variabel independen) dengan maksud menaksir atau meramalkan nilai variabel dependen berdasarkan nilai yang diketahui dari variabel yang menjelaskan (variabel independen).

Penaksiran parameter diduga dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Metode kuadrat terkecil dikemukakan oleh Carl Friedrich Gauss, seorang ahli matematik bangsa Jerman. Dengan menggunakan OLS, dapat diperoleh intersep dan slope sehingga diperoleh garis regresi yang menunjukkan trend data secara baik.

Dalam mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau belum, terdapat beberapa kriteria yang memerlukan pengujian secara statistik. Indikator untuk melihat kebaikan model adalah R2, F-hitungdan t-hitung. Ukuran ini

digunakan untuk menunjukkan signifikan atau tidaknya model yang diperoleh secara keseluruhan. Menurut Gujarati (1997) dengan asumsi-asumsi tertentu, metode OLS mempunyai beberapa sifat statistik yang sangat menarik yang membuatnya menjadi satu metode analisis regresi yang paling kuat (powerfull) dan populer.

(22)

satupun variabel bebas mempunyai koefisien regresi hasil dari OLS (Ordinary Least Square) yang signifikan secara statistik (bahkan beberapa diantaranya mungkin mempunyai tanda yang salah), walaupun nilai koefisien determinasi ganda R2tinggi. Dalam analisis regresi dengan data time series dancross-section terdapat masalah autokorelasi. Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu dalam periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu dari periode lainnya. Dengan adanya autokorelasi, perkiraan parameter OLS masih tak bisa dan konsisten, akan tetapi menjadi tidak efisien dan standard error dari perkiraan parameter regresi menjadi bisa, sehingga menyebabkan pengujian hipotesis menjadi tidak tepat.

Bentuk umum dari fungsi regresi tersebut adalah (Setiawan dan Kusrini, 2010):

Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + …+ βiXi + ε

dimana:

Y = Variabel respon (tidak bebas/dependen) yang bersifat acak (random)

βo, β1, β2, β3,…, βi = Parameter (koefisien) regresi

X1, X2, X3,…, Xi = Variabel penjelas (bebas/independen) yang bersifat tetap

(fixedvariabel)

ε = Variabel random error/galat

et = Pengaruh sisa (error term)

(23)

Model tersebut diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Least Square/OLS) yang didasarkan pada asumsi-asumsi berikut:

1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E(ei) = 0 untuk i = 1,2,3,...,n.

2. Varian (ei) = E (ej) = σ2, sama untuk kesalahan semua kesalahan pengganggu (homoskedastisitas).

3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu berarti kovarian (ei, ej) =

0, i ≠ j.

4. Variabel bebas X1, X2,..., Xkkonstan dalam sampling yang terulang dan bebas

terhadap kesalahan pengganggu, E (Xi,ei) = 0.

5. Tidak ada kelinearitas ganda di antara variabel bebas X.

6. ei ≈ N (0 ; σ2), artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal

dengan rata-rata nol dan varian σ2.

2.3. Kerangka Konsep Pemikiran

(24)

Tabel 4. Akumulasi Volume dan Nilai Ekspor Sayuran dari Propinsi Sumatera Utara dari tahun 2005-2011

Komoditi

Negara Tujuan

Singapura Malaysia

Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) Nilai (US $)

Kentang 36.323.382 12.450.395 21.529.298 4.138.414

Tomat 2.382.083 1.793.148 1.922.152 748.435

Kol 49.796.062 15.119.904 75.246.669 26.015.663

Wortel 202 54 32.731 6.175

Bawang Merah 1.752.031 340.356

Daun Bawang 7.496 795 64.368 1.669

Total 88.509.225 29.364.296 100.547.249 31.250.712 Sumber: BPS Sumatera Utara (2011)

Pada Tabel 4., volume ekspor sayuran ke Singapura dan Malaysia tidak terlalu jauh demikian juga dengan nilai ekspornya, tetapi ada hal menarik dari data tersebut, yaitu harga jual ke Negara Singapura lebih tinggi dibandingkan dengan ke Malaysia, misalnya untuk kentang sebesar US$ 3,43 per kg sedang untuk negara Malaysia US$ 1,92 per kg, demikian juga dengan tomat, untuk Singapura US$ 7,53 per kg dan untuk Malaysia US$ 3,99 per kg. Tingginya harga ekspor untuk Negara Singapura menjadi dasar dalam penggunaan PDB SIngapura dalam analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor sayuran.

(25)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

2.4. Hipotesis

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh variabel harga lokal, harga ekspor, nilai tukar, jumlah produksi dan PDB negara tujuan ekspor terhadap jumlah ekspor sayuran dari Sumatera Utara.

E

K

S

P

O

R

Produksi Sayuran

Nilai Tukar PDB Singapurar Jumlah Produksi Harga Ekspor

Gambar

Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Hasil Pertanian dariSumatera Utara.
Gambar 1. Terjadinya Perdagangan Intenasional
Gambar 2. Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap
Tabel 4. Akumulasi Volume dan Nilai Ekspor Sayuran dari Propinsi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Bantul Nomor 19 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga

bahwa untuk mewujudkan pengembangan sistem jaminan sosial sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 13 Tahun 2011

(9) Dalam hal PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) adalah Inspektur Jenderal, maka Sekretaris

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh perendaman ekstrak daun bakau (R. apiculata) terhadap kelulushidupan, laju pertumbuhan spesifik, dan histopatologi hepatopankreas

Berdasarkan beberapa hasil yang didapat, seperti: besarnya sumbangan efektif variabel konsep diri terhadap perilaku damai sebesar 21,6% , adanya perbedaan perilaku damai

Dari beberapa definisi informasi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa informasi adalah data yang diolah kemudian menjadi bentuk yang lebih berguna dan

bersetuju untuk menyetuju terima atau cuba untuk memperoleh, daripada mana- mana orang, untuk dirinya sendiri atau untuk mana-mana orang lain, apa-apa suapan

Dibawah kondisi normal untuk penggunaan yang dimaksud, bahan ini diharapkan tidak berbahaya bagi