1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada tahun 2001 World Health Organitation (WHO) merevisi pemberian ASI eksklusif dari 4 – 6 bulan menjadi 6 bulan. Hal itu didasari setelah menelaah artikel secara sistemik dan berkonsultasi dengan para ahli. Berdasarkan hasil telaah tersebut didapatkan bahwa bayi yang diberi ASI
eksklusif selama 6 bulan penuh pada umumnya lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal dan lebih sedikit mengalami gangguan pertumbuhan. (WHO, 2002)
Maka dari itu WHO merekomendasikan bahwa bayi diberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, perkembangan dan kesehatan yang baik. Para ibu harus terus menyusui anak-anak mereka lebih dari usia enam bulan, sampai mereka berusia dua tahun atau lebih, pada saat yang sama mereka diberikan makanan pendamping yang aman dan tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka. (WHO, 2013)
Sejumlah penelitian telah menggarisbawahi keuntungan dari pemberian ASI eksklusif, yaitu untuk pertumbuhan, kekebalan tubuh dan pencegahan penyakit pada bayi. Sebaliknya, beberapa studi mengaitkan kekurangan ASI eksklusif dengan kematian bayi yang tinggi dan morbiditas dari malnutrisi dan infeksi. (Kuzma, 2013)
Prevalensi menyusui di hampir setiap negara di dunia terus menurun secara signifikan. The Lancet’s Child Survival Series memperkirakan bahwa 13% dari kematian anak di negara-negara berpenghasilan rendah dapat dicegah jika prevalensi menyusui ditingkatkan secara optimal. Pentingnya ASI didukung oleh dua penilaian risiko komparatif baru-baru ini. The Global
Burden of Diseases, Injuries, and Risk Factors Study 2010 (GBD 2010)
memperingkatkan menyusui yang suboptimal sebagai faktor risiko terbesar
2
kedua untuk anak-anak balita, tercatat sekitar 47,5 juta Disability Adjusted
Life Years (DALYs) hilang pada tahun 2010. (Roberts et al, 2013)
Praktek pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi angka kematian bayi sebesar 13% dan diperkirakan akan terus memberikan kontribusi bagi
Millennium Developmental Goals (MDGs) untuk mengurangi angka kematian
bayi di Indonesia. Upaya ini telah terus menerus dibuat untuk mempromosikan praktik pemberian ASI di Indonesia. Namun, jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif masih saja tetap rendah. (Marzuki et al, 2014)
Menurut (Ramadhani et al, 2013) ada beberapa alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif seperti budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, dan ibu ingin mencoba susu formula.
Di Indonesia persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2012 sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 69,84%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 67,01%, dan Bali sebesar 66,94%. Sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Provinsi Papua Barat sebesar 20,57%, diikuti oleh Sulawesi Tengah 30,41% dan Sumatera Utara sebesar 32,22%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2012)
Di Sumatera Utara sendiri pencapaian tuntasnya pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan yang terdapat di 8 Kab/Kota yaitu Kabupaten Tapanuli Tengah, Dairi, Karo, Langkat, Pakpak Bharat, Padang Lawas, Kota Medan dan Gunung Sitoli hanya 0%. (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2012). Hal tersebut terjadi karena banyak anak bayi dibawah 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI. (KemenKes, 2012)
3
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat ?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui karakterisitik responden yang mencakup umur, jumlah
anak, pendidikan dan pekerjaan.
2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang berapa lama pemberian ASI
eksklusif pada bayi.
3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif
pada bayi.
4. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif pada bayi.
1.4.Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1.4.1. Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian
1.4.2. Bagi Masyarakat
Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa pentingnya
pemberian ASI eksklusif.