• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Alternatif Kota Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Ditinjau Dari sosial Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Alternatif Kota Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Ditinjau Dari sosial Ekonomi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Studi Kelayakan

Studi kelayakan merupakan suatu tahap awal yang cukup penting dari

serangkaian kegiatan fisik, dimana hasil dari suatu studi kelayakan adalah

rekomendasi mengenai perlu tidaknya proyek yang dikaji untuk dilanjutkan ke

tahap berikutnya. Fungsi kegiatan studi kelayakan adalah untuk menilai tingkat

kelayakan suatu alinyemen pada koridor yang terpilih pada pra studi kelayakan,

dan untuk menajamkan analisis kalayakan bagi satu atau lebih alternative solusi

yang unggul (Departemen Pekerjaan Umum,2005). Dewasa ini, studi kelayakan

dirasakan sangat penting dilakukan karena sumberdaya baik waktu, manusia

maupun dana semakin sulit diperoleh. Aspek yang dikaji dalam studi kelayakan

ini tidak hanya terbatas pada aspek finansial saja melainkan juga mengkaji aspek

teknis,lingkungan,manajerial dan administrasi, aspek organisasi, ekonomi, dan

aspek sosial.

II.1.1 Pengertian Studi Kelayakan

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), yang dimaksud dengan studi

kelayakan suatu proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek

(biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Mengkaji

kelayakan suatu proyek bertujuan untuk mempelajari usulan suatu proyek dari

segala segi secara profesional agar nantinya setelah diterima dan dilaksanakan

betul-betul dapat mencapai hasil sesuai rencana.

(2)

komprehensif dari berbagai aspek dalam usaha mengkaji tingkat kelayakan suatu

proyek.

II.1.2 Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan

Maksud dan tujuan studi kelayakan proyek adalah mengkaji sejauh mana

kelayakan suatu proyek yang akan dilaksanakan, sehingga sumberdaya yang

terbatas dapat dialokasikan secara efisien, efektif dan tepat. Tujuannya adalah

hanya proyek yang benar-benar layak saja yang dapat dipilih karena terbatasnya

sumber-sumber yang tersedia sehingga proyek tersebut dapat dipertanggung

jawabkan secara ekonomis dan finansial (LPM-ITB, 1997).

II.2 Jalan

Sesuai dengan Undang Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan,

yang dimaksud dengan Jalan adalah Prasarana transportasi darat yang meliputi

segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalu-lintas, yang berada pada permukaan tanah dan/atau air,

serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

II.2.1 Peran, Pengelompokkan, dan Bagian bagian Jalan

Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting

dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan

keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jalan

sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan

masyarakat, bangsa, dan negara. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem

jaringan jalan menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia.

(3)

dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status dan kelas. Menurut sistemnya

terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sistem

jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan

distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional,

dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat pusat

kegiatan. Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan

jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa di dalam kawasan

perkotaan. Jalan umum berdasarkan fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan

arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan. Sedangkan jalan umum

berdasarkan statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi,

jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa. Bagian bagian jalan meliputi ruang

manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan. Ruang manfaat jalan

meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamanannya. Ruang milik

jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat

jalan. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan

yang ada dibawah pengawasan penyelenggara jalan.

II.3 Aspek Manfaat Sosial

II.3.1 Fasilitas Umum

Fasilitas Umum adalah sarana yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

umum. Suatau yang merupakan kepentingan umum adalah apa saja yang kalau

tidak terpenuhi dalam suatu komunitasnya, missal komunitas pedesaan, perkotaan

ataupun suatu negri, maka komunitas itu akan tercerai-berai guna

(4)

sebagai kepentingan manusia secara umum, seperti sekolah, rumah sakit,

puskesmas, mesjid, gereja, kantor pemerintahan, pasar dan lain lain.

II.3.2 Penduduk

Keterkaitan Penduduk dan Transportasi sangat erat, dimana transportasi

merupakan komponen utama bagi berfungsinya suatu kegiatan penduduk.

Transportasi berkaitan erat dengan pola kehidupan penduduk, lokal serta daerah

layanan atau daerah pengaruh aktifitas-aktifitas produksi dan sosial serta

barang-barang dan jasa yang dapat dikonsumsi.

Penilaian penetapan perkiraan dampak penting kependudukan atau sosial

mengacu pedoman teknis metode identifikasi dan analisis komponen sosial pada

pekerjaan konstruksi jalan (Departemen Pekerjaan Umum,2005).

II.4 BOK (Biaya Operasional Kendaraan)

Secara teoritis biaya operasi kendaraan dipengaruhi oleh sejumlah faktor

yaitu kondisi dan jenis kendaraan, lingkungan, kebiasaan pengemudi, kondisi

jalan serta arus lalu lintas. Dalam prakteknya biaya tersebut diestimasi untuk

jenis-jenis kendaraan yang mewakili golongannya dan dinyatakan dalam satuan

moneter per satuan jarak (Rp/km).

Pada saat ini terdapat banyak model dan metode dalam menghitung biaya

operasi kendaraan (BOK). Model tersebut antara lain : Pacific Consultans

International (PCI), Highway Design and Maintenance (HDM) World Bank,

TRRL, Abelson, Nimpac (NAASRA), Indonesian Highway Capacity Manual

(IHCM) dan Central Road Research Institute (CRRI). Di Indonesia juga terdapat

(5)

keperluan system pengelolaan pemeliharaan jalan ataupun untuk studi kelayakan

jalan, salah satunya Pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan

Umum pada Tahun 2005. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat rangkuman model-model

BOK yang dititik beratkan pada tingkat ketelitian model yang ditinjau.

Tabel 2.1 Tingkat Ketelitian Model BOK

Sumber : LPM-ITB (1997)

Keterangan :

* = sederhana (mudah diterapkan)

** = menengah

*** = sangat detail dan memiliki tingkat kebutuhan data yang tinggi Komponen Model Biaya Operasonal Kendaraan

HDM-III PCI TRL Abelson CRRI IHCM NIMPAC

Bahan Bakar *** * * *** *** ***

Oli *** * * ** ** ***

Ban *** * * * *** ** ***

Suku Cadang *** * ** * *** * ***

Tenaga Kerja *** * ** * * *

Depresiasi * * t.t * t.t t.t t.t

Bunga Modal * * t.t t.t t.t t.t t.t

Asuransi t.t * t.t t.t t.t t.t t.t

(6)

t.t = tidak tersedia

Semua komponen BOK model PCI, dalam spesifikasinya tidak ekstensif,

misalnya geometrik jalan, kekasaran dan lain-lain. Model ini hanya memasukkan

kecepatan sebagai variabelnya. Ini merupakan model yang cukup sederhana,

dimana faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komponen BOK tidak dimodel

secara eksplisit. Kemudian berdasarkan hasil studi LPM-ITB (1997),

dikembangkan model yang menyempurnakan model yang telah digunakan

sebelumnya dengan mereview seluruh model yang ada dan melakukan survey

pada beberapa jalan tol maupun non tol dengan kondisi geometrik yang

berbeda-beda. Model BOK yang dibuat hanya menggunakan variabel yang sederhana dan

mudah diukur seperti jarak, kecepatan dan rasio volume. Komponen-komponen

yang diperhitungkan adalah yang berkontribusi besar terhadap BOK dan

meskipun masih banyak komponen lain yang perlu diperhitungkan, komponen

tersebut tidak terlalu dominan. Model-model komponen BOK yang ada disusun

berdasarkan data empiris di negara-negara berkembang di luar Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut Departemen Pekerjaan Umum pada Tahun 2005

mengeluarkan Pedoman Teknik Nomor : Pd.T-15-2005-B tentang Pedoman

Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan untuk biaya tidak tetap (running cost).

Pedoman tersebut disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di

Puslitbang Prasarana Transportasi dan adaptasi beberapa persamaan dan

parameter yang ada di HDM IV tahun 2000.

II.4.1 Komponen Komponen BOK (Biaya Operasional Kendaraan)

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan

(7)

tidak tetap (variable cost atau running cost), dan biaya tetap (standing cost atau

fixed cost), yang secara rinci terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

1. Biaya tidak tetap, terdiri dari

a. Konsumsi bahan bakar

b. Konsumsi minyak pelumas

c. Konsumsi suku cadang

d. Upah tenaga pemeliharaan

e. Konsumsi Ban

2. Biaya tetap

a. Depresiasi kendaraan

b. Bunga modal

c. Overhead

Faktor-faktor yang berpengaruh pada komponen BOK dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Konsumsi bahan bakar

Terdapat suatu hubungan mendasar antara konsumsi bahan bakar dan

kecepatan, dipengaruh geometrik dan kondisi lalu lintas. Biaya pemakaian

bahan bakar ditentukan dengan menghitung bahan bakar yang digunakan

(liter/1.000km) dikalikan dengan harga tiap liternya. Pemakaian bahan

bakar untuk jenis kendaraan mobil penumpang sesuai dengan persamaan

berikut ini :

Dasar Kendaraan Gol. I = 0,0284V2 - 3,0644 V + 141,68 ………...…(2.1)

2. Konsumsi minyak pelumas

(8)

Perjalanan dengan persamaan sebagai berikut :

= 0,0032 x Harga Oli x 1,5 …..………(2.2)

3. Upah biaya pemeliharaan

Kebutuhan jumlah jam pemeliharaan yang berkaitan dengan konsumsi

suku cadang dan montir.

a. Suku cadang

Mobil penumpang : Y = 0,0000064 V + 0,0005567 ... (2.3)

dimana Y = pemeliharaan suku cadang per 1.000 km.

V = kecepatan berjalan (running speed)

b.Montir

Mobil penumpang : Y = 0,00362 V + 0,36267 ... ….(2.4)

dimana Y = jam montir per 1.000 km.

V = kecepatan berjalan (running speed)

4. Pemakaian Ban

Ada tiga faktor yang mempengaruhi kondisi atau umur ban, yaitu gesekan

antara ban dengan permukaan jalan (rolling friction), gaya longitudinal dan

tranversal yang terjadi akibat pengereman, akselerasi dan tikungan yang

menyebabkan gesekan pada sebagian permukaan ban dan yang ketiga

adalah akibat tekanan udara yang terjadi pada saat kendaraan melakukan

tanjakan dan atau pengurangan kecepatan (driving force).

Modelnya adalah sebagai berikut:

Mobil penumpang : Y = 0,0008848 V - 0,0045333 ...(2.5)

dimana : Y = pemakaian ban per 1.000 km

(9)

5. Depresiasi

Biaya depresiasi untuk jalan arteri dirumuskan sebagai berikut:

Mobil penumpang : Y = 1/(2,50 V + 125) ... (2.6)

dimana ;

Y = depresiasi per 1.000 km, sama dengan setengah nilai depresiasi dari

kendaraan.

6. Penyusutan

Persamaan untuk biaya penyusutan (dipresiasi) besarnya berbanding

terbalik dengan kecepatan kendaraan.

7. Bunga modal

Persamaan komponen bunga modal besarnya juga berbanding terbalik

dengan kecepatan kendaraan. Menurut Model HDM III, biaya bunga

modal per kendaraan kilometer yang dilambangkan dengan INT dan

diekspresikan sebagai fraksi dari harga kendaraan baru diberikan dalam

persamaan berikut ini:

Mobil penumpang : INT = AINT / AKM ... (2.7)

dimana:

INT = bunga modal kendaraan/km.

AINT = rata-rata bunga modal tahunan dari kendaraan yang diekspresikan

sebagai fraksi dari harga kendaraan baru = 0,01 x (AINV/2)

AINV = bunga modal tahunan dari harga kendaraan baru (%)

(10)

8. Asuransi

Persamaan komponen asuransi besarnya berbanding lurus dengan

kecepatan kendaraan. Biaya asuransi adalah sebagai berikut:

Mobil penumpang : Y = 38 / (500 V) ... (2.8)

dimana Y = depresiasi per 1.000 km, sama dengan ½ nilai depresiasi dari

kendaraan.

II.4.2 Survey BOK (Biaya Operasional Kendaraan)

Survei biaya operasi kendaraan dilakukan dengan

mengunjungi/mewawancarai beberapa toko suku cadang mobil, bengkel mobil,

asuransi dan dealer mobil yang ada di kota Serdang Bedagai.

Wawancara tersebut dilakukan untuk mencari informasi atau data-data

yang dibutuhkan dalam komponen biaya operasi kendaraan. Adapun

komponen-komponen biaya operasi kendaraan adalah merupakan harga dasar komponen-komponen

kendaraan yang terdiri dari:

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan

Umum, Biaya Operasi Kendaraan terdiri dari dua komponen utama yaitu biaya

tidak tetap (variable cost atau running cost), dan biaya tetap (standing cost atau

fixed cost), yang secara rinci terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

1. Harga Bahan Bakar

2. Harga Minyak Pelumas

3. Harga Ban

4. Harga Kendaraan Baru

(11)

6. Asuransi

Hasil survei biaya operasi kendaraan di Serdang Bedagai dapat dilihat

sebagai berikut :

 Harga BBM di Serdang Bedagai dan Tebing Tinggi Rp.7.600

 Harga Ban di Serdang Bedagai :

 Toko Ban 1 di Serdang Bedagai: Rp.450.000,00

 Toko Ban 2 di Serdang Bedagai: Rp.475.000,00

 Toko Ban 3 di Serdang Bedagai: Rp.450.000,00

 Toko Ban 4 di Serdang Bedagai: Rp.450.000,00

 Harga Minyak Pelumas di Serdang Bedagai :

 Toko Pelumas 1 di Serdang Bedagai: Rp.80.000,00

 Toko Pelumas 2 di Serdang Bedagai: Rp.90.000,00

 Toko Pelumas 3 di Serdang Bedagai: Rp.80.000,00

 Toko Pelumas 4 di Serdang Bedagai: Rp.80.000,00

 Harga Suku Cadang di Serdang Bedagai :

 Toko Suku Cadang 1 Rp.125.000,00

(12)

 Toko Suku Cadang 3 Rp.100.000,00

 Toko Suku Cadang 4 Rp.80.000,00

 Biaya Montir di Serdang Bedagai :

 Bengkel 1 diSerdang Bedagai: Rp.250000

 Bengkel 2 diSerdang Bedagai: Rp.1680000

 Bengkel 3 diSerdang Bedagai: Rp.100000

 Bengkel 4 diSerdang Bedagai: Rp.250000

 Harga Kendaraan Baru di Serdang Bedagai dan Tebing Tinggi sama :

 Harga Kendaraan Baru Jenis Toyota Avanza dan xenia :

Rp.180.000.000,-

 Harga Kendaraan Baru Jenis Toyota Inova : Rp.260.000.000,-

 Harga Kendaraan Baru Jenis Honda Jazz : Rp.230.000.000,-

 Harga Kendaraan Baru Jenis Honda CRV : Rp.380.000.000,-

 Harga Kendaraan Baru Jenis Isuzu Panther : Rp. 250.000.000,-

 Harga Kendaraan Baru Jenis Kia Pregio : Rp. 210.000.000,-

 Harga Kendaraan Baru Jenis Suzuki APV : Rp. 160.000.000,-

(13)

 Perusahaan 1 diSerdang Bedagai: Rp.25.000.000,-

Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) didasarkan pada

perhitungan komponen pembentuk BOK seperti BBM, Oli, Ban, Pemeliharaan,

Depresiasi, Bunga Modal dan Asuransi. Terdapat beberapa faktor koreksi seperti

kondisi lalu lintas, kelandaian dan kekasaran jalan.

II.5 Nilai Waktu

II.5.1 Pengertian dan Kegunaannya

Nilai waktu atau nilai penghematan waktu didefinisikan sebagai jumlah

uang yang rela dikeluarkan oleh seseorang untuk menghemat satu satuan waktu

perjalanan (Hensher, et.al,1990). Besarnya nilai waktu bagi pengguna jalan

merupakan gambaran dari layanan konsumen yang diberikan oleh jalan kepada

pengguna jalan tersebut (LPKM-ITB, 1997).

Dalam studi kelayakan proyek jalan nilai waktu tersebut digunakan untuk

menghitung besarnya manfaat yang didapat oleh pengguna jalan akibat adanya

penghematan waktu jika melalui jalan baru. Nilai penghematan persatuan waktu

ini biasanya diambil perjam, yang nantinya menjadi masuka dalam perhitungan

total nilai penghematan harian.

II.5.2 Estimasi Nilai Waktu

Tidak ada nilai yang langsung dapat diterapkan untuk mencerminkan

kenyamanan pengguna jalan, namun dapat dikatakan bahwa banyak pengguna

jalan yang ingin mempersingkat waktu perjalanannya. Salah satu cara untuk

mengkuantifikasi nilai ini adalah dengan menggambarkan nilai waktu sebagai

(14)

adanya kebutuhan perjalanan (bisnis atau non bisnis). Dalam menentukan nilai

waktu seseorang, penting untuk mengidentifikasi perjalanan seseorang. Tujuan

perjalanan umumnya dibagi menjadi dua yakni tujuan bisnis dan non bisnis.

Perjalanan bisnis tidak termasuk perjalanan pergi ke kantor atau pulang ke rumah

yang dilakukan tidak pada jam kerja yang mana tidak mengakibatkan kerugian

produksi ekonomi. Perjalanan non bisnis termasuk semua bentuk perjalanan

seperti ke kantor, ke rumah, ke sekolah, berlibur dsb. Nilai perjalanan bisnis

dikuantifikasikan sebagai nilai waktu perjam yang diasumsikan sama dengan nilai

pendapatan perkapita. Sementara nilai perjalanan non bisnis ditetapkan 25 % dari

nilai perjalanan bisnis. Pendekatan untuk perhitungan nilai waktu dalam studi ini

adalah pendapatan perkapita dari PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto)

Kabupaten serdang bedagai. Berikut ini adalah data pendapatan perkapita

Kabupaten serdang Bedagai mulai tahun 2003 sampai 2005 sesuai Tabel 2.2.

Tabel 2.2 PDRB Per kapita Serdang Bedagai

Lapangan Usaha 2003 2004 2005

Pertanian 1.678,77 1.888,61 2.086,28

Pertambangan dan Penggalian 37,54 44,86 54,53

Industri 868,22 948,14 1.034,13

Listrik, Gas dan Air Minum 20,24 24,99 32,79

Bangunan 203,52 299,93 376,12

Perdagangan, hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi

655,05 728,93 807,49

Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 34,17 36,57 43,62

(15)

PDRB 3.972,55 4.508,35 5.059,77 Sumber :BPS Kabupaten Serdang Bedagai,2013

II.6 Pendekatan Kelayakan Ekonomi

Untuk menentukan layak tidaknya suatu investasi pembangunan jalan dari

segi ekonomi dua metode yang sering digunakan adalah:

1. Cost Benefit Analysis (Analisis Biaya Manfaat)

2. Cost Effectiveness

Metode pertama digunakan untuk menyatakan kelayakan proyek berdasarkan

perbandingan manfaat yang akan diperoleh dan biaya yang akan dikeluarkan.

Metode ini digunakan dalam kondisi dimana dana terbatas. Sedangkan

metodekedua biasanya dilakukan pada kondisi dimana dana yang tersedia cukup

banyak sehingga untuk membandingkan dua alternatif proyek hanya dilakukan

dengan membandingkan biaya yang diperlukan (Adler, 1969). Kriteria dasar

untuk mengukur manfaat suatu investasi di bidang transportasi dalah dengan

melakukan perhitungan ”dengan” dan ”tanpa” (”with” and without”)

pembangunan jalan baru, sehingga diketahui keuntungan yang timbul karena

adanya pembangunan jalan baru tersebut.

Kriteria evaluasi dalam analisis ekonomi maupun analisis finansial

umumnya adalah Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal

Rate of Return (IRR), Payback Period.

II.6.1 Net Present Value (NPV)

Metode Net Present Value adalah metode yang membandingkan semua

(16)

dilaksanakan apabila menunjukkan nilai NPV yang positif (Akhmad,2009).

Dalam hal acuan yang digunakan adalah besaran netto saat ini (Net Present

Value), artinya semua besaran biaya dan manfaat diubah dalam besaran nilai

sekarang. Selanjutnya NPV didefinisikan sebagai selisih antara Present Value

dari komponen manfaat dan Present Value komponen biaya. Rumus yang

digunakan berdasarkan laporan Pre Feasibility Study Road Improvement project,

Final Report:

...(2.8)

Dimana :

NPV : Net Present Value

Bt : Total Benefit

Ct :Total Cost

n : Economic Life Of The Construction

i : Discount Rate.

Berdasarkan kriteria ini dapat dikatakan bahwa proyek layak dikerjakan jika nilai

NPV > 0, sementara jika nilai NPV < 0 artinya proyek tidak layak dan jika nilai

NPV = 0 artinya tingkat pengembaliannya setara dengan suku bunga patokan

(bank) atau dapat dikatakan bahwa proyek mengembalikan dananya persis sebesar

Opportunity Cost of Capital (OCC), mengingat ada penggunaan lain yang lebih

menguntungkan.

II.6.2 Benefit Cost Ratio (BCR)

Analisa benefit cost ratio pada dasarnya membandingkan antara biaya

investasi (cost) yang dikeluarkan dengan besarnya penghematan (benefit) yang

(17)

BCR=1 menunjukkan bahwa pembangunan jalan akan menguntungkan,

sebaliknya BCR < 1 menunjukkan bahwa pembangunan tersebut tidak layak

(Studi Kelayakan Jalan dan Jembatan kode Pd T-19-2005-B). Rumus yang

digunakan berdasarkan laporan Pre Feasibility Study Road Improvement project,

Final Report (Sri Hendarto, 1996).

...(2.9)

Ada beberapa kriteria nilai BCR terkait dengan perumusan diatas, yakni ;

Pertama bila nilai indeks BCR lebih besar dari 1 (BCR>1) maka proyek dikatakan

layak untuk dikerjakan, kedua jika nilai indeks BCR < 1 (BCR < 1) maka proyek

tidak layak untuk dikerjakan mengingat biaya (cost) lebih besar dari pada manfaat

(benefit) yang diterima. Namun hal ini tidak sepenuhnya dapat ditentukan bahwa

proyek layak jika BCR-nya > 1, karena hal tersebut hanya menunjukkan bahwa

manfaat lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. Sementara untuk lebih teliti

menyatakan layak tidaknya suatuproyek harus dibandingkan dengan discount rate

yang berlaku. Dengan kata lain harus diketahui nilai laju pengembalian

modalnya/Internal Rate of Return (IRR) untuk dapat dibandingkan dengan

discount rate yang berlaku.

II.6.3 Internal Rate of Return (IRR)

Yang dimaksud dengan Internal Rate of Return adalah besaran yang

menunjukkan harga discount rate pada saat NPV sama dengan nol. Internal Rate

of Return sering disebut sebagai laju pengembalian modal dan dinyatakan dalam

(18)

dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu

proyek Jika besarnya laju pengembalian modal ini melebihi nilai discount rate

maka sudah pasti dapat dikatakan bahwa proyek menguntungkan dan layak untuk

dikerjakan, namun jika lebih kecil dari discount rate sekalipun nilai BCR-nya > 1,

kelayakan proyek masih perlu ditinjau lagi karena secara finansial lebih baik

mengendapkan modal di bank. Jadi kriteria untuk menetapkan kelayakan suatu

proyek adalah bila IRR-nya lebih besar dari discount rate (tingkat suku bunga).

...(2.10)

Dimana:

IRR : Internal Rate Of Return

NPV1 : Net Present Valueon i1

NPV2 : Net Present Valueon i2

Suatu proyek akan dikatakan layak untuk dilaksanakan apabila

menunjukkan nilai NPV yang positif, yang berarti juga nilai BCR > 1,0 serta nilai

IRR akan lebih besar dari pada angka laju penyusutan (l) yang berlaku untuk

perhitungan. Khusus dalam pembangunan suatu proyek jalan yang dilaksanakan

Gambar

Tabel 2.1 Tingkat Ketelitian Model BOK
Tabel 2.2 PDRB Per kapita Serdang Bedagai

Referensi

Dokumen terkait

maka Dari nilai R 1 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel Kualitas Produk, Kepercayaan Merek, Harga, kualitas pelayanan dan promosi secara bersama- sama

Ia merupakan salah satu bentuk kritis terhadap penelitian komunikasi massa yang mengkonseptualisasikan proses komunikasi dalam bentuk sirkuit sirkulasi atau panah berupa

 Dalam animasi sprite yang dapat kita edit adalah animasi dari layar yang mengandung sprite, kita tidak dapat mengedit bagian dalam yang ditampilkan oleh

Untuk mengungkap administrasi negara sesuai dengan proses yang dipergunakan dalam penyelenggaraan kebijakan publik, maka pendekatan yang dapat digunakan

Pada hasil uji yang ditunjukkan oleh tabel 4.8 yaitu bahwa untuk semua asupan zat gizi kecuali Vitamin C yang menjadi fokus dalam penelitian ini diperoleh nilai koefisien

Telekomunikasi saat ini untuk memperluas jaringannya dengan menggunakan kabel serat optik yang mempunyai kelebihan, yaitu kapasitasnya yang lebih besar, dan mempunyai nilai

and Scientific Research Mohamed Kheider University of Biskra Faculty of Letters and Foreign Languages Department of Foreign Languages English Division.. Problems and difficulties

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengaturan dan pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum belum sepenuhnya memenuhi prinsip