BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman berbiji tertutup
(Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren ini termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). Tanaman aren banyak terdapat
mulai dari Pantai Timur India sampai ke daerah Asia Tenggara. Di Indonesia
tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah nusantara (Sunanto, 1993).
Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya, jika pohon kelapa
batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas) yaitu pelapah daun
dan kapasnya mudah di ambil sedangkan pohon aren memiliki batang yang sangat
kotor karena batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat
sehingga pelapah daun yang sudah tua pun sangat sulit untuk diambil atau dilepas
dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh
banyak tanaman jenis paku-pakuan (Soeseno, 1995).
Aren merupakan jenis tanaman tahunan, berukuran besar, berbentuk pohon soliter
tinggi hingga 12 m, diameter setinggi dada (DBH) hingga 60 cm tanaman aren
dapat tumbuh mencapai tinggi dengan diameter batang sampai 65 cm dan tinggi
15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang.
Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun
panjangnya dapat mencapai 1,45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada
Tanaman Aren (Arenga pinnata) sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung) dan
berpasir. Tetapi tanah ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi
(derajat keasaman tanah terlalu asam). Banyaknya curah hujan juga sangat
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman aren. Tanaman aren menghendaki curah
hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun
(Hatta, 1993).
Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi
pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 mdpl. Pada
daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800
m, tanaman aren tersebut dapat tumbuh tetapi produksi buahnya kurang
memuaskan (Soesono, 1991).
Pada umunya tanaman ini mulai membentuk bunga pada umur 12-16 tahun.
Bunga yang muncul pertama kali adalah bunga betina. Sekitar 3 bulan kemudian
bunga jantan mulai tumbuh di bawah bunga betina tepung sari bunga jantan ini
sudah terlambat menyerbuk putik bunga betina. Nira aren yang digunakan untuk
pembuatan gula merah atau tuak dan cuka merupakan hasil penyadapan tandan
bunga jantan. Untuk dapat memperoleh nira dalam jumlah banyak, bunga betina
harus dihilangkan (Sunanto, 1993).
Dalam pembuatan gula aren dikenal adanya dua jenis bahan, yaitu bahan baku
(utama) dan bahan pendukung. Bahan baku merupakan bahan utama industri gula
aren karena tanpa bahan tersebut tidak akan dapat diproduksi gula aren.
Sedangkan bahan pendukung adalah bahan bantu atau penunjang bahan baku
Nira ini diperoleh dari hasil penderesan pada tangkai bunga aren yang belum
mekar, sedangkan bahan pendukung yang digunakan untuk membuat gula aren
adalah akar rabet, kapur, dan metabisulfide atau pengawet (Sapari, 1995).
Langkah pertama adalah penyeleksian bahan. Bahan yang tidak memenuhi syarat
akan menghasilkan gula aren yang mutunya buruk. Bahkan mungkin tidak akan
menjadi gula, melainkan bahan manisan bila dicampur buah kelapa dan
sebagainya. Langkah kedua adalah penyiapan peralatan. Alat-alat yang sudah
ditetapkan hendaknya dipersiapkan secara matang agar pelaksanaan pembuatan
gula aren berjalan lancar. Langkah ketiga adalah pembuatan gula merah. Nira
mempunyai sifat mudah asam karena adanya proses fermentasi oleh bakteri
Soceharomyses sp. Oleh karena itu nira harus segera diolah setelah diambil dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari bumbung. Nira dituangkan
sambil disaring dengan kasa kawat yang dibuat dari bahan tembaga, kemudian
ditaruh diatas tungku perapian untuk segera dipanasi (direbus) (Sunanto, 1993).
Langkah keempat adalah penyeleksian hasil akhir. Ada dua macam tahap dalam
penyeleksian akhir ini, tahap yang pertama adalah sebelum dibungkus yaitu untuk
mengetahui gula yang berwarna kuning kecoklat-coklatan, kuning pucat dan
hitam. Gula aren yang baik dan siap di pasarkan adalah yang berwarna kuning
kecoklat-coklatan. Kemudian tahap yang kedua adalah sesudah dibungkus yaitu
untuk mengetahui kelengkapan gula, kebersihan dan kerapian bungkus. Jika perlu
pada tahap ini dilengkapi dengan plastik, label dan tali yang baik. Label
digunakan untuk mengetahui identitas dari pengusaha/pengrajin (Sapari, 1995).
2.2.1. Teori Kelayakan
Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu
keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang
direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian studi kelayakan adalah
kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan
manfaat (benefit), baik dalam arti finansial maupun dalam arti sosial benefit (Ibrahim, 2009).
Studi kelayakan bisnis/usaha biasanya menggunakan analisis kelayakan investasi
dimana pada dasarnya sama dengan kegiatan investasi. Kelayakan investasi dapat
dikelompokkan kedalam kelayakan finansial dan kelayakan ekonomi. Dalam
analisis investasi, tujuan utama yang hendak dicapai adalah membandingkan
biaya (costs) dan manfaat dengan berbagai usulan investasi (Soetriono, 2006). Untuk menilai suatu usaha gula aren dalam rangka memperoleh suatu tolak ukur
yang mendasar dalam kelayakan investasi telah dikembangkan suatu metode
analisis yaitu dengan kriteria investasi maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
apakah benefit suatu kesempatan dalam berinvestasi. Dengan demikian, suatu
kriteria investasi merupakan suatu alat apakah suatu usaha yang dilaksanakan
layak atau tidak layak. Menurut Soekartawi (2000) kriteria tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Break Event Point (BEP)
Secara umum BEP adalah suatu keadaan dimana produksi dalam suatu
perusahaan tidak ada untung tidak ada rugi, impas antara biaya yang
Kurva BEP dapat kita lihat sebagai berikut :
Gambar 1. Kurva BEP
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa break even adalah titik potong antara
jumlah biaya (garis jumlah biaya) dengan jumlah penjualan (garis penjualan).
-Daerah rugi
Dimana garis jumlah biaya di atas garis penjualan atau dengan kata lain
jumlah biayanya lebih besar daripada jumlah penjualan.
-Daerah laba
Sebaliknya, dimana garis penjualan diatas atau lebih besar dari pada garis
jumlah biaya.
Manfaat BEP :
- Menentukan harga jual per satuan
- Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimum agar tidak
mengalami kerugian
- Memaksimalkan jumlah produksi
- Merencanakan laba yang diinginkan perusahaan
Kekurangan Analisis BEP :
-Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga
ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan
penawaran pasar.
-Asumsi terhadap biaya dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume
penjualan biaya tetap tidak bisa selalu tetap karena pembelian mesin dan
peralatan lainnya. Demikian juga perhitungan biaya variabel per unit juga
akan dapat berubah dipengaruhi oleh perubahan ini.
-Jenis barang yang diproduksi pada kenyataan tidak selalu satu jenis.
-Biaya tetap tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
-Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
(Sofyan, 2006).
2. R/C Ratio
R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk
(Soekartawi, 2000).
2.2.2. Teori Produksi
Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan)
dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Produksi merupakan hasil
akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan
atau input. Produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu
barang. Kegunaan suatau barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru
atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan
perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output
Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan
manfaatnya. Manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya manfaat
bentuk, manfaat waktu, manfaat tempat, serta kombinasi dari beberapa manfaat
tersebut di atas. Dengan demikian produksi tidak terbatas pada pembuatan, tetapi
sampai pada distribusi. Namun komoditi bukan hanya dalam bentuk output
barang, tetapi juga jasa. Produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai
input menjadi output beberapa barang atau jasa (Salvatore, 2001).
Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan diantara tingkat
produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut (Sukirno, 2005).
2.2.3. Teori Harga
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa
lainnya) yang, ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan
suatu barang atau jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung
terhadap laba perusahaan. Salah satu gejala ekonomi yang penting bagi petani
baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Suatu barang
mempunyai harga karena dua sebab, yaitu barang itu berguna dan jumlahnya
terbatas.Suatu barang merupakan barang ekonomi dalam ilmu ekonomi
dinyatakan barang tersebut mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang
mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna, sedangkan barang
tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas (Tjiptono, 2002).
2.2.4. Teori Pendapatan
Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani
produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga
kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan
pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan
produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga
dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah
(Soekartawi, 1990).
Defenisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan
lebih dari total harta kekayaan, badan usaha awal periode dan menekankan pada
jumlah nilai yang statis pada akhir periode. Pendapatan secara khusus diukur
sebagai aliran kas ditambah perubahan dalam nilai bersih aktiva. Dari definisi
yang dikemukakan diatas, pendapatan menurut ekonomi mengindikasikan adanya
suatu aliran kas yang terjadi dari satu pihak kepada pihak lainnya (Wild, 2003).
Pendapatan harus didapatkan dari aktivitas produktif. Pendapatan bagi masyarakat
(upah, bunga, sewa dan laba) muncul sebagai akibat jasa produktif (productive service) yang diberikan kepada pihak business. Pendapatan bagi pihak business diperoleh dari pembelian yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh
barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi oleh pihak business, maka konsep
pendapatan (income) menurut ekonomi pada dasarnya sangat berbeda dengan
konsep pendapatan (revenue) menurut akuntansi (Rosyidi,1999).
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan yang menjadi rujukan adalah
Rahman (2008) dengan judul “Analisa Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Aren
Kabupaten Paser” dengan hasil penelitian bahwa usaha pengolahan gula aren di
daerah penelitian diperoleh nilai R/C (1,5 > 1) maka usaha pengolahan gula aren
di daerah penelitian dinyatakan layak untuk dikembangkan secara finansial.
2.4. Kerangka Pemikiran
Usaha gula aren merupakan usaha yang dilakukan oleh petani dengan mengelola
input produksi yang tersedia untuk memperoleh hasil (produksi). Biaya-biaya
produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya usaha gula aren terdiri
dari biaya pemeliharaan kebun aren, tenaga kerja, bahan baku, dan modal untuk
pengolahan aren. Jumlah produksi yang akan dihasilkan mempengaruhi
penerimaan petani, dimana besarnya produksi tersebut ditentukan oleh
produktivitas usaha gula aren tersebut. Penerimaan juga dipengaruhi oleh harga
jual gula aren dan penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual
gula aren ke pasaran. Pendapatan yang diterima petani dari usaha gula aren
merupakan jumlah penerimaan dari usaha gula aren yang dikurangi dengan total
biaya produksi. Usaha gula aren dikatakan layak diusahakan bila dari analisis
ekonomi memberikan hasil layak. Adapun analisis yang digunakan untuk menilai
apakah usaha gula aren layak untuk dikembangkan secara ekonomis atau tidak,
yaitu dengan analisis BEP dan R/C Ratio.
Input Produksi : Lahan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Hubungan
2.5. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis dirumuskan sebagai
berikut: usaha gula aren layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian. Pendapatan Usaha Gula Aren
Penerimaan Biaya Produksi
Tidak Layak Layak