• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16 dan 19 Tahun di Kebun Bah Jambi PT Perkebunan Nusantara IV Persero

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16 dan 19 Tahun di Kebun Bah Jambi PT Perkebunan Nusantara IV Persero"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi botani kelapa sawit adalah divisio Spermatophyta, dengan subdivisio Pteropsida, kelapa sawit tergolong dalam kelas Angiospermae, dan subkelas Monocotyledoneae, ordo dari kelapa sawit adalah Cocoidae, Famili dari kelapa sawit adalah Palmae, dan genusnya adalah Elaeis, serta spesies dari kelapa sawit adalah Elaeis guinensis (Hadi, 2004).

Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping, membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Di samping itu, tumbuh pula akar nafas yang muncul di atas permukaan atau di dalam air tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada lapisan tanah atas. Dengan perakaran kuat tersebut, jarang ditemukan pohon kelapa sawit yang tumbang (Fauzi et al, 2002).

Pohon kelapa sawit tumbuh tegak lurus tidak bercabang. Diameter batang kelapa sawit adalah 35-60 cm. Setiap tahun batang kelapa sawit bertambah panjang 35-45 cm. Semakin lambat pertambahan panjang batang kelapa sawit semakin baik. Hal ini akan memudahkan perawatan, terutama untuk memanen buah dan memperpanjang masa produktifnya (Hadi, 2004).

(2)

daun memiliki dimensi serat sebagai berikut : panjang antara 70-150 cm, diameter serat 0,08- 0,8 mm (Intara dan Dyah, 2012).

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga semakin efektif dalam melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsugnya fotosintesis dan sebagai alat

respirasi. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua (Fauzi et al, 2002).

Pada kelapa sawit, letak bunga jantan dan bunga betina terpisah, masing-masing tersusun pada tandan yang berbeda tetapi masih satu pohon. Oleh karena itu kelapa sawit disebut tanaman berumah satu atau monoceous. Namun demikian, terkadang dalam satu tandan terdapat bunga jantan sekaligus bunga betina. Bunga ini disebut hermaprodit. Satu tandan bunga jantan terdiri dari 150-200 spinkelet atau manggar. Dalam satu spinkelet (manggar) terdapat 600-1.500 bunga jantan (Hadi, 2004).

(3)

Buah kelapa sawit secara umum terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu epikarp atau kulit buah, mesokarp atau daging buah, dan endokarp yang terdiri dari tempurung dan inti buah atau kernel. Epikarp merupakan bagian terluar buah kelapa sawit. Epikarp biasanya mempunyai warna tertentu sesuai varietas dan umur buah. Dari warna epikarp inilah seseorang bisa menentukan tingkat kemasakan buah. Mesokarp merupakan bagian utama buah kelapa sawit karena dari bagian inilah minyak kelapa sawit mentah (CPO) akan diperoleh melalui proses ekstraksi atau penggilingan. Tempurung merupakan bagian buah kelapa sawit yang melindungi inti. Kernel merupakan bagian penting kedua setelah mesokarp karena dari iti inilah akan dihasilkan KPO sebagai produk unggulan

kedua setelah CPO (Hadi, 2004).

Biji pada kelapa sawit adalah bagian dari buah dan bisa diperoleh dengan membuang daging buah. Biji terdiri cangkang (endocarp), inti (endosperm), dan lembaga (embrio). Embrio kelapa sawit panjangnya 3 mm, berdiameter 1,2 mm, berbentuk silindris dengan 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain yang berwarna putih bentuknya agak tajam. Bakal biji terdiri 3 ruang tetapi setelah penyerbukan dan menjadi buah, ruang yang berkembang hanya satu; kadang-kadang dijumpai dua ruang. Jika endosperm mendapat air yang mengembang dan kemudian lembaganya akan berkecambah (Soehardjo, 1999).

(4)

proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil. Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih (Widyawati, 2009).

Syarat Tumbuh

Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman yang dibudidayakan. Iklim merupakan faktor yang sulit, bahkan tidak dapat dikendalikan. Budidaya tanaman apapun pada areal terbuka sangat dipengaruhi iklim, demikian juga tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit mudah mengalami stres akibat kekurangan air. Hal ini mengakibatkan menurunnya produksi dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, sebelum membudidayakan suatu tanaman, khususnya kelapa sawit, keadaan iklim setempat mutlak dipertimbangkan. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit meliputi curah hujan, radiasi sinar matahari, suhu, dan kelembaban udara (Hadi, 2004).

(5)

Produksi TBS per tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran matahari. Penyinaran efektif didefenisikan sebagai total jumlah penyinaran yang diterima sepanjang periode kelembaban air tanah yang mencukupi ditambah selama periode stres air dan dikurangi dengan lamanya stres air-tanah yang terjadi. Pada kondisi di daerah khatulistiwa yang menerima lebih dari 2.400 jam penyinaran efektif sepanjang tahun maka rata-rata pohon dapat menghasilkan minimal 125 kg TBS atau 18 ton/ha/tahun. Panjang penyinaran matahari yang diperlukan kelapa sawit yaitu 5-12 jam/hari dengan kondisi kelembaban udara 80 % (Pahan, 2006).

Suhu optimal rata-rata yang diperlukan oleh kelapa sawit adalah 27-320C. Tinggi rendahnya suhu berkaitan erat dengan ketinggian lahan dari permukaan air laut. Oleh karena itu, ketinggian lahan yang baik untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0-400 m dpl,karena pada ketinggian tersebut temperatur udara diperkirakan 27-320C (Hadi, 2004).

Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai adalah daerah yang berada pada 150 LU-150 LS. Sedangkan bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas yang akan mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan jaringan jalan, serta efektivitas pemupukan (Hartanto, 2011).

Tanah

Meskipun kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan tumbuhan dari familia palmae lain misalnya pinang, palem, kelapa, aren, dan lain lain yang dapat

(6)

sawit harus memenuhi standart atau persyaratan yang dapat menunjang pertumbuhan dan produksi yang optimal, yaitu tanah yang subur (Hadi, 2004).

Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapat produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber-pH optimum 5,0-5,5. Secara umum kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik, kelabu, alluvial, atau regosol. Secara umum kelapa sawit berproduksi dengan baik pada jenis tanah ultisol, inceptisol, andisol, dan histosol (Hartanto,2011).

Sifat fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit ialah memiliki solum yang dalam lebih dari 80 cm, karena baik untuk perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40% lempung dan 20-50% liat. Struktur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah perkembangannya kuat, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. Selain itu, ketebalan gambut yang baik adalah 0-0,6 m dan tidak dijumpai laterite (Soehardjo, 1999).

(7)

%, kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengelolaantertentu seperti pembuatan teras (Hartanto, 2011).

Curah Hujan dan Hari Hujan

Iklim sangat berpengaruh terhadap variasi pertumbuhan kelapa sawit. Salah satu faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas kelapa sawit adalah air. Ketersediaan air ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan, irigasi yang diberikan ke perkebunan serta kapasitas tanah dalam menahan air (Lubis, 1992).

Curah hujan adalah air hujan yang jatuh di permukaan tanah selama jangka waktu tertentu, diukur dalam satuan tinggi kolom di atas permukaan horizontal, apabila tidak terjadi penghilangan-penghilangan oleh proses penguapan, pengaliran dan peresapan ke dalam tanah. Curah hujan dinyatakan dalam tinggi air (mm) diukur dengan penakar hujan dengan luas moncong 100 cm2. Satu hari hujan adalah periode 24 jam terkumpulnya curah hujan setinggi 0.5 mm atau lebih dan curah hujan dengan tinggi kurang dari ketentuan tersebut, hari hujan dianggap nol tetapi curah hujan tetap diperhitungkan (Siregar et al, 2006).

(8)

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tabaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan (Sastrosayono, 2003).

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan penurunan produksi tandan buah segar. Hadi (2004) menambahkan kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan buah terlambat masak, berat tandan buah berkurang, jumlah tandan buah menurun hingga sembilan bulan kemudian, serta meningkatkan jumlah bunga jantan dan menurunkan jumlah bunga betina.

Kelebihan air yang dikarenakan tingginya curah hujan dapat meneyebabkan kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Curah hujan yang tinggi biasanya diikuti dengan penambahan hari hujan. Hari hujan yang banyak mengakibatkan penurunan intensitas penyinaran matahari sehingga laju fotosintesis turun dan dapat menyebabkan turunnya produktivitas. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi di lain pihak dapat menghambat penyerbukan karena sebagian serbuk hilang terbawa aliran air hujan. Sedangkan curah hujan yang rendah akan menghambat pembentukan daun, yang akan menghambat pembentukan bunga di ketiak daun (Nugraheni, 2007).

(9)

karena rusaknya sarana transportasi dan kesulitan pemanen dalam pengumpulan berondolan karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi menghambat terjadinya penyerbukan karena serbuk sari hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar dari sarangnya dan juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Proses pematangan buah dipengaruhi keadaan curah hujan, bila curah hujan tinggi buah kelapa sawit cepat memberondol (PPKS, 2006).

Umur Tanaman

Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit di suatu kebun dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman yang ada di kebun tersebut. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah pula produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman berubah setiap tahunnya sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produksi per hektar per tahunnya (Risza, 2009). Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman kelapa sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun.

Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan renta, semakin rendah pula tingkat produktivitasnya. Sedangkan semakin banyak tanaman dewasa dan teruna semakin tinggi pula tingkat produktivitasnya. Menurut Bina Nusantara (2012) tanaman kelapa sawit biasanya dibagi atas 6 kelompok, yaitu :

(10)

6. 26 tahun ke atas – renta (sangat rendah)

Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari umur 3–7 tahun (periode tanaman muda, young), mencapai tingkat produksi maksimal pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja, prime) dan mulai menurun secara gradual pada periode tanaman tua sampai saat menjelang peremajaan (replanting) (Pahan, 2008).

Jumlah bunga betina pada tanaman muda lebih banyak sehingga buah yang dihasilkan lebih banyak, tetapi bobot yang dihasilkan hanya mencapai kurang 10–15 kg. Berikut ini disajikan pengaruh umur tanaman terhadap Berat Janjang Rata–Rata (BJR) pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh umur tanaman dan Berat Janjang Rata–Rata (BJR) Umur Tanaman (tahun) Berat Janjang Rata-rata (kg)

3 3-4

Tabel 2. Bobot Tandan Rata–rata Menurut Umur Tanaman

(11)

Umur tanaman berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit. Peran umur tanaman jika ditinjau dari pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit yaitu berpengaruh dalam pembentukan pelepah yakni jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun. Tanaman yang berumur tua jumlah pelepah dan anak daun yang dihasilkan lebih banyak. Pelepah yang terbentuk juga lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Ini berkolerasi positif terhadap ketersediaan makanan bagi tanaman karena pelepah berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Peran umur tanaman jika ditinjau dari pertumbuhan generatif yakni berpengaruh terhadap organ reproduksi tanaman yaitu dalam proses pembentukan dan perkembangan buah. Kelapa sawit yang memiliki komposisi umur tanam muda akan memiliki jumlah janjang yang lebih banyak tetapi berat janjang yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang memiliki komposisi umur tanaman yang lebih tua. Kondisi ini berpengaruh pada BJR kebun yang berpengaruh terhadap pencapaian produksi TBS yang diharapkan (Prihutami, 2011).

(12)

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan dan Umur Tanaman Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit

Berdasarkan penelitian Yunita (2010) yang menyatakan bahwa penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit kebun Sei Lala PT Tunggal Perkasa Plantations Indragiri Hulu Riau, dipengaruhi oleh curah hujan. Produktivitas tanaman kelapa sawit terbesar diperoleh saat curah hujan terbesar pula (curah hujan > 100 mm/bulan). Akan tetapi pada curah hujan 60–100 mm/bulan produktivitas tanaman kelapa sawit yang dihasilkan lebih kecil daripada produktivitas tanaman pada curah hujan < 60 mm/bulan.

Menurut Bando (2012) di Morowali Sulawesi Tengah, data curah hujan tahunan di Kabupaten Morowali, tahun 1991 merupakan tahun dimana jumlah curah hujan paling tinggi, dengan curah hujan total mencapai 5220 mm, sedang curah hujan terendah terjadi pada tahun 2003 dengan total curah hujan mencapai 2115 mm. Produksi kelapa sawit tertinggi adalah pada tahun 2008 dengan total jumlah produksi sebesar 279.540 kg, sedang yang terendah pada tahun 1990 sebesar 440.328 kg. Produksi kelapa sawit mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan atau umur kelapa sawit serta perluasan wilayah perkebunan.

(13)

lolosan tajuk pada bulan ini hanya sebesar 2.2 mm. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai hujan turun.

Kekeringan dengan defisit air di atas 250 mm pertahun akan mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit terganggu yang berlangsung sampai 2–3 tahun ke depan. Sebagai contoh, produksi tandan buah segar di Kebun Bekri (Lampung) menurun akibat kekeringan pada musim kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1982. Penurunan tersebut 5–11 % pada tahun berjalan, 14–55 % pada tahun 1983, dan 4–30 % pada tahun 1984 (Lubis, 1992).

(14)

Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Kebun Bah Jambi Sejarah Singkat Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara IV unit usaha Bah Jambi dalah salah satu unit usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV berada di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dan berkantor pusat di Jl. Letjend. Suprapto, Medan. Bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PK).

Awalnya unit usaha Bah Jambi adalah milik swasta asing NV, HVA (Handle Veroniging Amsterdam) dari negeri Belanda, komoditinya budidaya sisal (Agave Sisalana).

Tanggal 02 Mei 1959 diambil alih oleh Pemerintah berdasarkan peraturan nomor 19 dalam lembaran Negara nomor 31, tahun 1959 dengan beralih status menjadi PPN Baru sampai dengan 1963.

Tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1963, perusahaan perkebunan Negara dibagi menurut wilayah dari PPN Aneka Tanaman (ANTAN) I s/d XIII dan Unit Usaha Bah Jambi masuk dalam PPN Sumut III selanjutnya berubah naman PPN Antan III sampai dengan tahun 1968.

Tahun 1968 sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1968, dalam regrouping perkebunan dari PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN karet VI dan PPN Serat Sumut menjadi perusahaan Negara Perkebunan VII (PN Perkebunan VII).

Tanggal 14 Januari 1985, PN. Perkebunan VII diperserokan menjadi Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan VII (PTP VII).

(15)

Utara dan PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, PT. Perkebunan VIII dilebur menjadi satu badan usaha PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Visi dan Misi Perusahaan

Visi : PT. Perkebunan Nusantara IV “Menjadi pusat keunggulan pengelolaan perusahaan agro industri kelapa sawit kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan.

Misi :

 Menjamin Keberlanjutan usaha yang kompetitif

 Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan

 Meningkatkan laba secara berkesinambungan  Mengelola usaha secara professional

 Meningkatkan tanggung jawab social lingkungan

 Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program

pemerintah pusat/daerah.

Letak Geografis Perusahaan

Lokasi kebun Bah Jambi berada di kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Jarak dengan kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara berkisar 147 Km, dan dari Kota Pematangsiantar 19 Km.

Keadaan Tanah

(16)

Luas Kebun

Gambar

Tabel 2. Bobot Tandan Rata–rata Menurut Umur Tanaman

Referensi

Dokumen terkait

Interface ini dapat memberikan informasi atau data tambahan terhadap pemakai sirkuit dengan memanfaatkan keuntungan yang didapat dari suatu komputer dan perangkat lunak yang

Dan juga perancangan di perusahaan, biasanya dari kabel jaringannya sudah diberi kode namun masih banyak juga kabel jaringan dari client lain yang masih blank atau tidak diberi

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-4/W2, 2013 ISPRS WebMGS 2013 &amp; DMGIS 2013, 11 – 12 November 2013,

Menunjuk Berita Acara Penjelasan ( Aanwijzing ) Nomor: BA-17/ULPD/WII.8/2017 tanggal 2 Mei 2017, dengan ini diumumkan bahwa telah diunggah Adendum Dokumen pekerjaan

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Pekerjaan Pengadaan Mebel (Peralatan Fasilitas Perkantoran) Pada

Negara di kawasan Asia Tenggara yang dikenal sebagai lumbung padi adalah negara ….. Negara ini sering mengalami konflik menjadi salah satu negara termiskin di Asia,

Pekerjaan : Pengadaan Amplop Dinas, Blanko Surat Dinas, Map Dinas, Buku Agenda, dan Kertas HVS Tahun Anggaran

Dari 117 (seratus tujuh belas) peserta lelang yang mendaftar dan mengunduh Dokumen Pengadaan, 110 (seratus sepuluh) peserta tidak mengisi tabel kualifikasi dan