• Tidak ada hasil yang ditemukan

S GEO 1200242 Chapter III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S GEO 1200242 Chapter III"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Rizka Bahari, 2016

Evaluasi Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamtan Cimahi Tengah, Kota Cimahi Jawa Barat. secara geografis lokasi penelitian berada antara 107º31’30” BT –107º 33’30” BT dan

6 º52’00”LS - 6 º54’00” LS dengan luas wilayah 10.12 km2 dengan batas – batas sebagai berikut :

Utara : Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat

Timur : Kecamatan Sukasri, Kecamatan Cicendo, Kecamatan Andir Kota Bandung

Selatan : Kecamatan Margaasih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat dan Bandung Kulon Kota Bandung

Barat : Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan Kecamatan Ngamrah Kabupaten Bandung Barat

Secara geografis, Kecamatan Cimahi Tengah sebagai salah satu Kecamatan di Kota Cimahi yang letaknya diampit 2 kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Selatan dan Kecamatan Cimahi Utara. Kecamatan Cimahi Tengah sangat strategis karena terletak di jalur kegiatan ekonomi regional dan sebagai kota inti Bandung Raya yang berdampingan dengan ibu kota Jawa Barat yang sangat dinamis. Kecamatan Cimahi Tengah memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sentra kegiatan pelayanan jasa yang berbasis pada sumber daya manusia. Lihat gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Cimahi Tengah.

1.2. Metode Penelitian

(2)

32

Gambar 3.1

(3)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey.

Menurut Tika (2005, hlm.6) “ Metode Survey, yaitu suatu metode penelitian yang

bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variable, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan. Data dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap apa

yang diteliti”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dirasa cocok untuk mengkaji permasalahan kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Cimahi Tengah secara detail, karena penulis melakukan ground check terhadap data Sekunder yang diperoleh langsung secara aktual sehingga teruji kebenarannya.

1.3. Populasi dan Sampel 1.3.1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2013, hlm. 61) merupakan wilayah generalisasi yang memiliki karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Sumaatmaja (1998, hlm. 12) mengatakan populasi adalah keseluruhan gejala individu, kasus dan masalah yang diteliti yang ada di daerah penelitian dan menjadi objek penelitian. Populasi biasanya meliputi populasi wilayah atau populasi manusia, namun populasi yang akan diambil dalam setiap penelitian berbeda tergantung jenis penelitian atau apa yang akan ditelitinya.

Berdasarkan penelitian diatas populasi adalah seluruh penduduk atau wilayah yang mempunyai karakteristik berbeda, kemudian dapat mewakili penelitian tersebut.

(4)

34

Table 3.1

Luas Wilayah Kecamatan Cimahi Tengah No Kelurahan Luas Wilayah (Ha)

1. Baros 225,00

2. Cigugur Tengah 235,13

3. Cimahi 84,00

4. Karangmekar 131.10

5. Padasuka 198,00

6. Setiaamanah 137,00

Sumber : Database Kependudukan Kota Cimahi Tahun 2015

1.3.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2013, hlm 62) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” sedangkan menurut Arikunto (2006, hlm.131), “Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti”. Teknik sampling

yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Sampel Penduduk

Sampel penduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang ada di Kecamatan Cimahi Tengah .

b. Sampel Wilayah

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh permukiman yang ada di Kecamatan Cimahi Tengah. Lihat gambar 3.2

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling. Teknik ini digunakan berdasarkan pada cara berfikir bahwa makin banyak anggota sub populasi makin besar pula rentangan variasinya dibandingkan dengan jumlah anggota populasi yang sedikit. Yunus dalam Ardi (2012, hlm. 53)

Sebagian besar data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data Sekunder sehingga data yang diperoleh harus cek kebenarannya dilapangan. Sampel penduduk diambil dengan menggunakan rumus Slovin, Umar (2008, hlm.108) sebagai berikut.

Keterangan :

(5)

34

Gambar 3.2

(6)

35 Keterangan :

n : Jumlah elemen atau anggota sampel N : Jumlah elemen atau anggota populasi

E : Error level (tingkat kesalahan) (catatan : umumnya digunakan 1% atau 0,01, 5 % atau 0,05 dan 10 % atau 0,1) (catatan dapat dipilih oleh peneliti).

Sampel Penduduk ini diambil dari jumlah Kepala Keluarga yang ada di Kecamatan Cimahi Tengah adalah 52.022 orang dan presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikasi 0,1 atau 10 %. Dengan persentase Karakteristik :

N = 52.022 / (1+52.022 x 0,1²) n = 100 orang/ kepala keluarga

Berdsarkan perhitungan diatas maka sampel penduduk yang didapat adalah 100 orang atau kepala keluarga. Kemudian agar proporsional pembagian sampel di setiap kelurahan maka menurut Sugiono dalam Ridwan (2010. Hlm.66) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Keterangan :

ni = Jumlah sampel menurut stratum Ni = Jumlah populasi menurut stratum n = Jumlah sampel seluruhnya N = Jumlah populasi seluruhnya

Berdasarkan perhitungan diatas setiap kelurahan akan terwakili sampel kepala keluarga. Jumlah sempel kepala keluarga dari setiap kelurahanya akan terpaparkan dalam tabel 3.2

n=N/(1+N.e²)

(7)

Tabel 3.2 Jumlah Sampel

No Kelurahan Jumlah Sampel

1 Baros

x 100 = 14 2 Cigugur Tengah

x 100 = 29

3 Cimahi

x 100 = 8

4 Karangmekar

x 100 = 11

5 Padasuka

x 100 = 23

6 Setiamanah

x 100 = 15

Jumlah 100orang /Kepala Keluarga

1.4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Keruangan, sesuai dengan fungsinya dalam pendekatan keruangan mempelajari tentang perbedaan lokasi yang memiliki sifat atau karakteristik yang penting dalam suatu wilayah, sehingga karakteristik atau masalah tersebut dapat dikaji. Peneliti

mengambil kesimpulan bahwa dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Kualitas

Lingkungan Permukiman di Kota Cimahi” sangat erat kaitannya dengan pendekatan keruangan karena meliputi region atau wilayah yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah lainnya akan tetapi memiliki keterkaitan antar ruang.

1.5. Variable Penelitian

Menurut Sugiono (2011, hlm. 3), “variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan ditarik kesimpulannya”. Variable

(8)

37 lingkungan permukiman dan penanganan kawasan kumuh Kota Cimahi. Lihat table 3.3

Tabel 3.3 Variabel Penelitian

Indikator Variabel Penelitian

 Kepadatan bangunan

 Ukuran bangunan

 Tata letak bangunan / pola bangunan

 Aksesibilitas

 Lokasi Permukiman

 Sanitasi

 Ketersediaan air bersih

 Persampahan

 Kepadatan penduduk

 Fasilitas umum

Kualitas Lingkungan

Permukiman

1.6. Definisi Oprasional

Dalam penelitian ini penulis perlu memberikan batasan tentang definisi oprasional diantaranya yaitu :

1. Permukiman

(9)

Berdasarkan pemaparan diatas permukiman adalah sebuah lingkungan tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana, utilitas umum dan sebainya yang mendukung penghidupan.

2. Kualitas Lingkungan Permukiman

Kualitas lingkungan permukiman kota yang baik akan memperhatikan kelengkapan sarana dan prasana pendukung seperti yang tercantum dalam Undang – Udang Nomer 1 Tahun 2011 bahwa sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan social, budaya, dan ekonomi. Sedangkan prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.

Berdasarkan pemaparan diatas kualitas lingkungan permukiman merupakan sebuah keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi kelangsungan hidup manusia disuatu wilayah, Biasanya kualitas lingkungan yang baik memiliki sarana dan prasarana penujang kehidupan baik social, budaya maupun ekonomi. Kualitas lingkungan permukiman yang di teliti dalam penelitian ini adalah :

a. Kepadatan bangunan

Kepadatan bangunan adalah jumlah rumah atau bangunan dalam satu blok permukiman. Kepadatan bangunan dikatakan baik apabila :

 Kepadatan bangunan <40% ( 17 rumah /Ha) dapat dikatakan jarang

 Kepadatan bangunan 40-60% ( 25 rumah /Ha) dapat dikatakan sedang

 Kepadatan bangunan >60% (>50 rumah /Ha) dapat dikatan padat b. Ukuran bangunan

Ukuran bangunan adalah sebuah ukuran yang menentukan kesejahteraan penghuninya, klasifikasi ukuran bangunan sebagai berikut :

 >60% ukuran bangunan dalam blok 60m2 dikatakan baik

 30-50% ukuran bangunan dalam blok 30-60m2 dikatakan sedang

(10)

39 c. Tata letak bangunan

Tata letak bangunan menentukan keteraturan bagunan seperti arah bangunan mengikuti jalan atau tidak, klasifikasi tata letak bangunan sebagai berikut :

 >50 % bangunan teratur dikatan baik

 25-50% bangunan teratur dikatakan sedang

 <25% bangunan teratur dikatakan buruk d. Aksesibilitas

Aksebilitas merupakan sebuah kemudahan suatu kendaraan untuk menjangkau suatu lokasi perumahan atau permukiman, klasifikasi aksesibilitas dapat dilihat dari :

 >50% rata-rata lebar jalan 6 meter dikatakan baik

 25-50 % lebar jalan antara 3-6 meter dikatakan sedang

 Sebagian jalan kecil atau tidak Nampak pada citra dikatakan jelek e. Lokasi permukiman

Lokasi permukiman merupakan sebuah lokasi yang menentukan kualitas lokasi permukiman tersebut baik atau tidaknya biasanya dilihat dengan apakah jauh dari sumber polusi udara atau suara, bencana,aksesibilitasnya.

 Dapat dikatakan baik jika jauh dari sumber polusi, bencana tetapi masih dekat dengan fasilitas kota ( terminal. Stasiun,pabrik,dll)

 Dapat dikatakan sedang jika ada kemungkiman terpengaruh polusi dan bencana, terkena dampak secara tidak langsung, agak jauh dari fasilitas kota

 Dapat dikatakan buruk jika dekat dengan sumber polusi baik udara, suara, listrik bertegangan tinggi dan sumber bencana ( sungai dan gunung api).

f. Ketersediaan air bersih

Ketersediaan air bersih merupakan syarat yang terpenting dalam menentukan kualitas permukimansuatu permukiman yang layak dan sehat.

(11)

 55-65% jumlah penduduk terlayani oleh PDAM, Artesisi, Sumur Dangkal , Sumur Masyarakat, dan Born Capteri

 35-45% jumlah penduduk terlayani oleh PDAM, Artesisi, Sumur Dangkal , Sumur Masyarakat, dan Born Capteri

g. Fasilitas umum

Fasilitas umum merupakan penunjang dari suatu permukiman dan dapat dikatan baik jika lingkungan permukiman tersebut dilengkapi dengan fasilitas umum. Fasilits umum biasanya terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, pusat perbelanjaan atau perniagaan dll.

h. Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disutu daerah persatuan luas. Kepadatan penduduk disuatu daerah bias dihitung dengan rumus :

Kepadatan penduduk

i. Sanitasi

Sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan masyarakat dengan cara menyehatkan ligkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air dan udara.

j. Persampahan

Persampahan disini maksdunya adalah seberapa besar masyarakat dapat menangani sampah dilingkungan tempat tinggalnya dan apakah masyarakat terlayani dengan keberadaan TPA dan TPS disekitar lingkungan tempat tinggalnya.

1.7. Intstrumen Penelitian

1.7.1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian evaluasi kualitas lingkungan permukiman ini yaitu :

(12)

41 b. Software Arcgis digunakan untuk membuat peta guna melengkapi hasil

penelitian secara detail.

c. alat tulis, berfungsi untuk menulis intrumen penelitian

d. GPS. Berfungsi untuk menunjukan koordinat pada daerah penelitian untuk memudahkan dalam pengolahan data.

e. Kamera Asus ZE550 ML, digunakan untuk mendokumentasikan dan merekam, sekaligus sebagai bukti pada saat survey lapangan.

f. Printer, digunakan untuk proses output hasil penelitian.

1.7.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Pedoman observasi

b. Peta rupa bumi (RBI) Cimahi lembar 1209-313 tahun 2001 skala 1 :25.000 tahun dan Peta Rupa Bumi (RBI) skala 1:25.000 lebar 1209- 311 (Bandung) tahun 2011.

c. Citra google eart 2016

d. Data Badan Pusat Statistik Kota Cimahi

e. Data parameter –parameter Dinas Pekerjaan Umum.

1.8. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan dalam sebuah penelitian untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan sesuai dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut :

a. Observasi lapangan

Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas lingkungan permukiman secara langsung, sehingga dapat dikaitkan dengan parameter –parameter penelitian penelitian lainnya.

b. Wawancara

(13)

responden, lokasi permukiman, persampahan, ketersediaan air bersih, fasilitas umum, dan sanitasi di sekitar permukiman.

c. Studi Literatur

Studi literature bertujuan memperloleh data dan informasi baik berupa jurnal, buku, makalah yang berkaitan dengan penelitian kualitas lingkungan permukiman agar dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kesimpulan penelitian.

d. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi diperlukan untuk memperoleh data sekunder tentang masalah penelitian untuk pengambilan bukti berupa table , dokumen, peta dari berbagai instansi pemerintah, serta peta hasil interpretasi Citra Google Eart. Studi dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data kepadatan bangunan, ukuran bangunan, aksesibilitas, tata letak atau pola bangunan, dan kepadatan penduduk.

1.9. Kisi – Kisi Instrumen

(14)

43

1.10.Teknik Analisis Data 1. Analisis Harkat dan Skoring

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis pengharkatan dan skoring (berjenjang tertimpang) pada setiap parameternya, adapun pengharkatan atau skoring pada masing – masing parameter sebagai berikut :

a. Kepadatan bangunan

Kepadatan bangunan merupakan hasil melalui perhitungan rumah pada setiap satuan pemetaan (blok permukiman) yang telah dibatasi sebelumnya. Kepadatan bangunan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbandingan jumlah rumah dengan luas permukiman. Adapun rumus yang digunakan pada setiap satuan pemetaannya yaitu :

n n n n

x

%

Selanjutnya setelah mendapatkan hasil perhitungan kepadatan bangunan, diklasifikasikan ke dalam klasifikasi kepadatan bangunan seperti dapat dilihat pada tabel 3.5

Tabel 3.5

Klasifikasi Kepadatan Bangunan

Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot

Kepadatan

Sumber : Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Cimahi,2015

(15)

kualitas lingkungan permukiman, jika bobot semakin besar maka kualitas lingkungan permukiman tersebut bagus atau baik.

b. Ukuran bangunan

Ukuran bangunan merupakan ukuran rumah yang berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penghuninya.

Adapun klasifikasi ukuran bangunan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.6

Table 3.6

Pengharkatan Parameter Ukuran Bangunan

Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot

Ukuran Bangunan

Luas >60% ukuran bangunan dalam

blok 60m2

Harkat masing – masing diberikan berdasarkan tingkat ukuran bangunan, jika harkat semakin besar maka klasifikasinya pun baik terhadap kualitas lingkungan permukiman, namun jika harkat tersebut kecil hal tersebut menandakan tingkat kualitas permukiman tidak baik, sedangakan nilai bobot diberikan untuk setiap parameternya agar dapat menunjukan seberapa berpengarunya terhadap kualitas lingkungan permukiman kota. Jika bobot semakin besar maka semakin berpengaruhnya terhadap kualitas lingkungan permukiman.

c. Tata letak atau pola bangunan

(16)

45 bangunan perumahan pada permukiman tersebut secra teratur, sedang, dan tidak teratur, Lihat tabel 3.7

Table 3.7

Pengharkatan Parameter Tata Letak atau Pola bangunan

Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot

Tata letak /

Sumber : Horward dkk dalam Ardi (2012,hlm.60)

Harkat masing-masing klasifikasi diberikan berdasarkan tingkatan Tata Letak/ Pola Bangunan, semakin besar nilainya maka klasifikasi tersebut pun baik terhadap kualitas lingkungan permukiman kota, namun sebaliknya nilai terkecil tidak baik terhadap kualitas lingkungan permukiman kota. Sedangkan bobot diberikan secara menyeluruh untuk satu parameter, nilai bobot besar menunjukan bahwa parameter tersebut semakin berpengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman kota. Ardi (2012,hlm.60)

d. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan jalan masuk untuk transportasi, biasanya ditunjukan dengan lokasi perumahan atau permukiman. Lihat table 3.8

Tabel 3.8

Pengharkatan Parameter Aksesibilitas

Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot

Aksesibilitas

Baik Jalan penghubung lingkungan

tampak jelas pada Citra landsat,

Jelek Jaringan jalan sebagian besar

tidak tampak jelas pada citra landsat

1

(17)

Harkat diberikan berdasarkan tingkatan aksesibilitas, semakin besar nilainya maka klasifikasi tersebut baik terhadap kualitas lingkungan permukiman kota. Jika sebaliknya nilai terkecil tidak baik terhadap kualitas lingkungan permukiman kota. Sedangkan bobot diberikan secara menyeluruh untuk parameter, nilai bobot besar menunjukan bahwa parameter tersebut semakin berpengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman kota.

e. Lokasi Permukiman

Lokasi Permukiman mempunyai banyak penafsiran, namun lokasi permukiman dalam penelitian ini adalah lokasi relative permukiman yang bebas dari polusi (udara dan suara) dan bencana (banjir dan tegangan listrik tinggi). jika lokasi permukiman bebas dari polusi dan bencana maka dapat dikatakan lokasi permukiman tersebut mempunyai kualitas lingkungan permukiman yang baik. Adapaun klasifikasi lokasi permukiman berdasarkan parameternya dapat dilihat pada table 3.9

Tabel 3.9

Pengharkatan Parameter Lokasi Permukiman

Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot

Lokasi Permukiman

Baik Jauh dari sumber polusi (udara dan suara) dan bencana (banjir, dan listrik tegangan tinggi) tetapi masih dekat dengan fasilitas kota.

3

2 Sedang Ada kemungkinan

terpengaruh polusi dan bencana, terkena dampak secara tidak langsung, agak jauh dari fasilitas

(18)

47 Harkat masing-masing klasifikasi diberikan berdasarkan tingkatan Lokasi Permukiman, semakin besar nilainya maka klasifikasi tersebut pun baik terhadap kualitas lingkungan permukiman kota, namun sebaliknya nilai terkecil tidak baik terhadap kualitas lingkungn permukiman kota. Sedangkan bobot diberikan secara menyeluruh untuk satu parameter, nilai bobot besar menunjukan bahwa parameter tersebut semakin berpengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman kota.

f. Sanitasi

Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan, namun yang di maksud sanitasi dalam penelitian ini adalah kepemilikan sarana Mck, septictank, dan lingkungan permukiman dengan drainase yang baik. Jika setiap satuan blok permukiman dilengkapi dengan sarana tersebut maka dapat dikatakan mempunyai kualitas lingkungan permukiman yang baik dari segi sanitasi. Untuk lebih jelas lihat tabel 3.10

Tabel 3.10

Pengharkatan Parameter Sanitasi

Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot

Sanitasi

sarana MCK, sedikit Septictank drainase

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi dengan modifikasi

g. Kepadatan Penduduk

(19)

Tabel 3.11

Pengharkatan Parameter Kepadatan Penduduk

Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot

Kepadatan

Penduduk

Tidak Padat Jumlah penduduk 0-50

jiwa/km2 4

1

Cukup padat Jumlah penduduk 51-

250 jiwa/km2 3

Padat Jumlah penduduk 251 –

400 jiwa/km2 2

Sangat Padat Jumlah penduduk < 400

jiwa/km2 1

Sumber : UU No. 56 Tahun 1960

h. Fasilitas umum

Fasilitas umum merupakan penunjang dari suatu permukiman dan dapat dikatan baik jika lingkungan permukiman tersebut dilengkapi dengan fasilitas umum. Fasilits umum biasanya terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, pusat perbelanjaan atau perniagaan dll. Klasifikasi tersebut dapt dilihat pada tabel 3.12

Tabel 3.12

Pengharkatan Parameter Fasilitas Umum ( Pendidikan)

Variabel Kriteria Kelas Harkat Bobot

Pengharkatan Parameter Fasilitas Umum ( Sarana Kesehatan)

Varibel Kriteria Kelas Harkat Bobot

Fasilitas

umum

(Kesehatan)

Terdapat puskesmas, balai pengobatan, bidan,

dan rumah sakit umum

Baik

3

3 Terdapat Puskesmas dan balai pengobatan Sedang 2

Terdapat Puskesmas Buruk 1

(20)

49

Table 3.14

Pengharkatan Parameter Fasilitas Umum ( Sarana Niaga)

Variable Kriteria Kelas Harkat Bobot

Fasilitas

umum

(sarana niaga)

Tersedia pasar dan dapat mencukupi

kebutuhan primer dan sekunder dan

aksesibilitas mudah dijangkau

Baik 3

2 Tersedia pasar dapat mencukupi kebutuhan

sekunder namun aksesibilitas dapat

dijangkau

Sedang 2

Tersedia pasar namun belum memenuhi

kebutuhan dan aksesibilitas sulit dijangkau Buruk 1

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum 2001 dengan modifikasi

Klasifikasi diberikan berdasarkan kondisi ketersediaan fasilitas umum di daerah penelitian , semakin besar nilainya maka klasifikasi tersebut pun baik terhadap kualitas lingkungan permukiman. Sebaliknya jika nilai terkecil tidak baik terhadap kualitas lingkungan permukiman. Sedangkan bobot diberikan menyeluruh untuk satu parameter , nilai bobot besar menunjukan bahwa parameter tersebut semakin berpengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman.

i. Ketersediaan Air Bersih

Ketersediaan air bersih merupaka hal yang harus dipertimbangkan dalam suatu pemilihan lokasi permukiman karena memperngaruhi hajat orang banyak dan merupakan hal yang utama. Klasifikasi tersebut dpat dilihat pada tabel 3.15

Tabel 3.15

Pengharkatan Parameter Ketersediaan Air Bersih

Variabel Kriteria Kelas Harkat Bobot

Ketersediaan Air Bersih

>75% jumlah penduduk

terlayani oleh PDAM, Artesisi,

Sumur Dangkal , Sumur

Masyarakat, dan Born Capteri

Sangat baik

3

2 55-65% jumlah penduduk

terlayani oleh PDAM, Artesisi,

Sumur Dangkal , Sumur

Masyarakat, dan Born Capteri

(21)

Lanjutan Tabel 3.15

35-45% jumlah penduduk terlayani oleh PDAM, Artesisi,

Sumur Dangkal , Sumur

Masyarakat, dan Born Capteri

Buruk 1

Sumber : Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 1990 dengan modifikasi

j. Persampahan

Tabel 3.16

Pengharkatan Parameter Persampahan

Variable Kriteria Kelas Harkat Bobot

Sampah

>65% dari jumlah penduduk terlayani oleh sistem DK/PDK, dam tidak ada pembuangan sampah secara liar

Baik 3

2 25-45 % dari jumlah penduduk terlayani

oleh sistem DK/PDK, dan terdapat pembuangan sampah secara liar

Sedang 2

<25% dari jumlah penduduk terlayani oleh sistem DK/PDK, dan terdapat pembuangan sampah liar

Buruk 1

Sumber : Dinas Perkerjaan Umum tahun 2001 dengan modifikasi

(22)

36

Maka kualitas lingkungan permukiman dibagi tiga kelas klasifikasi, lihat table 3.17

Tabel 3.17

Klasifikasi Kelas Kualitas Lingkungan Permukiman untuk Parameter (Kepadatan bangunan, ukuran bangunan, Pola bangunan, Lokasi permukiman, Sanitasi,

Persampahan, Fasiliras umum, dan Ketersediaan air bersih)

No Tingkat Penilaian Skor

1. Buruk 25 – 41,6

2. Sedang 41,6 – 58,2

3. Baik 58,2 – 74,8

Tabel 3.18

Klasifikasi Kelas Kuliatas Lingkungan Permukiman Berdasarkan Parameter Kepadatan Penduduk

No Tingkat Penilaian Skor

1 Baik 3-4

2 Sedang 2-3

3 Buruk 1-2

2. Analisis Tetangga Terdekat

Penelitian ini menggunakan analisis tetangga terdekat (nearest neighbor statistic). Dalam menggunakan analisis tatangga terdekat harus diperhatikan beberapa langkah berikut :

a. Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki.

b. Mengubah pola penyebaran fenomena yang diselidiki menjadi pola penyebaran titik. c. Memberikan nomor urut untuk mempermudah analisis.

d. Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara titik satu dengan titik lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan mencatat ukuran jarak ini.

e. Menghitung besarnya parameter tetangga terdekat (nearest neighbor statistic).

Pengeyasuian pola-pola ini menggunakan skala tetangga terdekat yang diungkapkan ke dalam nearest neighbor statistic. Bintarto (1991, hlm. 75) dengan menggunakan formula sebagai berikut :

T =

(23)

Ju = Jarak Rata- Rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetngga yang terdekat. Ju =

N J = Jumlah Jarak

N = jumlah titik

Jh = jarak rata- rata yang diperoleh apabila semua titik mempunyai pola random.

= √

P = kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam km2 (A)

Setelah didapatkan nilai tetangga terdekat ( T) maka parameter yang didapat menunjukan nilai tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1

, T = 0 T = 1,0 T = 2,15

T = 0 T = 1,0 T = 2,15

Mengelompok Acak Seragam

(Clustered) (Random) (Uniform)

Gambar 3.3

(24)

38

k. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan Penduduk Kota Cimahi

Standar Kualitas Lingkungan Permukiman

Rekomendasi dan Saran

Kebutuhan Permukiman

Data Lapangan

Analisis Data : 1. Analisis tetangga terdekat 2. Harkat dan

bobot

Gambar

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Cimahi Tengah 32
Table 3.1
Gambar 3.2 Peta Sampel Blok Permukiman Kecamatan Cimahi Tengah
Tabel 3.2 Jumlah Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Pada saat melakukan pengamatan yang diamati adalah sikap peserta didik dalam menerima materi pelajaran

Tabel 3.17 Manajemen agenda untuk Fokus pada Sesuatu yang Benar Pertanyaan Manajemen Ya / Tidak Bila Tidak, Apa Rencana.

1 Buah 11 Housing Filter ukuran Ukuran 10" Warna Biru/Blue 6 Buah 12 Housing FIlter ukuran Ukuran 10" Warna Bening/Transparant 6 Buah 13 Filter CTO Carbon Block Carbon Tasted and

Di samping sebagai bentuk penguatan profesionalisme profesi, juga digunakan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif baik dari sisi pengetahuan, keteguhan,

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya proses klientisasi, yaitu: (a) Faktor ekonomi; petani mempunyai modal yang terbatas sehingga mereka sering melakukan pinjaman ke

Menurut Sumaatmadja (1988: 112) menyatakan populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus dan masalah yang akan kita teliti, yang ada di daerah penelitian menjadi

 Situasi yang dialami anak saat ini senang memiliki waktu lebih banyak untuk membantu orang tua 60,3%, senang lebih dekat dengan orang tua 59,7%, merasa bosan belajar di rumah

Renstra Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018-2023 disusun dengan maksud untuk menjabarkan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan, terutama