7 BAB II
LANDASAN TEORI 2.1 Kepemimpinan
Menurut Joseph C. Rost (Triantoro Safaria 2004:3) Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama.Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang agar bersedia mengikuti bimbingannya atau ajakannya dalam mengambil keputusan tertentu (Larson, 2009). Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang-orang ke arah tujuan organisasi (Yukl, 1998). Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi kelompok ke arah tujuan pencapaian organisasi (Mulyasa, 2004). Dalam teori kepemimpinan, Larson (2009) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah produk dari interaksi diantara individu-individu dalam kelompok dan bukan status atau posisi dari individu. Menurut Owens (1991) dalam Sudarwin dan Suparno (2009), kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara satu pihak sebgai yang memimpin dengan pihak yang dipimpin. Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi seseorang dengan orang lain. Tidak ada pengikut, tidak ada pemimpin. Dengan demikian, pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi, memotivasi, dan bekerjasama dengan bawahannya. No Followers, No Leader. No Leadership, No Followership.
Menurut berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan selalu melibatkan unsur pemimpin, pengikut, dan konteks. Menurut Harsiwi (2003), kepemimpinan sebagai suatu proses membujuk (inducing) orang-orang lain menuju sasaran bersama. Definisi tersebut mencakup tiga elemen yaitu :
a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relation concept)
8
premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berelasi dengan para pengikut mereka. b. Kepemimpinan merupakan suatu proses
John Gerdner (1988), kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
c. Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan
Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.
Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah tercermin dari semua program berdasarkan strategi sesuai dengan fungsi dan situasi yang dihadapi. Seorang kepala sekolah sejati dapat mempengaruhi dan diakui oleh bawahan, memotivasi anggota komunitas sekolah untuk mengkaderkan diri menjadi pemimpin masa depan, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan organisasi, mempertahankan kejayaan organisasi sekolah, dan membuat cara kerja yang lebih mudah.
2.2 Kepemimpinan Kepala sekolah
9
Terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu: (1) educator, (2) manajer, (3) administrator, (4) supervisor, (5) leader, (6) pencipta iklim kerja, (7) wirausahawan.
Tugas Kepala Sekolah 1. Tugas Manajerial
Tugas kepala sekolah dalam bidang manajerial berkaitan dengan pengelolaan sekolah, sehingga semua sumber daya dapat disediakan dan dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.
Tugas manajerial ini meliputi aktivitas sebagai berikut: menyusun perencanaan sekolah, mengelola program pembelajaran, mengelola kesiswaan, mengelola sarana dan prasarana, mengelola personal sekolah, mengelola keuangan sekolah, mengelola hubungan dengan masyarakat, mengelola administrasi sekolah, mengelola sistem informasi sekolah, mengevaluasi program sekolah, memimpin sekolah.
2. Tugas Supervisi
Selain tugas manajerial, kepala sekolah juga memiliki tugas pokok melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kerja guru dan staf. Tujuannya adalah untuk menjamin agar guru dan staf bekerja dengan baik serta menjaga mutu proses maupun hasil pendidikan disekolah.
Dalam tugas supervisi ini tercakup kegiatan-kegiatan: Merencanakan program supervisi, melaksanakan program supervisi, menindaklanjuti program supervisi.
3. Tugas Kewirausahaan
10 2.3 Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional mula-mula digagas oleh Burn yang diterapkan dalam konteks politik. Selanjutnya, kepemimpinan transformasional ini diterapkan oleh Bass ke dalam konteks organisasi (Mahardika 2009:15). Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi. Kepemimpinan ini membutuhkan tindakan motivasi bawahannya agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran “tingkat tinggi” yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu (Bass, 1985 dalam Hasibuhan 2005).
Kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai bentuk atau gaya yang diterapkan kepala sekolah dalam mempengaruhi bawahannya (guru, tenaga administrasi, siswa, dan orang tua peserta didik) untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan (Sudarwan dan Suparno, 2009:26-27). Kepemimpinan transformasional memiliki penekanan dalam hal pernyataan visi dan misi yang jelas, penggunaan komunikasi secara efektif, pemberian rangsangan intelektual, serta perhatian pribadi terhadap permasalahan invidu anggota organisasinya (Sudarwan dan Suparno, 2009:27).
Menurut (Mulyasa, 2004:25) sebagai manager itu harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi dan berjalan optimal, salah satu proses manajemen yang sangat di kenal dalam literatur akademik, yaitu POAC ( Planning, Organizing, Actuating, Controlling). Kiarenanya, tugas dan fungsi kepala sekolah merupakan sosok sentral dalam peningkatan mutu kualitas pendidikan di sekolah. Terkait dengan cara kepemimpinan kepala sekolah, para ahli pendidikansepakat bahwa salah satu gaya kepemimpinan yang relevan di terapkan dalam konteks MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) adalah gaya kepemimpinan transformasional. Yakni cara yang memungkinkan semua potensi yang ada disekolah dapat berfungsi secara optimal.
11
system) yang luhur, sehingga semua elemen yang ada disekolah bersedia untuk berpartisipasi dalam pencapaian visi sekolah.
Seorang kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan transformasional memiliki sikap menghargai ide-ide baru, cara dan metode baru serta praktik-praktik baru yang dilakukan para guru dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) disekolah. Terdapat tujuh sikap dari kepala sekolah yang telah berhasil menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, yaitu :
1. Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan. 2. Memiliki sikap pemberani.
3. Mempercayai orang lain.
4. Bertindak atas dasar sistem nilai (bukan atas dasar kepentingan pribadi).
5. Meningkatkan kemampuan yang dimiliki secara terus menerus.
6. Memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit, tidak jelas, dan tidak menentu.
7. Memiliki visi kedepan atau visioner.
5 (lima) perilaku yang mecirikan pemimpin transformasional menurut Bennis dan Nanus (Marshall Sashkin & Molly G. Sashkin 2011 : 42-43) ialah :
1) Kepemimpinan yang terfokus
Tidakan-tinadakan yang tampaknya daopat merebut perhatian orang, memfokuskan mereka pada isu-isu penting dalam suatun diskusi. 2) Kepemimpinan Komunikasi
Menggunakan keterampilan komunikasi yang efektif-aktif mendengarkan, mengutamakan umpan balik yang sesuai, dan lain-lain- untuk menjelaskan gagasan-gagasan yang rumit dengan jelas.
3) Kepemimpinan Kepercayaan
12 4) Kepemimpinan Penuh Hormat
Tindakan-tindakan yang menunjukkan bahwa pemimpin peduli terhadap bawahan, seperti menyampaikan ucapan selamat atas pencapaian yang dilakukan bawahan.
5) Kepemimpinan Berisiko
Tindakan-tindakan yang dirancang untuk mendapat komitmen penuh dari setiap individu terhadap gagasan dan proyek baru, seringkali dengan melibatkan mereka dan memberi mereka tanggung jawab. Pola Hubungan Pemimpin-Bawahan Kepemimpinan Transformasional
Tipe Kepemimpinan Kepemimpinan Transformasional Hasil Kepemimpinan Tindakan independen
Dituntun oleh internalisasi nilai-nilai bersama
Motif Kekuasaan Pemimpin Pemimpin dan bawahan yang diberdayakan dituntun oleh suatu visi bersama
Motif Kekuasaan Bawahan Saling tergantung, bawahan yang diberdayakan sebagai mitra kerja.
2.4 Komponen Kepemimpinan Transformasional
Empat komponen kepemimpinan transformasional yang dikenal dengan 4 i (Lazarus Sailana :2005) yaitu :
1) Idealized Influence ( Pengaruh Ideal) atau karisma.
13
2) Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasional).
Mengartikulasi visi masa depan organisasi, menantang pengikutnya dengan standar yang tinggi, berbicara secara optimis, dan penuh antusiasme, memberikan dorongan akan apa yang harus dikerjakan. 3) Intelectual Stimulation (Simulasi Intelektual).
Pemimpin yang mempertanyakan asumsi-asumsi, tradisi-tradisi, dan kepercayaan-kepercayaan lama, menstimulasi hadirnya perspektif dan cara-cara baru dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, dan mendorong pengikutnya menyampaikan ide dan gagasan-gagasan baru.
4) Individualized Consideration (Perhatian Individu)
Pemimpin berhubungan dengan bawahannya sebagai makhluk pribadi yang memiliki kebutuhan, kemampuan dan keinginan. Mendengarkan dengan penuh perhatian, mengembangkan potensi dirinya, menasehati dan membimbingnya.
14 2.5Kerangka berfikir
Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan yang mendorong semua unsur atau elemen sekolah yang meliputi guru, siswa, staf pegawai, orang tua, masyrakat dan lain-lain untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur, sehingga semua elemen yang ada disekolah bersedia untuk berpartisipasi dalam pencapaian visi sekolah.
SMK Dr. TJIPTO AMBARAWA
Kepemimpinan transformasional:
1. idealized influence
a. Memiliki rasa percaya diri b. Memiliki pendirian yang kuat c. Memiliki kompetensi
d. Memberikan contoh perilaku baik
2. inspirasional motivation
a. Menyediakan tantangan bagi staf
b. Memperhatikan makna pekerjaan bagi staf c. Berdisipilin dalam kinerja
d. Memberikan penghargaan bagi staf
e. Gambaran tujuan yang ingin dicapai sekolah f. Gambaran yang telah dicapai sekolah g. Memberikan motivasi untuk membangkitkan
antusiasme dan optimisme guru
3. intelectual stimulation
a. Meningkatkan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas kerja
b. Mempraktikkan inovasi-inovasi yang berdasar pada perkembangan IPTEK
c. Membagi tugas kelembagaan secara profesional dan proporsional
d. Pengawasan terhadap kinerja mengajar guru e. Bimbingan terhadap guru
f. Penilaian terhadap kinerja mengajar guru g. Mendorong staf untuk mempraktikkan
pendekatan baru dari hasil pendidikan, latihan/lainnya
h. Memperhatikan kebutuhan guru untuk kelancaran bekerja
4. individualized consideration
a. Memperhatikan keluhan dari guru b. Memperhatikan ide/gagasan dari guru
c. Memperhatikan harapan dan masukkan dari guru