• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis FaktorFaktor Ektern yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Kemampuan Akademik Siswa Kelas X SMA Kristen 1 Salatiga T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis FaktorFaktor Ektern yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Kemampuan Akademik Siswa Kelas X SMA Kristen 1 Salatiga T1 Full text"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR EKTERN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA BERDASARKAN KEMAMPUAN AKADEMIK

SISWA KEAS X SMA KRISTEN 1 SALATIGA

JURNAL

Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Arifina Nur Anggrainy

202013008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Analisis Faktor-Faktor Ekstern Yang Mempengaruhi

Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Kemampuan Akademik

Siswa Kelas X SMA Kristen 1 Salatiga

Arifina Nur Anggrainy1), Tri Nova Hasti Yunianta2) 202013008@student.uksw.edu1)

, trinova.yunianta@staff.uksw.edu2) Program Studi Pendidikan Matematika1), 2)

Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Salah satu parameter untuk mengukur tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar matematika adalah dari prestasi yang diperolehnya. Prestasi belajar matematika siswa, baik tinggi atau rendah tidak akan terjadi tanpa adanya faktor yang mendorongnya. Faktor-faktor penyebab tinggi atau rendahya prestasi belajar matematika siswa ada dua yaitu faktor ekstern dan intern. Penelitian ini fokus untuk mengetahui faktor-faktor ekstern apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar matematika berdasarkan kemampuan akademik siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan subjek yang dipilih yaitu enam siswa, di mana dua siswa berkemampuan matematika tinggi, dua siswa berkemampuan matematika sedang, dan dua siswa berkemampuan rendah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi. Teknik untuk menjamin keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan dari keenam subjek terdapat perbedaan faktor ekstern penyebab rendah atau tingginya prestasi belajar matematika. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) faktor lingkungan keluarga yang meliputi perhatian orang tua, suasana belajar matematika di dalam rumah, sarana belajar matematika dan kemampuan ekonomi keluarga; 2) faktor lingkungan sekolah yang meliputi sumber belajar, fasilitas belajar, dan kondisi lingkungan belajar untuk mata pelajaran matematika di sekolah; dan 3) faktor lingkungan masyarakat yang meliputi keadaan masyarakat sekitar rumah, dan tempat kegiatan siswa di luar sekolah.

Kata kunci: analisis, faktor ekstern, prestasi belajar matematika

A. PENDAHULUAN

(7)

potensi anak dapat didorong untuk mencapai perkembangan prestasi belajar yang optimal melalui penyelenggaran proses pembelajaran.

Kondisi kesehatan sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan prestasi belajar yang dicapai siswa. Apabila kondisi kesehatan siswa terganggu, maka proses belajar juga akan terganggu, selain itu siswa tersebut akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,ngantuk dan badannya terasa lemah. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin (Slameto, 2003: 55). Selain kondisi kesehatan, minat juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, apabila bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan minat dan bakat siswa, maka siswa akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena ada daya tarik baginya sehingga bahan pelajaran tersebut lebih mudah

dipelajari dan disimpan. Selain itu, dalam proses belajar harus diperhatikan apa yang dapat mendorong dan memotivasi siswa agar dapat belajar dengan baik. Siswa yang termotivasi akan giat berusaha, gigih tak mau menyerah, dan giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya (Djamarah, 2008: 200).

Keluarga juga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa meningkatkan prestasi belajar. Peran orang tua yang memperhatikan pendidikan anaknya dan peduli terhadap kemajuan belajar anak akan menunjang keberhasilan prestasi belajar yang dicapai anak tersebut. Selain itu sekolah juga mempunyai peran dalam keberhasilan prestasi belajar, apabila guru yang mengajar berkualitas, hubungan dengan siswa baik, mempunyai kecakapan mengajar, menggunakan metode yang tepat, maka dapat meningkatkan prestasi belajar yang dicapai siswa (Djamrah, 2008: 181). Sarana prasarana yang lengkap dan kondisi gedung yang diutamakan pada ruang untuk belajar mengajar harus dapat memenuhi kebutuhan siswa, agar siswa dalam belajar merasa tenang dan tidak terganggu.

Selain kesehatan, keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Contohnya seperti teman bergaul, pengaruhnya akan lebih besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap siswa, apabila siswa terlalu banyak kegiatan dalam masyarakat, maka waktu belajarnya kurang sehingga mempengaruhi prestasinya (Slameto,2003:70).

SMA Kristen 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah favorit di Salatiga. Berdasarkan observasi terdahulu yang dilakukan di SMA Kristen 1 Salatiga pada siswa kelas X IPS 3

(8)

siswa yang sulit memahami materi matematika dengan baik sehingga prestasinya terbilang rendah. Menurut observasi pada tanggal 8 September sampai dengan 8 Desember 2016 dan wawancara pada tanggal 16 febuari 2017, banyak siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua dan juga sering membawa beban masalah dari rumah, sehingga susah untuk berkonsentrasi dalam pelajaran dan juga menjadi malas dalam belajar di sekolah. Ada pula siswa yang menganggap sekolah itu tidak penting, datang ke sekolah pun hanya sebagai rutinitas dan tidak pernah menghargai guru sama sekali. Hal-hal tersebut tidak hanya karena faktor dari sekolah saja, namun pola asuh orang tua juga mempengaruhi.

Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “analisis faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar matematika berdasarkan kemampuan akademik siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga”.

B. KAJIAN PUSTAKA

Menurut Slameto (2010: 54) ada dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Ada tiga faktor yang menjadi faktor intern yaitu:

1) Faktor jasmaniah yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah faktor kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan ditinjau dari dua aspek yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Faktor ekstern adalah faktor dari luar individu. Faktor ekstern dibagi dalam tiga faktor yaitu: 1) Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana

rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pengajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

(9)

Penyebab Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VII MTS Amal Sholeh Kecamatan Getasan mengambil tiga subjek yang akan diteliti. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat faktor eksternal yang menyebabkan kesulitan belajar khususnya pelajaran matematika yang dialami siswa terdiri dari beberapa sub aspek yaitu sub aspek faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan masyarakat. Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Rindang Arunti (2013) yang berjudul “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas V

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ponjong Gunungkidul Tahun Ajaran 2012/2013” menunjukkan

faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa adalah faktor internal dan faktor eksternal, namun lebih dominan kepada faktor minat siswa yang sangat rendah. Demikian

pula dengan penelitian Alim Muidah (2011) yang berjudul “Analisis Faktor yang

mempengaruhi keberhasilan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa SMA Negeri

1 Walehan kabupaten Jepara” menujukkan adanya 15 faktor yang mempengaruhi

keberhasilan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. Faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan prestasi belajar adalah faktor dari keluarga, karena semakin tinggi dukungan yang diberikan dari keluarga dapat meningkatkan prestasi belajar anak.

Faktor eksternal dapat membuat berbagai dampak bagi prestasi belajar siswa, ada yang membuat prestasi belajar menjadi tinggi, ada pula yang membuat prestasi belajar menjadi rendah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor yang berasal dari dalam maupun luar diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Secara garis besar kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan pada Bagan 1.

Bagan 1. Kerangka Berpikir Faktor-faktor Ekstern Menurut Slameto (2010: 54-72) dengan Modifikasi

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kualitatif karena bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar matematika berdasarkan kemampuan akademik siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga. Subjek penelitian ini diambil berdasarkan saran guru dan hasil nilai ulangan siswa. Sampel yang diambil adalah

(10)

6 siswa kelas X yang bekemampuan tinggi dan rendah. Subjek dipilih berdasarkan hasil nilai ulangan dan juga saran dari guru untuk kemudian digolongkan siswa yang bekemampuan tinggi, sedang dan rendah. Adapun nama siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1. Subjek Penelitian dan Nilai Ulangan Harian Sebanyak 3 Kali.

Jenis Kelamin Subjek UH1 UH2 UH3

Perempuan

HS 90 85 95

GY 75 73 80

VI 50 55 40

Laki-laki

PY 100 75 80

RI 73 75 80

KS 50 60 73

Observasi merupakan tahap pertama dalam teknik pengumpulan data penelitian. Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara semi terstruktur terhadap subjek penelitian. Dokumentasi yang diambil berupa daftar nama siswa kelas X dan nilai hasil tiga kali ulangan harian siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama dan dibantu oleh lembar panduan wawancara sebagai instrumen

pendukung. Teknik untuk menjamin keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data mengenai faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010). Teknik ini diterapkan melalui tiga alur yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

D. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Subjek penelitian diambil dari siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga yang dibedakan berdasarkan gender dan kemampuan belajar. Subjek yang diambil hanya 6 siswa, 3 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Sebelum melakukan wawancara, peneliti melakukan observasi dan pengamatan selama 3 bulan di sekolah.

Lingkungan Keluarga

1. Siswa Berkemampuan Rendah

(11)

KS tidak dapat mengerjakan soal matematika, mengingatkan waktu belajar. Hal tersebut dikarenakan kedua orang tua KS sibuk bekerja sehingga sering pulang malam dan karena tempat pekerjaannya berada diluar kota membuat waktu untuk KS berkurang. Akan tetapi orang tua telah berupaya dengan memberikan fasilitas yang cukup seperti internet di rumah, komputer dan juga berkomunikasi lewat seluler, dan juga orang tua masih memberikan waktu seminggu dua kali untuk memperhatikan perkembangan KS dan mengajak KS berserta kedua saudaranya untuk refresing. Walaupun fasilitas belajar yang diberikan oleh kedua orang tuanya cukup bagi dia, namun karena kurang adanya perhatian, subjek jadi malas untuk belajar. Terlebih lagi suasana di dalam rumahnya terbilang ramai pada malam hari bertepatan dengan waktu belajarnya sehingga membuat subjek susah untuk berkonsentrasi belajar.

Hal-hal tersebut dapat membuat dia malas dan tidak termotivasi untuk belajar. Berdasarkan wawancara dengan orang tua subjek, ternyata hal tersebut memang benar. Ketika peneliti

bertanya “Bagaimana kondisi rumah anda sehari-hari?”, orang tua subjek menjawab “Kalau

di rumah terbilang cukup ramai, ketika Bapak sama Ibu pulang kerja kan malem pasti sangat ramai, karena KS punya 2 saudara juga jadi ya jarang sepi rumahnya”. Orang tua subjek memang sering pulang malam karena bekerja di luar kota, lalu karena di rumah ada dua saudaranya membuat suasana rumah pasti lebih ramai. Hasil wawancara dengan KS terdapat di Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Wawancara Kepada Subjek KS terkait faktor Keluarga

Subjek : Hasil Wawancara :

Peneliti “Ini berkaitan sama lingkungan keluarga dulu ya,

Emm, bagaimana kondisi rumahmu sehari-hari? Apakah itu ramai atau sepi atau bagimana?”

KS Ya itu sih tergantung ya mbak, ya kadang ramai kadang sepi, kadang ya biasa aja. Peneliti Kapan itu ramai, kapan sepi?

KS “Tergantung sih mbak paling ramainya ya pas malem pas bapak ibuk pulang, kakak juga pulang jadi kan semuanya tergantung pulangnya gitu lo mbak, kalau biasanya tu kalao ramai tupas malem gitu mbak”

Lain halnya dengan VI, subjek juga merupakan siswa berkemampuan rendah. Kondisi rumah yang terbilang ramai membuat subjek susah berkonsentrasi dalam belajar. Menurut hasil wawancara, subjek memiliki waktu belajar 2 jam dalam sehari, namun setelah melakukan wawancara dengan orang tua subjek ternyata subjek jarang sekali belajar dan hampir tidak pernah belajar. Ketika peneliti melakukan wawancara dengan orang tua VI,

“bagaimana kondisi rumah ibu sehari-hari?” kemudin orang tua menjawab “wah nek dirumah tu ya rame mbak, soale di dalam kampung juga biasa tetangga sering ngrumpi di rumah”.

(12)

yang memadahi seperti komputer, saluran internet atau buku-buku pendukung pelajaran matematika dikarenakan kondisi ekonomi yang terbilang rendah sehingga tidak semua keinginan subjek dapat diberikan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara berikut ini.

“Apakah di rumah terdapat fasilitas untuk belajar matematika?”, orang tua menjawab

Mboten mbak, soale ekonomine nggih rodo kurang damel tumbas mboten saget”. Daerah

perkampungan yang cukup ramai membuat subjek juga susah untuk berkonsentrasi dalam belajar. Hasil wawancara dengan VI dapet dilihat di Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Wawancara dengan VI Terkait Faktor Keluarga

Subjek : Hasil Wawancara :

Peneliti “Menurut kamu, bagaimana kondisi rumah kamu sehari-hari tu kaya gimana sih?Apakah itu ramai,sepi atau gimana?”

Subjek “Rame.”

2. Siswa Berkemampuan Sedang

Berdasarkah hasil wawancara dengan subjek dan orang tua, RI merupakan anak yang memiliki kemampuan sedang. Ketika subjek belajar di rumah, orang tua jarang sekali memeberikan perhatian dengan mendampingi ketika belajar matematika bahkan sering orang tua marah saat tidak belajar. Saat melakukan wawancara dengan orang tua, “Apakah anda, sering mendampingi RI ketika belajar?”, orang tua subjek menjawab “kalau mendampingi

sangat jarang, karena mama papa RI kan kerjanya di toko, tapi RI sudah les kok dirumah jadi ya percaya sama anak dan guru les ajadek”.Setelah melakukan wawancara dengan orang tua subjek, ternyata orang tua subjek jarang sekali berada dirumah karena sibuk dengan pekerjaan sehingga orang tua hanya dapat memfasilitasi subjek belajar dengan bantuan guru privat matematika yang datang kerumah dan juga orang tua sudah percaya kepada subjek dengan kemampuan yang dipunya dan tidak memaksakan subjek menjadi siswa berprestasi, cukup dengan memberikan nilai yang terbaik saja. Hasil wawancara dengan RI dapat dilihat di Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Wawancara dengan Subjek RI Terkait faktor Keluarga

Subjek Jawaban Wawancara :

Peneliti “Nah, ketika kamu belajar apakah orang tua kamu mendampingi?” Subjek “Tidak pernah.”

(13)

ketika naik kelas. “Apakah anda marah ketika nilai matematika anak anda rendah?” orang tua menjawab “tidak mbak, karena saya juga dulu gak begitu bisa matematika jadi ya kalau disuruh ngajarin juga gak bisa”. Ketika nilai matematika rendah orang tua tidak memarahi

namun memberikan dorongan agar subjek lebih giat belajar, karena orang tua pun berkemampuan sedang sehingga terkadang juga susah membantu dalam pelajaran matematika. Di dalam lingkungan rumah sudah biasa ditanamkan kedisiplinan sehingga bila jam belajar subjek tidak belajar maka orang tua akan mangingatkan. Hasil wawancara dengan GY dapat dilihat di Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Wawancara dengan GY Terkait Faktor Keluarga

Subjek Jawaban Wawancara :

Peneliti Bagaimana kondisi rumah kamu sehari-hari? Apakah itu rame atau sepi atau gimana?

Subjek “Sepi, soale pada kerja”

Peneliti “Oke, bagaimana sikap orang tuanya kamu jika kamu ndak belajar pas jam belajar?”

Subjek “Dimarahin, tapi habisitu belajar”

3. Siswa Berkemampuan Tinggi

HK dan PY adalah siswa berprestasi di SMA Kristen 1 salatiga. Prestasi yang mereka raih tak luput dari dukungan keluarganya. Terbukti dengan hasil wawancara yang dilakukan

dengan subjek. Saat melakukan wawancara dengan HK “Bagaimana sikap orang tua kamu

jika kamu ndakbelajar pada waktu jam belajarnya kamu itu?” subjek menjawab “Gimana ya, orang tuanya aku tu ga ngeharusin aku harus belajar, terserah mau belajar apa endak, yang

penting mama minta hasil yang terbaik”. Dan saat melakukan wawancara dengan PY “jika

kamu tidak belajar ketika jam belajarnya kamu, sikap orang tua kamu gimana? Dimarahi, atau dibiarkan atau gimana?” subjek menjawab “Kan udah percaya, jadi ya biasa aja kan jarangbelajar juga”.

(14)

melakukan wawancara dengan orang tua PY, “Bagaimana kondisi rumah Tante sehari-hari?”, orang tua menjawab “Kalau di rumahya rame dek, soalnya kan kos-kosan jadi ya rame terus

setiap hari”. Orang tua PY memiliki usaha kos-kosan di rumah, sehingga setiap hari tidak pernah sepi karena banyak anak yang berada di rumah.

Lingkungan Sekolah

Di dalam lingkungan sekolah peneliti mengambil beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu Cara mengajar guru, frekeuensi pemberian tugas, kehadiran guru, sumber belajar, kehadiran siswa dan keadaan ruang kelas. Berdasarkan 6 subjek yang diwawancarai, guru hanya menggunakan LKS sebagai pedoman dalam

pembelajaran dan tidak pernah menggunakan contoh nyata atau alat peraga dalam menyampaikan pelajaran matematika. Menurut pengamatan peneliti, ketika mengajar guru tidak pernah memperhasikan kondisi siswa. Begitu masuk kelas guru langsung menerangkan materi pembelajaran tanpa memperhatikan kondisi kelas terlebih dahulu. Guru juga sangat jarang sekali memberikan PR kepada siswa sehingga siswa tidak mempelajarinya lagi di rumah.

1. Siswa Berkemampuan Rendah

Setelah melakukan pengamatan, dapat disimpulkan baik VI maupun KS sama-sama mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika di kelas. Namun ketika diwawancarai VI lebih tertutup dengan memberikan jawaban yang bertolak belakang dengan yang sebenarnya.

Saat diwawancarai “Oke, sekarang masuk di lingkungan sekolah. Menurut kamu caranya guru matematika mu ketika menyampaikan pelajaran tu gimana?Apakah kamu jelas atau kurang jelas atau gimana?” dan subjek menjawan “jelas sih ya mudeng”. Menurut VI penjelasan guru terkait mata pelajaran matematika dapat di mengerti dan tidak sulit untuk memahami maknanya.

Guru juga memberi keterangan “VI salah satu siswa yang kemampuannya rendah, kalau

pelajaran susah untuk berkonsentrasi jadi kalau disuruh mengerjakan soal didepan juga

masih agak susah”. Menurut keterangan guru dan subjek, jawaban dari keduanya sangat

bertolak belakang. Namun sesuai observasi kelas yang dilakukan oleh peneliti, subjek memang susah dalam memahami penyampaian guru dan terkadang susah untuk mengerjakan

soal latihan yang diberikan oleh guru.

Lain halnya dengan KS yang lebih terbuka dengan kemampuan dia dalam pelajaran

(15)

gimana?” dan subjek menjawab “Ya kurang jelas sih mbak, soalnya kalau menurut saya ya mbak, kalau njelasin tu ini lo mbak langsung ke hasilnya tapi hasilnya itu ndak di bukak dulu gitu lo mbak,

jadi kalu menurut saya harusnya caranya diuraikan dulu biar anaknya mudeng gitu lo”. Menurut KS penjelasan guru susah untuk dimengerti dan tidak diuraikan pun juga dengan kondisi kelas yang ramai membuat susah untuk berkonsentrasi. Menurut keterangan guru “KS juga

termasuk siswa yang aktif, namun aktifnya itu ramai jadi kalau dijelaskan suka tidak memperhatikan, kadangmaju bertanya minta dijelaskan ulang juga”.

2. Siswa Berkemampuan Sedang

GY dan RI adalah siswa yang tergolong berkemampuan sedang. Seperti keterangan

subjek GY ketika diwawacarai “Trus menurutmu bagaimana cara penyampaiannya guru matematikamu? Apakah jelas atau kurang jelas?” subjek menjawab “Ya sebenarnya sih jelas, tapi

kadang ndak jelas gitu”. GY sering tidak paham dengan penjelasan guru, namun saat subjek tidak paham subjek tetap memperhatikan setelahnya bertanya dan meminta dijelaskan ulang oleh guru. Menurut hasil wawancara dengan guru, subjek sering tidak paham dengan penjelasan guru namun juga sering minta dijelaskan ulang. Subjek juga jarang memperhatikan ketika guru menjelaskan dan juga jarang mencatat, namun subjek dapat mengerjakan setiap tugas dan latihan yang diberikan oleh guru, nilai ulangannya juga baik.

Lain halnya dengan RI, menurut wawancara dengan RI, “Bagaimana keadaaan catatan matematika kamu?” subjek menjawab “ ya kurang lengkap, bolong-bolong gitu”. Subjek lebih sering memperhatikan penjelasan guru. Namun karena subjek tidak suka mencatat sehingga catatannya banyak yang terlewatkan. Menurut guru subjek merupakan seorang yang pendiam dan tidak sering bertanya, namun memiliki kemampuan yang cukup baik dalam pelajaran matematika.

3. Siswa Berkemampuan Tinggi

PY dan HS sama-sama memiliki kemampuan yang baik dalam pelajaran matematika.

(16)

matematikanya jelek, dia merasa frustasi dan acuh tak acuh. Hasil wawancara dengan HS dapat dilihat di Tabel 8 dan PY di Tabel 9.

Tabel 8. Hasil Wawancara dengan Subjek HS Terkait Faktor Lingkungan Sekolah

Subjek Jawaban Wawancara :

Peneliti “Lalu, apa yang kamu lakukan jika tidak paham dengan penjelasan gurumu?” HS “Kalau ndak jelas tanya sama guru habis itu dipelajari lagi

Peneliti “Bagaimana sikapmu jika nilai ulangan matematikamu jelek?”

HS “Ya sedih lah, ya tetep kita nyari kesalahane dimana kemudian nyari jawaban yang bener kayak gimana gitu.

Tabel 9. Hasil Wawancara dengan Subjek PY Terkait Faktor Lingkungan Sekolah

Subjek Jawaban Wawancara :

Peneliti “Bagaimana sikapmu jika nilai ulangan matematikamu jelek?” PY “Frustasi bangetlah, habis itu ahh yaudahlah ndak papa

Lingkungan Tempat Tinggal 1. Siswa Berkemampuan Rendah

Menurut wawancara yang dilakukan oleh subjek KS terkait lingkungan rumah,

“Bagaimana keadaan tempat tinggal mu?”, subjek menjawab “Iya sering-seringnya sepi mbak, soalnya jarang ada anak kecil sih”.Menurut wawancara yang dilakukan oleh orang tua, “Kalau

di rumah tu biasane KS ya aktif kalau ada kegiatan lingkungan, tapi nek udah di luar ya gitu mbak lupa pulang”. Menurut keterangan orang tua, KS merupakan anak yang aktif dilingkungan sekitar. Ia sering mengikuti kegiatan di perumahan dan kegiatan keremajaan yang ada di lingkungan rumah. Namun kadang ketika sudah berada diluar rumah, subjek lupa waktu untuk belajar.

Sesuai hasil wawancara dengan orang tua VI, “menurut Ibu bagaimanasih keseharian VI di lingkungan rumah? Apakah sering mengikuti kegiatan karang taruna atau bagaimana?”. Orang tua subjek menjawab “VI niku jarang mbak keluar rumah, nek biasane niku nggih di rumah nonton tv nek mboten nggih dolanan hp, soale mboten wonten karang taruna ndek kampung mbak”. VI merupakan anak yang jarang sekali keluar rumah. Menurut orang tua subjek, VI lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv dan bermain hp. Karena dilingkungan sekitar tidak ada kegiatan remaja, maka VI jarang sekali kelauar dan bergaul dengan masyarakat. Saat melakukan wawancara dengan subjek terkait waktu untuk istirahat

“Untuk menjaga kondisi tubuh, berapa banyak waktu yang kamu butuhkan untuk istirahat atau tidur?” subjek menjawab “siang biasanya dua jam, kalau keseluruhan sehari 5 jam”.

(17)

sehari. Keadaan lingkungan sekitar juga terbilang ramai karena banyak anak berusia 6 tahun yang sering bermain di lingkungan sekitar tempat tinggal VI.

2. Siswa Berkemampuan Sedang

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan subjek RI, “Bagaimana suasana lingkungan masyarakat di sekitar rumahmu?”, subjek menjawab “Ramai tapi tentram”.

Menurut subjek kondisi di rumah terbilang cukup ramai karena banyak anak-anak namun tentram karena tidak ada keributan antar warganya. Sama halnya dengan subjek GY, saat

melakukan wawncara terkait lingkungan tempat tinggal, “Bagaimana suasana lingkungan masyarakat di sekitar rumah mu?” subjek menjawab “Ramai sih tapi bukan ramai karena berantem warganya lo ya”.

Menurut penelitian kedua sujek tinggal di lingkungan yang cukup ramai, kebanyakan masyarakat memiliki anak yang masih berusia 9 tahunan. Kondisi rumah yang cukup ramai tersebut tidak mengganggu kedua subjek dalam belajar pelajaran matematika. Kedua subjek aktif dalam kegiatan remaja yang ada di lingkungan masyarakat. Waktu yang dibutuhkan untuk istirahat dalam sehari juga terbilang cukup bagi kedua subjek yaitu 6 jam dalam sehari.

3. Siswa Berkemampuan Tinggi

Ketika melakukan wawancara dengan subjek HS, “Suasana lingkungan rumah kamu tu seperti apa, tetangga nya seperti apa?” subjek menjawab “Harmonis sih, warganya ga

rame”. Lingkungan tempat tinggal subjek HS merupakan lingkungan perumahan, sehingga

jarang sekali ada anak yang bermain di halaman rumah subjek, sedangkan saat melakukan

wawancara dengan subjek PY terkait lingkungan tempat tinggal, “Bagaimana suasana lingkungan sekitar rumah kamu?” subjek menjawab “Di rumah sih banyak anak kost jadinya ya rame”. Suasana rumah PY terbilang ramai, hal tersebut dikarenakan rumah

dijadikan kos-kosan dan setiap hari selalu ramai. Lingkungan tempat tinggal PY merupakan lingkungan yang sebagian banyak warganya memiliki kos-kosan di rumah, jadi lingkungannya terbilang ramai dan jarang sepi. Berdasarkan wawancara dengan kedua subjek, masing-masing dari subjek memiliki waktu untuk istirahat dalam sehari selama 7 jam. Waktu istirahat tersebut terbilang sangat cukup untuk membantu menjaga kesehatan

(18)

E. PEMBAHASAN

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah diuraikan terdapat beberapa faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran matematika pada siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat. Dari faktor-faktor tersebut, faktor keluarga yang memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alim Muidah (2011). Suasana rumah yang nyaman dan tenang dapat membuat siswa mudah untuk berkonsentrasi dalam belajar dan juga materi yang dipelajari akan mudah untuk dipahami dan prestasi belajar juga akan meningkat. Jika anak sering diberikan motivasi belajar dari orang tua, maka anak akan merasa

diperhatikan oleh orang tuanya, sehingga anak semakin termotivasi untuk belajar dan prestasinya akan meningkat. Lain jika anak jarang diberi motivasi oleh orang tua, mereka akan merasa kurang diperhatikan dan minat untuk belajar juga cenderung tidak ada dan berakibat prestasi belajar kurang baik.

Faktor lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Tata bahasa yang guru gunakan haruslah baik, karena jika tidak baik siswa akan sulit untuk memahami maksud yang disampaikan oleh guru. Sarana prasarana juga harus diperhatikan, karena dengan adanya sarana prasarana matematika yang lengkap dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran matematika. Cara siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa yang sering mengerjakan tugas akan sering berlatih dan sering membaca buku, sehingga siswa akan mudah untuk memahami materi yang sulit dipahami. Dengan sering sering membaca buku dan latihan soal dapat membantu siswa dalam prestasi belajar.

(19)

F. PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat menunjukkan bahwa faktor-faktor ekstern dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sama-sama memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar matematika siswa. Salah satu faktor yang paling memiliki dampak yang besar adalah faktor keluarga. Ini dibuktikan dari enam subjek yang diteliti, semakin tinggi dukungan yang diberikan oleh keluarga maka prestasi belajar matematika anak tersebut dapat meningkat. Sebaliknya semakin rendah dukungan yang diberikan oleh keluarga maka prestasi belajar matematika anak tersebut dapat menurun bahkan terbilang rendah.

Beberapa saran diberikan peneliti untuk kemajuan prestasi belajar siswa dalam

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Almanshur Fauzan, Ghony Djunaidi. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anni, Catharina Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.

Annurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Jabar, Abdul. 2013. Penguatan Kepemerintahan yang Baik Melalui Pengenbangan Budaya Demokrasi Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi: UPI. diakses pada tanggal 22 Juli 2016.

Kurnia,Pradika. Analisis Faktor Eksternal Penyebab Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VII MTS Amal Sholeh Kecamatan Getasan. Jurnal: Universitas Kristen Satya Wacana.

Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

________. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Sudjana, Nana. 1990. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:Alfabeta. Supriyono, Widodo dan Abu Ahmadi. 2008. Psikologi Belajar Edisi Revisi. Solo: Rineka

Cipta.

Suryabrata. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syah, Muhibin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: Rosdakarya.

Gambar

Tabel 1. Subjek Penelitian dan Nilai Ulangan Harian Sebanyak 3 Kali.
Tabel 2. Hasil Wawancara Kepada Subjek KS terkait faktor Keluarga
Tabel 8. Hasil Wawancara dengan Subjek HS Terkait Faktor Lingkungan Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Tidak hanya gedung-gedung perkantoran saja, rumah sakit, hotel, bahkan ruko- ruko juga perlu instalasi listrik demi kenyamanan penghuninya khususnya adalah pasien-pasien yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa perusahaan komitmen menerapkan green office dituangkan dalam visi dan misi perusahaan diantaranya adalah CV Karya

Seperangkat kaidah atau aturan yang tersusun dalam suatu sistem, yang menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia sebagai warga masyarakat dalam

The result of the research showed that there was positive influence of using imaginative description game towards students’ vocabulary mastery at the second

yang dapat Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Materi Pecahan pada. Siswa Kelas V Semester Genap SD Negeri Bago 5 Tahun

Setelah diadakan tahapan Evaluasi Pelelangan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku, serta memperhatikan Surat Penetapan Pemenang dari Pokja Penyediaan Jasa Jaminan

Jurusan Perbankan Syari’ah Mata Kuliah Kegiatan Usaha Bank. Dosen Hendri

 Demikian pula anak perusahaan dapat dikembangkan