• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INFLASI KURS RUPIAH UTANG LUAR (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH INFLASI KURS RUPIAH UTANG LUAR (1)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INFLASI, KURS RUPIAH, UTANG LUAR

NEGERI DAN EKSPOR TERHADAP CADANGAN DEVISA

INDONESIA

Oleh:

ASEP MAULANA ROCHMAN

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Jl.Raya Jakarta Km. 4, Pakupatan, Serang, Banten

Email :

Asepmaulanarachman@gmail.com

ABSTRACT

“The Influence of Inflation, Rupiah Exchange Rates, External Debt, and Export in Foreign Exchange Reserves Indonesia”. The main purpose this research is to measure the significant level of Inflation, Rupiah Exchange Rates, External Debt, and Export on Foreign Exchange Reserve both Partially or Simoultanously.

This reserach used Ordinary Least Square for the monthly data period of 2009-2014 (January-December) years by using time series data. Data analysis technique that was used in this research was the multiple regression tests with the test of classic assumption (Normality, Multicollinearity, Heteroscedasticity, and Autocorrelation) and Statistic test (t tes, f test and coefficient determination. The independent variable is Inflation, Rupiah Exchange Rate, External Debt, and Export while the dependent variable is Foreign Exchange Reserves.

Based on the analysis, the researcher found simoultanously that Inflation, Rupiah Exchange Rates, External Debt and Export have significant effect to the Foreign Exchange Reserves. Partially, inflation did not give significant effect to the Foreign Exchange Reserves while Rupiah Exchange Rates, External Debt and Export have significant effect for Foreign Exchange Reserves. Result of coefficient determination analysis shown that R2 was (0.912565) which means Foreign Exchange Reserves can be explained by Inflation, Rupiah Exchange Rates, External Debt, and Export (91.25%) while the rest 8.75%) can be explained by other variables which did not include to the variables of this research.

(2)

ABSTRAK

“Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor terhadap Cadangan Devisa Indonesia”. Tujuan penelitian ini mengetahui Signifikansi dan kekuatan pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor baik secara Parsial maupun secara Simultan terhadap Cadangan Devisa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) untuk data bulanan periode 2009-2014 (Januari-Desember) dengan menggunakan data time series (urutan waktu). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda yang terlebih dahulu dilakukan pengujian Asumsi Klasik (Normalitas, Multikolineritas, Heterokedastisitas, dan Autokorelasi). Variabel Independen adalah Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor sedangkan variabel Dependen adalah Cadangan Devisa.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa secara simultan Inflasi, Kurs, Utang Luar Negeri dan Ekspor berpengaruh terhadap cadangan devisa. Secara parsial Inflasi tidak berpengaruh terhadap cadangan devisa. Kurs, Utang Luar Negeri dan Ekspor berpengaruh signifikan terhadap Cadangan Devisa. Hasil analisis koefisien determinasi menunjukkan bahwa R2 adalah (0.912565) yang berarti cadangan devisa yang dapat dijelaskan oleh variabel Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor sebesar (91.25%) terhadap variabel dependen, sedangkan sisanya (8.75%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian.

Kata kunci: Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri, Ekspor, Cadangan Devisa Indonesia.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

(Virgoana, 2006:1) Cadangan devisa merupakan bagian dari tabungan nasional sehingga pertumbuhan dan besar kecilnya cadangan devisa merupakan sinyal bagi global financial markets mengenai kredibilitas kebijakan moneter dan creditworthiness suatu negara. Cadangan devisa bagi suatu negara mempunyai tujuan dan manfaat seperti halnya manfaat kekayaan bagi suatu individu.

(Priadi dan Sekar, 2008:123). Cadangan devisa mempunyai peranan penting dan merupakan indikator untuk menunjukkan kuat lemahnya fundamental perekonomian suatu negara, selain itu dapat menghindari krisis suatu Negara dalam ekonomi dan keuangan. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk menunjukan kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara. Selain itu, jumlah cadangan devisa dalam jumlah yang cukup merupakan salah satu jaminan untuk tercapainya stabilitas moneter dan ekonomi makro suatu negara.

(3)

globalisasi saat ini diketahui bahwa, kemajuan suatu negara tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang dihasilkannya.

Inflasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat cadangan devisa suatu negara. Maksudnya, jika inflasi yang terjadi dalam suatu Negara tinggi maka harga barang dan juga jasa yang ada di dalam negeri akan tinggi. Hal ini menyebabkan perubahan pada nilai mata uang, berimbas pada simpanan giro bank umum dan berdampak pada cadangan devisa. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat inflasi yang terjadi maka akan menambah nilai suatu mata uang karena naiknya harga barang dan jasa di pasaran.

Menurut Frederic S. Mishkin (2001) cadangan devisa mempunyai dampak yang penting bagi posisi nilai tukar suatu negara. Kenaikan cadangan dalam neraca pembayaran memberikan stimulus untuk membuat mata uang rupiah mengalami apresiasi. Hubungan nilai tukar terhadap cadangan devisa adalah semakin banyak valas atau devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan penduduk suatu negara maka berarti makin besar kemampuan negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat pula nilai mata uang. Disamping itu, dengan semakin tingginya nilai tukar mata uang negara sendiri, menunjukkan bahwa semakin kuatnya perekonomian negara bersangkutan, sehingga dapat memperoleh lebih banyak devisa. Contohnya: ketika Nilai Tukar Rupiah Indonesia Melemah maka Cadangan Devisa Akan Meningkat, Rupiah sekarang 14.000/USD maka terjadi perbandingan IDR-USD. Cadangan devisa yang berupa Dollar otomatis tinggi dibandingkan Rupiah. Apabila rupiah terus menerus mengalami depresiasi maka akan mengakibatkan berkuranganya cadangan devisa. Untuk menstabilkan nilai rupiah, solusi dari kebijakan Bank Indonesia adalah menggelontorkan/mengeluarkan cadangan devisa dan turun langsung mengintervensi ke pasar valas.

Menurut Michael Paul Todaro, (2006: 88). Utang Luar Negeri adalah sumber keuangan dari luar (baik berupa hibah atau pinjaman) dapat memainkan peranan yang penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya domestik guna mempercepat pertumbuhan devisa dan tabungan (analisis bantuan luar negeri “dua kesenjangan”). Negara-negara berkembang berasumsi bahwa pada umunnya menghadapi kendala berupa keterbatasan tabungan domestik yang jauh dari mencukupi untuk menggarap segenap peluang investasi yang ada, serta kelangkaan devisa yang tidak memungkinkannya mengimpor barang-barang modal dan barang perantara yang penting bagi pembangunannya.

(4)

Tabel 1.1 Posisi Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2012-2014 (Juta USD)

Bulan 2012 2013 2014

Januari 104981.00 101754.00 94543.50

Februari 105075.00 98385.50 96458.20

Maret 103657.00 98040.40 96392.90

April 109554.00 100763.00 99349.00

Mei 105031.00 98774.10 100960.00

Juni 99963.90 92133.70 101427.00

Juli 99886.80 86459.30 104366.00

Agustus 102194.00 86572.80 105128.00

September 103098.00 89387.20 105268.00

Oktober 103350.00 90652.20 106131.00

November 104310.00 90906.80 105353.00

Desember 105907.00 93427.10 106073.00 Sumber: Bank Indonesia, International Financial Statistic

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor secara individu (parsial) terhadap Cadangan Devisa Indonesia.

2) Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor secara bersama-sama (simultan) terhadap Cadangan Devisa Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cadangan devisa

(Bank Indonesia, 2011) Cadangan devisa merupakan aset eksternal yang dapat langsung tersedia bagi dan berada di bawah kontrol Bank Sentral selaku otoritas moneter untuk membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran, melakukan intervensi di pasar dalam rangka memelihara kestabilitan nilai tukar, dan tujuan lainnya (antara lain menjaga ketahanan perekonomian dan nilai tukar serta sebagai bantalan terhadap net kewajiban Indonesia).

Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan utang luar negeri. cadangan devisa dikelola oleh Bank Indonesia berdasarkan UU No.23 tahun 1999 pasal 13. Pengelolaan itu dilakukan dengan berbagai jenis transaksi devisa yaitu: menjual, membeli dan menempatkan devisa, emas dan surat-surat berharga secara tunai atau berjangka termasuk pemberian pinjaman. Pengelolaan dan pemeliharaan candangan devisa didasarkan pada prinsip keamanan dan kesiagaaan memenuhi kewajiban segera tanpa mengabaikan prinsip untuk memperoleh pendapatan yang optimal. Tujuan pengelolaan dan pemeliharaan cadangan devisa ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya menjaga stabilitas nilai tukar, dimana menipisnya cadangan devisa akan mengundang spekulasi rupiah dari para spekulator.

(5)

produksi dengan cadangan devisa, produksi diperuntukkan untuk menciptakan barang-barang untuk diperdagangkan, dimana dalam perdagangan ini diperlukan pembiayaan untuk memproduksi. Sumber pembiayaan perdagangan internasional tersebut berada dalam cadangan devisa.

(Bank Indonesia, 2014) faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan candangan devisa meliputi faktor penambah dan faktor pengurang:

a) Faktor penambah:

1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah 2. Devisa Hasil Ekspor Migas

3. Penerimaan Pemerintah lainnya b) Faktor pengurang

1. Stabilisasi Nilai Tukar.

2. Pembayaraan Utang Luar Negeri Pemerintah

(Krugman dan Obstfeld dalam M. Handry Imansyah 2009:13) Teori ini untuk menjelaskan penyebab terjadinya krisis keuangan untuk negara yang menggunakan sistem nilai tukar tetap. Krisis terjadi bila pemerintah suatu negara melakukan devaluasi akibat semakin menurunnya cadangan devisa. Hal ini terjadi karena nilai mata uang domestik mengalami overvaluation terhadap mata uang asing yang dalam hal ini umumnya adalah dollar AS. Konsekuensi dari overvaluation adalah menurunnya daya saing harga ekspor sehingga pertumbuhan ekspor melambat, sementara harga barang impor menjadi relatif lebih mahal didalam negeri dan menyebabkan meningkatnya pertumbuhan impor secara signifikan.

2.2 Inflasi

Menurut Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi, menurut pandangan ini tidak lain adalah perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang biasa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan presentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi. (Nopirin, 2009:25).

(Boediono, 2001:97) mendefinisikan inflasi secara singkat yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus-menerus juga perlu diingat. Kenaikan harga-harga karena misalnya: musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi.

(6)

(Samuelson dan Nordhaus, 2005) mengkategorikan inflasi menjadi tiga, yaitu:

1. Low inflation, atau disebut juga inflasi satu digit (single digit inflation), yaitu inflasi dibawah 10%.

2. Galloping inflation, atau double digit bahkan triple digit inflation, yang didefinisikan antara 10% - 20% per tahun.

3. Hyper inflation, yaitu inflasi di atas 200% per tahun.

Perekonomian pada dasarnya membutuhkan inflasi dalam tingkat tertentu dan wajar untuk dapat tumbuh. Namun inflasi yang terjadi secara berlebihan akan sangat merugikan kehidupan masyarakat sehari-hari, inflasi memang terbukti sangat penting untuk menjaga stabilitas harga atau nilai rupiah.

2.3 Kurs Rupiah

(Frederic S. Mishkin, 2009:107) mengatakan bahwa kurs terbagi dua yaitu kurs dalam jangka panjang dan kurs dalam jangka pendek. Ada empat faktor utama yang mempengaruhi kurs dalam jangka panjang:

1. Tingkat harga relatif. 2. Hambatan perdagangan.

3. Preferensi untuk barang domestik versus barang luar negeri. 4. Produktivitas.

Sedangkan untuk mengetahui perilaku kurs jangka pendek adalah mengetahui bahwa kurs adalah harga dari asset domestik (deposito bank, obligasi, saham, dan lain-lain yang didenominasikan dalam mata uang domestik) dinyatakan dalam asset luar negeri (aset serupa yang dengan denominasi dalam mata uang asing). Oleh karena kurs adalah harga dari asset yang dinyatakan dalam asset lainnya, cara alamiah untuk mengetahui penentuan kurs jangka pendek adalah menggunakan pendekatan pasar aset yang sangat bergantung pada teori permintaan aset.

(Dornbusch dan Fischer, 1992) Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni:

a. Selling Rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu

b. Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.

c. Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

d. Flat Rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveller chaque, di mana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi dan biaya‐biaya lainya

(7)

2.4 Utang Luar Negeri

(Michael Paul Todaro, 2006:88). Utang Luar Negeri adalah sumber keuangan dari luar (baik berupa hibah atau pinjaman) dapat memainkan peranan yang penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya domestik guna mempercepat pertumbuhan devisa dan tabungan (analisis bantuan luar negeri “dua kesenjangan”). Berasumsi bahwa Negara-negara berkembang pada umumnya menghadapi kendala berupa keterbatasan tabungan domestik yang jauh dari mencukupi untuk menggarap segenap peluang investasi yang ada, serta kelangkaan devisa yang tidak memungkinkannya mengimpor barang-barang modal dan barang perantara yang penting bagi pembangunannya.

(Bank Indonesia, 2011). Utang Luar Negeri di Indonesia yang disajikan dalam publikasi ini adalah ULN pemerintah, bank sentral dan swasta. Utang Luar Negeri Pemerintah adalah utang yang dimiliki pemerintah pusat, terdiri dari utang bilateral, multilateral, fasilitas kredit ekspor, komersial, leasing dan Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan diluar negeri dan dalam negeri yang dimiliki oleh bukan penduduk. SBN terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). SUN terdiri dari Obligasi Negara yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang berjangka waktu sampai dengan 12 bulan. SBSN terdiri dari SBSN jangka panjang (Ijarah Fixed Rate/IFR). Pinjaman utang luar negeri pemerintah adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi utang luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, 2006:139).

Menurut Sadono Sukirno (2000), aliran dana dari luar negeri dinamakan utang luar negeri, apabila memiliki ciri-ciri merupakan aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan, dan diberikan dengan syarat yang lebih ringan dari pada yang berlaku dalam pasar internasional.

2.5 Ekspor

Menurut Adam Smith sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Adam Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per-unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.

Ekspor adalah pembelian negara lain atas barang buatan perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Faktor terpenting yang menentukan ekspor adalah kemampuan dari Negara tersebut untuk mengeluarkan barangbarang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri. (Sukirno, 2008:205). Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2006).

(8)

Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang dijual secara luas keluar negeri. (Mankiw, 2006). Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor suatu negara adalah:

a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri. b. Harga barang-barang di dalam dan luar negeri.

c. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing.

d. Pendapatan konsumen di dalam negeri dan di luar negeri. e. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Metode

Penelitian

Secara parsial ekspor, investasi asing langsung dan pembayaran utang luar negeri berpengaruh terhadap cadangan devisa pembayaran utang luar negeri berpengaruh terhadap cadangan berpengaruh, Utang Luar Negeri berpengaruh positif dan signifikan, dan suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Cadangan

(9)

Berdasarkan dengan hubungan antara variabel-variabel diatas maka dapat dibuat berupa skema paradigma penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.10 Skema Paradigma Penelitian

Hipotesis Penelitian

Penelitian ini menguji hipotesis mengenai pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor terhadap cadangan devisa Indonesia. Hipotesis yang dikemukakan sebagai berikut:

1. Variabel Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor berpengaruh signifikan terhadap Cadangan Devisa secara individu (parsial).

2. Variabel Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor berpengaruh signifikan terhadap Cadangan Devisa secara bersama-sama (simultan).

III. METODE PENELITIAN

3.1Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuantitatif disini berupa data runtut waktu (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 1 variabel terikat (dependent) yaitu: Cadangan Devisa Indonesia, dan 4 variabel bebas (independent) yaitu: Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri, dan Ekspor. Sehingga yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor di Indonesia.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta di publikasikan pada masyarakat pengguna data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi Bank Indonesia dan sumber lainnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta dipublikasikan pada masyarakat pengguna data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi Bank Indonesia, Statisitik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), International Financial Statistic (IFS), Inflation Report (Consumer Price Index), dan External Debt Statistics of Indonesia. Data sekunder tersebut merupakan sampel yang diambil dari tahun 2009 sampai tahun 2014, dalam bentuk data bulanan (Januari-Desember). Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Office Excel 2010 dan Eviews 8.

Inflasi

Kurs Rupiah

Utang Luar Negeri

Ekspor

Cadangan

Devisa

Indonesia

(10)

Adapun Konsep operasionalisasi variabel penelitian dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Konsep Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Satuan Skala

Cadangan Devisa (CADEV)

Seluruh aktiva luar negeri yang dikuasai oleh otoritas moneter (bank sentral) dan dapat digunakan setiap waktu guna membiayai ketidakseimbangan.

Laporan tingkat Inflasi yang dipublikasikan oleh Bank seperti negara sahabat, lembaga keuangan (IMF, Asian

oleh Bank Indonesia. Juta USD Rasio

Sumber: Diolah

3.2 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode Regresi linier berganda, model yang digunakan dalam analisis ini adalah model ekonometrika dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS).Persamaan model ekonometrika sebagai berikut:

(11)

3.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk memperoleh hasil regresi yang bisa dipertanggungjawabkan dan mempunyai hasil yang tidak bias atau Best Linier Unbiased stimator (BLUE). Metode Ordinary Least Square (OLS) merupakan model yang berusaha untuk meminimalkan penyimpangan hasil perhitungan (regresi) terhadap kondisi aktual. Sebagai estimator, Ordinary Least Square merupakan regresi dengan keunggulan dengan estimator linear terbaik yang tidak bias, sehingga hasil perhitungan Ordinary Least Square dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan. (Gujarati, 2006). Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dari pengujian tersebut adalah uji normalitas, uji multikolineritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

3.4 Rancangan Pengujian Statistik

Secara statistik, ketepatan fungsi regresi dalam menksir nilai aktual dapat diukur dengan nilai t statistik, nilai statistik F, serta koefisien determinasi. Dalam bahasa statistik, hipotesis yang dinyatakan dikenal sebagai hipotesis nol dan dilambangkan dengan H0. Hipotesis nol biasanya dilawankan pengujiannya terhadap hipotesis alternatif atau hipotesis yang dipertahankan yang melambangkan dengan Ha. Jika menolak hipotesis nol, mengatakan bahwa penemuan secara statistik signifikan. Disisi lain, jika tidak menolak hipotesis nol, mengatakan bahwa penemuan secara statistik tidak signifikan (Gujarati, 2010:146). Untuk menguji bisa atau tidaknya model regresi tersebut digunakan dan untuk menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan, maka diperlukan pengujian statistik, antara lain:

3.4.1 Uji t-Statistik

Menurut Ghozali (2011:98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau:

H0 : βi = 0

Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

Ha : βi≠ 0

Artinya, suatu variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Taraf signifikan (α) = 0.05 dengan derajat bebas: df = (n-k).

Uji t digunakan untuk melihat masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara parsial dengan tingkat kepercayaan 5% (α = 0.05) maka dapat dikatakan signifikan dalam penelitian ini, peneliti mengambil keputusan dengan menggunakan probabilitas. Hipotesis penelitian ini adalah:

H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

(12)

Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan menerima Ha. Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan menolak Ha.

3.4.2 Uji F-statistik

Uji F-statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. (Ghozali, 2011:108). Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:

H0 : β1 = β2 = … = βk = 0

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

Ha : β1 ≠ β2 ≠ … ≠ βk ≠ 0

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Adapun hipotesisnya sebagai berikut:

H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.

Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.

Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.

3.5 Determinasi R-Squared (R2)

(13)

Rumus untuk menentukan nilai R2 adalah:

R2 =

Di mana:

R2 = Koefisien Determinasi ESS = Jumlah kuadrat residual TSS = Jumlah total kuadrat Sifat dari koefisien determinasi adalah:

Apabila R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Semakin besar nilai R2 maka semakin tepat garis regresi dalam menggambarkan nilai-nilai observasi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

4.1.1. Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil regresi meliputi penyajian hubungan antara dependen yaitu Cadangan Devisa dengan variabel independen yaitu Inflasi, Kurs, Utang Luar Negeri dan Ekspor. Secara statistik langkah yang dilakukan adalah variabel-variabel independent secara individu, secara bersama dan asumsi klasik. Adapun hasil regresi Cadangan Devisa dengan Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor menggunakan program komputer eviews 8.0, sehingga hasil regresi dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil output regresi Cadangan Devisa dengan Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan EksporTahun 2009-2014 (Januari-Desember)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 17906.36 11949.35 1.498522 0.1387 INF 170.1832 471.5419 0.360908 0.7193 KURS -4.149194 1.229211 -3.375495 0.0012 ULN 280.5022 39.15919 7.163126 0.0000 EX 3.419044 0.627890 5.445290 0.0000 R-squared 0.912565 Mean dependent var 89204.75 Adjusted R-squared 0.907345 S.D. dependent var 19458.31 S.E. of regression 5922.982 Akaike info criterion 20.27798 Sum squared resid 2.35E+09 Schwarz criterion 20.43608 Log likelihood -725.0074 Hannan-Quinn criter. 20.34092 F-statistic 174.8200 Durbin-Watson stat 0.641138 Prob(F-statistic) 0.000000

(14)

Berdasarkan pada hasil regresi di atas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

CADEV = 17906.3608228 + 170.183177917*INF-4.14919410064*KURS + 280.502233957*ULN + 3.41904420943*EX

Std. Error = (471.541) (1.229211) (39.15919) (0.627890) t-statistik = (0.360908) (-3.375495) (7.163126) (5.445290) F-statistik = 174.8200

R2 = 0.912565

Keterangan: Signifikan pada α = 5% (0.05)

Adapun interpretasi terhadap model Ordinary Least Square, hasil estimasi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen yaitu inflasi, kurs, utang luar negeri dan ekspor terhadap cadangan devisa sebagai berikut:

1) Nilai Konstanta sebesar 17906.3608228 menyatakan bahwa jika variabel independen yaitu: Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor dianggap konstan (X1, X2, X3, X4 = 0), maka akan menaikan Cadangan Devisa sebesar 17906.3608228 Juta USD. 2) Koefesien Inflasi terhadap Cadangan Devisa adalah Positif dengan nilai koefesien

sebesar 170.183177917. Menyatakan bahwa jika Inflasi terjadi kenaikan 1 persen maka menyebabkan kenaikan persentase Cadangan Devisa sebesar 170.183177917 persen. 3) Koefesien Kurs terhadap Cadangan Devisa adalah negatif dengan nilai koefesien sebesar

-4.14919410064. Menyatakan bahwa jika nilai kurs rupiah terjadi kenaikan 1 persen maka menyebabkan penurunan persentase Cadangan Devisa sebesar -4.14919410064 Rupiah.

4) Koefesien Utang Luar Negeri terhadap Cadangan Devisa adalah Positif dengan nilai koefesien sebesar 280.502233957. Menyatakan bahwa jika Utang Luar Negeri terjadi kenaikan 1 persen maka menyebabkan kenaikan persentase Cadangan Devisa sebesar 280.502233957 Juta USD.

5) Koefesien Ekspor terhadap Cadangan Devisa adalah Positif dengan nilai koefesien sebesar 3.41904420943. Menyatakan bahwa jika Ekspor terjadi kenaikan 1 persen maka menyebabkan kenaikan persentase Cadangan Devisa sebesar 3.41904420943 Juta USD.

4.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.1.Uji Normalitas

(15)

Kriteria pengujian normalitas Jarque-Bera pada output eviews adalah sebagai berikut (Widarjono, 2007:54):

a. Jika nilai probabilitas JBtest > α 0.05, maka data berdistribusi normal (tolak Ho, terima Ha). Artinya lolos uji normalitas.

b. Jika nilai probabilitas JBtest < α 0.05, maka data tidak berdistribusi normal (terima Ho, tolak Ha). Artinya tidak lolos uji normalitas.

Tabel 4.2.1 Hasil Uji Normalitas

Kriteria Pengujian Hasil Uji Keterangan

Prob.JB > α 0.471705 > 0.05 data terdistribusi normal

Sumber: Diolah melalui Eviews8 4.2.2.Uji Multikolinearitas

Menurut (Gujarati, 2010:429), multikolinearitas terjadi jika koefisien kolerasi antara

variabel bebas lebih besar dari 0.80. Dikatakan tidak terjadi multikolinearitas jika koefisien kolerasi antara variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0.80 (r ≤ 0.80).

Tabel 4.2.2

Hasil Uji Multikolinearitas Correlation Matrix

INF KURS ULN EX

INF 1.000000 0.516568 0.253664 -0.008059 KURS 0.516568 1.000000 0.458513 -0.236647 ULN 0.253664 0.458513 1.000000 0.650661 EX -0.008059 -0.236647 0.650661 1.000000

Sumber: output Eviews 8.

Uji hipotesis:

H0 : tidak terjadi multikolinearitas. Ha : terjadi multikolinearitas.

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Pada Correlation Matrix, jika koefisien kolerasi yang dihasilkan < 0.80, maka tidak terjadi multikolinieritas (tidak tolak Ho, tolak Ha).

b. Pada Correlation Matrix, jika koefisien kolerasi yang dihasilkan > 0.80, maka terjadi multikolinieritas (tolak Ho, tidak tolak Ha).

(16)

4.2.3.Uji Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut homokedastisitas dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut heteroskedastisitas (Gujarati, 2010:84). Persamaan regresi dikatakan baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Salahsatu pengujian yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah uji white heteroskedasticity.

Hipotesis statistik pengujian heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: H0: tidak terdapat heteroskedastisitas

Ha: terdapat heteroskedastisitas

Pada output eviews adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared > α 0.05, maka tidak terdapat heteroskedastisitas (terima Ho, tolak Ha). Artinya lolos uji heterokedastisitas.

b. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared < α 0.05, maka terdapat heteroskedastisitas (tolak Ho, terima Ha). Artinya tidak lolos uji heterokedastisitas.

Tabel 4.2.3

Hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.511627 Prob. F(4,67) 0.2087 Obs*R-squared 5.959880 Prob. Chi-Square(4) 0.2022 Scaled explained SS 4.421706 Prob. Chi-Square(4) 0.3519

Sumber: output Eviews 8.

Berdasarkan pengujian dari tabel 4.9 di atas, maka didapatkan nilai probabilitas Obs* R-Squared sebesar 0.2022 lebih besar dari tingkat  5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model tidak terdapat adanya heterokedastisitas.

4.2.4.Uji Autokorelasi

Untuk menguji ada tidaknya autokolerasi dalam penelitian ini, digunakan LM-test. Kriteria pengujian ada tidaknya autokolerasi dengan LM-test adalah sebagai berikut:

Hipotesis statistik pengujian autokolerasi adalah sebagai berikut: H0 : tidak terdapat autokolerasi

Ha: terdapat autokolerasi

Pada output eviews adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared > α 0.05, maka tidak terdapat autokolerasi (terima Ho, tolak Ha). Artinya lolos uji autokolerasi.

(17)

Tabel 4.2.4 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.655362 Prob. F(2,64) 0.0780 Obs*R-squared 5.440161 Prob. Chi-Square(2) 0.0659

Sumber: output Eviews 8.0

Pada Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas yang dihasilkan sebesar 0.0659 lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Hal ini berarti t tolak Ho, terima Ha yang artinya tidak terdapat autokorelasi.

4.3. Pengujian Hipotesis

4.3.1. Uji t-statistik

Uji ini dilakukan dengan cara pengujian terhadap variabel-variabel independent secara parsial atau individu, digunakan untuk mengetahui signifikasi dan pengaruh variabel Inflasi, Kurs, Utang Luar Negeri dan Ekspor secara individu terhadap Cadangan Devisa Indonesia. Adapun hasil pengujian koefisien regresi secara individu adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2

Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara individu Variabel Koefisien t-hitung

t-tabel

(α = 5%) Keterangan

INF 170.1832 0.360908 1.66827 Tidak KURS -4.149194 -3.375495 -1.66827 Signifikan

ULN 280.5022 7.163126 1.66827 Signifikan EX 3.419044 5.445290 1.66827 Signifikan

Sumber: Hasil Pengolahan Data

*Keterangan: Tingkat signifikasi sebesar 5% dengan deegre off freedom / nilai n adalah 35 dan nilai k adalah 5 maka nilai df = n-k-1 (72-5-1) = 66, diperoleh t-tabel = 1.66827

Uji t terhadap Variabel Inflasi

1. Jika thitung> ttabel maka H0 ditolak dan Ha tidak ditolak berarti bahwa secara individu variabel Inflasi berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa.

2. Jika thitung< ttabel maka H0 tidak ditolak dan Ha ditolak, berarti bahwa secara individu variabel Inflasi tidak berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa

(18)

Uji t terhadap Variabel Kurs

1. Jika thitung> ttabel maka H0 ditolak dan Ha tidak ditolak berarti bahwa secara individu variabel Kurs berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa.

2. Jika thitung< ttabel maka H0 tidak ditolak dan Ha ditolak berarti bahwa secara individu variabel Kurs tidak berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa.

3. Berdasarkan hasil regres diketahui bahwa nilai -t hitung lebih kecil dari nilai -t tabel yaitu sebesar -3.375495 > -1.66827, dengan demikian hipotesisnya H0 ditolak dan Ha tidak ditolak. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara Kurs terhadap Cadangan Devisa.

Uji t terhadap Variabel Utang Luar Negeri

1. Jika thitung> ttabel maka tolak H0 dan tidak tolak Ha, berarti bahwa secara individu variabel Utang Luar Negeri berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa. 2. Jika thitung< ttabel maka H0 tidak ditolak dan Ha ditolak berarti bahwa secara individu

variable Utang Luar Negeri tidak berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa 3. Berdasarkan hasil regres diketahui bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel

yaitu sebesar 7.163126 > 1.66827, dengan demikian hipotesisnya H0 ditolak dan Ha tidak ditolak. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara Utang Luar Negeri terhadap Cadangan Devisa.

Uji t terhadap Variabel Ekspor

1. Jika thitung> ttabel maka H0 ditolak dan Ha tidak ditolak berarti bahwa secara individu variabel Ekspor berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa.

2. Jika thitung< ttabel maka H0 tidak ditolak dan Ha ditolak berarti bahwa secara individu variabel Ekspor tidak berpengaruh terhadap variabel Cadangan Devisa.

3. Berdasarkan hasil regres diketahui bahwa nilai -t hitung lebih kecil dari nilai t tabel yaitu sebesar 5.445290 > 1.66827, dengan demikian hipotesisnya H0 ditolak dan Ha tidak ditolak. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara Ekspor terhadap Cadangan Devisa.

4.3.2. Uji F-statistik

Uji F dilakukan dengan cara pengujian terhadap variabel-variabel independen secara bersama-sama yang dilakukan utuk melihat pengaruh varibel independen yaitu Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu Cadangan Devisa.

Tabel 5.3

Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara Bersama-Sama

F-hitung F-tabel

(α = 5%) Kriteria

174.8200 2.51 Signifikan

(19)

Keterangan:

Dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5%, di mana nilai df1 = k-1 (5-1) = 4 dan nilai df2= n – k (72-5) = 67, diperoleh F-tabel adalah 2.51.

Kriteria uji hipotesis statistik secara simultan dengan uji F adalah:

1. Jika F hitung> F tabel maka tolak H0 dan tidak tolak Ha, berarti bahwa secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen pada mdel penelitian.

2. Jika F hitung< F tabel maka tidak tolak H0 dan tolak Ha, berarti bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen pada model penelitian.

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel yaitu sebesar 174.8200 > 2.51 engan demikian tolak hipotesis H0. Artinya Inflasi, Kurs, Utang Luar Negeri dan Ekspor secara bersama-sama berpengaruh terhadap Cadangan Devisa Indonesia pada model penelitian.

4.3.3. Koefisien Determinasi (R2)

Hasil Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen secara statistik. Berdasarkan pada hasil regresi pada tabel 4.6 pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Utang Luar Negeri dan Ekspor terhadap Cadangan Devisa diperoleh nilai R2 sebesar 0.912565 atau 91.25%. Artinya besaran pengaruh dari keseluruhan variabel independen yaitu: Inflasi, Kurs, Utang Luar Negeri dan Ekspor sebesar 91.25%. Sedangkan sisanya sebesar 8.75% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian.

4.4. Analisis Ekonomi

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa cadangan devisa dipengaruhi oleh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor. Berikut akan dijelaskan analisis ekonomi dari tiap-tiap variabel Independen:

(20)

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap cadangan devisa. Koefisien parameter kurs yang negatif mungkin dapat dijelaskan sebagai berikut: hubungan kurs valuta asing dengan cadangan devisa, Cassey dan Dhanireddy (2011) menyatakan bahwa dalam melakukan bisnis pastinya terjadi transaksi yang dilakukan oleh para pebisnis, dimana barang dan jasa yang disepakati akan ditukar dengan uang. Tetapi ketika berhubungan dengan perdagangan internasional, terdapat transaksi-transaksi yang dilakukan dalam melakukan transaksi perdagangan internasional, yaitu: Transaksi yang dilakukan antara pembeli dan penjual harus menyepakati pembayaran dengan harga yang ada dalam perjanjian yaitu dengan kurs mata uang asing. Mata uang asing akan diperdagangkan untuk menyesuaikan harga dalam dollar Amerika. Menurut Frederic S. Mishkin (2001) cadangan devisa mempunyai dampak yang penting bagi posisi nilai tukar suatu negara, kenaikan cadangan dalam neraca pembayaran memberikan stimulus untuk membuat mata uang rupiah mengalami apresiasi. Semakin banyak valas atau devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan penduduk suatu negara maka berarti makin besar kemampuan negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat pula nilai mata uang. Di samping itu, dengan semakin tingginya nilai tukar mata uang negara sendiri, menunjukkan bahwa semakin kuatnya perekonomian negara bersangkutan, sehingga dapat memperoleh lebih banyak devisa. Apabila nilai tukar rupiah menguat didukung dengan kondisi ekonomi stabil maka cadangan devisa Indonesia juga akan meningkat, hal tersebut dikarenakan adanya dorongan minat investor yang tertarik untuk melakukan investasi di pasar keuangan domestik yang akan mengakibatkan surplus pada neraca transaksi berjalan sehingga cadangan devisa juga akan meningkat, apabila rupiah terus menerus mengalami depresiasi maka akan mengakibatkan berkuranganya cadangan devisa. Untuk menstabilkan nilai rupiah, solusi dari kebijakan Bank Indonesia adalah menggelontorkan / mengeluarkan cadangan devisa dan turun langsung mengintervensi ke pasar valas. Penelitian ini diperkuat oleh I Putu Kusuma Juniantara dan Made Kembar Sri Budhi (2013) menyatakan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap cadangan devisa.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Utang Luar Negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa. Koefisien parameter Utang Luar Negeri yang positif mungkin utang luar negeri memang dapat menambah cadangan devisa, ya awalnya berbentuk pinjaman yang dapat memperkuat cadangan deisa. (Michael Paul Todaro, 2006: 88). Utang Luar Negeri adalah sumber keuangan dari luar (baik berupa hibah atau pinjaman) dapat memainkan peranan yang penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya domestik guna mempercepat pertumbuhan devisa dan tabungan (analisis bantuan luar negeri “dua

kesenjangan”). Negara-negara berkembang berasumsi bahwa pada umunnya menghadapi

(21)

faktor-faktor yang empengaruhi Peningkatan Cadangan Devisa yang meliputi faktor penambah, rendahnya tabungan dalam negeri tidak memungkinkan dilakukannya investasi secara memadai sehingga pemerintah negara-negara berkembang harus menarik dana pinjaman dan investasi dari luar negeri. Bntuan luar negeri dapat memainkan pernan yang sangat penting guna mengurangi kenda utamanya yang berupa kekurangan devisa yang belum mampu membiayai pembangunan dengan sumber dari dalam negeri dan serta untuk menginkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini diperkuat oleh Roro Tri Ellies (2007) menyatakan Utang Luar Negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap Cadangan Devisa

(22)

menghasilkan barang-barang dan jasa yang mampu bersaing di pasar internasional. Kemampuan bersaing ini sangat ditentukan oleh banyak faktor, antar lain sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya teknologi, manajemen, dan bahkan juga sosial budaya. (Supriyanto, 1995:203). Penelitian ini diperkuat oleh Jimmy Benny (2013) menyatakan Ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap Cadangan Devisa.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data time series (urutan waktu) periode tahun 2009-2014 dalam bentuk data bulanan (Januari-Desember) terhadap cadangan devisa Indonesia dengan metode Ordinary Least Square dan software Eviews 8 menghasilkan kesimpulan-kesimpulan berikut:

1) Secara parsial menunjukan: Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap cadangan devisa hal ini dikarenakan jika Inflasi yang terjadi dalam suatu Negara tinggi maka harga barang dan juga jasa yang ada di dalam negeri akan tinggi. Hal ini menyebabkan perubahan pada nilai mata uang dan berimbas pada simpanan giro bank umum dan berdampak pada Cadangan Devisa. Jika Inflasi terjadi maka akan mengakibatkan kenaikan pada harga pangan dan minyak sehingga terhadi kesenjangan antar penawaran dan permintaan dimana arus impor akan meningkat dan arus ekspor akan terhambat ataupun mengalami penurunan terus menerus karena barang buatan dalam negeri jauh lebih mahal daripada harga barang sejenis buatan luar negeri. Pada akhirnya, hal itu akan mengakibatkan desifit neraca perdagangan Indonesia yang berdampak pada menurunnya Cadangan Devisa Indonesia. Kurs Rupiah berpengaruh signifikan terhadap cadangan devisa. Hal ini disebabkan karena depresiasi Nilai Tukar Rupiah terhadap USD terjadi semenjak Indonesia menggunakan sistem nilai tukar tetap yang menyebabkan semakin banyak valas atau devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan penduduk suatu negara maka berarti makin besar kemampuan negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat pula nilai mata uang. Utang Luar Negeri berpengaruh signifikan terhadap cadangan devisa hal ini dikarenakan awalnya Utang Luar Negeri memang dapat menambah cadangan devisa, ya awalnya berbentuk pinjaman yang dapat memperkuat cadangan deisa. Jadi pada awalnya setiap pinjaman akan menambah Cadangan Devisa. Ekspor berpengaruh signifikan terhadap cadangan devisa. Hal ini disebabkan dalam kegiatan ekspor suatu negara pastinya akan mendapatkan jumlah uang dalam bentuk valuta asing atau bisa dikatakan devisa, ini salah satu dari pemasukan negara. Ekspor adalah kegiatan perdagangan antara dua negara yang biasa memberikan rangsangan untuk meningkatkan permintaan dalam negeri yang menimbulkan pabrik industri-industri besar, guna memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan luar negeri yang nantinya suatu negara yang sedang berkembang bisa bersaing dengan negara-negara yang lebih maju.

(23)

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Utang Luar Negeri dan Ekspor sangat mempengaruhi dalam Cadangan Devisa. Perlu adanya kebijakan atau campur tangan dari Pemerintah atau Bank Sentral dalam mengendalikan stabilitas nilai tukar untuk menjaga tingkat inflasi sesuai dengan target. Dengan langkah untuk mengendalikan rupiah untuk kestabilan perekonomian Indonesia, maka bank sentral akan menggelontorkan/mengeluarkan cadangan devisa jika kurs rupiah mengalami depresiasi terus-menerus.

Saran yang konkrit dari saya antara lain:

1) Menciptakan Iklim Investasi yang kondusif, yang didukung dengan infrastruktur yang memadai dan kemudahan regulasi (peraturan).

2) Kebijakan Pemerintah lebih dititikberatkan pada pembangunan di sektor riil, seperti: UMKM.

3) Diupayakan menerapkan kebijakan transaksi perdagangan tidak terjadi defisit. Harapan dari pinjaman utang luar negeri dapat mempercepat pembangunan melalui investasi yang lebih tinggi dan mempercepat pertumbuhan. Pemerintah sebaiknya mengurangi utang luar negeri dengan mengelola pinjaman luar negeri sebaik-baiknya di bidang yang dapat menghasilkan devisa secara maksimal. Mengurangi ketergantungan pada impor dan memperluas ekspor.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, Triyoso. (2004). “Analisis Kausalitas antar Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi di Negara-negara ASEAN”. Sumatera Utara : Fakultas Ekonomi UNSU

Bank Indonesia. (2009). “Menjaga Stabilitas Perekonomian Dalam Krisis Keuangan Global, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia”. Jakarta. Bank Indonesia.

Bank Indonesia. (2014). “Memperkuat Ketahanan, Mendorong Momentum Pemulihan Ekonomi Nasional, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia”. Jakarta. Bank Indonesia.

Bank Indonesia. (2014). “Bank Sentral Indonesia. Jakarta. Diakses pada 07 April 2015, dari http:///www.bi.go.id

Benny, Jimmy. (2013). “Ekspor dan Impor Pengaruhnya Terhadap Posisi Cadangan Devisa di

Indonesia”. Manado, Universitas Sam Ratulangi. Jurnal EMBA vol.01 No.4 Desember. Boediono. (2001). “Ekonomi Makro. Edisi 4, Yogyakarta: BPFE.

Dornbusch and Fischer. (1992). “Basic Econometrica, McGraw-Hill”. New York.

Gandhi, Dyah Virgoana. (2006). “Pengelolaan Cadangan Devisa di Bank Indonesia”. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia

Gujarati, Damodar N (2003). “Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga. Edisi 6. __________________ (2004). “Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.

__________________(2006). “Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga Jilid 3, Edisi 3. __________________(2010). “Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat. Buku 1,

Edisi 5.

Hariyani, Iswi dan Serfianto. (2010). “Panduan Ekspor Impor”. Yogyakarta: Penerbit: Pustaka Yustusia.

Jhingan, M.L. (2006). “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kamaluddin, Rustian. (1999). “Pengantar Ekonomi Pembangunan”. Jakarta. Penerbit: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Krugman, Paul R, and Maurlce, Obstfeld. (1979). “Krisis Keuangan Indonesia Dapatkah Diramalkan?”. Dr. Muhammad Handry Imansyah. Jakarta. Penerbit: PT Elex Mdia Komputindo Kelompok Gramedia, 2009.

Krugman, Paul R, and Maurice, Obstfeld. (2000), “Ekonomi Internasional”: Teori dan Kebijakan, Edisi 5, Jakarta: Indeks.

(25)

Mankiw, N. Gregory. (2006). “Pengantar Ekonomi Makro” edisi 6, Harvard University, Indonesia. Jakarta : Salemba.

Mishkin, Frederic S. (2001). “The Economics of Money, Bangking and Financial Markets 6th Edition. New York: Addison Wesley.

Mishkin, Frederic S. (2009). “The Economics of Money, Bangking and Financial Markets 8th Edition, Colombia University, Buku 2, Edisi 8 Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Priadi Asmanto, dan Sekar Suryandari. (2008). “Cadangan Devisa, Financial Deeping, dan

Stabilisasi Nilai Tukar Riil Rupiah Akibat Gejolak Nilai Tukar Perdagangan”. Dalam Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, 11 (2)h:121-153.

Putra, Ida Bagus P dan Indrajaya, I G. B. (2013). “Pengaruh Inflasi, Utang Luar Negeri Dan Suku Bunga Kredit Terhadap Cadangan Devisa Tahun 1996-2011”. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Samuelson, Paul A and William D. Nordhaus. (2005). “Ekonomi Internasional”, Edisi kedua belas, Jilid pertama, Jakarta: Erlangga.

Sukirno, Sadono, (2008). “Teori Pengantar Makroekonomi”, Edisi Kelima, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith. (2006). “Pembangunan Ekonomi”. Edisi 9, Terjemahan Andri Yelvi. Jakarta: Erlangga.

Gambar

Tabel 1.1 Posisi Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2012-2014 (Juta USD)
Tabel 2.4 Ringkasan Studi Empiris
Gambar 2.10 Skema Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Konsep Operasionalisasi Variabel
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat laju penurunan mutu susu bubuk tipe-X pada ordo reaksi nol maupun ordo reaksi satu dan nilai R 2 dapat dilihat bahwa titik-titik nilai penurunan

Oleh karena itu, energi listrik portable(baterai) akan memegang peranan penting dalam perkembangan teknologi di masa depan.Baterai adalah sebuah sel listrik dimana

Desain Mekanik Robot Area pergerakan robot dibuat dari bahan plastik yang disablon warna (Kiyokatsu Suga, Sularso, 1991). Jalur pergerakan robot dibuat dengan warna

Merubah keseluruhan atau sebagian rancangan dari tata letak berdasarkan proses dalam produksi dan fungsi dari mesin produksi yang sama, merubah rancangan agar

“Pengaruh Indeks Hang Seng, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2018)”. Oleh karena itu untuk

Masalah yang dibahas dalam modul ini meliputi (1) Masalah tentang nyamuk demam berdarah ( Aedes aegypti ); (2) Masalah tentang penularan dan pencegahan penyakit DBD; (3)

Metode PAR (Participatory Action Research) dirancang untuk mengkonsep suatu perubahan dalam prosesnya. Langkah pertama yang dilakukan membangun kepercayaan di

Pandu Adi Wibowo. Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Permaian Futsal Melalui Metode TGT pada Siswa Kelas X di SMA Selamat Pagi Indonesia Kota Batu.. 14 | P a g e