• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESYARIAHAN PENERAPAN PEMBIAYAA docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KESYARIAHAN PENERAPAN PEMBIAYAA docx"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESYARIAHAN PENERAPAN PEMBIAYAAN PADA

MICRO

ENTERPRISE ISLAMIC BANK OF BRAWIJAYA

SEBAGAI RINTISAN

LABORATORIUM AKUNTANSI SYARIAH

ARTIKEL ILMIAH

Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Take Home Mata Kuliah Manajemen

Keuangan Syariah

Disusun oleh :

Siti Nur Fatimah

135020301111021

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

ANALISIS KESYARIAHAN PENERAPAN PEMBIAYAAN PADA MICRO ENTERPRISE ISLAMIC BANK OF BRAWIJAYA SEBAGAI RINTISAN LABORATORIUM AKUNTANSI

(2)

Siti Nur Fatimah

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 165 Malang

Email: sitinurfatimah31@gmail.com

Abstrak

Mahasiswa jurusan Akuntansi khususnya konsentrasi Syariah dituntut untuk memahami teori yang terdapat dalam beberapa mata kuliah yang menjelaskan tentang prinsip syariah. Selain itu, mahasiswa juga harus mengetahui penerapan prinsip syariah yang terjadi di lapangan. Kondisi di lapangan yang tidak sesuai dengan teori yang diketahui oleh mahasiswa, membuat mahasiswa bingung dan pesimis, sehingga mereka menganggap bahwa tidak ada emiten syariah yang benar-benar menerapkan prinsip syariah. Di lain pihak, terdapat Micro Enterprise Islamic Bank of Brawijaya (MIBB) sebagai lembaga keuangan mikro yang melayani jasa keuangan dalam hal pembiayaan. MIBB dibentuk dengan tujuan untuk mewadahi dan mengaplikasikan teori dari beberapa mata kuliah dalam jurusan Akuntansi khususnya konsentrasi Akuntansi Syariah. Namun, lembaga ini belum resmi didirikan, sehingga dapat dikatakan bahwa MIBB masih dalam tahap menjadi rintisan laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan prinsip syariah pada MIBB dan mengetahui adakah perbedaan antara praktik dan teori dalam pembiayaan yang dilakukan oleh MIBB. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan mendeskripsikan penerapan akad dalam pembiayaan yang dilakukan oleh MIBB. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka pada literatur yang terkait, serta melalui wawancara dengan Ketua Islamic Finance and Accounting Studies (IFAS) dan Manajer MIBB. Dalam pengoperasiannya, MIBB telah menerapkan akad dalam pembiyaan sesuai dengan prinsip syariah.

Kata Kunci: Kesyariahan, Micro Enterprise Islamic Bank of Brawijaya, Pembiayaan

PENDAHULUAN

Akuntansi Syariah merupakan salah satu konsentrasi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Pada konsentrasi ini, mahasiswa belajar tentang prinsip-prinsip syariah dalam bidang ekonomi, baik dalam lingkup akuntansi maupun lingkup manajemen. Terdapat empat mata kuliah yang membahas mengenai prinsip-prinsip syariah tersebut, yaitu mata kuliah Ekonomi Islam, Fiqih Muamalah, Akuntansi dan Keuangan Syariah, dan Manajemen Keuangan Syariah. Semua mata kuliah ini mengajarkan tentang prinsip syariah secara ideal dalam bidang ekonomi. Namun, hal ini menimbulkan kebingungan dalam pikiran mahasiswa, karena selain belajar prinsip syariah secara ideal, mereka juga harus mengetahui kenyataan praktik ekonomi syariah di lapangan. Yang mana, dalam praktiknya sebagian besar entitas syariah belum totalitas menerapkan prinsip syariah, sehingga terdapat beberapa praktik yang tidak sesuai dengan prinsip syariah yang diajarkan. Adapun prinsip syariah yang dimaksud adalah mengenai rukun, syarat, dan ketentuan lain berdasarkan hukum Islam.

(3)

dua pihak yaitu pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Penyedia dana sebagai pihak yang menyediakan seluruh dana, sedangkan pengelola dana bertugas untuk mengelola dana (Nurhayati dan Wasilah, 2015). Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 105, keuntungan dari hasil usaha yang dilakukan oleh mudharib akan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan awal, sedangkan kerugian finansial akan ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika kerugian tersebut diakibatkan oleh kelalaian pengelola dana, maka kerugian akan ditanggung oleh pengelola dana.

Dalam Islam, konsep ini disebut dengan konsep Profit and Loss Sharing, dimana keuntungan dan kerugian dari hasil usaha ditanggung oleh semua pihak yang bekerja sama (Karim, 2003: 195). Dengan demikian, karena kerugian dibagi berdasarkan proporsi modal dan karena proporsi modal shahibul maal dalam hal ini adalah 100%, maka kerugian finansial ditanggung 100% oleh shahibul maal. Begitu juga dengan mudharib, karena proporsi modal mudharib dalam kontrak ini adalah 0%, maka ketika terjadi kerugian, mudharib akan menanggung kerugian finansial 0% (Karim, 2003: 182). Pada dasarnya, kedua pihak sama-sama menanggung kerugian, namun bentuk kerugian yang ditanggung oleh keduanya berbeda sesuai dengan obyek mudharabah yang dikontribusikannya. Shahibul maal akan menangggug risiko kehilangan uang hasil dari usaha, karena ia mengkontribusikan modal, sedangkan mudharib akan menanggung risiko kehilangan gaji atas kerja yang dilakukan, karena ia mengkontribusikan tenaga. Sehingga, jika mudharib diharuskan juga memikul kerugian finansial, maka artinya ia memikul dua jenis kerugian, yaitu kerugian karena ia tidak menerima uang dan kerugian karena kehilangan pekerjaan. Hal ini dilarang dalam Islam, karena mengandung ketidakadilan.

Untuk mencegah terjadinya kerugian ini, maka Bank Syariah di Indonesia menerapkan konsep Net Revenue Sharing, yaitu konsep yang menerapkan bagi hasil berdasarkan laba kotor dari usaha. Jadi, biaya operasional seperti pajak dan beban operasional lainnya dibebankan kepada mudharib. Hal ini tentu sangat merugikan bagi mudharib, karena dia harus menanggung biaya operasional yang seharusnya ditanggung oleh shahibul maal. Hal inilah yang ingin dihapuskan oleh Islam, namun justru dilakukan oleh Bank Syariah di Indonesia. Jadi, dapat diketahui bahwa Bank Syariah belum totalitas menerapkan prinsip syariah, dan hal inilah yang menjadi salah satu penyebab kebingungan mahasiswa dalam mempelajari teori yang ada, kemudian membandingkan dengan praktik yang terjadi di lapangan. Hal ini juga menimbulkan sikap pesimistis dalam diri mahasiswa, mereka menganggap bahwa tidak ada entitas syariah yang murni syariah, sehingga mereka berpikir dua kali untuk menggunakan jasa keuangan syariah.

Pada lain pihak, terdapat sebuah lembaga keuangan mikro di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, yaitu Micro Enterprise Islamic Bank of Brawijaya (selanjutnya disebut MIBB pada tulisan ini). MIBB merupakan sebuah lembaga yang berada di bawah kendali Islamic Finance and Accounting Studies (IFAS) yang melayani jasa keuangan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. MIBB menyediakan produk pembiayaan, baik pembiayaan konsumtif maupun pembiayaan produktif dengan menerapkan prinsip syariah dalam pengoperasiannya. Lembaga ini belum resmi didirikan, namun telah melayani beberapa pembiayaan dengan mahasiswa. Secara khusus, lembaga ini bertujuan untuk memfasilitasi praktik yang terdapat dalam beberapa mata kuliah Akuntansi Syariah, sehingga dapat dikatakan bahwa MIBB merupakan rintisan laboratorium untuk jurusan Akuntansi Syariah.

(4)

memberikan judul penelitian yaitu “Analisis Kesyariahan Penerapan Pembiayaan pada Micro Enterprise Islamic Bank of Brawijaya Sebagai Rintisan Laboratorium Akuntansi Syariah”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan menganalisis penerapan prinsip syariah pada pembiayaan yang dilakukan oleh MIBB. Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan. Penulis memperoleh data primer melalui wawancara dengan Ketua Islamic Finance and Accounting Studies (IFAS), yaitu Pak Achmad Zaky dan Farisan Noviandri selaku Manajer Micro Enterprise Islamic Bank of Brawijaya (MIBB). Selain itu, penulis juga mengumpulkan data melalui studi pustaka pada literatur yang berkaitan dengan penelitian.

Terdapat dua tahap dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap persiapan hal yang dilakukan adalah menentukan dan merumuskan tujuan penelitian terhadap MIBB secara baik, menentukan metode yang akan digunakan, menentukan teknik pengumpulan data yaitu dengan teknik wawancara dan studi pustaka, menyusun pedoman daftar pertanyaan yang digunakan dalam wawancara. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data melalui wawancara dan studi pustaka sebelum data dibawa dan diolah.

Adapun analisis data kualitatif yang dilakukan oleh penulis dimulai ketika proses pengumpulan data, yakni dengan cara memilah data yang penting dan tidak penting. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Langkah terakhir dalam penelitian kualitatif adalah mengambil kesimpulan secara induktif, yakni berdasarkan informasi atau data yang diperoleh dari berbagai sumber yang bersifat khusus dan individual, kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum atau general (Salim dan Syahrum, 2010). Dalam hal ini, penulis mengambil kesimpulan tentang penerapan prinsip syariah pada MIBB.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Micro Enterprise Islamic Bank of Brawijaya (MIBB) merupakan sebuah lembaga keuangan mikro yang dibentuk pada tahun 2013 oleh beberapa dosen Akuntansi Syariah, yaitu Achmad Zaky dan Ubaidillah. MIBB bertempat di Gedung Pasca Sarjana Lantai 6 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Lembaga ini dibentuk dengan tujuan untuk mewadahi dan mengaplikasikan teori dari beberapa mata kuliah dalam jurusan Akuntansi khususnya konsentrasi Akuntansi Syariah. Namun, lembaga ini belum resmi didirikan, sehingga dapat dikatakan bahwa MIBB masih dalam tahap menjadi rintisan laboratorium. Sebagai lembaga keuangan mikro, MIBB menyediakan jasa pembiayaan bagi mahasiswa yang membutuhkan dana.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 06/per/M.KUKM/I/2007 tentang Petunjuk Teknis Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro Pola Syariah (Pasal 1), bahwa pembiayaan adalah

kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya yang mewajibkan penerimaan pembiayaan itu untuk melinasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad dengan pembayaran sejumlah bagian hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut.

(5)

berupa transaksi bagi hasil (musyarakah dan mudharabah), transaksi sewa menyewa (ijarah), transaksi jual beli kredit (murabahah, salam, istishna’) transaksi utang piutang (qardh). Jika merujuk pada pengertian pembiayaan di atas, maka pembiayaan yang dapat dideskripsikan dalam MIBB merupakan penyediaan dana dari MIBB kepada mahasiswa yang membutuhkan dana, baik untuk kegiatan konsumtif maupun produktif dengan menerapkan beberapa macam akad jual beli dan utang piutang.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan ketua MIBB, dana dari pembiayaan yang dialokasikan bersumber dari dana hibah dan hasil dari Pelatihan Akuntansi dan Keuangan Syariah yang dilakukan oleh Islamic Finance and Accounting Studies (IFAS), sehingga MIBB tidak melayani jasa penghimpunan dana sebagaimana lembaga keuangan lainnya. Adapun akad yang diterapkan dalam pembiayaan ini, antara lain: (1) murabahah, (2) qardh, (3) mudharabah, dan (4) musyarakah. Untuk pembiayaan konsumtif, MIBB menggunakan akad qardh dan murabahah. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing akad tersebut dan mekanisme pembiayaan dalam MIBB:

1) Akad Qardh

Pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 Tentang Qardh, qardh diartikan sebagai pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam waktu tertentu. Jadi, akad qardh merupakan akad hutang piutang tanpa disertai tambahan pengembalian, yaitu meminjamkan sesuatu kepada orang lain dengan kewajiban mengembalikan pokoknya kepada pihak yang meminjami. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ketua IFAS, akad qardh dalam MIBB merupakan special item yang berbeda mekanismenya dengan akad lain. Dalam mengaplikasikan akad ini, MIBB hanya memberikan pinjaman kepada mahasiswa atau pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan MIBB dan mereka menerima pinjaman ini dikarenakan adanya kejadian khusus, seperti kesulitan finansial. Dalam hal pengembalian dana, MIBB tetap menerima pengembalian dana sebesar jumlah dana yang dipinjamkan pada awal akad tanpa ada tambahan.

2) Akad Murabahah

Akad murabahah adalah akad jual beli dengan menyebutkan harga perolehan barang dan keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli (Antonio, 2001) dalam (Prabowo, 2009). Adapun landasan syariah dibolehkannya murabahah adalah QS. An-Nisa’:29 dan QS. Al-Baqarah: 275 yang artinya sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali ada transaksi di antaramu” (QS. An-Nisa ayat: 29). “... dan Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah ayat: 275).

Menurut Saeed (2004), dalam jual beli murabahah yang disyaratkan adalah sebagai berikut:

1. Pembeli mengetahui harga pokok atau harga asal, dan berapa besarnya keuntungan atau margin. Mengetahui harga merupakan syarat sah jual beli.

2. Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang.

3. Apa yang dijual harus ada dan dimiliki oleh si penjual dan si penjual harus mampu menyerahkan barang itu kepada si pembeli.

4. Pembayarannya di tangguhkan.

Adapun rukun murabahah dalam perbankan (posisi bank disini dapat dianalogikan sebagai MIBB) menurut Harun (2006: 349) adalah sama dengan fiqh dan dianalogikan dalam praktik perbankan sebagai berikut:

1. Penjual (ba'i) dianalogikan sebagai bank.

2. Pembeli (musytari) dianalogikan sebagai nasabah.

(6)

4. Harga (tsaman) dianalogikan sebagai pricing atau plafond pembiayaan.

5. Ijab Qabul dianalogikan sebagai akad atau perjanjian, yaitu pernyataan persetujuan yang dituangkan dalam akad perjanjian.

Merujuk pada akad murabahah dalam MIBB, posisi penjual dalam hal ini adalah MIBB, sedangkan pembeli adalah mahasiswa. Dalam pengaplikasiannya, MIBB menyebutkan harga perolehan barang dan keuntungan yang didapatkan sesuai dengan kesepakatan dengan mahasiswa. Misalnya, dalam jual beli barang elektronik seperti Tab yang dilakukan oleh MIBB dengan mahasiswa bulan April 2015 lalu, MIBB menyebutkan harga perolehan dan keuntungan yang diambil.

Sebelum melakukan akad, mahasiswa tersebut harus memberi tahu terlebih dahulu kepada MIBB tentang spesifikasi Tab yang diinginkan. Kemudian, MIBB dan mahasiswa melakukan research pasar tentang harga Tab tersebut. Setelah itu, MIBB membeli Tab di Toko Elektronik dan menunjukkan nota pembelian Tab kepada mahasiswa. Setelah mahasiswa mengetahui harga perolehan Tab, maka mahasiswa dan MIBB dapat melakukan akad dan barang diserahkan kepada mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Farisan sebagai Manajer MIBB, margin yang diambil oleh MIBB adalah sebesar 10%. Jika harga perolehan Tab sebesar Rp 2.000.000, dan keuntungan MIBB sebesar 10% atau Rp 200.000, maka mahasiswa harus membayar sebesar Rp 2.200.000. Pembayaran dilakukan secara angsuran dengan jangka waktu sesuai dengan kesepakatan antara mahasiswa dengan MIBB. Pernyataan ini dituliskan dalam kertas perjanjian, sehingga kedua belah pihak dapat memperoleh bukti transaksi.

Untuk pembiayaan produktif, MIBB menggunakan akad mudharabah dan musyarakah. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing akad tersebut dan mekanismenya dalam MIBB:

1) Akad Mudharabah

Mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak yaitu pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Penyedia dana sebagai pihak yang menyediakan seluruh dana, sedangkan pengelola dana bertugas untuk mengelola dana dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka, dan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal sepanjang kerugian tersebut tidak disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola (Rivai, 2012) dalam (Permata, dkk, 2014). Adapun rukun mudharabah beserta ketentuannya adalah sebagai berikut (Djamil, 2012) dalam (Basuki, 2013):

1. Pemodal dan pengelola modal, yaitu pihak yang memberikan dana atau modal. a. Keduanya harus bertindak sebagai wakil dan kafil dari masing-masing pihak. b. Keduanya harus mampu melakukan transaksi dan sah secara hukum.

c. Sighat dapat dilakukan secara eksplisit maupun implisit yang dapat menunjukkan tujuan akad.

d. Akad dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. 2. Modal

a. Modal yang diserahkan harus jelas jumlah dan jenisnya. b. Tunai dan tidak boleh hutang.

c. Pengelola dana harus menyerahkan modal kepada mudharib untuk melakukan usaha.

3. Nisbah keuntungan

Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik dana mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Syarat keuntungan adalah sebagai berikut:

(7)

b. Pembagian keuntungan harus dibagikan berdasarkan persentase sesuai kesepakatan pada awal akad.

c. Jika usaha mengalami kerugian, dan kerugian itu bukan akibat dari kelalaian atau pelanggaran secara sengaja oleh pihak pengelola, maka kerugian ditanggung oleh pemilik dana (Nurhayati dan Wasilah, 2015: 133).

Merujuk pada pengaplikasian mudharabah pada MIBB, MIBB bertindak sebagai shahibul maal yang memberikan dana 100% kepada mahasiswa sebagai mudharib. Kemudian, mahasiswa sebagai mudharib akan mengelola dana tersebut. Sebagian besar persentase pembagian margin dalam pembiayaan produktif dalam MIBB adalah sebesar 90 : 10, 90% untuk mahasiswa dan 10% untuk MIBB. Jika usaha yang dilakukan oleh mahasiswa mengalami kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian mahasiswa itu sendiri, maka kerugian akan ditanggung sepenuhnya oleh MIBB, dan jika kerugian itu disebabkan oleh kelalaian mahasiswa, maka kerugian akan ditangggung oleh mahasiswa. Contoh usaha yang menggunakan akad mudharabah, anatara lain usaha peternakan bebek dan usaha minuman. Adapun mekanisme dalam mengajukan pembiayaan mudharabah ke MIBB antara lain: (1) mahasiswa harus membuat proposal tentang usaha yang akan dilakukan. Proposal ini akan dikompetisikan dalam bentuk Business Plan Competition yang dimaksudkan untuk melihat prospek usaha yang diajukan oleh mahasiswa, (2) MIBB akan memilih usaha yang dianggap layak untuk dibiayai. Penilaian ini dapat dilihat dari performa usaha yang diajukan, analisis SWOT, dan lain sebagainya untuk melihat keberlanjutan usaha, (3) MIBB akan menganalisis dana yang diajukan oleh mahasiswa, dan memutuskan apakah akan mendanai sebesar dana yang diajukan, atau memberikan dana yang lebih besar atau lebih kecil dari dana yang diajukan (4) mahasiswa yang lolos kompetisi akan memperoleh dana sesuai dengan keputusan MIBB, (5) mahasiswa menjalankan usaha.

Setelah didapatkan laba dari usaha, maka akan dilakukan pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan awal. Dalam pembagian hasil ini, MIBB menerapkan sistem Profit and Loss Sharing, yakni pembagian hasil dari laba setelah dikurangi dengan beban operasional. Untuk contoh di atas, usaha yang mendapatkan keuntungan adalah usaha peternakan bebek. Sehingga, jika keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp 1.000.000, maka pembagian hasil untuk mahasiswa tersebut adalah sebesar Rp 900.000, dan Rp 100.000 untuk MIBB. Adapun usaha yang mengalami kerugian adalah usaha minuman. Kerugian ini disebabkan karena faktor eksternal, yaitu bahan baku yang sulit diperoleh, sehingga penjualan produk ini mengalami hambatan yang berakibat pada kerugian. Kerugian usaha ini sepenuhnya ditanggung oleh MIBB, karena tidak disebabkan oleh kelalaian mahasiswa yang berusaha.

2) Akad Musyarakah

Akad musyarakah merupakan akad kerjasama yang terjadi di antara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal (Zaky, 2014: 77). Adapun ketentuan musyarakah dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah, adalah sebaga berikut:

a. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak yang secara eksplisit menunjukkan tujuan akad. Akad dituangkan secara tertulis dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

b. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.

(8)

d. Keuntungan harus dibagi kepada kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya satu pihak saja.

e. Dalam hal jaminan, pada prinsipnya tidak ada jaminan. Namun, untuk menghindari terjadinya penyimpangan, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat meminta jaminan. f. Setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset musyarakah dalam proses bisnis normal.

Merujuk pada praktik yang dilakukan oleh MIBB, MIBB menggabungkan dana antara pihak MIBB sendiri dengan pihak mahasiswa yang mengajukan pembiayaan. Jadi, dalam akad musyarakah, mahasiswa telah memiliki sejumlah modal, namun tidak cukup jika digunakan untuk usaha. Untuk menutupi kekurangan modal ini, mahasiswa dapat mengajukan pembiayaan, yang mana mekanismenya sama persis dengan mekanisme pengajuan pembiayaan pada akad mudharabah, yang membedakan hanya akadnya saja.

Dalam hal pembagian hasil, tergantung kesepakatan pada awal akad. Seperti yang telah diuraikan oleh penulis di atas, bahwa sebagian besar pembiayaan di MIBB menetapkan persentase pembagian keuntungan sebesar 90 : 10, 90% untuk mahasiswa dan 10% untuk MIBB. Contoh usaha yang menggunakan akad musyarakah adalah usaha kaos atau konveksi. Jadi, dalam usaha ini, terdapat mahasiswa bernama Fahmy yang memiliki modal sebesar Rp 500.000. Untuk melakukan usahanya, ia mengajukan pembiayaan kepada MIBB. Kemudian, MIBB sepakat untuk memberikan modal sebesar Rp 1.500.000. Usaha ini ternyata memperoleh keuntungan, yang kemudian disalurkan kepada MIBB dan Fahmy sebesar kesepakatan pada awal akad. Pembagian keuntungan ini juga menggunakan sistem Profit and Loss Sharing. Jika keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp 1.000.000, maka Fahmy akan memperoleh bagi hasil sebesar Rp 900.000, sedangkan MIBB akan memperoleh bagi hasil sebesar Rp 100.000. Adapun jika usaha ini mengalami kerugian, maka kerugian akan ditanggung oleh MIBB dan Fahmy sebesar persentase modal yang dikontribusikan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa akad yang diterapkan oleh MIBB dalam pembiayaan telah sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini dapat dilihat dari mekanisme penerapan pembiayaan yang dilakukan oleh MIBB, antara lain: pertama, dalam akad qardh. MIBB menerima pengembalian dana yang dipinjam oleh mahasiswa sesuai dengan besaran dana awal yang dipinjam tanpa ada tambahan. Kedua, dalam akad murabahah, MIBB juga menginformasikan kepada mahasiswa mengenai harga perolehan dan margin yang disepakati antara MIBB dengan mahasiswa. Ketiga, dalam akad mudharabah. Dalam akad ini, MIBB menerapkan sistem Profit and Loss Sharing dalam pembagian hasil. Selain itu, MIBB juga bertanggungjawab atas kerugian usaha yang dilakukan oleh mahasiswa selama kerugian tersebut tidak disebabkan oleh kesalahan mahasiswa itu sendiri. Keempat, dalam akad musyarakah. Dalam akad ini, MIBB juga menerapkan sistem Profit and Loss Sharing dalam pembagian hasil, yang mana pembagian keuntungan berdasarkan pada kesepakatan persentase bagi hasil pada awal akad.

Jadi, mahasiswa Akuntansi Syariah tidak perlu bingung dan pesimis dalam memilih lembaga keuangan yang benar-benar syariah, karena dosen Akuntansi Syariah telah berusaha membentuk MIBB untuk menerapkan prinsip syariah. Meskipun MIBB masih dalam tahap rintisan laboratorium Akuntansi Syariah, namun MIBB telah mampu menyediakan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah, yang mana memang ditujukan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori yang selama ini diperoleh melalui proses perkuliahan khususnya pada konsentrasi Akuntansi Syariah. Melalui MIBB, mahasiswa tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya dalam hal pembiayaan, tetapi mahasiswa juga dapat mengaplikasikan teori yang selama ini didapatkan, sehingga ilmu yang diperoleh benar-benar bermanfaat.

(9)

diberikan oleh MIBB. Oleh karena itu, MIBB harus lebih meningkatkan sosialisasinya kepada mahasiswa Akuntansi Syariah, dan jika dimungkinkan MIBB juga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran atau laboratorium bagi mahasiswa Akuntansi Syariah. Adanya MIBB juga merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan prinsip syariah. Oleh karena itu, mahasiswa juga harus aktif untuk menerapkan prinsip syariah yang telah didapatkan. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan berikut, bahwa “seberat-berat siksaan atas manusia pada hari kiamat ialah orang alim yang tidak memanfaatkan ilmunya” (H.R. Thabrani).

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 275. Al-Qur’an Surat An-Nisa’ Ayat 29.

Basuki. 2013. Kajian Hukum Tentang Kedudukan Mudharib Bukan Anggota dalam Akad Mudharabah Koperasi Serba Usaha Syariah Mandiri Teladan. Jurnal Beraja Niti. ISSN: 2337-4608. Volume 2 Nomor 11.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah.

Harun, Ubay. 2006. Murabahah dalam Perspektif Fiqh dan Sistem Perbankan Islam. Jurnal Hukum Islam Volume V Nomor 3.

Karim, Adiwarman. 2003. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: IIIT Indonesia. Nurhayati dan Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005. Tahun 2005. Tentang Qardh.

Prabowo. 2009. Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah Di Indonesia Dan Malaysia). Jurnal Hukum. No. 1 Volume 16: 106 – 126.

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 06/Per/M.Kukmi/I/2007 Tentang Petunjuk Teknis Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Syariah.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 105. 2007. Akuntansi Mudharabah.

Rivai, Veithzal, dkk. 2012. Banking and Finance (Dari Teori ke Praktik Bank dan Keuangan Syariah Sebagai Solusi dan Bukan Alternatif)Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Salim dan Syahrum. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; Citapustaka Media. Saeed, Abdullah. 2004. Menyoal Bank Syariah: Kritik atas Interprestasi Bunga Bank Kaum

Neo Revivalis. Jakarta: Paramadina.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Zaky. Achmad. 2014. Modul Pelatihan Akuntansi dan Keuangan Syariah Edisi III. Fakultas

Referensi

Dokumen terkait

Kota Surakarta memiliki dua kelompok trayek, yaitu trayek utama dan cabang yang dilayani oleh armada jenis bus sedang dengan kapasitas 26 seat yang tersebar secara merata

Kontrol diri yang dilakukan subjek “AR” dalam mengatasi situasi dan kondisi yang kurang menyenangkan tersebut dengan cara membatasi diri dalam bergaul, bicara

Pengelolaan arsip dinamis di Dinas Kearsipan Provinsi Sumatera Selatan dalam hal penciptaan menjadi tanggung jawab pencipta arsip, yakni pencipta arsip membuat tata

SIG ini memberikan informasi tentang letak geografis suatu daerah, sistem drainase yang ada, kepadatan penduduknya, serta pusat pelayanan kesehatan yang ada,

Siswa kelas eksperimen menerima perlakuan berupa penerapan model pembelajaran partisipatif dengan menggunakan metode pemecahan masalah yang bertujuan untuk

[r]

Pelaku Usaha/Bisnis dalam hal ini Emiten atau Perusahaan Publik diharapkan dapat mematuhi seluruh ketentuan yang telah diatur dalam UUPM khususnya dalam rangka