• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Transmigrasi Lokal Pemerintah Provinsi Papua T2 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Transmigrasi Lokal Pemerintah Provinsi Papua T2 BAB I"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

A.

Latar

Belakang

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk per 30

Juni 2016 adalah 257.912.349 jiwa dengan peringkat 4 (empat)

dunia dengan tingkat kepadatan berada di Pulau Jawa, dan

dibutuhkan sebaran penduduk untuk menggali potensi-potensi

didaerah yang belum terjamah. Daerah tujuan sebaran penduduk

tersebut yakni Sumatra, Kalimantan, Maluku, dan Papua.

Papua adalah Provinsi yang memiliki sistem pemerintahan

yang menganut otonomi khusus dan menjadi salah satu daerah

tujuan sebaran penduduk dari daerah-daerah yang padat seperti

Pulau Jawa. ini dikarenakan di Papua masih banyak lahan yang

belum dimanfaatkan potensi-potensi daerah tersebut, baik lahan

pertanian, perkebunan, bahkan perikanan. Sebaran penduduk

yang dimaksud adalah transmigrasi. Transmigrasi adalah suatu

program yang dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk

memindahkan penduduk dari suatu daerah yang padat penduduk

(2)

Transmigrasi merupakan program pembangunan yang

diamanatkan Undang No. 15 Tahun 1997 sebagaimana telah

diubah menjadi Undang - Undang No. 29 Tahun 2009, memiliki

tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan

masyarakat di sekitarnya, meningkatkan dan memeratakan

pembangunan daerah, serta memperkukuh persatuan dan

kesatuan bangsa. Program-program yang dikembangkan

diantarnya adalah pengembangan kesempatan berusaha terutama

di sektor pertanian, distribusi aset berupa lahan dan perumahan,

pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan, serta

pengembangan aksesibilitas terhadap faktor produksi, seperti

pembangunan sarana jalan, kelembagaan ekonomi, dan

permodalan.

Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Dilaksanakan

Transmigrasi.

✓ Faktor kependudukan, Indonesia mengalami permasalahan

di antaranya persebaran penduduk yang tidak merata.

Penduduk Indonesia 61,1% tinggal di Pulau Jawa dan

Madura; sedang luas pulau Jawa dan Madura hanya 6,9%

(3)

Jawa berpenduduk sangat padat, sedang pulau – pulau lain

berpenduduk sedikit. Oleh karena itu, perlu adanya

pemerataan melalui program transmigrasi.

✓ Faktor ekonomi, sebagian besar penduduk Indonesia

bekerja disektor pertanian, sedang para petani di Jawa rata – rata hanya memiliki lahan 0,3 hektar. Idealnya petani

paling sedikit harus memiliki 2 hektar lahan.

✓ Faktor lain dilaksanakannya transmigrasi adalah karena

bencana alam, daerah rawan terhadap bencana alam,

daerahnya terkena proyek pembangunan misalnya akan

(4)

Tabel I. Keadaan Transmigrasi di Jawa Sebelum pindah

Presentasi yang dulu memiliki barang rumah tangga yang utama.

Presentasi barang rumah tangga rata-rata.

Keterangan: DBB (Dengan Bantuan Biaya),TBB (Tanpa Bantuan) Sumber: Davis,1982a1

Dalam Pasal 1 Undang - Undang Nomor 29 tahun 2009 Tentang

Transmigrasi, dikenal menjadi tiga, yaitu transmigrasi Umum dan

transmigrasi swakarsa berbantuan, dan transmigrasi swakarsa

mandiri:

1

.Team Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana, Transmigrasi” Dari

Daerah Asal Sampai Benturan Budaya Di Tempat Pemukiman”, CV Raja

(5)

1. Transmigrasi umum adalah transmigrasi yang dilaksanakan

oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah bagi penduduk

yang mengalami keterbatasan dalam mendapatkan peluang

kerja dan usaha yang sepenuh biayanya ditanggung oleh

pemerintah. Transmigrasi Pada Transmigrasi Umum berhak

memperoleh bantuan dari pemerintah dan atau/ pemerintah

daerah berupa: Pasal 13 ayat (1)

a. Pembekalan, pengangkutan, penempatan di

pemukiman transmigrasi

b. Lahan Usaha dan lahan tempat tinggal beserta rumah

dengan status hak milik

c. Catu pangan untuk jangka waktu tertentu.

2. Transmigrasi swakarsa berbatuan adalah transmigrasi yang

dirancang oleh pemerintah/dan atau pemerintah daerah

dengan mengikut sertakan badan usaha sebagai mitra.

Transmigrasi Pada Transmigrasi Swakarsa Berbatuan

berhak memperoleh bantuan dari pemerintah dan/atau

pemerintah daerah berupa: Pasal 14 ayat (1)

a. Pelayanan perpindahan dan penempatan di

(6)

b. Saran usaha atau lahan usaha dengan status hak milik

atau dengan status lain sesuai dengan pola usahanya.

c. Lahan tempat tinggal beserta rumah dengan status

hak milik

d. Sebagian kebutuhan saranan produksi

e. Bimbingan, pengembangan, dan perlindungan

hubungan kemitraan usaha.

3. Pasal 14 Ayat (2), Bahwa Transmigrasi pada transmigrasi

Swakarsa Berbatuan dapat memperoleh bantuan catu

pangan dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Pasal

14 ayat (3), Bahwa Transmigrasi Swakarsa Berbantuan

Mendapat Bantuan dari badan usaha berupa:

a. Memperoleh kredit investasi dan modal kerja yang

diperlukan bagi kegiatan usaha transmigrasi

b. Bimbingan, pelatihan, dan penyuluhan usaha

ekonomi.

c. Jaminan pemasaran hasil produksi

d. Jaminan pemasaran hasil produksi

e. Jaminan pendapatan yang memenuhi kebutuhan

(7)

f.Bimbingan sosial kemasyarakatan, dan

g. Fasilitas umum dan fasilitas sosial

4. Transmigrasi swakarsa mandiri adalah transmigrasi yang

merupakan prakarsa termigrasi yang bersangkutan atas

arahan, layanan dan bantuan pemerintah atau pemerintah

daerah bagi penduduk yang telah memiliki kemampuan.

Pasal 15 ayat (1), Bahwa Transmigrasi Swakarsa mandiri

berhak memperoleh bantuan dari Pemerintah dan/ atau

pemerintah daerah berupa:

a. Pengurusan perpindahan dan penempatan di

permukiman transmigrasi

b. Bimbingan untuk mendapatkan lapangan kerja atau

lapangan usaha atau fasilitasi mendapat lahan usaha.

c. Lahan tempat tinggal dengan status hak milik

d. Bimbingan, pengembangan, dan perlindungan

hubungan kemitraan usaha.

Pasal 32 ayat (1) Undang - Undang Nomor 29 tahun 2009

menyatakan Bahwa Pengembangan transmigrasi dan kawasan

Transmigrasi diarahkan untuk mencapai Kesejahteraan,

(8)

kelestarian fungsi lingkungan secara berkelanjutan. Selain itu

pengembangan transmigrasi dan kawasan transmigrasi sebagai

mana di maksud pada ayat 1 meliputi:

a. Ekonomi untuk menuju terciptanya tingkat swasembada

dan pusat pertumbuhan ekonomi.

b. Sosial budaya untuk menuju pemenuhan kebutuhan

pelayanan umum masyarakat serta terjadinya proses

integrasi dan harmonisasi yang menyeluruh antara

transmigran dan masyarakat sekitar

c. Mental spiritual untuk menujukan pembinaan manusia

yang ulet, mandiri, beriman, dan bertakwa kepada tuhan

yang maha Esa

d. Kelembagaan pemerintah untuk menuju kesiapan

pembentukan dan/atau penguatan perangkat desa atau

kelurahan

e. Pengelola sumber daya alam untuk menuju terpeliharanya

kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Dalam pelaksaan Program Transmigrasi juga telah di atur

dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2015, tentang

(9)

Transmigrasi, Peraturan Ini ditujukan kepada Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, kebijakan ini

untuk membantu presiden dalam penyelenggaraan pemerintah,

maka Menteri mengeluarkan kebijakan dalam sebuah aturan

dalam penyelenggaraan pemerintah berkaitan dengan

pelaksanaan program transmigrasi, di mana aturan-aturan yaitu

peraturan Menteri No. 3 Tahun 2015 tentang pendamping desa,

tujuan di keluarkan aturan ini sebagai mana diatur dalam Pasal 2

Peraturan Menteri No. 3 Tahun 2015 Tentang Pendamping desa

sebagai berikut:

a. Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas

pemerintahan desa dan pembangunan Desa;

b. Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi

masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang

partisipatif;

c. Meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antar

sektor; dan

d. Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris

Selain itu Juga Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(10)

penyelenggaraan Berbasis Kompeten, Pada Pasal 1 ayat (7),

Pelatihan Berbasis Kompetensi yang selanjutnya disingkat PBK

adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan

kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan,

dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan

di tempat kerja dalam Pasal 2 ayat (2), Peraturan Menteri ini

bertujuan untuk:

a. meningkatkan sinergitas lembaga pelatihan dengan

kebutuhan pengguna tenaga kerja

b. meningkatkan pelayanan dan kinerja lembaga pelatihan;

dan

c. meningkatkan kompetensi peserta pelatihan.

Berkaitan dengan pelaksanaan Transmigrasi di Provinsi

Papua, Papua merupakan Provinsi terluas di Indonesia dengan

jumlah penduduk yang sangat mini, dengan sumber daya alam

(SDA) yang begitu besar, Papua Menjadi Target Pemerintah

dalam pelaksanaan Transmigrasi dengan tujuan program ini

adalah untuk mengurangi kemiskinan dan kepadatan penduduk

dari pulau Jawa, juga memberikan kesempatan bagi mereka yang

(11)

mengelola sumber daya alam di pulau-pulau seperti Papua

pelaksanaan program transmigrasi di Papua di mulai sejak tahun

1964. Untuk mengetahui Program transmigrasi Tersebut kita lihat

pada Tabel II:

Tabel II. Penempatan Transmigrasi Di Provinsi Papua Dari Prapelita Sampai Sekarang.

Keterangan : UPT= Unit Pemukiman Transmigrasi.

Sumber Data: Buku data Transmigrasi Provinsi Papua Tahun 2014 Hal. 8

Masuknya Masyarakat melalui program transmigrasi ke

Provinsi Papua yang tidak terkontrol terjadi Peningkatan namun

setelah di berlakukan Undang - Undang 21 Tahun 2001 tentang

otonomi khusus Papua. Maka pelaksaan transmigrasi yang di

(12)

Papua di atur dalam Peraturan Daerah Provinsi No. 15 Tahun

2008 Tentang Kependudukan dalam Pasal 44 ayat (1), Bahwa

Kebijakan Transmigrasi di Papua akan dilaksanakan Setelah

orang asli Papua mencapai jumlah 20 Juta Jiwa, dan Pasal 44 ayat

(2), Bahwa Kebijakan Transmigrasi Sebagaimana di maksud pada

ayat (1) akan dilaksanakan setelah mendapat pertimbangan dan

persetujuan MRP dan DPRP, Aturan Ini berdasarkan Pasal 61

ayat (3) dan ayat (4) Undang- undang No. 21 Tahun 2001

Tentang Otonomi Khusus Bagi Papua.

Mendudukkan transmigrasi sebagai salah satu solusi bagi

permasalahan pemerataan pembangunan merupakan satu

kebijakan yang tepat, mengingat program ini terbukti mampu

menciptakan kesempatan berusaha dan mengembangkan kualitas

sumber daya manusia. Selain itu, transmigrasi telah terbukti dapat

membangun atau mendorong berkembangnya pusat-pusat

pertumbuhan baru yang akan memberikan dampak positif bagi

kondisi perekonomian masyarakat di sekitarnya. Jika dicermati

secara seksama, menjadi suatu keanehan kemudian apabila

(13)

pembangkangan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh

pemerintah pusat. Dalam hierarki penyelenggaraan pemerintahan

antara pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah yang

kemudian dibingkai dalam konstruksi otonomi daerah, idealnya

adalah Pemerintah Daerah merupakan perpanjangan tangan atas

kebijakan-kebijakan pemerintah pusat. Pemerintah Daerah

memiliki kewajiban untuk memastikan keberhasilan dan

kesuksesan program yang merupakan kebijakan pemerintah pusat

dimaksud. Sambil menunggu 20 juta Jiwa pemerintah membuat

suatu program yang sama persis dengan transmigrasi namun di

lakukan untuk masyarakat Lokal (Translok), Dengan demikian,

dapat dipastikan bahwa Perda terkait larangan transmigrasi

tersebut merupakan produk hukum yang cacat hukum dan

cenderung bertentangan dengan regulasi yang berada di atasnya.

Berdasarkan latar belakang di tersebut maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul: “Kebijakan

(14)

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah

yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan transmigrasi di Indonesia dan di

Papua?

2. Apakah kebijakan transmigrasi lokal oleh Pemerintah

Daerah Provinsi Papua dapat di benarkan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Mengetahui Keabsahan Kebijakan Transmigrasi

Pemerintah Daerah Provinsi Papua.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara

teoritis maupun secara praktis.

(15)

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan ilmu

pengetahuan hukum tata negara pada umumnya, khususnya yang

berkaitan dengan pemerintahan.

2. Manfaat Praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

pemikiran dan pertimbangan, serta sumbangan pemikiran bagi

masyarakat umumnya terutama bagi Pemerintah pusat dan

Pemerintah Daerah.

E. Kerangka Pemikiran

Mengenai persoalan konsistensi kebijakan transmigrasi di

Papua terhadap tujuan transmigrasi di Papua, akan Penulis dekati

dengan beberapa teori, yaitu Teori Kebijakan

Pemerintah/Tindakan Pemerintah dan Teori Tujuan Transmigrasi.

1. Kebijakan Pemerintah

Berbicara mengenai kebijakan(Diskresi), hampir

kebanyakan orang mengartikan bahwa kebijakan/Diskresi sama

dengan tindakan Pemerintah, namun harus kita hati-hati dalam

(16)

berbeda dengan kebijakan/diskresi. Dalam hal ini,

Kebijakan/diskresi memiliki pengertian yang sama karena sering

kali kebijakan digunakan sinonim dengan konsep diskresi.

Menurut Thomas R. Dye, whatever government choose to do or

not to do2.

Analisis mengenai konsep kebijakan atau diskresi

seyogianya terpusat pada kebalikan dari situasi tindakan normal

yang menuntut supaya tindakan badan/pejabat pemerintah

berlandaskan peraturan (rule-based) atau mengikuti peraturan

(rule following) dalam kerangka negara hukum (the rule of law).3

Menurut Van Vollenhoven yang dimaksud dengan tindakan

pemerintah, (Bestuurshandeling) adalah pemeliharaan

kepentingan negara dan rakyat secara spontan dan tersendiri oleh

penguasa tinggi dan rendah.

Menurut Romeijn mengemukakan bahwa tindakan

pemerintah adalah tiap-tiap tindakan atau perbuatan dari satu alat

administrasi negara (besturs organ) yang mencakup juga

perbuatan atau hal-hal yang berada di luar lapangan hukum tata

2

Krishna D. Darumurti, Kekuasaan Diskresi Pemerintah, PT Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm. 23

(17)

pemerintahan, seperti keamanan, peradilan, dan lain-lain dengan

maksud menimbulkan akibat hukum dalam bidang hukum

administrasi. 4

Sebagai subyek hukum, pemerintah sebagaimana subyek

hukum lainnya melakukan berbagai tindakan baik tindakan nyata

(feitelijkhandelingen) maupun tindakan hukum

(rechtshandelingen). Tindakan nyata adalah tindakan-tindakan

yang tidak ada relevansinya dengan hukum dan oleh karenanya

tidak menimbulkan akibat-akibat hukum, sedangkan tindakan

hukum menurut R.J.H.M. Huisman, tindakan-tindakan yang

berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan akibat hukum tertentu, atau “Een rechtshandeling is gericht op het scheppen van rechten

of plichten” (tindakan hukum adalah tindakan yang dimaksud

untuk menciptakan hak dan kewajiban).5 untuk melaksanakan

penyelenggaraan urusan pemerintahan, Pemerintah

mengeluarkan kebijakan dalam sebuah aturan-aturan untuk

melaksanakan pemerintahan, yaitu salah satunya dalam Undang

- Undang No. 15 Tahun 1997, Tentang Transmigrasi.

4Marbun, Hukum Administrasi Negara I, FH UUI Press, Yogyakarta,2012,

Hal. 149

5. Ridwan HR, Hukum Administrasi edisi Revsi,Raja Grafindo Persada,

(18)

2. Tujuan Pelaksana Transmigrasi Di Indonesia.

Transmigrasi merupakan program pembangunan yang

diamanatkan oleh Undang - Undang Nomor 15 tahun 1997

tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah menjadi

Undang - Undang Nomor 29 Tahun 2009, memiliki tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat di

sekitarnya, meningkatkan dan memeratakan pembangunan

daerah, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.

Program-program yang dikembangkan di antaranya adalah

pengembangan kesempatan berusaha terutama di sektor

pertanian, distribusi aset berupa lahan dan perumahan,

pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan, serta

pengembangan aksesibilitas terhadap faktor produksi, seperti

pembangunan sarana jalan, kelembagaan ekonomi, dan

permodalan.6

6.Pasal 3 undang No. 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas

(19)

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum

(legal research) yaitu untuk mencari dan menemukan

prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang mengatur status, yang hendak

dikemukakan adalah kecocokan antara aturan hukum dengan

norma hukum.

Dengan demikian penelitian ini hendak mencari, menemukan dan

menjelaskan konsep, kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip yang

berkaitan dengan pengaturan transmigrasi secara umum maupun

secara khusus di Papua.

2. Jenis Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan peraturan perundangan-undangan (statute approach)

dan pendekatan konsep (conseptual approach). Pendekatan per

Undang – Undangan digunakan karena akan melihat kembali

(20)

Papua. Pendekatan konsep digunakan untuk mengkaji konsep

transmigrasi secara umum maupun di Papua.

3. Bahan Hukum

a. Bahan hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari Undang - Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Yang menjadi unit amatan

dalam penulisan ini adalah Undang - Undang Nomor 29

Tahun 2009 tentang perubahan atas UU No. 15 tahun 1997

Tentang Ketransmigrasian, Undang - Undang No. 23 Tahun

2014 Tentang pemerintahan Daerah, Undang - Undang

Nomor 21 tahun 2001 Tentang otonomi khusus Papua,

Peraturan Presiden No.12 Tahun 2015 Tentang

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi, Peraturan Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No.3 Tahun 2015

Tentang Pendamping Desa, Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. 8 Tahun 2014 Tentang Pedoman Berbasis

Kompeten Peraturan Daerah Provinsi Papua No.15 Tahun

(21)

b. Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti

hasil-hasil penelitian dan buku-buku yang berkaitan dengan

pokok persoalan.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan sekunder, misalnya kamus dan

ensiklopedi.

4. Unit Amatan Dan Unit Analisis

a. Yang menjadi unit amatan dalam penulisan ini adalah

melihat mengkaji perbandingan Undang - Undang Nomor

29 Tahun 2008 tentang perubahan UU No. 15 Tahun 1997

Tentang ketransmigrasian. Undang - Undang Nomor 21

Tahun 2001 Tentang Otonomi khusus Provinsi Papua,

Peraturan Daerah Provinsi No. 15 Tahun 2008.

b. Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah

perbandingan antara perbandingan Undang Nomor 29

Tahun 2008 tentang perubahan UU No. 15 Tahun 1997

(22)

Otonomi Khusus Papua, Peraturan Daerah Provinsi Papua

Gambar

Tabel I. Keadaan Transmigrasi di Jawa Sebelum pindah Menurut Jenis Transmigrasi
Tabel II. Penempatan Transmigrasi Di Provinsi Papua Dari Prapelita Sampai Sekarang.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: (1) kertas koran dapat digunakan sebagai bahan pembuatan bioetanol generasi kedua dengan proses pretreatment

dari kumpulan nilai yang sudah ada, dan untuk data matematika peneliti. menggunakan metode tes

(2) Penjatuhan pidana penjara selama lima bulan terhadap pelaku tindak pidana kelalaian yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia dalam Putusan Nomor:

untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data.. menggunakan instrument penelitian, analisis data, dan tujuan yang

Hal tersebut penting karena perusahaan yang beroperasi dalam dunia modern mempunya pilihan monumental yang harus diambil.2’ Setiap karyawan pada suatu korporat haruslah

Faktor yang paling dominan menghambat pelaksanaan pembebasan bersyarat bagi narapidana anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandar Lampung dalam

The negative relationship between the long- term rating and the stock return shows that the credit risk return anomaly also exist in developing market, although

dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran inquiry pada siswa. kelas VIII A SMP Islam Durenan, yang dilengkapi dengan LKS dan