BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial
dalam dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Kata sosial
berasal dari kata “socius” yang artinya teman. Dalam hal ini arti teman bukan
terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas, teman sekampung dan
sebagainya, yang dimaksud teman disini adalah mereka yang ada disekitar kita
yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang
saling mempengaruhi (Wahyuni, 1986 : 60).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sosial adalah segala
sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan dalam konsep sosiologis,
manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak
dapat hidup dengan wajar tanpa adanya orang lain disekitarnya. Hal ini dapat kita
lihat dari pernyataan Soedjono Soekanto “ Dalam menghadapi sekelilingnya,
manusia harus hidup berkawan dengan manusia – manusia lain dan pergaulannya
tadi akan mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia hidup sendiri misalnya
dikurung dalam ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain,
maka jiwanya aka rusak” (Soekanto, 1989: 48).
Kata Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos”
yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Secara garis besar
ekonomi adalah cara mengatur rumah tangga. Dengan kata lain, pengertian
kehidupan rumah tangga, tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannnya
kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri
dari suami, istri dan anak – anak melainkan juga rumah tangga bangsa, negara dan
dunia. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara untuk memuhi kebutuhan
sehari – hari. Dapat disimpulkan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses
pemenuhan keperluan hidup manusia sehari – hari (Putong, 2005 : 9).
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur
sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai denga seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh sipembawa status. Tingkat sosial merupakan
faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin
sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan
investasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa sosial ekonomi
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat,
antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain – lain.
Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Kedudukan sosial ekonomi menurut
Melly G.Tan adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini
masyarakat tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi renda,
Adapun beberapa kedudukan tersebut yaitu :
1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang
menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat
hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain.
2. Golongan masyarakat yang berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.
3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat
memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatan itu dapat
ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain.
Mengukur kondisi riil sosial ekonomi seseorang atau sekelompok rumah
tangga, dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh. Dalam
laporan PBB I berjudul Report on International Definition and Measurement of Standart and Level Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia,
meliputi :
1. Kesehatan
2. Makanan dan gizi
3. Kondisi Pekerjaan
4. Situasi kesempatan kerja
5. Konsumsi dan tata hubungan aggregative
7. Sandang
8. Rekreasi dan hiburan
9. Jaminan sosial
10. Kebebasan manusia (Siagian, 2012 : 74).
2.2 Pengemis
2.2.1 Pengertian Pengemis
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 31 tahun 1980 pengemis dapat
didefinisikan sebagai orang – orang yang mendapat penghasilan dengan meminta
– minta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapakan
belas kasihan orang lain (http://www.depsos.go.id diakses pada tanggal 26
februari 2015 pukul 17.00 WIB). Pengemis didalam menjalani kegiatannya selalu
mengharap belas kasihan orang lain. Mereka mampu melakukan apa saja untuk
menarik simpati dari masyarakat agar mau memberikan belas kasihan berupa uang
ataupun hal lainnya. Pengemis sendiri tidak jarang kita melihat bahwa untuk
mendapatkan belas kasihan mereka memasang wajah kasihan dan tidak jarang ada
sampai yang memaksa agar kita memberikan belas kasihan kepadanya. Pengemis
cacat fisik, penggendong anak dan pengemis anak yang sering kita melihat berita
di media kabar bahwa ada juga sindikat yang mengorganisir para pengemis anak.
Pengemis ini menggunakan berbagai cara dalam beraksi sehingga
terkadang masyarakat umum merasa terganggu. Pengemis ini tidak menghiraukan
itu semua untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Kegiatan mengemis
kebutuhan hidup mereka. Kriteria yang dapat diberikan mengenai pengemis
adalah :
1. Anak – anak dan orang dewasa (laki – laki dan perempuan).
2. Meminta – minta di rumah – rumah penduduk, pertokoan, persimpangan
jalan, pasar, tempat ibadah dan tempat umum lainnya.
3. Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan seperti berpura – pura
sakit, merintih dan kadang – kadang mendoakan dengan bacaan – bacaan
ayat suci.
4. Biasanya mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap, membaur dengan
penduduk pada umumnya.
2.2.2. Sebab Terjadinya Pengemis
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya pengemis adalah rasa malas,
kesulitan ekonomi, kurang keterampilan, tidak dapatnya mengembangan diri, dan
sangat bergantung kepada orang lain. Kemiskinan menyudutkan mereka untuk
melakukan pekerjaan mengemis. Pekerjaan memang tidak bisa ditunggu
datangnya, tetapi pekerjaan itu harus dicari dan diciptakan. Mencari dan
menciptakan pekerjaan hanya bisa dilakukan oleh orang – orang yang rajin dan
kreatif. Orang – orang yang malas mencari dan menciptakan pekerjaan merupakan
hal yang langka. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya pegemis dapat
disimpulkan karena adanya kemiskinan, rasa malas, kurangnya keterampilan,
2.3 Kemiskinan
2.3.1 Definisi Kemiskinan
Secara ilmiah definisi diartikan sebagai batasan arti. Rumusan definisi
membantu kesulitan yang dihadapi dalam merumuskan pengertian yang
komprehensif dan sempurna tentang suatu konsep, yang dalam ini adalah
kemiskinan. Rumusan definisi kemiskinan oleh berbagai pihak tentu dibatasi oleh
aspek mana yang ditekankan pembuat definisi kemiskinannya. Cara seperti ini
tidak akan menghasilkan makna kemiskinan secara generalis tetapi lebih faktual
karena biasanya penekanan dan pemilihan aspek kajian yang dilakukan
dipengaruhi oleh fakta, pengalaman, sejarah maupun latar belakang pihak yang
merumuskan definisi tersebut maupun lokasi yang dikaji ( Siagian, 2012 : 24 ).
Ada beberapa definisi kemiskinan dibawah ini, antara lain :
1. World bank mendifinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi terjadinya
kekurangan pada taraf hidup manusia baik fisik dan sosial sebagai akibat
tidak tercapainya kehidupan yang layak karena penghasilannya tidak
mencapai 1,00 dolar AS perhari (Siagian, 2012: 25).
2. Jika ditinjau dari standart kebutuhan hidup layak atau pemenuhan
kebutuhan pokok, maka kemiskinan adalah suatu kondisi tidak
terpenuhinya kebutuhan – kebutuhan dasar yang disebabkan kekurangan
barang – barang dan pelayanan – pelayanan yang dibutuhkan dalam upaya
3. Jika ditinjau dari pendapatan, maka kemiskinan adalah kondisi kurangnya
pendapatan sebagai modal untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok
(Siagian, 2012: 25).
4. Jika ditinjau dari penguasaan sumber – sumber, kemiskinan merupakan
keterlataran yang disebabkan oleh penyebaran yang tidak merata dari
sumber – sumber, termasuk didalamnya pendapatan (Sjahrir, dalam
Siagian, 2012 : 26).
5. Kemiskinan merupakan kondisi yang dialami manusia saat mana jumlah
rupiah yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kurang
dari 2.100 kalori perkapita (Esmara, dalam Siagian, 2012: 27).
2.3.2. Faktor – Faktor Penyebab Kemiskinan
Secara umum faktor – faktor penyebab kemiskinan secara kategoris
dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar yaitu
faktor internal dan fakor eksternal (Siagian, 2012: 114).
Ada beberapa faktor penyebab kemiskinan antara lain :
1. Faktor internal, dalam hal ini berasal dari dalam diri invidu yang
mengalami kemiskinan itu yang secara subtansial adalah dalam bentuk
kekurangmampuan, yang meliputi :
a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit – sakitan.
b. Intelektual, seperti kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya
informasi.
c. Mental emosional atau temperamental seperti malas, mudah
d. Spritual, seperti tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin.
e. Sosial psikologis, seperti kurang motivasi, kurang percaya diri,
kurang relasi dan kurang mencari dukungan.
f. Keterampilan, seperti tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan
tuntutan lapangan kerja.
g. Asset, seperti tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah,
rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.
2. Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri invidu atau keluarga yang
mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik
waktu menjadikannya miskin, meliputi :
a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.
b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan
alat memenuhi kebutuhan hidup.
c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurangnya terlindungi
usaha – usaha sektor informal.
d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat
bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro.
e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas
sektor riil masyarakat banyak.
f. Sistem mobilisasi denga pendayagunaan dana sosial masyarakat
yang belum optimal, seperti zakat.
g. Budaya yang kurang mendukung kemajuna dan kesejahteraan.
h. Pembangunan yang berorientasi fisik dan material.
2.3.3 Jenis – Jenis Kemiskinan
Salah satu upaya untuk mengidentifikasi kemiskinan adalah dengan
mengetahui berbagai jenis kemiskinan, apabila meninjau kemiskinan itu dari
aspek atau sudut pandang tertentu maka akan di temukan jenis kemiskinan itu
secara berpasangan. Dengan demikian kemiskinan yang secara nyata dialami
seseorang atau sekelompok secara pasti dapat dikategorikan kedalam salah satu
jenis dari pasangan itu dan memang hanya salah satu dari dua jenis kemiskinan
itu. Dengan kata lain, jenis kemiskinan dalam satu pasangan bersifat ekslusif
(Siagian, 2012 : 46).
Ada beberapa jenis kemiskinan antara lain :
1. Kemiskinan Absolut
Yaitu suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki
taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai
dengan harkat martabat sebagai manusia.
2. Kemiskinan Relatif
Yaitu kemiskinan berdasarkan bagaimana kita memandang dan
mengkajinya.
3. Kemiskinan Massa
Yaitu kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu
lingkungan wilayah.
Yaitu kondisi wilayah yang diidentifikasi sebagai wilayah yang
menghadapi masalah kemiskinan secara umum berbeda dengan kondisi
wilayah yang diidentifikasi tidak menghadapi masalah kemiskinan massa.
5. Kemiskinan Alamiah
Yaitu kemiskinan yang ditemukan jika kajian tentang kemiskina itu
didasarkan atas faktor – faktor penyebab kemiskinan itu terjadi.
6. Kemiskinan Kultural
Yaitu kemiskinan yang terjadi karena faktor budaya.
7. Kemiskinan Terinvolusi
Yaitu kemiskinan yang terkait dengan masalah mental yang sudah
sedemikian parah, sehingga sulit dirancang intervensi sosial yang
bagaimana dapat mengatasi kemiskinan tersebut.
8. Kemiskinan Struktural
Yaitu kemiskinan yang ditemukan jika kemiskinan dikaji dari segi faktor –
faktor penyebab kemiskinan itu sendiri.
9. Kemiskinan Situasional
Yaitu kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkan
oleh situasi yang ada.
10.Kemiskinan Buatan
Yaitu kemiskinan yang terjadi karena kelembagaan – kelembagaan yang
ada mengakibatkan anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai
2.3.4. Gejala – Gejala Kemiskinan
Upaya memahami kemiskinan lebih sering dilakukan dengan cara atau
pendekatan lain, seperti melalui gejala- gejala kemiskinan. Salah satu cara dan
langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala – gejala
kemiskinan (Siagian, 2012 : 16).
Ada beberapa gejala - gejala kemiskinan antara lain :
1. Kondisi Kepemilikan Faktor Produksi.
Kemiskinan tidak datang serta – merta. Demikian halnya dengan
pendapatan, juga tidak datang semerta – merta.semuanya melalui saluran,
sumber dan prosestertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk
mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata
pencaharian, apa alat produksi yang digunakan dan bekerja dalam upaya
mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut
merupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau
sekelompok tersebut miskin atau tidak.
2. Angka Ketergantungan Penduduk
secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil
usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungandan lain – lain. Namun bagi
mayoritas masyarakat, ada suatu kalimat yang berlaku secara umum, orang
hanya akan meiliki pendapatan jika bekerja. Namun pada kenyataannya
3. Kekerungan Gizi
Laporan dari berbagai institusi seperti dinas kesehatan maupu rumah sakit
sering menggambarkan status masyarakat. Berbagai kesimpulan diperoleh
dari laporan tersebut, antara lain adalah wilayah rawan gizi. Informasi ini
merupaka gejala sangat miskinnya sesorang atau kelompok. Masalahnya
berbagai unsur terdapat dalam kebutuhan pokok dimana kebutuhan fisik
merupakan kebutuhan yang paling utama.
4. Pendidikan Yang Rendah
Era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai suatu yang penting.
Pendidikan bahkan telah sebagai indikator utama kedudukan dalam
masyarakat. Oleh karena itu wajar jika setiap orang berupaya meraih
tingkat pendidikan bahkan tidak sekedar pendidikan melainkan pendidikan
yang tinggi. Hal ini terjadi karena pendidikan dianggap sebagai alat
memenagkan persaingan yang makin hari makin ketat.
2.4 Kesejahteraan Sosial
Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial,
mendifinisikan bahwa kesejateraan sosial sebagai suatu kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program
dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan
pemerintah, lsm maupun masyarakat. UU No.11 tahun 2009 bagian II pasal 25
juga menjelaskan secara tegas, tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam
1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan
sosial.
2. Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
3. Melaksanakan rehabilitasi, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan
perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan.
4. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang
menyelenggarakan kesejahteraan sosial.
5. Mendorong dan memfasilitasi masyarakt serta dunia usaha dalam
melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dibidang
kesejahteraan sosial.
7. Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi
pelayanan kesejahteraan sosial.
8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan
aktivitas pembangunan
9. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial.
10.Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi
terhadap penyelenggaraan keejahteraan sosial.
11.Mengembangkan jaringan kerja dan kordinasi lintas pelaku
penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional.
12.Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional.
14.Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.
2.5 Kerangka Pemikiran
Pengemis merupakan masalah sosial yang sulit untuk diatasi. karena
permasalahan pengemis merupakan permasalahan sosial yang kompleks dan
klasik. Berbagai aspek didalam kehidupan dapat menjadi indikator penyebab
terjadinya pengemis. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi
pengemis salah satu faktor yang paling sering muncul diakibatkan oleh masalah
kemiskinan. Masalah kemiskinan mengakibatkan seseorang menjadi sulit dalam
memenuhi kebutuhan pokoknya yang mencakup pendidikan, konsumsi,
kesehatan, perumahan dan dana sosial, ditambah tidak adanya skill dan
keterampilan yang dikuasai mengakibatkan seseorang tidak mampu untuk bekerja
dan memperoleh pendapatan untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini
mengakibatkan seseorang memilih untuk bekerja sebagai pengemis.
Pengemis merupakan sekelompok masyarakat yang memiliki peluang
untuk dapat memiliki kehidupan yang layak seperti masyarakat lainnya. Akan
tetapi, kepribadian yang terdapat pada diri pengemis seperti malas dan mudah
putus asa menjadi ciri khas dari diri mereka. Mereka tidak menyadari bahwa
potensi yang terdapat didalam diri mereka serta tidak mampu untuk menjalankan
fungsi sosialnya dengan baik. Padahal, bila mereka mau untuk berusaha
menghilangkan rasa malas dan mudah putus asa didalam diri mereka maka
Bagan Alur Pemikiran
Pengemis
Ekonomi:
1. Pendapatan
2. Pengeluaran
a. Pendidikan b. Konsumsi c. Kesehatan d. Perumahan e. Dana Sosial f. Tabungan Sosial:
1. Interaksi dengan
sesama anggota
keluarga
2. Interaksi dengan
sesama pengemis
3. Interaksi dengan
2.6. Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang dipakai oleh para ahli dalam upaya
menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang dikaji. Untuk menghindari
salah pengertian atas makna konsep – konsep yang dijadikan objek penelitian,
maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep – konsep
yang diteliti. Secara sederhana defenisi disini diartikan sebagai “batasan arti”.
Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti
ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Definisi konsep adalah
pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian
(Siagian, 2011 : 138).
Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan dan
menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah
pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Adapun yang menjadi
batasan konsep dalam penelitian ini adalah :
1. Pengemis adalah orang – orang yang mendapat penghasilan dengan
meminta – minta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk
mengharapakan belas kasihan orang lain.
2. Sosial ekonomi adalah suatu kondisi atau kedudukan yang diatur secara
sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu yang ditentukan
oleh faktor pemenuhan seperti pendidikan, konsumsi, kesehatan serta
perumahan, dana sosial dan tabungan didukung oleh pendapatan yang
2.7. Ruang Lingkup Pengemis
Adapun yang menjadi ruang lingkup pengemis dalam penelitian ini
mencakup :
1. Pengemis cacat, yaitu orang – orang yang mendapat penghasilan dengan
meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk
mendapatkan belas – kasihan orang lain karena memiliki keterbatasan baik
secara fisik dan mental.
2. Pengemis lanjut usia, orang – orang yang mendapat penghasilan dengan
meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk
mendapatkan belas kasihan orang lain yang berusia 55 hingga tutup usia.
3. Pengemis anak, yaitu orang – orang yang mendapat penghasilan dengan
meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk
mendapatkan belas kasihan orang lain yang berusia antara 4 – 17 tahun.
Penelitian ini akan melihat kondisi sosial ekonomi dari kedua jenis
pengemis yang ditetapkan dalam penelitian ini. Kondisi sosial pengemis yang
dimaksud adalah :
a. Interaksi dengan sesama anggota keluarga
b. Interkasi dengan sesama pengemis
Sedangkan kondisi ekonomi pengemis yang dimaksud adalah :
1. Pendapatan
2. Pengeluaran
a. Pendidikan
b. Konsumsi
c. Kesehatan
d. Perumahan
e. Dana Sosial