• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Sosial Ekonomi Pengemis di Kota Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Sosial Ekonomi Pengemis di Kota Binjai"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial

dalam dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Kata sosial

berasal dari kata “socius” yang artinya teman. Dalam hal ini arti teman bukan

terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas, teman sekampung dan

sebagainya, yang dimaksud teman disini adalah mereka yang ada disekitar kita

yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang

saling mempengaruhi (Wahyuni, 1986 : 60).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sosial adalah segala

sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan dalam konsep sosiologis,

manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak

dapat hidup dengan wajar tanpa adanya orang lain disekitarnya. Hal ini dapat kita

lihat dari pernyataan Soedjono Soekanto “ Dalam menghadapi sekelilingnya,

manusia harus hidup berkawan dengan manusia – manusia lain dan pergaulannya

tadi akan mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia hidup sendiri misalnya

dikurung dalam ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain,

maka jiwanya aka rusak” (Soekanto, 1989: 48).

Kata Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos”

yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Secara garis besar

ekonomi adalah cara mengatur rumah tangga. Dengan kata lain, pengertian

(2)

kehidupan rumah tangga, tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannnya

kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri

dari suami, istri dan anak – anak melainkan juga rumah tangga bangsa, negara dan

dunia. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara untuk memuhi kebutuhan

sehari – hari. Dapat disimpulkan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses

pemenuhan keperluan hidup manusia sehari – hari (Putong, 2005 : 9).

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur

secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur

sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai denga seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dipenuhi oleh sipembawa status. Tingkat sosial merupakan

faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin

sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan

investasi.

Berdasarkan pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa sosial ekonomi

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat,

antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain – lain.

Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan

dengan penelitian yang akan dilakukan. Kedudukan sosial ekonomi menurut

Melly G.Tan adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini

masyarakat tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi renda,

(3)

Adapun beberapa kedudukan tersebut yaitu :

1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang

menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat

hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain.

2. Golongan masyarakat yang berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan

cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat

memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatan itu dapat

ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain.

Mengukur kondisi riil sosial ekonomi seseorang atau sekelompok rumah

tangga, dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh. Dalam

laporan PBB I berjudul Report on International Definition and Measurement of Standart and Level Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia,

meliputi :

1. Kesehatan

2. Makanan dan gizi

3. Kondisi Pekerjaan

4. Situasi kesempatan kerja

5. Konsumsi dan tata hubungan aggregative

(4)

7. Sandang

8. Rekreasi dan hiburan

9. Jaminan sosial

10. Kebebasan manusia (Siagian, 2012 : 74).

2.2 Pengemis

2.2.1 Pengertian Pengemis

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 31 tahun 1980 pengemis dapat

didefinisikan sebagai orang – orang yang mendapat penghasilan dengan meminta

– minta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapakan

belas kasihan orang lain (http://www.depsos.go.id diakses pada tanggal 26

februari 2015 pukul 17.00 WIB). Pengemis didalam menjalani kegiatannya selalu

mengharap belas kasihan orang lain. Mereka mampu melakukan apa saja untuk

menarik simpati dari masyarakat agar mau memberikan belas kasihan berupa uang

ataupun hal lainnya. Pengemis sendiri tidak jarang kita melihat bahwa untuk

mendapatkan belas kasihan mereka memasang wajah kasihan dan tidak jarang ada

sampai yang memaksa agar kita memberikan belas kasihan kepadanya. Pengemis

cacat fisik, penggendong anak dan pengemis anak yang sering kita melihat berita

di media kabar bahwa ada juga sindikat yang mengorganisir para pengemis anak.

Pengemis ini menggunakan berbagai cara dalam beraksi sehingga

terkadang masyarakat umum merasa terganggu. Pengemis ini tidak menghiraukan

itu semua untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Kegiatan mengemis

(5)

kebutuhan hidup mereka. Kriteria yang dapat diberikan mengenai pengemis

adalah :

1. Anak – anak dan orang dewasa (laki – laki dan perempuan).

2. Meminta – minta di rumah – rumah penduduk, pertokoan, persimpangan

jalan, pasar, tempat ibadah dan tempat umum lainnya.

3. Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan seperti berpura – pura

sakit, merintih dan kadang – kadang mendoakan dengan bacaan – bacaan

ayat suci.

4. Biasanya mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap, membaur dengan

penduduk pada umumnya.

2.2.2. Sebab Terjadinya Pengemis

Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya pengemis adalah rasa malas,

kesulitan ekonomi, kurang keterampilan, tidak dapatnya mengembangan diri, dan

sangat bergantung kepada orang lain. Kemiskinan menyudutkan mereka untuk

melakukan pekerjaan mengemis. Pekerjaan memang tidak bisa ditunggu

datangnya, tetapi pekerjaan itu harus dicari dan diciptakan. Mencari dan

menciptakan pekerjaan hanya bisa dilakukan oleh orang – orang yang rajin dan

kreatif. Orang – orang yang malas mencari dan menciptakan pekerjaan merupakan

hal yang langka. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya pegemis dapat

disimpulkan karena adanya kemiskinan, rasa malas, kurangnya keterampilan,

(6)

2.3 Kemiskinan

2.3.1 Definisi Kemiskinan

Secara ilmiah definisi diartikan sebagai batasan arti. Rumusan definisi

membantu kesulitan yang dihadapi dalam merumuskan pengertian yang

komprehensif dan sempurna tentang suatu konsep, yang dalam ini adalah

kemiskinan. Rumusan definisi kemiskinan oleh berbagai pihak tentu dibatasi oleh

aspek mana yang ditekankan pembuat definisi kemiskinannya. Cara seperti ini

tidak akan menghasilkan makna kemiskinan secara generalis tetapi lebih faktual

karena biasanya penekanan dan pemilihan aspek kajian yang dilakukan

dipengaruhi oleh fakta, pengalaman, sejarah maupun latar belakang pihak yang

merumuskan definisi tersebut maupun lokasi yang dikaji ( Siagian, 2012 : 24 ).

Ada beberapa definisi kemiskinan dibawah ini, antara lain :

1. World bank mendifinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi terjadinya

kekurangan pada taraf hidup manusia baik fisik dan sosial sebagai akibat

tidak tercapainya kehidupan yang layak karena penghasilannya tidak

mencapai 1,00 dolar AS perhari (Siagian, 2012: 25).

2. Jika ditinjau dari standart kebutuhan hidup layak atau pemenuhan

kebutuhan pokok, maka kemiskinan adalah suatu kondisi tidak

terpenuhinya kebutuhan – kebutuhan dasar yang disebabkan kekurangan

barang – barang dan pelayanan – pelayanan yang dibutuhkan dalam upaya

(7)

3. Jika ditinjau dari pendapatan, maka kemiskinan adalah kondisi kurangnya

pendapatan sebagai modal untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok

(Siagian, 2012: 25).

4. Jika ditinjau dari penguasaan sumber – sumber, kemiskinan merupakan

keterlataran yang disebabkan oleh penyebaran yang tidak merata dari

sumber – sumber, termasuk didalamnya pendapatan (Sjahrir, dalam

Siagian, 2012 : 26).

5. Kemiskinan merupakan kondisi yang dialami manusia saat mana jumlah

rupiah yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kurang

dari 2.100 kalori perkapita (Esmara, dalam Siagian, 2012: 27).

2.3.2. Faktor – Faktor Penyebab Kemiskinan

Secara umum faktor – faktor penyebab kemiskinan secara kategoris

dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar yaitu

faktor internal dan fakor eksternal (Siagian, 2012: 114).

Ada beberapa faktor penyebab kemiskinan antara lain :

1. Faktor internal, dalam hal ini berasal dari dalam diri invidu yang

mengalami kemiskinan itu yang secara subtansial adalah dalam bentuk

kekurangmampuan, yang meliputi :

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit – sakitan.

b. Intelektual, seperti kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya

informasi.

c. Mental emosional atau temperamental seperti malas, mudah

(8)

d. Spritual, seperti tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin.

e. Sosial psikologis, seperti kurang motivasi, kurang percaya diri,

kurang relasi dan kurang mencari dukungan.

f. Keterampilan, seperti tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan

tuntutan lapangan kerja.

g. Asset, seperti tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah,

rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.

2. Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri invidu atau keluarga yang

mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik

waktu menjadikannya miskin, meliputi :

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan

alat memenuhi kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurangnya terlindungi

usaha – usaha sektor informal.

d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat

bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro.

e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas

sektor riil masyarakat banyak.

f. Sistem mobilisasi denga pendayagunaan dana sosial masyarakat

yang belum optimal, seperti zakat.

g. Budaya yang kurang mendukung kemajuna dan kesejahteraan.

h. Pembangunan yang berorientasi fisik dan material.

(9)

2.3.3 Jenis – Jenis Kemiskinan

Salah satu upaya untuk mengidentifikasi kemiskinan adalah dengan

mengetahui berbagai jenis kemiskinan, apabila meninjau kemiskinan itu dari

aspek atau sudut pandang tertentu maka akan di temukan jenis kemiskinan itu

secara berpasangan. Dengan demikian kemiskinan yang secara nyata dialami

seseorang atau sekelompok secara pasti dapat dikategorikan kedalam salah satu

jenis dari pasangan itu dan memang hanya salah satu dari dua jenis kemiskinan

itu. Dengan kata lain, jenis kemiskinan dalam satu pasangan bersifat ekslusif

(Siagian, 2012 : 46).

Ada beberapa jenis kemiskinan antara lain :

1. Kemiskinan Absolut

Yaitu suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak

mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki

taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai

dengan harkat martabat sebagai manusia.

2. Kemiskinan Relatif

Yaitu kemiskinan berdasarkan bagaimana kita memandang dan

mengkajinya.

3. Kemiskinan Massa

Yaitu kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu

lingkungan wilayah.

(10)

Yaitu kondisi wilayah yang diidentifikasi sebagai wilayah yang

menghadapi masalah kemiskinan secara umum berbeda dengan kondisi

wilayah yang diidentifikasi tidak menghadapi masalah kemiskinan massa.

5. Kemiskinan Alamiah

Yaitu kemiskinan yang ditemukan jika kajian tentang kemiskina itu

didasarkan atas faktor – faktor penyebab kemiskinan itu terjadi.

6. Kemiskinan Kultural

Yaitu kemiskinan yang terjadi karena faktor budaya.

7. Kemiskinan Terinvolusi

Yaitu kemiskinan yang terkait dengan masalah mental yang sudah

sedemikian parah, sehingga sulit dirancang intervensi sosial yang

bagaimana dapat mengatasi kemiskinan tersebut.

8. Kemiskinan Struktural

Yaitu kemiskinan yang ditemukan jika kemiskinan dikaji dari segi faktor –

faktor penyebab kemiskinan itu sendiri.

9. Kemiskinan Situasional

Yaitu kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkan

oleh situasi yang ada.

10.Kemiskinan Buatan

Yaitu kemiskinan yang terjadi karena kelembagaan – kelembagaan yang

ada mengakibatkan anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai

(11)

2.3.4. Gejala – Gejala Kemiskinan

Upaya memahami kemiskinan lebih sering dilakukan dengan cara atau

pendekatan lain, seperti melalui gejala- gejala kemiskinan. Salah satu cara dan

langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala – gejala

kemiskinan (Siagian, 2012 : 16).

Ada beberapa gejala - gejala kemiskinan antara lain :

1. Kondisi Kepemilikan Faktor Produksi.

Kemiskinan tidak datang serta – merta. Demikian halnya dengan

pendapatan, juga tidak datang semerta – merta.semuanya melalui saluran,

sumber dan prosestertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk

mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata

pencaharian, apa alat produksi yang digunakan dan bekerja dalam upaya

mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut

merupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau

sekelompok tersebut miskin atau tidak.

2. Angka Ketergantungan Penduduk

secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil

usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungandan lain – lain. Namun bagi

mayoritas masyarakat, ada suatu kalimat yang berlaku secara umum, orang

hanya akan meiliki pendapatan jika bekerja. Namun pada kenyataannya

(12)

3. Kekerungan Gizi

Laporan dari berbagai institusi seperti dinas kesehatan maupu rumah sakit

sering menggambarkan status masyarakat. Berbagai kesimpulan diperoleh

dari laporan tersebut, antara lain adalah wilayah rawan gizi. Informasi ini

merupaka gejala sangat miskinnya sesorang atau kelompok. Masalahnya

berbagai unsur terdapat dalam kebutuhan pokok dimana kebutuhan fisik

merupakan kebutuhan yang paling utama.

4. Pendidikan Yang Rendah

Era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai suatu yang penting.

Pendidikan bahkan telah sebagai indikator utama kedudukan dalam

masyarakat. Oleh karena itu wajar jika setiap orang berupaya meraih

tingkat pendidikan bahkan tidak sekedar pendidikan melainkan pendidikan

yang tinggi. Hal ini terjadi karena pendidikan dianggap sebagai alat

memenagkan persaingan yang makin hari makin ketat.

2.4 Kesejahteraan Sosial

Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial,

mendifinisikan bahwa kesejateraan sosial sebagai suatu kondisi terpenuhinya

kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan

mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program

dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan

pemerintah, lsm maupun masyarakat. UU No.11 tahun 2009 bagian II pasal 25

juga menjelaskan secara tegas, tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam

(13)

1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan

sosial.

2. Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

3. Melaksanakan rehabilitasi, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan

perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –

undangan.

4. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang

menyelenggarakan kesejahteraan sosial.

5. Mendorong dan memfasilitasi masyarakt serta dunia usaha dalam

melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dibidang

kesejahteraan sosial.

7. Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi

pelayanan kesejahteraan sosial.

8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan

aktivitas pembangunan

9. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial.

10.Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi

terhadap penyelenggaraan keejahteraan sosial.

11.Mengembangkan jaringan kerja dan kordinasi lintas pelaku

penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional.

12.Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional.

(14)

14.Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial

dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pengemis merupakan masalah sosial yang sulit untuk diatasi. karena

permasalahan pengemis merupakan permasalahan sosial yang kompleks dan

klasik. Berbagai aspek didalam kehidupan dapat menjadi indikator penyebab

terjadinya pengemis. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi

pengemis salah satu faktor yang paling sering muncul diakibatkan oleh masalah

kemiskinan. Masalah kemiskinan mengakibatkan seseorang menjadi sulit dalam

memenuhi kebutuhan pokoknya yang mencakup pendidikan, konsumsi,

kesehatan, perumahan dan dana sosial, ditambah tidak adanya skill dan

keterampilan yang dikuasai mengakibatkan seseorang tidak mampu untuk bekerja

dan memperoleh pendapatan untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini

mengakibatkan seseorang memilih untuk bekerja sebagai pengemis.

Pengemis merupakan sekelompok masyarakat yang memiliki peluang

untuk dapat memiliki kehidupan yang layak seperti masyarakat lainnya. Akan

tetapi, kepribadian yang terdapat pada diri pengemis seperti malas dan mudah

putus asa menjadi ciri khas dari diri mereka. Mereka tidak menyadari bahwa

potensi yang terdapat didalam diri mereka serta tidak mampu untuk menjalankan

fungsi sosialnya dengan baik. Padahal, bila mereka mau untuk berusaha

menghilangkan rasa malas dan mudah putus asa didalam diri mereka maka

(15)

Bagan Alur Pemikiran

Pengemis

Ekonomi:

1. Pendapatan

2. Pengeluaran

a. Pendidikan b. Konsumsi c. Kesehatan d. Perumahan e. Dana Sosial f. Tabungan Sosial:

1. Interaksi dengan

sesama anggota

keluarga

2. Interaksi dengan

sesama pengemis

3. Interaksi dengan

(16)

2.6. Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang dipakai oleh para ahli dalam upaya

menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang dikaji. Untuk menghindari

salah pengertian atas makna konsep – konsep yang dijadikan objek penelitian,

maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep – konsep

yang diteliti. Secara sederhana defenisi disini diartikan sebagai “batasan arti”.

Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti

ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Definisi konsep adalah

pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian

(Siagian, 2011 : 138).

Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan dan

menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah

pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Adapun yang menjadi

batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Pengemis adalah orang – orang yang mendapat penghasilan dengan

meminta – minta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk

mengharapakan belas kasihan orang lain.

2. Sosial ekonomi adalah suatu kondisi atau kedudukan yang diatur secara

sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu yang ditentukan

oleh faktor pemenuhan seperti pendidikan, konsumsi, kesehatan serta

perumahan, dana sosial dan tabungan didukung oleh pendapatan yang

(17)

2.7. Ruang Lingkup Pengemis

Adapun yang menjadi ruang lingkup pengemis dalam penelitian ini

mencakup :

1. Pengemis cacat, yaitu orang – orang yang mendapat penghasilan dengan

meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk

mendapatkan belas – kasihan orang lain karena memiliki keterbatasan baik

secara fisik dan mental.

2. Pengemis lanjut usia, orang – orang yang mendapat penghasilan dengan

meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk

mendapatkan belas kasihan orang lain yang berusia 55 hingga tutup usia.

3. Pengemis anak, yaitu orang – orang yang mendapat penghasilan dengan

meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk

mendapatkan belas kasihan orang lain yang berusia antara 4 – 17 tahun.

Penelitian ini akan melihat kondisi sosial ekonomi dari kedua jenis

pengemis yang ditetapkan dalam penelitian ini. Kondisi sosial pengemis yang

dimaksud adalah :

a. Interaksi dengan sesama anggota keluarga

b. Interkasi dengan sesama pengemis

(18)

Sedangkan kondisi ekonomi pengemis yang dimaksud adalah :

1. Pendapatan

2. Pengeluaran

a. Pendidikan

b. Konsumsi

c. Kesehatan

d. Perumahan

e. Dana Sosial

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi, meliputi pola aliran dan distribusi temperatur pada permasalahan Konveksi alami, pada kotak 2D

Warnakan lukisan anda dengan menggunakan media seperti pensel warna, warna air, krayon atau oil pastel..

Kepala kantordan seluruh pegawai Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Tapanuli Utara yang telah memberikan waktu dan saran bagi penulis

Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mencari data keberadaan dan keragaman spesies teritip yang menempel pada kapal ( ship-biofouler ) di pelabuhan Tanjung

 Belia yang melakukan aktiviti khidmat masyarakat mempunyai kebarangkalian yang kurang untuk terlibat dengan pelakuan tidak sihat, lebih merasakan diri mereka dekat

-kita tidak wajar hanya akur dengan arus yang songsang ini -komitmen menyeluruh agensi yang terlibat. -kongkongan yang selama ini

Dalam Jurnal Penelitian Karet kali ini terdapat lima artikel yang membahas hasil penelitian di bidang eksploitasi dengan stimulan gas, kinerja klon IRR seri 200

Siswa dalam kelas yang terpilih akan diberikan kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui prakonsepsi tentang konten zat aditif makanan dan konteks SSI yang berkaitan