• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Audit Client Tenure, Pergantian Auditor, Kesulitan Keuangan terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Audit Client Tenure, Pergantian Auditor, Kesulitan Keuangan terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas.

Kelangsungan hidup entitas selalu dihubungkan dengan kemampuan

manajemen dalam mengelola entitas agar bertahan hidup. Dengan adanya

going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan

kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak dilikuidasi dalam jangka

pendek.

Going concern digunakan sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan

sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan

(contrary information). Biasanya informasi yang signifikan dianggap

berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah

berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi

kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar

aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan

operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain. (PSA No.

(2)

Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor

untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya (SPAP 2011). Opini yang diberikan oleh auditor merupakan salah

satu bahan pertimbangan yang penting bagi investor untuk mengambil

keputusan investasi. Ketika kondisi ekonomi tidak pasti, para investor

mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan

perusahaan (Chen dan Church, 1996) dalam Pradiptorini dan Januari (2007).

Akan dapat timbul banyak masalah ketika banyak auditor yang salah dalam

memberikan opini audit audit going concern (Sekar, 2003). Oleh karena itu,

banyak auditor yang mengalami dilema antara moral dan etika dalam

memberikan opini going concern. Penyebabnya adalah adanya hipotesis

self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini

going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena

banyak investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik

dananya (Venuti, 2007). Penyebab yang lain adalah tidak terdapatnya

prosedur penetapan going concern yang terstruktur (Joanna H. Lo, 1994),

pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan

Tan, 1999).

Terkait dengan pentingnya opini audit yang dikeluarkan oleh auditor,

maka auditor harus bertanggung jawab terhadap opini audit going concern

(3)

going concern, yaitu : pertumbuhan perusahaan, audit client tenure,

pergantian auditor, dan kesulitan keuangan. Adapun definisi dari

masing-masing faktor tersebut dideskripsikan dalam paragraph selanjutnya.

Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya dalam industri maupun kegiatan

ekonomi secara kesuluruhan (Setyarno et. al., 2006). Suatu perusahaan

dengan rasio pertumbuhan penjualan yang positif memberikan indikasi bahwa

perusahaan lebih mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan

kemungkinan perusahaan untuk mengalami kebangkrutan adalah kecil.

Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif

mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan

sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan,

perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi

cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan

opini yang baik akan lebih besar. Altman (1968) dalam Petroneda (2004)

mengemukakan bahwa perusahaan yang laba tidak akan mengalami

kebangkrutan, karena kebangkrutan merupakan salah satu alasan bagi auditor

untuk memberikan opini audit going concern. Perusahaan dengan negative

growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah

(4)

Audit-client tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin

antara kantor akuntan publik (KAP) dengan auditee yang sama. Kecemasan

akan kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan

bagi auditor untuk menyatakan opini audit going concern. Dengan demikian

independensi auditor akan terpengaruh dengan lamanya hubungan dengan

auditee yang sama (Espahbodi, 1991). Penelitian yang dilakukan oleh Ghosh

dan Moon (2003) menghasilkan temuan bahwa kualitas audit meningkat

dengan semakin lamanya audit tenure. Temuan ini menarik karena ternyata

mendukung pendapat yang menyatakan bahwa pertimbangan auditor akan

lebih baik seiring dengan masa kerja yang lebih lama karena asimetri

informasi antara auditor dan klien berkurang.

Terkait dengan lama waktu masa kerja ini, kegagalan audit tampak

lebih banyak terjadi pada masa kerja yang pendek dan terlalu lama (Wooten,

2003). Namun semakin lama masa kerja ini dapat membuat auditor menjadi

terlalu nyaman dengan klien dan tidak menyesuaikan prosedur audit agar

mencerminkan perusahaan bisnis dan risiko yang terkait. Auditor menjadi

kurang skeptis dan kurang waspada dalam mendapatkan bukti. Hubungan

yang lama ini mempunyai potensi untuk menjadikan auditor puas pada apa

yang dilakukan, melakukan prosedur audit yang kurang tegas, dan terlalu

tergantung pada pernyataan manajemen (Deis dan Giroux, 1992). Penelitian

(5)

Junaidi dan Hartono (2010) juga mengungkapkan bahwa audit tenure

berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Junaidi dan

Hartono (2010) menyatakan bahwa semakin lama hubungan auditor dengan

klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini

audit going concern. Louwers (1998), Lennox (2004) tidak menemukan bukti

adanya hubungan opini audit going concern dengan auditor client tenure.

Geiger et al. (1996) dalam Januarti (2009) menemukan bukti

banyaknya perusahaan yang melakukan pergantian auditor ketika auditor

mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang mempunyai

masalah keuangan. Ketika perusahaannya akan menerima opini audit going

concern, manajemen sering kali mengantisipasi hal tersebut dengan cara

melakukan pergantian auditor (auditor switching). Schwartz dan Menon

(1985), auditor switching lebih banyak dilakukan pada perusahaan yang

bermasalah dibandingkan dengan perusahaan yang sehat. Pergantian auditor

ini disebabkan oleh banyak faktor, misalnya adalah manajemen tidak puas

dengan opini yang diberikan oleh auditor dan dengan melakukan pergantian

auditor perusahaan mengharapkan akan mendapat unqualified opinion dari

auditor baru. Selain itu manajemen melakukan pergantian auditor karena

adanya peraturan yang mengatakan harus mengganti auditor setiap beberapa

(6)

Prediksi apakah sebuah perusahaan akan mengalami kebangkrutan

dimasa mendatang juga merupakan pertimbangan dalam pengeluaran opini

audit going concern. Indikasi kebangkrutan sebuah perusahaan yang

mengalami financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas operasi

perusahaan tidak mencukupi untuk mengambil langkah perbaikan. Kesulitan

keuangan akan mengakibatkan perusahaan mengalami arus kas negatif, gagal

bayar pada perjanjian utang dan akhirnya mengarahkan pada kebangkrutan

sehingga going concern perusahaan diragukan. Penelitian Mutchler et al.

(1997) dalam Santoso dan Wedari (2007) menemukan bukti univariat bahwa

auditor big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada

perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non big

6.

Penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai opini audit going

concern di Indonesia masih menjadi objek penelitian yang dan menarik

dilakukan karena mengingat bahwa opini audit going concern suatu badan

usaha merupakana salah satu hal yang mendasari para investor dalam

pengambilan keputusan investasi dan para kreditor dalam meminjamkan

dananya dengan tujuan untuk memperoleh laba dari aktivitas entitas tersebut.

Selain itu, opini audit audit concern sering dihubungkan dengan kemampuan

manajemen perusahaan untuk lebih mempertahankan kelangsungan hidup

(7)

Penelitian ini menggunakan pertumbuhan perusahaan, audit client

tenure, pergantian auditor, dan kesulitan keuangan sebagai variabel

independen penelitian karena variabel tersebut mempengaruhi penerimaan

opini going concern. Dengan menggunakan variabel tersebut, apabila

perusahaan diragukan dapat melanjutkan kelangusungan hidupnya maka

perusahaan tersebut akan menerima opini going concern.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian penetapan opini audit going concern pada perusahaan

dengan judul penelitian “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Audit Client

Tenure, Pergantian Auditor, dan Kesulitan Keuangan terhadap Pemberian

Opini Going-Concern ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penelitian ini

bermaksud untuk melihat faktor-faktor yang diduga mempengaruhi

Penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan Real Estate yang

(8)

Kondisi tersebut menyebabkan penelitian ini muncul pertanyaan, yaitu :

1. Apakah faktor pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pemberian

opini going concern pada perusahaan real estate?

2. Apakah faktor audit client tenure berpengaruh terhadap pemberian opini

going concern pada perusahaan real estate?

3. Apakah faktor pergantian auditor berpengaruh terhadap pemberian opini

going concern pada perusahaan real estate?

4. Apakah faktor kesulitan keuangan berpengaruh terhadap pemberian opini

going concern pada perusahaan real estate?

5. Apakah faktor pertumbuhan perusahaan, audit client tenure, pergantian

auditor, dan kesulitan keuangan berpengaruh secara simultan terhadap

pemberian opini going concern pada perusahaan real estate?

1.3 Tujuan Penelitian

Bagian ini mengungkapkan hasil atau tujuan yang ingin dicapai

melalui proses penelitian ini. Tujuan penelitian ini mengungkapkan hasil

yang ingin dicapai melalui proses penelitian ini. Berdasarkan rumusan

(9)

1. Untuk mengetahui apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap

pemberian opini audit going concern.

2. Untuk mengetahui apakah audit client tenure berpengaruh terhadap

pemberian opini audit going concern.

3. Untuk mengetahui apakah pergantian auditor berpengaruh terhadap

pemberian opini audit going concern.

4. Untuk mengetahui apakah kesulitan keuangan berpengaruh terhadap

pemberian opini audit going concern.

5. Untuk mengetahui apakah pertumbuhan perusahaan, audit client tenure,

pergantian auditor, dan kesulitan keuangan berpengaruh secara simultan

terhadap pemberian opini going concern pada perusahaan real estate.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian

ini adalah :

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan

(10)

2. Bagi Investor

Investor saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentu

akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau

tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Diharapkan

hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan investasi pada perusahaan yang memiliki kinerja tertentu

berdasarkan laporan audit.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi, sumber

informasi maupun bahan perbandingan bagi riset-riset selanjutnya yang

berkaitan dengan opini audit going concern.

4. Bagi manajemen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

pengembilan keputusan maupun kebijakan berinvestasi yang berdampak

terhadap kelangsungan hidup perusahaan di masa mendatang dan mampu

mengantisipasi timbulnya biaya-biaya yang berkaitan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Informasi dan hiburan yang mudah diakses menggunakan komputer memberikan ide kepada penulis untuk membuat aplikasi yang berisikan profil pemain sepak bola, disamping karena

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

a) PNS yang menduduki jabatan struktural dan pangkatnya masih dalam jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan itu, dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih

Dilatar belakangi tarif telekomunikasi yang relatif tinggi pada teknologi telepon, sehingga dibutuhkan suatu teknologi baru untuk mengatasi hal tersebut maka lahirlah teknologi

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Penelitian tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Kampung Legok Makmur Kota Magelang) menurut tingkat eksplanasi dan jenis

Based on that, the paper tries to investigate the four language skills related problems faced by English Language Education Program’s (ELEP) students and the

Except as hereinabove expressly amended, the Loan Agreement is confirmed and r emains in full force and. effect in accordance with all of its