• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Pada Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Pada Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Langkat)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, pertanian itu di identikkan dengan daerah pedesaan.

Karena pertanian di Indonesia sebagian besar hanya ditemukan pada daerah

pedesaan. Eratnya kaitan antara eksistensi desa dan pertanian ini menyebabkan

orang cenderung mengidentifikasikan desa dengan pertanian dan menyatakan

bahwa masyarakat desa adalah petani dan petani adalah masyarakat desa. Bukan

hanya itu, mayoritas masyarakat desa juga mendapatkan penghasilan dari bertani.

Maka diperlukan pembangunan pertanian karena hasil ini dapat meningkatkan

mutu makanan penduduk dan kesejahteraan petani.

Desa sendiri menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Sedangkan Petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari

lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh

kehidupan dari kegiatan itu (Anwas,1992:34)1

Dalam proses pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah upaya

mencapai taraf petani yang lebih berkualitas sesuai dengan nilai-nilai sosial yang

berlaku. Sekarang ini, proses pembangunan pertanian telah sampai pada tahap .

1

(2)

yang mensyaratkan adanya partisipasi petani yang lebih besar agar tujuan

pembangunan pertanian tercapai. Dalam proses pembangunan pertanian yang

berhasil peranan penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga penyuluh pertanian

disebut sebagai ujung tombak pembangunan pertanian (Mardikanto, 2003:151)2

Suatu pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik

dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut

benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Begitu pula dengan halnya

pembangunan pertanian. Untuk memungkinkan hal itu terjadi, umumnya

pembangunan pertanian mutlak diperlukan penyuluhan dan pemberdayaan

kelompok tani mulai dari keikutsertaan dalam perencanaan sampai pada hasil

akhir dari pembangunan pertanian di desa tersebut. Pembangunan pertanian tidak

terlepas dari peran serta dari seluruh masyarakat atau kelompok tani diwilayah

tersebut, sehingga kinerja seorang kepala desa sebagai kepala pemerintahan desa

harus dapat menjalankan tugas pokok memimpin dan mengkoordinasikan

pemerintah desa dalam melaksanakan segala urusan yang berhubungan dengan

pembangunan desa baik pembangunan masyarakat maupun pembangunan

perekonomian desa.

.

Selain penyuluhan pemberdayaan kelompok tani juga membantu

pembangunan pertanian. Ini juga dihubungkan dengan lahirnya Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membuat kebijakan tentang desa dalam

memberi pelayanan, peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa

yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini juga

dimaksudkan juga pada petani di desa.

2

(3)

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 menyatakan, bahwa Pemerintahan

Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini

berarti pemerintah memiliki tanggung jawab terhadap desa yang akan

dibangunnya.Termasuk pada sektor pertanian tersebut. Akan tetapi dengan segala

upaya yang diberikan oleh pemerintah desa terhadap sektor pertanian, ternyata

masih ada beberapa hal yang belum terealisasi sepenuhnya. Misalnya saja seperti

hal pemberdayaan masyarakat tani.

Pada saat ini, kualitas sumber daya manusia yang bekerja pada sektor

pertanian masih dapat dikatakan rendah. Dilihat dari tingkat pendidikan mereka

yang masih rendah dan jarang memiliki pengetahuan dalam bidang pertanian yang

dapat dikatakan cukup. Banyak persoalan yang dihadapi oleh para petani, mulai

dari produksi, pemasaran maupun masalah sosial didalam kehidupannya

sehari-hari. Kemampuan yang dimiliki sebagaian masyarakat tani tidak siap dengan

segala kebutuhan, dimana segala sesuatu harus tersedia secara cepat dan tepat.

Namun inilah kenyataan yang masih terjadi dikalangan petani, sehingga

keterbelakangan dan kemiskinan masih menyelimuti kehidupan mereka. hal

tersebut bukan oleh kinerja mereka yang belum maksimal, tetapi oleh karena

beberapa sebab misalnya terbatasnya kesempatan mereka untuk bisa mengakses

informasi tentang pertanian, kurangnya penyuluh-penyuluh tentang bagaimana

mengelola lahan serta bercocok tanam yang produktif.

Pemberdayaan kelompok tani atau petani merupakan konsep yang

dikembangkan untuk memperkuat kemandirian petani. Dimana pemberdayaan

(4)

penyuluh dan pelatihan, pengembangan jaringan usaha melalui kerjasama,

koordinasi dan komunikasi serta peningkatan peran pembinaan melalui motivasi,

fasilitasi dan bimbingan teknis. Kelompok tani merupakan kelembagaan (institusi)

non-formal dipedesaan yang beranggotakan petani-petani yang mempunyai

kepentingan sama, yakni meningkatkan produksi pertanian dalam rangka

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya (Kartasapoetra, 1994 : 71)3

3

A. G Kartasapoetra dan M. M. Sutedjo, Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi, Bumi Aksara, Jakarta : 1994. Hlm.71

.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor

82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan

Gabungan Kelompok Tani Pembinaan kelembagaan petani perlu dilakukan secara

berkesinambungan, diarahkan pada perubahan pola pikir petani dalam

menerapkan sistem agribisnis. Pembinaan kelembagaan petani juga diarahkan

untuk menumbuhkembangkan poktan dan gapoktan dalam menjalankan

fungsinya, serta meningkatkan kapasitas poktan dan gapoktan melalui

pengembangan kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan.

Kelompok tani sangat berperan dalam menjembatani dan menterjemahkan

program-program pemerintah dibidang peningkatan produksi pertanian. Dengan

demikian, pembinaan kelompok tani dipedesaan merupakan hal penting dalam

rangka membangkitkan, mengembangkan dinamika dan kemandirian kelompok

tani di pedesaan. Dalam hal ini kelompok tani merupakan kumpulan petani-petani

yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan

dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerjasama meningkatkan

(5)

Untuk mewujudkan kelompok tani yang efektif peran pemerintah lebih

kepada pihak mengembangkan kepemimpinan lokal terutama wawasan ekonomi,

dan wawasan keorganisasian, karena pemimpinan tersebut telah memiliki energi

sosial dan kemampuan menejemen kelompok informal dan lokal yang efektif,

selain itu peran pemerintah lebih ditekankan pada pengembangan kompetensi

anggota yang lebih beriorientasi kepada pengembangan sumber daya manusia.

Untuk mengembangkan kepemimpinan lokal yang efektif harus memenuhi empat

syarat yaitu terpercaya, kompeten, komunikatif dan memiliki komitmen kerjasama

yang tinggi dalam pengembangan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan

kepentingan anggotanya secara berkeadilan serta mampu meningkatkan kinerja

dan dinamika kelompok tani (Karsidi, 2001 : 23)4

Desa Kepala Sungai terletak di daerah Kabupaten Langkat Sumatera Utara

yang memiliki luas daerah 946 hektar dan terdiri dari 11 Dusun yang 3

diantaranya adalah hasil dari pemekaran. Penduduk Desa Kepala Sungai terdiri

dari 5375 yang tersebar di dusun-dusun tersebut. Desa Kepala Sungai sendiri

merupakan desa yang mayoritas masyarakatnya berpenghasilan dari sektor

pertanian. Ini terlihat dari keadaan ekonomi desa yang menunjukan bahwa

pendapatan penduduk Desa Kepala Sungai 88,5% berasal dari bertani dan

memiliki 10 kelompok tani yang tersebar di beberapa Dusun Desa Kepala Sungai.

Bahkan pemerintah desanya membuat rancangan perencanaan pembangunan

desanya yang tertuang pada RPJMDes priode 2015-2020 dalam hal anggaran

hampir ±30% di utamakan untuk sektor pertanian. Itu dikarenakan masyarakat .

4

Ravik Karsidi, Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan

(6)

Desa Kepala Sungai yang sebagian besar bertani ikut turut menyumbangkan ide

pada saat Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (MUSRENBANGDes)

Kepala Sungai.

Selain itu, dengan adanya kegiatan pemberdayaan kelompok tani yang

rutin terselenggara di Desa Kepala Sungai juga menunjukan adanya dominasi

sektor pertanian di desa ini. Akan tetapi walaupun demikian sektor pertanian di

Desa Kepala Sungai tidak luput dari berbagai macam kekurangan yang masih

menjadi kendala untuk sektor pertanian di desa tersebut agar menjadi lebih baik

demi kemajuan Desa Kepala Sungai yang masyarakatnya dominan berpenghasilan

dari bertani. Kegiatan Pemberdayaan Kelompok Tani tersebut diselenggarakan

oleh Dinas Pertanian Kabupaten Langkat yang kemudian di wakili oleh PPL

(Penyuluh Pertanian Lapangan) dan seluruh kelompok tani yang ada di Desa

Kepala Sungai. Lalu seperti apa kegiatan pemberdayaan kelompok tani yang di

laksanakan di Di Desa Kepala Sungai? Apakah ada perubahan antara sebelum dan

setelah adanya kegiatan pemberdayaan kelompok tani itu? Dan bagaimana

peranan dari pemerintah desa terhadap pemberdayaan kelompok tani tersebut?

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Peranan Pemerintah Desa Dalam

Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Pada Desa Kepala Sungai

Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah

(7)

1. Bagaimana peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan kelompok tani

di Desa Kepala Sungai?

2. Perubahan seperti apa yang terjadi setelah adanya kegiatan pemberdayaan

kelompok tani di Desa Kepala Sungai?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak

dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui

sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah desa dalam pemberdayaan

kelompok tani di Desa Kepala Sungai

2. Untuk mengetahui seperti apa perubahan yang terjadi setelah adanya

kegiatan pemberdayaan kelompok tani di Desa Kepala Sungai

1.4 Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentunya diharapkan mampu memberikan manfaat bagi

berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Ilmiah

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan

kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan mengembangkan kemampuan

menulis berdasarkan kajian yang telah di peroleh dari Ilmu Administrasi

Negara khususnya yang berkaitan dengan peran Pemerintah terutama

(8)

2. Secara Praktis

Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dan masukan

bagi Pemerintah Desa dan Kelompok Tani terkait dengan peran dan

fungsinya masing-masing dalam penyelenggaraan pemerintah desa.

3. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah kemampuan berpikir

secara ilmiah dan mampu memberikan kontribusi baik secara langsung

maupun tidak langsung bagi kepustakan Departemen Ilmu Administrasi

Negara FISIP USU.

1.5 Kerangka Teori

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1998 : 37)5, teori adalah

serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan preposisi untuk menerangkan

suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar

konsep. Definisi tersebut juga di perkuat oleh F.M Kerlinger (dalam Rakhmat,

2004 : 6)6

Secara umum teori merupakan seperangkat proposisi yang

menggambarkan suatu gejala terjadi seperti ini. Untuk memudahkan penelitian

diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian

yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi, dan preposisi yang

mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di

antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

5

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta: 1989. Hlm. 37

6

(9)

landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti

masalah yang dipilih (Suyanto, 2005 : 34)7

Menurut Nawawi (1995 : 39-40) .

8

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kududukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat

dipisah-pisahkan dan saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai

macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal kerangka teori adalah hal yang sangat

penting, karena dalam kerangka teori tersebut akan dimuat teori-teori yang relevan

dalam menjelaskan masalah yang sedang diteliti. Kemudian kerangka teori ini

digunakan sebagai landasan teori atau dasar pemikiran dalam penelitian yang

dilakukan. Karena itu adalah sangat penting bagi seorang peneliti untuk menyusun

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pemikiran yang akan menggambarkan

dari sudut mana suatu masalah akan disoroti.

Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau

batasan-batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan

dilakukan. Sebagi landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan

masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan

sebagai bahan referensi dalam penelitian. Adapun kerangka teori dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Peranan

7

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial : Berbagai Altenatif

Pendekatan, Prenada Media, Jakarta : 2005. Hlm.34 8

(10)

tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi

masyarakat kepadanya. Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu proses (Soekanto, 2002 : 268-269)9

Menurut Soerjono Soekanto (2002 : 441)

.

10

1. Aspek dinamis dari kedudukan

, unsur-unsur peranan atau role

adalah:

2. Perangkat hak-hak dan kewajiban

3. Perilaku sosial dari pemegang kedudukan

4. Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang.

Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan

hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan

itu sendiri diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi

seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu

peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2002 : 246)11

9

Soerjono Soekanto, Teori Peranan, Bumi Aksara, Jakarta : 2002. Hlm.268-269

10

Ibid., Hlm.441

11

Ibid., Hlm.246

(11)

Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada

individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal yaitu :

1. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur

masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya

2. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh

masyarakat dianggap mampu melaksanakan. Mereka harus lebih dahulu

terlatih dan menpunyai hasrat untuk melaksanakannya

3. Dalam masyarakat kadang kala di jumpai individu-individu yang tak

mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh

masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan

arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak

4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya,

belum tentu masyarakat akan memberikan peluang-peluang yang

seimbang, bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat membatasi

peluang-peluang tersebut. (Soekanto, 2002 : 247)12

Menurut Komaruddin (1994 : 768)

.

13

1. Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang dalam

manajemen

, yang dimaksud peranan yaitu:

2. Pola penilaian yang diharapkan dapat menyertai suatu status

3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok pranata

4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada

padanya

5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

12

Ibid., Hlm.247

13

(12)

Peran di sini adalah sesuatu yang memainkan role, tugas dan kewajiban.

Peran merupakan sesuatu yang diharapkan lingkungan untuk dilakukan oleh

seseorang atausekelompok orang yang karena kedudukannya akan dapat memberi

pengaruh pada lingkungan tersebut.

1.5.2 Pemerintah Desa

1.5.2.1 Pengertian Desa

Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa desa

adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut

Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejulah keluarga yang

mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa)

atau desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan.

Adapun beberapa ahli yang mengemukan pendapat tentang pengertian

desa itu sendiri. Misalnya seperti R.H. Unang Soenardjo (1984 : 11)14

14

R.H. Unang Sunardjo, Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Tarsito, Bandung : 1984. Hlm.11

yang

mengemukakan bahwa desa adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat

dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasanya,

memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun

(13)

memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama, memiliki kekayaan dalam

jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.

Desa juga dapat di artikan dengan kesatuan masyarakat hukum

berdasarkan susunan asli adalah suatu “Badan Hukum” dan adalah pula “Badan

Pemerintahan”, yang merupakan bagian wilayah kecamatan atau wilayah yang

melingkunginya (Nyoman, 1982 : 27)15

Jadi, dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa desa adalah suatu

wilayah yang di diami oleh sejumlah penduduk yang saling mengenal atas dasar

hubungan kekerabatan dan atau atas kepentingan politik, ekonomi, sosial dan

keamanan yang dalam pertumbuhannya menjadi kesatuan masyarakat hukum

berdasarkan adat sehingga tercipta ikatan lahir batin antara masing-masing

warganya, umumnya warganya hidup dari pertanian, mempunyai hak mengatur

rumah tangga sendiri, dan secara administratif berada di bawah pemerintahan

kabupaten/kota.

.

1.5.2.2 Pemerintahan Desa

Pemerintah yang merupakan anggota yang paling umum memiliki

tanggung jawab khusus untuk memelihara sistem yang mencakup rentang

tersebut, itu adalah bagian dan monopoli praktis kekuasaan koersif. Pemerintah itu

sendiri adalah suatu lembaga yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang

mengatur suatu masyarakat tersebut dapat tertata dengan baik begitu pula dengan

pemerintahan desa.

15

(14)

Menurut Undang-Undang No.6 Tahun2014 tentang Desa mengemukakan

bahwa pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 juga menyatakan bahwa adapun

penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan asas:

1. Kepastian hukum

2. Tertib penyelenggaraan pemerintahan

3. Tertib kepentingan umum

4. Keterbukaan

5. Proporsionalitas

6. Profesionalitas

7. Akuntabilitas

8. Efektivitas dan efisiensi

9. Kearifan lokal

10.Keberagaman

11.Partisipatif

1.5.2.3 Pemerintah Desa

Menurut Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Pemerintah Desa adalah

Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Pemerintah Desa sebagai penyelenggara

pemerintahan yang terendah dan langsung berhadapan dengan rakyat mempunyai

(15)

yang datangnya dari pihak atasan juga harus mengurus berbagai urusan rumah

tangga desa yang pertanggung jawaban langsung kepada rakyat (Misdiyanti, 1993

: 47)16

1. Kepala Desa

.

Adapun yang menjadi Pemerintah Desa menurut Undang-Undang No.6

Tahun 2014 tersebut antara lain:

Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,

melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan

pemberdayaan masyarakat Desa. Dalam melaksanakan tugas, Kepala Desa

berwenang:

1) Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa

2) Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa

3) Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa

4) Menetapkan Peraturan Desa

5) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

6) Membina kehidupan masyarakat Desa

7) Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa

8) Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif

untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa

9) Mengembangkan sumber pendapatan Desa

10)Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara

guna meningkatkan

16

A.G Kartasapoetra dan Misdyanti, Fungsi Pemerintah Daerah Dalam Pembuatan

(16)

11)Kesejahteraan masyarakat Desa

12)Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa

13)Memanfaatkan teknologi tepat guna

14)Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif

15)Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilanatau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

16)Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas, Kepala Desa berhak atas :

1) Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa

2) Mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa

3) Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan

lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan

4) Mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan

5) Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada

perangkat Desa.

Dalam melaksanakan tugas, Kepala Desa berkewajiban untuk :

1) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika

2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa

(17)

4) Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan

5) Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender

6) Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,

transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari

kolusi, korupsi, dan nepotisme

7) Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku

kepentingan di Desa

8) Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik

9) Mengelola Keuangan dan Aset Desa

10)Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa

11)Menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa

12)Mengembangkan perekonomian masyarakat Desa

13)Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa

14)Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa

15)Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup

16)Memberikan informasi kepada masyarakat Desa

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban, Kepala

Desa wajib atas:

1) Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap

akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota

2) Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada

(18)

3) Memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara

tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun

anggaran

4) Memberikan dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan

pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir

tahun anggaran.

Kepala Desa juga di anjurkan untuk tidak melanggar apa yang dilarang

seperti :

1) Merugikan kepentingan umum

2) Membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota

keluarga, pihak lain, dan/atau golongan tertentu

3) Menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya

4) Melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan

masyarakat tertentu

5) Melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa

6) Melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang,

dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau

tindakan yang akan dilakukannya

7) Menjadi pengurus partai politik

8) Menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang

9) Merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan

Permusyawaratan Desa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan

(19)

Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam

peraturan perundangan-undangan

10)Ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan/atau

pemilihan kepala daerah

11)Melanggar sumpah/janji jabatan

12)Meninggalkan tugas selama 30 (tiga puluh) hari kerja berturut-turut

tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Bagi Kepala Desa yang tidak menjalankan kewajibannya dan melanggar

apa yang telah dilarang maka Kepala Desa dikenai sanksi administratif

berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis. Dalam hal sanksi

administratif dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat

dilanjutkan dengan pemberhentian.

2. Perangkat Desa

Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,

perangkat Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Perangkat Desa

terdiri atas:

1) Sekretariat Desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang di pimpin oleh

sekertaris desa

2) Pelaksana kewilayahan, yaitu pembantu kepala desa diwilayah

kerjanya seperti kepala dusun

3) Pelaksana teknis, yaitu unsur pembantu kepala desa yang

melaksanakan unsur teknis lapangan seperti unsur pengairan,

(20)

Adapun persyaratan untuk menjadi perangkat desa antara lain :

1) Berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang

sederajat

2) Berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua)

tahun

3) Terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

4) Syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Hal yang dilarang untuk dilakukan perangkat desa seperti :

1) Merugikan kepentingan umum

2) Membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota

keluarga, pihak lain, dan/atau golongan tertentu

3) Menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya

4) Melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan

masyarakat tertentu

5) Melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa

6) Melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang,

dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau

tindakan yang akan dilakukannya

7) Menjadi pengurus partai politik

8) Menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang

9) Merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan

Permusyawaratan Desa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik

(21)

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam

peraturan perundangan-undangan

10)Ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan/atau

pemilihan kepala daerah

11)Melanggar sumpah/janji jabatan

12)Meninggalkan tugas selama 60 (enam puluh) hari kerja berturut-turut

tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Perangkat Desa dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau

teguran tertulis. Dalam hal sanksi administratif dilakukan tindakan

pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian.

1.5.3. Pemberdayaan

Menurut Sulistiyani (2004 : 77)17

Berbeda dengan pendapat Pranarka Sumodiningrat (dalam Sulistiyani,

2004 : 78-79)

secara etimologis pemberdayaan berasal

dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari

pengertian tersebut maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses

menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan

atau proses pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki

daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.

18

17

A.T. Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Gava Media, Jogjakarta : 2004. Hlm.77

18

Ibid., Hlm.78-79

menyampaikan bahwa pemberdayaan sebenarnya merupakan

istilah yangkhas Indonesia daripada Barat. Di barat istilah tersebut diterjemahkan

(22)

kita maksud adalah memberi “daya” bukan “kekuasaan” dari pada “

pemberdayaan” itu sendiri. Barangkali istilah yang paling tepat adalah “energize”

atau katakan memberi “energi” pemberdayaan adalah pemberian energi agar yang

bersangkutan mampu untuk bergerak secara mandiri.

Bertolak pada kedua pendapat diatas dapat dipahami bahwa untuk konteks

barat apa yang disebut dengan empowerment lebih merupakan pemberian

kekuasaan daripada pemberian daya. Pengertian tersebut sangat wajar terbentuk,

mengingat lahirnya konsep pemberdayaan di barat merupakan suatau reaksi atau

pergulatan kekuasaan, sedangkan dalam konteks Indonesia apa yang disebut

dengan pemberdayaan merupakan suatu usaha untuk memberikan daya, atau

meningkatkan daya (Winarni, 1998 : 75-76)19

Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat, Winarni

mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal yaitu

pengembangan, (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering),

terciptanya kemandirian (Winarni, 1998 : 75) .

20

Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim

yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Logika ini

didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa

memiliki daya. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang

mereka tidak menyadari atau daya tersebut masih belum diketahui secara eksplisit.

Oleh karena itu daya harus digali dan kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini

berkembang maka pemberdayaan adalah upaya untukmembangun daya, dengan .

19

Tri Winarni, Memahami Pemberdyaan Masyarakat Desa Partisipatif dalam Orientasi

Pembangunan Masyarakat Desa menyongsong abad 21: menuju Pemberdayaan Pelayanan Masyarakat, Aditya Media, Yogyakarta : 1998. 75-76

20

(23)

cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Di samping itu hendaknya

pemberdayaan jangan menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan

(charity), pemberdayaan sebaliknya harus mengantarkan pada proses

kemandirian. (Winari, 1998 : 76)21

1. Daya dipahami sebagai suatu kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh

masyarakat, supaya mereka dapat melakukan sesuatu (pembangunan)

secara mandiri.

.

Akar pemahaman yang diperoleh dalam diskursus ini adalah:

2. Pemberdayaan merupakan suatu proses bertahap yang harus dilakukan

dalam rangka memperoleh serta meningkatkan daya sehingga masyarakat

mampu mandiri (Winarni, 1998 : 76)22

Pemberdayaan memiliki makna membangkitkan sumber daya,

kesempatan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk meningkatkan

kapasitas dalam menentukan masa depan mereka (Suparjan dan Hempri, 2003 :

43)

Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat: Dari Pembangunan

Sampai Pemberdayaan, Aditya Media, Yogyakarta : 2003. Hlm.43

. Konsep utama yang terkandung dalam pemberdayaan adalah bagaimana

memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri

arah kehidupan dalamkomunitasnya. Pemberdayaan memberikan tekanan pada

otonom pengambilankeputusan dari suatu kelompok masyarakat. Penerapan aspek

demokrasi dan partisipasi dengan titik fokus pada lokalitas akan menjadi landasan

bagi upaya penguatan potensi lokal. Pada aras ini pemberdayaan masyarakat juga

(24)

pranata-pranatanya. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan ini adalah

menempatkan masyarakat tidak sekedar sebagai obyek melainkan juga sebagai

subyek.

Konteks pemberdayaan, sebenarnya terkandung unsur partisipasi yaitu

bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan, dan hak untuk

menikmati hasil pembangunan. Pemberdayaan mementingkan adanya pengakuan

subyek akan kemampuan atau daya (power) yang dimiliki obyek. Secara garis

besar, proses ini melihat pentingnya proses ini melihat pentingnya

mengalihfungsikan individu yang tadinya obyek menjadi subyek (Suparjan dan

Hempri, 2003 : 44)24

Menurut Sumodiningrat (dalam Sulistiyani, 2004 : 82) .

25

1. Tahap penyadaran dan tahap pembentukan perilaku menuju perilaku sadar

dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri.

pemberdayaan

tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk

mandiri, meski dari jauh di jaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat

tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar hingga mencapai

status mandiri, meskipun demikian dalam rangka mencapai kemandirian tersebut

tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus

menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.

Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa proses belajar dalam rangka

pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang

harus dilalui tersebut adalah meliputi:

24

Ibid., Hlm.44

25

(25)

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan

keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan

sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk

mengantarkan pada kemandirian (Sulistiyani, 2004 : 83)26

1.5.4 Kelompok Tani

.

Pada hakekatnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari

pengertian kelompok dan petani itu sendiri. Kelompok adalah sekumpulan orang

yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai

tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka bagian dari

kelompok tersebut. Menurut Mulyana (2005 : 23)27

1. Suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya

yang hirarkis

kelompok pada dasarnya

adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mecapai tujuan

bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan mempunyai

struktur tertentu. Struktur merupakan sebuah kelompok adalah susuanan dari pola

antar hubungan interen yang mendekati stabil, yang terdiri atas:

2. Peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan status-status itu

3. Unsur-unsur kebudayaan (nilai-nilai), norma-norma yang

mempertahankan, membenarkan dan menangungkan struktur.

26

Ibid., Hlm.83

27

(26)

Menurut Soekanto (1986 : 35)28

Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah

pertanian. Definisi petani menurut Anwas (1992 : 34)

ada beberapa hal yang harus menjadi ciri

kelompok yaitu setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari

kelompok ada hubungan timbal balik antara sesama anggota, dan terdapat suatu

faktor yang memiliki bersama oleh para anggota sehingga hubungan diantara

mereka semakin kuat.

29

Sedangkan kelompok tani itu sendiri memiliki arti bahwa kelompok tani

merupakan wadah komunikasi antar petani, serta wadah komunikasi antar petani

dengan kelembagaan terkait dalam proses alih teknologi (Wahyuni, 2003 : 2) mengemukakan bahwa

petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau

memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.

30 .

Kelompok tani merupakan kelembagaan (institusi) non-formal dipedesaan yang

beranggotakan petani-petani yang mempunyai kepentingan yang sama, yakni

meningkatkan produksi pertanian dalam rangka meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraannya (Kartasapoetra, 1994 : 71)31

Menurut Mardikanto (1993 : 110) .

32

28

SoerjonoSoekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cet ke-3, UI Press, Jakarta : 1986. Hlm.25

29

Adiwilaga Anwas, op.cit., Hlm.34

30

Sri Wahyuni, Kinerja Kelompok Tani Dalam Sistem Usaha Tani Padi dan Metode

Pemberdayaannya, Jurnal Litbang Pertanian, Bogor : 2003. Hlm.2

31

A. G Kartasapoetra dan M. M. Sutedjo, op.cit., Hlm.71

32

Totok Mardikanto, op.cit., Hlm.110

kelompok tani adalah himpunan atau

kesatuan yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling

mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong-menolong. Beberapa

(27)

1. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya

kepemimpinan kelompok

2. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar

petani

3. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru

4. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani

5. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan

masukan (input) atau produk yang dihasilkannya

6. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta

pengawasannya oleh petani sendiri.

Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :

1. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang

tersedia

2. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan

3. Adanya alasan ideologis yang mewajibkan para petani untuk terikat oleh

suatu

Menurut Gerungan (dalam Mardikanto, 1993 : 110)33

Kelompok tani terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara terpaksa.

Kelompok tani menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usaha tani yang

optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan kehidupannya. kelompok tani

adalah suatu kesatuan yang terdiri dua atau lebih orang-orang yang mengadakan

interaksi secara intensif dan teratur sehingga diantara mereka terdapat pembagian

tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan tersebut.

33

(28)

Para anggota terbina agar berpandangan sama, berminat yang sama dan atas dasar

kekeluargaan.

Terbentuknya kelompok tani juga didasarkan oleh unsur yang mengikat

kelompok tani seperti yang disebut di dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor

82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan

Gabungan Kelompok Tani yaitu :

1. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama

diantara para anggotanya

2. Adanya kader tani yang berdedikasi tinggi untuk menggerakkan para

petani dan kepemimpinan yang diterima oleh sesama petani lainnya

3. Adanya kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar

anggotanya

4. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk

menunjang program yang telah ditentukan

5. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab sesame anggotaberdasarkan

kesepakatan bersama

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang

Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani juga

menyebutkan,adapun fungsi kelompok tani antara lain :

1. Kelas Belajar: Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi

anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar

tumbuh dan berkembang menjadi usahatani yang mandiri sehingga dapat

(29)

2. Wahana Kerjasama: Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat

kerjasama baik diantara sesama petani dalam poktan maupun dengan pihak

lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahatani lebih efisien dan lebih

mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan serta

lebih menguntungkan

3. Unit Produksi: Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota

poktan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha

yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomis usaha, dengan

menjaga kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Kartasapoetra (1994 : 48)34

1. Pengadaan sarana produksi murah dengan cara melakukan pembelian

secara bersama

mengemukakan bahwa kelompok tani

berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengertian,

pengetahuan dan keterampilan serta gotong-royongan berusaha tani para

anggotanya. Fungsi tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

2. Pengadaan bibit yang resisten untuk memenuhi kepentingan para

anggotanya

3. Mengusahakan kegiatan pemberantasan atau pengendalian hama dan

penyakit secara terpadu

4. Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana

yang menunjang usahataninya

34

(30)

5. Guna memantapakan cara bertani dengan menyelenggarakan demonstrasi

cara bercocok tanam, pembibitan dan cara mengatasi hama yang dilakukan

bersama penyuluh

6. Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujudnya kualitas

yang terbaik, beragam dan mengusahakan pemasaran secara bersama agar

terwujudnya harga yang seragam

Secara umum penjelasan diatas merupakan fungsi manifest dari sebuah

kelompok tani, sedangkan fungsi laten dari sebuah kelompok tani diantaranya :

1. Secara tidak langsung dimana interaksi antar sesama anggota kelompok

tani semakin intens, sehingga muncul rasa solidaritas yang tinggi terhadap

sesama anggota

2. Sarana dimana petani dapat melakukan aktivitas perekonomian seperti

simpan pinjam antar anggota

3. Ilmu pengetahuan petani semakin meningkat.

Kelompok tani memiliki kedudukan strategis dalam mewujudkan petani

yang berkualitas. Petani yang berkualitas dicirikan oleh adanya kemandirian dan

ketangguhan dalam berusaha tani demi mencapai kesejahteraan petani dan

keluarganya (Deptan, 2000 : 2)35

35

Departemen Pertanian, Pedoman Umum Proyek Ketahanan Pangan, Jakarta : 2000. Hlm.2

. Kelompok tani yang berkualitas tersebut harus

memiliki gerak dan kekuatan yang dapat menentukan dan mempengaruhi perilaku

kelompok dan anggota-anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok yang

ingin dicapai bersama. Dalam mengintensifkan aktivitas-aktivitas kelompok tani

hendaknya dijadikan sebagai media partisipasi didalam mengambil suatu

(31)

terwujudnya kelompok tani yang efektif adalah berjalannya kepemimpinan dari

pengurus kelompok yang berperan dalam suatu struktur kerja kelompok.

Terjadinya dinamika kelompok sangat diharapkan dalam suatu kelompok dengan

tujuan kelompok tani dapat berkembang dengan wajar, maka perkembangan

kelompok dapat diarahkan dan berlangsung secara dinamis dengan harapan

kelompok tani juga mempersiapkan kader-kader pengurus kelompok yang akan

menjadi penerus kelompok tani di masa mendatang (Sastraadmadja, 1993 : 18)36

1. Merupakan kelompok kecil yang efektif (± 20 orang) untuk bekerja sama

dalam :

.

Adapun ciri-ciri dari kelompok tani tersebut adalah :

1) Belajar teknologi usaha tani

2) Mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas pelaksanaannya

3) Berproduksi dan memelihara kelestarian sumber daya alam

4) Kegiatan lain yang menyangkut kepentingan bersama

2. Anggota adalah petani yang berada didalam lingkungan pengaruh seorang

kontak tani

3. Memiliki minat dan kepentingan yang sama, terutama dalam bidang usaha

tani

4. Para anggotanya biasanya memiliki kesamaan antara lain tradisi atau

kebiasaan, domisili, lokasi usaha tani, status ekonomi, bahasa pendidikan

dan usia

36

(32)

5. Bersifat informal artinya :

1) Kelompok tersebut terbentuk atas dasar keinginan, kemufakatan

mereka sendiri

2) Memiliki peraturan, sanksi, tanggungjawab meskipun tidak tertulis

3) Ada pembagian tugas atau kerja meskipun bukan dalam pengurus

4) Hubungan antara anggota luwes, wajar, saling mempercayai dan

terdapat solidaritas.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang

Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani juga

menyebutkan ciri-ciri dari kelompok tani antara lain:

1. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota

2. Mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam

berusaha tani

3. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha,

jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat,

bahasa, serta ekologi

Menurut Mardikanto (1993 : 57)37

37

Totok Mardikanto, op.cit., Hlm.57

pandangan secara objektif

pengembangan kelembagaan tani, khususnya kelompok tani yang memperlihatkan

berkembangnya kelembagaan lokal yang dikelola oleh masyarakat sendiri tanpa

campur tangan pemerintah. Dalam pengambilan keputusan kelompok justru lebih

mampu bertahan, bahkan dalam menghadapi pasang-surutnya situasi kelembagaan

pertanian ditingkat yang lebih tinggi (kecamatan dan kabupaten). Kelompok

(33)

sebagai kelembagaan pangan pedesaan, yang ditandai dengan kecendrungan

bahwa kelompok tani tersebut benar-benar berfungsi sebagai instrumen bagi

anggota (petani) untuk memenuhi kepentingan anggota dan biasanya

dikembangkan oleh anggota atas kesadaran mereka untuk memenuhi kebutuhan

para anggota kelompok. Kelompok yang dibentuk dari bawah semacam ini

memiliki kecendrungan lebih sesuai dengan kebutuhan minat anggota, serta

memiliki komitmen anggota yang tinggi. Kelompok tani lebih efektif sebagai

wahana atau media untuk mewujudkan bargaining position (mencapai posisi

harga yang disepakati) untuk mewujudkan kesejahteraan petani.

Dalam mewujudkan kelompok tani yang efektif peran pemerintah lebih

kepada pihak mengembangkan kepemimpinan lokal terutama wawasan ekonomi,

dan wawasan keorganisasian, karena pemimpinan tersebut telah memiliki energi

sosial dan kemampuan menejemen kelompok informal dan lokal yang efektif,

selain itu peran pemerintah lebih ditekankan pada pengembangan kompetensi

anggota yang lebih beriorientasi kepada pengembangan sumber daya manusia.

Untuk mengembangkan kepemimpinan lokal yang efektif harus memenuhi empat

syarat yaitu terpercaya, kompeten, komunikatif dan memiliki komitmen kerjasama

yang tinggi dalam pengembangan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan

kepentingan anggotanya secara berkeadilan serta mampu meningkatkan kinerja

dan dinamika kelompok tani (Karsidi, 2001 : 23)38

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor

82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan .

38

(34)

Gabungan Kelompok Tani, upaya untuk peningkatan kemampuan para petani

sebagai anggota kelompok tani meliputi :

1. Menciptakan iklim yang kondusif agar para petani mampu untuk

membentuk dan menumbuhkembangkan kelompoknya secara partisipatif

2. Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota poktan untuk

memanfaatkan setiap peluang usaha, informasi dan akses permodalan yang

tersedia

3. Membantu memperlancar proses dalam mengidentifikasi kebutuhan dan

masalah serta menyusun rencana dan memecahkan masalah yang dihadapi

dalam usaha taninya

4. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi pasar dan peluang

usaha serta menganalisis potensi wilayah dan sumber daya yang dimiliki

untuk mengembangkan komoditi yang dikembangkan/diusahakan guna

memberikan keuntungan usaha yang optimal

5. Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola usahatani

secara komersial, berkelanjutan dan akrab lingkungan

6. Meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi usaha

masing masing anggota untuk dijadikan satu unit usaha yang menjamin

pada permintaan pasar dilihat dari kuantitas, kualitas serta kontinuitas

7. Mengembangkan kemampuan untuk menciptakan teknologi yang spesifik

lokalita

8. Mendorong dan mengadvokasi agar para petani mau dan mampu

melaksanakan kegiatan simpan-pinjam guna memfasilitasi pengembangan

(35)

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang

Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani juga

menyebutkan bahwa Penumbuhan kelompoktani didasarkan kepada prinsip

prinsip sebagai berikut:

1. Kebebasan, artinya menghargai kepada para individu/petani untuk

berkelompok sesuai keinginan dan kepentingannya. Setiap individu

memiliki kebebasan untuk menentukan serta memilih kelompoktani yang

mereka kehendaki sesuai dengan kepentingannya. Setiap individu bisa

tanpa atau menjadi anggota satu atau lebih kelompok tani

2. Keterbukaan, artinya penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara

terbuka antara penyuluh dan pelaku utama serta pelaku usaha

3. Partisipatif, artinya semua anggota terlibat dan memiliki hak serta

kewajiban yang sama dalam mengembangkan serta mengelola poktan

(merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan melakukan

evaluasi)

4. Keswadayaan, artinya mengembangkan kemampuan penggalian potensi

diri para anggota dalam penyediaan dana dan sarana serta pendayagunaan

sumber daya guna terwujudnya kemandirian poktan

5. Kesetaraan, artinya hubungan antara pelaku utama dan pelaku usaha yang

harus merupakan mitra sejajar

6. Kemitraan, artinya penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan

berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling menghargai, saling

menguntungkan, dan saling memperkuat antara pelaku utama dan pelaku

(36)

1.5.5 GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani)

Agar kelompok tani dapat menjadi kelembagaan petani yang memiliki

kelayakan usaha yang memenuhi skala ekonomi dan efisiensi usaha, maka

kelompok tani didorong untuk menyatukan kelompoknya ke dalam gapoktan.

Gabungan kelompok tani berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha

bersama mulai dari sektor hulu sampai hilir secara komersial dan berorientasi

pasar. Pada tahap pengembangannya gapoktan tersebut dapat memberikan

pelayanan informasi, teknologi dan permodalan kepada anggota kelompoknya

serta menjalin kerjasama dengan pihak lain. Diharapkan penggabungan poktan

dalam gapoktan akan menjadikan kelembagaan petani yang kuat dan mandiri serta

berdaya saing.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor

82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan

Gabungan Kelompok Tani, Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompoktani

yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan

efisiensi usaha. Adapun ciri dari gapoktan adalah :

1. Adanya pertemuan/rapat anggota, rapat pengurus yang diselenggarakan

secara berkala dan berkesinambungan

2. Disusunnya rencana kerja gapoktan secara bersama dan dilaksanakan oleh

para pelaksana sesuai dengan kesepakatan, serta dilakukan evaluasi setiap

akhir pelaksanaan secara partisipasi

3. Memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama

4. Memiliki pencatatan administrasi dan keuangan yang rapih untuk setiap

(37)

5. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama mulai sektor hulu sampai

sektor hilir

6. Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi agribisnis

7. Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi bagi usahatani anggota

kelompoktani yang bergabung dalam gapoktan

8. Adanya jalinan kerjasama melalui kemitraan usaha antara gapoktan

dengan pihak lain

9. Adanya pemupukan modal usaha baik yang bersumber dari iuran anggota

maupun dari penyisihan hasil usaha gapoktan

Kondisi yang berkembang saat ini masih banyak gapoktan yang belum

memiliki kekuatan hukum sehingga mempunyai posisi tawar yang rendah. Hal ini

menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan kemitraan usahatani. Untuk itu, bagi

gapoktan yang berhasil dalam mengembangkan usahanya berpeluang untuk

ditingkatkan kemampuannya membentuk kelembagaan ekonomi petani.

Adapun dasar Penumbuhan Gabungan Kelompok tani Menurut Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman

Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani adalah sebagai berikut:

1. Penumbuhan gapoktan dimulai dari musyawarah yang partisipatif pada

masing-masing kelompoktani untuk menyepakati keikutsertaan

kelompoknya dalam gapoktan. Dalam kesepakatan tidak ada unsur

pemaksaan tergantung dari kesiapan poktan untuk bergabung dalam

gapoktan

2. Penumbuhan gapoktan, dapat dimulai dari poktan-poktan yang ada di

(38)

diarahkan untuk menumbuhkan gapoktan, yang terikat oleh kepentingan

dan tujuan bersama dalam mengembangkan skala usahatani yang lebih

menguntungkan

3. Penggabungan poktan dalam gapoktan tersebut terutama dapat dilakukan

oleh poktan yang berada dalam satu wilayah desa/kelurahan atau

penggabungan poktan yang berada dalam satu wilayah kecamatan untuk

menggalang kepentingan bersama secara kooperatif. Wilayah kerja

gapoktan sedapat mungkin dalam wilayah administratif desa/kelurahan

atau kecamatan, tetapi sebaiknya tidak melewati batas wilayah kecamatan.

1.6 Definisi Konsep

Menurut Bahri (2008 : 30)39

Dalam penelitian sosial, istilah “konsep” sering digunakan secara

bergantian dengan “konstruk”. Keduanya memang memiliki keterkaitan dan

kemiripan arti tetapi memiliki perbedaan. Konsep mengungkapkan abstraksi yang

terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus atau fakta tertentu. Konsep

menunjukan sejumlah pengertian atau karakteristik tentang suatu peristiwa, objek,

gejala, kondisi, situasi atau prilaku tertentu yang dinyatakan dalam suatu istilah

atau kata (Soetomo, 2006 : 113)

pengertian konsep adalah satuan arti yang

mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Konsep sendiri pun

dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).

40

39

S. Bahri, Beberapa Aspek Keamanan Pangan Asal Ternak di Indonesia, Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor : 2008. Hlm.30

40

Soetomo. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta : 2006. Hlm.113

(39)

Berdasarkan penjelasan tersebut, berikut merupakan batasan yang jelas

dari masing-masing konsep yang akan diteliti, definisi konsep tersebut antara lain:

1. Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok

untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

pemegang peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.

2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa.

3. Pemberdayaan adalah upaya untuk memberikan kesempatan dan

kemampuan kepada kelompok masyarakat untuk berpartisipasi,

bernegoisasi, mempengaruhi, dan mengendalikan kelembagaan

masyarakat secara bertanggung jawab demi perbaikan kehidupannya.

4. Kelompok Tani adalah beberapa oran

menghimpun diri dalam suatu kelompok karena memiliki keserasian

dalam tujuan, motif, dan minat.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang yang mendasari

munculnya masalah dalam penelitian, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,

definisi konsep serta sistematika penulisan.

(40)

Pada bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian,

informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum mengenai

karakteristik lokasi penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari

lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis, serta

memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang

akan disajikan pada bab sebelumnya.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memberikan pemaparan tentang data yang

diperoleh dari fakta yang terjadi yang selanjutnya dianalasis

menggunakan teori-teori yang telah ada.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh atas hasil

penelitian yang telah dilakukan dan saran yang akan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui sistem penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat yang meliputi pengaturan tata ruang, cara penyimpanan obat,

5 Saya merasa, hubungan antara bawahan dengan atasan dapat meningkatkan lingkungan kerja yang lebih baik. 6 Saya dapat berhubungan baik dengan sesama rekan kerja saya

[r]

Prinsip umum yang digunakan pada proses kompresi citra adalah mengurangi duplikasi data di dalam citra sehingga memori yang dibutuhkan akan menjadi lebih sedikit daripada

[r]

Fasilitas lainnya yaitu adanya staff atau administrator yang dapat menambah, merubah, dan menghapus data menu pada

[r]

Bahasa pemrograman Nice tidak dapat berdiri sendiri walaupun menggunakan kompiler Nice sendiri, karena dalam proses pengkompilasian programnya, bahasa pemrograman Nice