• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pemetik Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Kabupaten Simalungun Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pemetik Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Kabupaten Simalungun Tahun 2014"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kelelahan Kerja

Kelelahan (fatigue) adalah suatu kondisi yang telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya

tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan satu-satunya gejala.

Secara umum, gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan

fisik (physical fatigue) dan kelelahan mental (mental fatigue). Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan otot (muscular fatigue) dan kelelahan umum (general fatigue). Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejela sakit nyeri yang luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Sebaliknya

kelelahan umum terlihat pada munculnya sejumlah keluhan yang berupa perasaan

lamban dan keengganan untuk melakukan aktivitas (Budiono, 2003).

Menurut Suma’mur (2009), kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan

tubuh fisik dan mental yang berbeda tetapi semuanya berakibat kepada penurunan

daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Terdapat dua jenis

kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan kelelahan umum. Kelelahan otot

ditandai antara lain oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan

umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja yang penyebabnya

adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis. Akar masalah

kelelahan umum adalah monotonnya pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja

(2)

bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak

jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta

kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. Pengaruh dari keadaan yang menjadi

sebab kelelahan tersebut seperti berkumpul dalam tubuh dan mengakibatkan

perasaan lelah. Perasaan lelah demikian yang berkadar tinggi dapat menyebabkan

seseorang tidak mampu lagi bekerja sehingga berhenti bekerja sebagaimana

halnya kelelahan fisiologis yang mengakibatkan tenaga yang bekerja fisik

menghentikan kegiatannya karena merasa lelah bahkan yang bersangkutan tertidur

karena kelelahan.

Menurut Soedirman dan Suma’mur (2014), kelelahan didefinisikan

sebagai suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi

pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya.

Kelelahan (kelesuan) adalah perasaan subjektif tetapi berbeda dengan

kelemahan dan memiliki sifat bertahap. Tidak seperti kelemahan, kelalahan dapat

diatasi dengan periode istirahat. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik dan

mental. Kelelahan fisik atau kelelahan otot adalah ketidakmampuan fisik

sementara otot untuk tampil maksimal. Permulaan kelelahan otot selama aktivitas

fisik secara bertahap, dan bergantung pada tingkat kebugaran fisik individu dan

juga pada faktor-faktor lain seperti kurang tidur dan kesehatan secara keseluruhan.

Hal ini dapat diperbaiki dengan istirahat. Kelelahan mental adalah

ketidakmampuan sementara untuk mempertahankan kinerja kognitif yang optimal.

Permulaan kelelahan mental selama kegiatan kognitif yang optimal. Permulaan

(3)

kemampuan kognitif seseorang dan juga pada faktor-faktor lain seperti kurang

tidur dan kesehatan secara keseluruhan. Kelelahan mental juga telah terbukti

menurunkan kinerja fisik. Hal ini dapat bermanifestasi sebagai mengantuk, lesu,

atau diarahkan kelelahan perhatian (Kuswana, 2014).

Kelelahan kerja termasuk suatu kelompok gejala yang berhubungan

dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan

kecemasan atau kebosanan. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah,

output menurun, dan kondisi fisiologis yang dihasilkan dari aktivitas yang berlebihan. Kelelahan akibat kerja juga sering kali diartikan sebagai menurunnya

performa kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus

melanjutkan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2008).

2.2 Jenis Kelelahan

Menurut Budiono (2003), kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu

kelelahan otot dan kelehan umum.

a. Gejala Kelelahan Otot

Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar

(external signs). Ini dikarenakan kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan

respon tertentu. Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya

tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot

secara fisiologi dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa

(4)

Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang

kurang menguntungkan seperti melemahnya kemampuan tenaga kerja

dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam

melakukan kegiatan kerja serta akibat fatalnya adalah terjadinya

kecelakaan kerja.

b. Kelelahan Umum

Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa

dan terasa tidak biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat

karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk

bekerja baik secara fisik maupun psikis, semuanya terasa berat. Timbulnya

gejala kelelahan seperti ini dapat diatasi dengan menyediakan waktu

khusus untuk beristirahat dan bersikap lebih santai. Perasaan letih seperti

rasa haus, lapar, dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat

pelindung alami sebagai indikator bahwa kondisi fisik dan psikis

seseorang sedang dalam keadaan menurun.

Disamping kelelahan yang murni merupakan kelelahan otot, kelelahan

secara umum dikelompokkan sebagai berikut.

a. Kelelahan penglihatan, yang muncul dari terlalu letihnya mata.

b. Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik

bagi seluruh organ tubuh.

c. Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang bersifat mental

(5)

d. Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu bagian

dari sistem psikomotorik.

e. Terlalu monontonnya pekerjaan dan suasana sekitarnya.

f. Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan pada

jangka waktu yang panjang.

g. Kelelahan siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan malam

serta pertukaran periode tidur.

2.3 Penyebab Kelelahan Kerja

Faktor yang mempengaruhi kelelahan yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain adalah faktor somatis atau

faktor fisik, gizi, jenis kelamin, usia, pengetahuan dan gaya hidup. Faktor

eksternal adalah keadaan fisik lingkungan kerja antara lain adalah kebisingan,

suhu, pencahayaan, faktor kimia, faktor biologis, faktor ergonomi, kategori

pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin atau peraturan perusahaan, upah, hubungan

sosial dan posisi kerja atau kedudukan. Penyebab kelelahan dikelompokkan

menjadi lima kelompok, yaitu sebagai berikut.

a. Keadaan monoton.

b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.

c. Keadaan lingkungan kerja, seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan

di tempat kerja.

d. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik.

(6)

Menurut Grandjean (Tarwaka, dkk., 2004) menjelaskan faktor penyebab

terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, untuk mempertahankan

kesehatan dan efisiensi proses penyegaran harus dilakukan. Penyegaran terjadi

terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu berhenti

disela-sela kerja juga dapat memberikan penyegaran. Kelelahan yang disebabkan

oleh kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan

pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimal otot hanya dapat bekerja selama

1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga <20% kerja fisik dapat berlangsung

cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20% akan

menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari.

Kelelahan memiliki beragam penyebab yang berbeda, namun secara

umum kelelahan dapat dikelompokkan sebagai berikut.

a. Intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis.

b. Masalah lingkungan kerja (kebisingan dan penerangan).

c. Irama detak jantung.

d. Masalah-masalah fisik (tanggung jawab, kecemasan, dan konflik).

e. Nyeri dan penyakit lainnya.

f. Gizi atau nutrisi.

Untuk memelihara kesehatan dan efisiensi maka proses penyembuhan

seharusnya dapat menghilangkan kelelahan. Proses penyembuhan terjadi terutama

selama masa tidur malam hari tetapi waktu-waktu bebas siang hari dan setiap

masa jeda atau rehat juga dapat memberi kontribusi bagi istirahat psikis dan fisik

(7)

Konsep kelelahan merupakan hasil penelitian terhadap manusia, percobaan

pada hewan serta juga pengalaman yang luas dari para ahli. Konsep tersebut

menyatakan bahwa keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi fungsional pusat

kesadaran yaitu otak (cortex cerebri) yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistis, yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi).

Sistem penghambat bekerja terhadap talamus yang mampu menurunkan

kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur.

Adapun sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis yang dapat

merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari organ-organ

dalam tubuh ke arah kegiatan bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lain-lain.

Maka berdasarkan konsep tersebut, keadaan seseorang pada suatu saat sangat

bergantung kepada hasil kerja antara dua sistem antagonis dimaksud. Apabila

sistem penghambat berada pada posisi lebih kuat daripada sistem penggerak,

seseorang berada dalam kondisi lelah. Sebaliknya, apabila sistem penggerak lebih

kuat dari sistem penghambat, maka seseorang berada dalam keadaan segar untuk

aktif dalam kegiatan termasuk bekerja. Konsep ini dapat dipakai untuk

menerangkan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan.

Misalnya peristiwa seseorang yang lelah tiba-tiba kelelahannya hilang karena

terjadi suatu peristiwa yang tidak diduga atau terjadi tegangan emosi. Dalam hal

itu, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat menghilangkan pengaruh

sistem penghambat. Demikian juga pada peristiwa monotomi, kelelahan terjadi

(8)

beban kerja tidak seberapa untuk menjadi penyebab timbulnya kelelahan

(Suma’mur, 2009).

Menurut Kuswana (2014), kelelahan dapat terjadi sebagai akibat dari

berbagai faktor yang mungkin berhubungan dengan pekerjaan, gaya hidup, atau

kombinasi keduanya. Faktor kerja terkait dapat mencakup hal-hal sebagai berikut.

a. Waktu kerja

b. Penjadwalan dan perencanaan (misalnya pola daftar, panjang dan waktu

shift)

c. Waktu istirahat yang tidak memadai

d. Lamanya waktu terjaga

e. Waktu pemulihan cukup antara shift

f. Insentif pembayaran yang dapat menyebabkan bekerja shift lagi

g. Kondisi lingkungan (misalnya iklim, cahaya, kebisingan, desain

workstation)

h. Jenis pekerjaan yang dilakukan (misalnya fisik maupun mental menuntut

kerja)

i. Tuntutan pekerjaan ditempatkan pada orang (misalnya jangka waktu,

tenggat waktu dan intensitas)

j. Budaya organisasi

k. Peran seseorang dalam organisasi

Faktor gaya hidup dapat meliputi hal-hal berikut ini.

a. Mutu tidur yang tidak memadai atau buruk akibat gangguan tidur

(9)

c. Tanggung jawab keluarga

d. Pekerjaan lain

e. Waktu tempuh (dapat dianggap waktu kerja dalam beberapa kasus)

f. Kesehatan dan kesejahteraan (misalnya gizi dan diet, olahraga, nyeri, dan

penyakit)

2.4 Gejala Kelelahan Kerja

Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subjektif dan objektif antara lain sebagai berikut (Ramandhani, 2003).

a. Perasaan lesu, ngantuk, dan pusing.

b. Tidak atau kurang mampu berkonsentrasi.

c. Berkurangnya tingkat kewaspadaan.

d. Persepsi yang buruk dan lambat.

e. Tidak ada atau berkurangnya gairah untuk bekerja.

f. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

Beberapa gejala ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efektivitas kerja

fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul berupa keluhan

oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja.

Beberapa bentuk kelelahan yang terjadi pada dunia kerja merupakan suatu

kondisi kronis ilmiah. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab

tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan

yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Apabila keadaan

(10)

yang lebih tepat disebut kelelahan klinis atau kronis. Pada keadaan seperti ini,

gejalanya tidak hanya muncul selama periode stres atau sesaat setelah masa stres

tetapi cepat atau lambat akan sangat mengancam setiap saat. Perasaan lelah

kerapkali muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya bekerja

misalnya berupa perasaan yang bersumber dari terganggungnya emosi. Sejumlah

orang kerapkali menunjukkan gejala-gejala seperti meningkatnya ketidakstabilan

jiwa, depresi, kelesuan umum seperti tidak bergairah kerja, dan meningkatnya

sejumlah penyakit fisik (Ramandhani, 2003).

Semua gejala tersebut terutama ditunjukkan dalam wujud keluhan

psikosomatis, dimana terjadi gangguan fungsional organ dalam tubuh atau

sirkulasi yang merupakan wujud eksternal akibat konflik psikologis dan

kesulitan-kesulitan lainnya. Bentuk umum dari gejala ini adalah sakit kepala, perasaan

pusing atau mabuk, sulit tidur, detak jantung yang tidak normal, keluar keringat

secara berlebihan (keringat dingin), kehilangan nafsu makan, dan masalah

pencernaan (nyeri lambung, diare, sembelit). Sama halnya dengan kelelahan

umum, munculnya tanda-tanda kelelahan psikosomatis berpengaruh juga pada

waktu-waktu absen dari pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab

ketidakhadiran di tempat kerja karena yang bersangkutan membutuhkan waktu

istirahat yang lebih banyak. Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis

dan kesulitan-kesulitan lainnya akan mudah untuk mengidap suatu bentuk

kelelahan kronis dan sulit melepaskan keterkaitannya dengan masalah kejiwaan.

Kenyataannya dalam kasus kelelahan kronis sebab dan akibatnya sangat sulit

(11)

terhadap pekerjaannya, terlalu mendesaknya pekerjaan atau suasana tempat kerja

yang tidak nyaman, atau sebaliknya tenaga kerja tersebut tidak mampu

menyesuaikan diri terhadap pekerjaan maupun terhadap suasana sekitarnya

(Ramandhani, 2003).

2.5 Penyakit Berhubungan dengan Kelelahan

Kelelahan berkepanjangan adalah yang dilaporkan sendiri, persisten

(konstan) kelelahan yang berlangsung setidaknya satu bulan. Kelelahan kronis

adalah kelelahan yang dilaporkan sendiri berlangsung setidaknya enam bulan

berturut-turut. Kelelahan kronis dapat berupa persisten atau kambuh. Kelelahan

kronis adalah gejala dari banyak penyakit dan kondisi. Menurut Kuswana (2014),

beberapa kategori utama penyakit yang berhubungan dengan kelelahan antara lain

sebagai berikut.

a. Penyakit autoimun seperti penyakit celiac, lupus, multiple sclerosis, myasthenia gravis, dan spondyloarthropathy.

b. Gangguan darah seperti anemia dan hemochromatosis.

c. Kanker dalam hal ini disebut kelelahan kanker.

d. Sindrom kelelahan kronis (CFS).

e. Penyalahgunaan narkoba termasuk penyalahgunaan alkohol.

f. Depresi dan gangguan mental lainnya yang menampilkan perasaan

depresi.

g. Gangguan makan yang dapat menghasilkan kelelahan karena gizi yang

(12)

h. Penyakit endokrin seperti diabetes melitus dan hipotiroidisme.

i. Fibromyalgia.

j. Penyakit jantung.

k. HIV.

l. Kesalahan metabolisme bawaan seperti fruktosa malabsorpsi.

m. Penyakit menular seperti infeksi mononucleosis.

n. Irritable Bowel Syndrome. o. Leukimia atau limfoma.

p. Kegagalan hati.

q. Penyakit Lyme.

r. Gangguan neurologis, seperti narkolepsi, penyakit parkinson, dan

sindrom pascagegar otak.

s. Trauma fisik dan kondisi nyeri penyebab lainnya seperti rheumatoid.

t. Kurang tidur atau gangguan tidur.

u. Stroke.

v. Uremia yang disebabkan oleh penyakit ginjal.

Kelelahan juga bisa sebagai efek samping dari obat tertentu misalnya

garam lithium, ciprofloxacin, beta blocker, yang dapat menyebabkan intoleransi

dan dalam pengobatan kanker khususnya kemoterapi dan radioterapi.

2.6 Mengatasi Kelelahan

Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai

(13)

kondisi pekerjaan dan lingkungan kerja di tempat kerja. Misalnya banyak hal

dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat

istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental

psikologis, pemanfaatan masa libur dan peluang untuk rekreasi, dan lain-lain.

Penerapan ergonomi yang bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, cara

kerja serta pengelolaan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologi dan

psikologi kerja merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya

kelelahan. Demikian juga sangat besar peranan dari pengorganisasian proses

produksi yang tepat. Selain itu, upaya perlu ditujukan kepada pengendalian faktor

fisik seperti kebisingan, tekanan panas, ventilasi udara ruang kerja dan

penerangan serta pencahayaan di tempat kerja dengan menggunakan standar yang

bukan NAB melainkan standar yang lebih memberikan kesejukan bahkan

kenyamanan kepada faktor manusia dalam melakukan pekerjaannya (Suma’mur,

2009).

Menurut Ramandhani (2003), untuk mencegah dan mengatasi

memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja, maka

disarankan hal-hal sebagai berikut.

1) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk (apabila perusahaan

menghasilkan produk barang).

2) Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif.

3) Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi

(14)

4) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja.

5) Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi

tenaga kerja.

6) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik

untuk mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini dan menemukan

solusi yang tepat.

7) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan

manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.

2.7 Pengukuran Kelelahan

Menurut para ahli ergonomi, terdapat keterkaitan antara kelelahan dengan

tingkat stres, atau lebih tepatnya kelelahan dengan produktivitas kerja. Hal ini

ditunjukkan melalui reaksi tubuh terhadap jenis-jenis stres yang berbeda-beda.

Untuk itu perlu dilakukan pengukuran untuk mendapatkan solusi bagi

kecenderungan implikasi kelelahan yang diderita oleh tenaga kerja dan

pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Kesulitan terbesar dalam pengukuran

kelelahan adalah karena tidak adanya cara langsung yang dapat mengukur sumber

penyebab kelelahan itu sendiri. Tidak ada satupun ukuran yang mutlak dalam

pengukuran kelelahan. Menurut eksperimen yang pernah dilakukan, sejauh ini

pengukuran kelelahan hanya mampu mengukur beberapa manifestasi atau

indikator kelelahan saja. Namun demikian diantara sejumlah metode pengukuran

terhadap kelelahan, secara umum dikelompokkan sebagain berikut (Ramandhani,

(15)

1) Kualitas dan kuantitas kerja

2) Perekaman terhadap kelelahan menurut impresi subjektif

3) Electroencephalography (EEG)

4) Mengukur frekuensi subjektif kedipan mata

5) Pengujian psikomotorik

6) Pengujian mental

Menurut Suma’mur (2009), untuk mengetahui dan menilai kelelahan dapat

dilakukan pengukuran atau pengujian sebagai berikut.

1) Waktu reaksi (reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi

kompleks yang memerlukan koordinasi)

2) Konsentrasi (pemeriksaan Bourdon Wiersma, uji KLT)

3) Uji fusi kelipan (flicker fusion test) 4) Elektroensefalogram (EEG)

Bentuk pengukuran dengan menggunakan metode-metode tersebut sering

dilakukan pada saat sebelum, selama, dan sesudah melakukan aktivitas suatu

pekerjaan dan sumber kelelahan dapat disimpulkan dari hasil pengujian tersebut.

Hasil dari suatu pengukuran mempunyai signifikasi yang sangat relatif, maka

hasilnya akan dibandingkan dengan kondisi tenaga kerja yang sehat, atau

setidaknya mereka berada pada kondisi yang tidak stres. Kondisi demikian

menyebabkan sampai saat ini tidak ada satupun cara pengukuran kelelahan yang

dianggap mutlak benar. Korelasi hasil pengukuran terhadap impresi perasaan

subjektif terlihat pada pelaksanaan pengukuran, yang menggunakan sekaligus

(16)

menjadi lebih akurat. Dengan demikian suatu pengukuran terhadap faktor fisik

didukung oleh perasaan subjektif sebelum pengujian kelelahan dilakukan dengan

tepat untuk menunjukkan suatu bentuk kelelahan tertentu (Ramandhani, 2003).

Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku karena

kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur dan diperlukan

pendekatan secara multidisiplin. Menurut Grandjean (dalam Santoso, 2013),

pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut.

1) Kualitas dan kuantitas hasil kerja

Pada metode kualitas dan kuantitas ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau

proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak

faktor yang harus dipertimbangkan seperti target produksi, faktor sosial,

dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat

menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah

merupakan causal factor. Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan dalam banyaknya produksi persatuan waktu. Sedangkan

kualitas kerja didapat dengan menilai kualitas pekerjaan seperti jumlah

yang ditolak, kesalahan, kerusakan material, dan sebagainya.

2) Perasaan kelelahan secara subjektif (Subjektive feelings of fatigue)

Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan kuesioner untuk mengukur tingkat kelelahan

(17)

10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, meliputi perasaan berat di

kepala, lelah di seluruh badan, berat di kaki, menguap, pikiran kacau,

mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri

tidak stabil, ingin berbaring. Kemudian 10 pertanyaan tentang pelemahan

motivasi seperti susah berfikir, lelah untuk bicara, gugup, tidak

berkonsentrasi, sulit untuk memusatkan perhatian, mudah lupa,

kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, tidak

tekun dalam pekerjaan. Dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan

fisik antara lain adalah sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung,

sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme di kelopak mata,

tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.

3) Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja) merupakan

parameter untuk mengukur perasaan kelelahan kerja sebagai gejala

subjektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan.

Keluhan yang dialami pekerja setiap harinya membuat mereka mengalami

kelelahan kronis (Tarwaka dkk, 2004).

4) Pengukuran Gelombang Listrik pada Otak

Pengukuran gelombang listrik pada otak dilakukan dengan menggunakan

alat bantu berupa Electroencephalography (EEG) (Suma’mur, 2009). 5) Uji psiko-motor (psychomotor test)

Pada metode ini dapat dilakukan dengan cara melibatkan fungsi persepsi,

(18)

timer untuk mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau

dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala

lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya

pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada

proses faal syaraf dan otot.

6) Uji Hilangnya Kelipan

Evaluasi pada frekuensi flicker-fusion adalah suatu teknik untuk menggambarkan hasil yang realistis dan dapat diulang. Subjek (orang)

yang diteliti melihat pada sebuah sumber cahaya yang dinyalakan dengan

energi yang berfrekuensi rendah dan berkedip-kedip (flickering). Kemudian frekuensi berkedipnya dinaikkan sampai subjekya merasakan

bahwa cahaya yang berkedip tersebut sudah laksana garis lurus. Frekuensi

dimana cahaya yang berkedip dianggap sebagai garis lurus memberikan

kesan bahwa subjek yang diteliti berada pada kondisi lelah. Sedangkan

subjek yang lelah tidak mampu mendeteksi cahaya yang berkedip. Pada

saat istirahat fusing terjadi dengan 35 sampai 40 Hz (Nurmianto, 1998). Uji kelipan disamping untuk mengukur kelelahan kerja juga menunjukkan

(19)

Gambar 2.1 Alat Flicker FusionTest 7) Uji Mental

Pada metode ini, konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat

digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan

pekerjaan. Bourdon Wiersma test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi. Hasil tes

akan menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang maka tingkat

kecepatan, ketelitian dan konstansi akan semakin rendah atau sebaliknya.

Tes ini lebih tepat untuk mengukur kelelahan akibat aktivitas atau

pekerjaan yang lebih bersifat mental.

2.8 Pengertian Produktivitas

Secara umum, produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata

maupun fisik (barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya atau dengan

kata lain diartikan sebagai ukuran efisiensi produktif, perbandingan antara hasil

input dan output (Sinungan, 2008). Input sering dibatasi dengan input tenaga kerja, sedangkan output diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai Greenberg

(20)

pada waktu tertentu dibagi dengan totalitas masukan selama periode tersebut.

Produktivitas juga diartikan sebagai berikut.

a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.

b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang

dinyatakan dalam satu-satuan (unit) umum. (Sinungan, 2008)

Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu berusaha dan

mempunyai pandangan bahwa suatu kehidupan hari ini lebih baik dari hari

kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Secara teknis, produktivitas

merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dan keseluruhan sumber daya

yang dipergunakan (Sunyoto, 2013). Produktivitas juga termasuk bagaimana

menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan

memanfaatkan sumber daya secara efisien. Oleh karena itu produktivitas sering

diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu.

Beberapa pengertian produktivitas yang lain antara lain sebagai berikut.

a. Dalam doktrin pada Konferensi Oslo 1984

Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan

untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak

manusia dengan menggunakan sumber-sumber riil yang semakin sedikit

(M. Sinungan, 2008).

b. Menurut A. Blunchor dan E. Kapustin (dalam Sinugan, 2008),

produktivitas kadang-kadang dipandang sebagai penggunaan intensif

(21)

diukur secara tepat dan benar-benar menunjukkan suatu penampilan yang

efisiensi.

c. Produktivitas pada dasarnya akan berkaitan erat pengertiannya dengan

sistem produksi, yaitu sistem dimana terdapat faktor-faktor tenaga kerja

(direct atau indirect labor) dan modal atau kapital berupa mesin, peralatan kerja, bahan baku, bangunan pabrik dan lain-lain (Wignjosoebroto, 2008).

d. Menurut International Labour Organization (dalam Hasibuan, 2014), produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang

dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama proses

produksi berlangsung. Sumber-sumber itu dapat berupa tanah, bahan baku

dan bahan pembantu, pabrik, mesin-mesin, alat-alat serta tenaga kerja

manusia.

Dalam berbagai referensi terdapat banyak sekali pengertian mengenai

produktivitas, maka dari itu produktivitas dikelompokkan menjadi tiga sebagai

berikut (Sinungan, 2008).

a. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain adalah rasio

daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input).

b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu

mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada

(22)

c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor

esensial yaitu investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi

serta riset, manajemen, dan tenaga kerja.

Interaksi terpadu antara tiga faktor esensial produktivitas yaitu investasi,

manajemen dan tenaga kerja dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.

a. Investasi

Komponen pokok dari investasi adalah modal karena modal merupakan

landasan gerak suatu usaha, namun modal saja tidak cukup dan harus

ditambah dengan komponen teknologi. Untuk berkembang menjadi bangsa

yang maju, diperlukan penguasaan teknologi terutama teknologi yang

dapat memberi dukungan kepada kemajuan pembangunan nasional.

b. Manajemen

Kelompok manajemen dalam organisasi bertugas pokok menggerakkan

orang lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai dengan

baik dan berdampak kepada produktivita yang baik.

c. Tenaga Kerja

Hal yang berkaitan dengan faktor tenaga kerja adalah motivasi

pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan hubungan industrial yang

harmonis dalam suasana keterbukaan.

Pengertian produktivitas dapat berbeda untuk setiap negara, tergantung

kepada potensi dan kelemahan yang ada, serta perbedaan aspirasi jangka pendek

(23)

pendidikan, jasa-jasa pelayanan dan sarana masyarakat, komunikasi serta

informasi.

2.9 Pengertian Produktivitas Kerja

Secara teknis produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang

dicapai dan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan, sedangkan

produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan

pasar tenaga kerja per satuan waktu dan sebagai tolak ukur jika ekspansi dan

aktivitas dari sikap sumber yang digunakan selama produktivitas berlangsung

dengan membandingkan jumlah yang dihasilkan dengan setiap sumber yang

digunakan. Jadi produktivitas kerja adalah ukuran yang menunjukkan

pertimbangan antara input dan output yang dikeluarkan perusahaan serta peran tenaga kerja yang dimiliki per satuan waktu (Sunyoto, 2013).

Produktivitas kerja akan selalu dikaitkan dengan pengertian efektifitas dan

efisiensi kerja. Produktivitas sering didefinisikan dengan efisiensi dalam arti suatu

rasio antara keluaran (output) dan masukan (input). Rasio keluaran dan masukan ini dapat juga digunakan untuk menghampiri usaha yang dilakukan oleh manusia.

Sebagai ukuran efisiensi atau produktivitas kerja manusia, maka rasio tersebut

umumnya berbentuk keluaran yang dihasilkan oleh aktivitas kerja dibagi dengan

(24)

2.10 Faktor Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Faktor produktivitas manusia memiliki peran besar dalam menentukan

keberhasilan suatu perusahaan. Secara konseptual produktivitas manusia sering

disebut sikap mental yang selalu memiliki pandangan bahwa mutu kehidupan hari

ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Maka

produktivitas harus dapat ditingkatkan dengan berbagai faktor yang dapat

dipenuhi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi antara lain pendidikan dan

pelatihan keterampilan, gizi, nutrisi dan kesehatan, bakat atau bawaan motivasi,

kesempatan kerja, kesempatan manajemen dan kebijakan sarana pemerintah

(Wignjosoebroto, 2008).

2.11 Pengukuran Produktivitas

Pada tingkat sektoral dan nasional, produktivitas menunjukkan

kegunaannya dalam membantu mengevaluasi penampilan, perencanaan, kebijakan

pendapatan, upah dan harga melalui identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

distribusi pendapatan, membandingkan sektor-sektor ekonomi yang berbeda unuk

menentukan prioritas kebijakan bantuan, menentukan tingkat pertumbuhan suatu

sektor atau ekonomi, dan mengetahui pengaruh perdagangan internasional

terhadap perkembangan ekonomi. Indeks produktivitas juga bermanfaat dalam

menentukan perbandingan antara negara dan antara temporal seperti tingkat

pertumbuhan dan tingkat produktivitas. Pada tingkat perusahaan, pengukuran

produktivitas terutama digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa

(25)

dan pelaksanaan suatu sistem pengukuran, akan meninggikan kesadaran pegawai

dan minatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas. Kedua, diskusi tentang

gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode yang relatif kasar ataupun

dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun, ternyata memberi dasar bagi

penganalisa proses yang konstruktif atas produktif (Sinungan, 2008).

Secara umum, pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat

dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda sebagai berikut (Sinungan, 2008).

1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan

pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan

sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah

meningkat atau berkurang serta tingkatannya.

2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi,

proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian

relatif.

3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang

terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan.

Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini diperlukan pertimbangan

tingkatan daftar susunan dan perbandingan pengukuran produktivitas. Paling

sedikit ada dua jenis tingkat perbandingan yang berbeda yaitu produktivitas total

dan produktivitas parsial (M. Sinungan, 2008).

Total produktivitas = Hasil total

Masukan total

Produktivitas parsial = Hasil parsial

(26)

Produktivitas perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut.

Produktivitas total = Hasil total

L+C+R+Q

L = Faktor masukan tenaga kerja

C = Faktor masukan modal

R = Masukan bahan mentah dan barang-barang yang dibeli

Q = Faktor masukan barang-barang dan jasa-jasa yang beraneka macam

Agar susunan daftar produktivitas dari waktu ke waktu sebanding, setiap

susunan daftar harus disesuaikan dengan nilai waktu dasar yang menggunakan

harga-harga paten. Oleh karena itu, melalui pengukuran produktivitas akan dapat

dihitung tenaga kerja, modal, serta faktor-faktor produktivitas lainnya.

2.12 Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja merupakan hal yang sangat menarik, karena

mengukur hasil-hasil tenaga kerja manusia dengan segala masalah-masalah yang

bervariasi khususnya pada kasus-kasus di negara-negara berkembang atau pada

semua organisasi selama periode antara perubahan-perubahan besar pada formasi

modal. Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik

perorangan atau perjam kerja orang diterima secara luas. Dari sudut pandangan

atau pengawasan harian, pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan

karena adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit

produk yang berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu

tenaga kerja (jam, hari, atau tahun). Pengeluaran diubah dalam unit-unit pekerja

(27)

jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar.

Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas

tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana sebagai

berikut.

hasil dalam jam-jam yang standar masukan dalam jam-jam waktu

Untuk mengukur produktivitas perusahaan dapat digunakan dua jenis ukuran jam

kerja manusia, yaitu jam kerja yang harus dibayar dan jam kerja yang harus

dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar meliputi semua

jam-jam kerja yang harus dibayar ditambah dengan jam-jam-jam-jam yang tidak digunakan

untuk bekerja namun harus dibayar, liburan, cuti, libur karena sakit, tugas luar dan

sisa lainnya (Sinungan, 2008).

2.13 Pengaruh Produktivitas dengan Kelelahan Kerja

Terdapat keterkaitan yang erat antara kelelahan yang dialami oleh tenaga

kerja dengan kinerja perusahaan. Apabila tingkat produktivitas seorang tenaga

kerja terganggu yang disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis, maka

akibat yang ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa penurunan

produktivitas perusahaan. Tenaga kerja sebagai aset investasi perusahaan perlu

dikelola dengan baik dan benar, antara lain dengan memperhatikan faktor-faktor

kemungkinan timbulnya kelelahan. Dengan peningkatan kinerja organisasi

melalui penanganan tata cara kerja yang ergonomis adalah salah satu cara untuk

meningkatkan produktivitas, khususnya apabila organisasi tersebut tidak memiliki

(28)

rancangan piranti kerja dan faktor-faktor fisik serta lingkungan kerja harus segera

dilakukan sehingga tercipta suasana lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat

dan kondusif.

2.14 Kerangka Konsep

Dari hasil tinjauan kepustakaan serta masalah penelitian yang telah

dirumuskan, maka dikembangkan suatu kerangka konsep. Kerangka konsep

penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang

lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Maka kerangka konsep

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 2.2 Kerangka Operasional Variabel Independen

Kelelahan Kerja

Variabel Dependen

Gambar

Gambar 2.1 Alat Flicker Fusion Test
Gambar 2.2 Kerangka Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Terjadi perbedaan kadar GDP 2 PP pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngawi, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur setelah diberikan intervensi berupa

Dari grafik hubungan antara besar induksi magnetik (B) yang dihasilkan oleh kumparan dapat diketahui bahwa grafik besar induksi magnetik (B) naik ketika nilai tegangan besar

Falling behind merupakan kompilasi dari berbagai esai yang terfokus pada pertanyaan pokok , “Mengapa terjadi kesenjangan di antara Amerika Latin dan Amerika serikat

 Dari titik X buatlah garis yang sejajar HG sehingga memotong perpanjangan garis EH di titik Y..  Hubungkan titik P dan Y sehingga memotong sisi DCGH di

Maka dapat disimpulkan, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang Alat Permainan Edukatif dengan perkembangan anak usia toddler di RT

- Iuran wajib oleh wajib pajak, berdasar norma hokum untuk memenuhi pengeluaran Negara.. Guna kesejahteraan yang tak langsung balas

Dari pengakuan klien, di keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, Asma, epilepsi,Ginjal dan penyakit menular seperti TBC, Gonorhoe, HIV,

Penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research) yaitu studi kepustakaan yang mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang