• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur Musik dan Fungsi Keyboard Sebagai Musik Pengiring Tari Maena Pada Upacara Pernikahan Masyarakat Nias di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Struktur Musik dan Fungsi Keyboard Sebagai Musik Pengiring Tari Maena Pada Upacara Pernikahan Masyarakat Nias di Kota Medan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ETNOGRAFI KEADAAN MASYARAKAT

NIAS DI KOTA MEDAN

2.1 Keadaan Geografis Kota Medan

Kota Medan adalah ini merupakan kota terbesar di Pulau gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata tinggi geografis, Kota Medan terletak pada 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar

2.1.1 Demografi

(2)

perkotaan yang dihuni oleh berbagai etnis, dengan latar belakang yang berbeda pula.

Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

(komuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk).

Populasi masyarakat Kota Medan didominasikan oleh beberapa suku seperti: Melayu, Jawa, Batak (Toba, Karo, Simalungun, Mandailing-Angkola), Nias dan Tionghoa. Mayoritas kependudukan di kota Medan sekarang ialah Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah mesjid, gereja, dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jl. Zainul Arifin dikenal sebagai orang keturunan India.

(3)

Tabel 2.1: Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, dan 2000.

Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000

*Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan "Batak" sebagai suku bangsa, total Simalungun (0,69%), Tapanuli/Toba (19,21%), Pakpak (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93%

Tabel 2.2: Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010

(4)

15 Medan Petisah 29 367 32 382 61 749 16 Medan Timur 52 635 55 998 108 633 17 Medan Perjuangan 45 144 48 184 93 328

18 Medan Deli 84 520 82 273 166 793

19 Medan Labuhan 56 676 54 497 111 179 20 Medan Marelan 71 287 69 127 140 414 21 Medan Belawan 48 889 46 617 95 506

TOTAL 1 036 926 1 060 684 2 097 610

Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS Kota Medan

2.1.2 Wilayah Administrasi Pemerintahan

Adapun beberapa kecamatan yang terletak di Kota Medan yaitu antara lain: Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, Bandar Udara Polonia.

Kota medan terdiri dari dua puluh satu kecamatan, yaitu seperti yang terurai di dalam Tabel 2.3 sebagai berikut.

Tabel 2.3: Kecamatan-kecamatan dan Luasnya dalam Kilometer Di Kota Medan Tahun 2013

No Kecamatan Luas (Km2)

1 Medan Tuntungan 20,68

2 Medan Selayang 12,81

3 Medan Johor 14,58

(5)

5 Medan Denai 9,05

Sumber : BPS Kota Medan, 2013

2.1.3 Kecamatan Medan Tuntungan

Kecamatan Medan Tuntungan adalah daerah tempat penelitian yang dipilih oleh penulis, terkhusus daerah Simalingkar Perumnas. Di daerah ini telah lama bermukim orang-orang Nias. Hal itu bisa kita lihat dari adanya gereja suku Nias yang telah berdiri dan adanya STM (serikat tolong menolong) khusus suku Nias. Kecamatan Medan Tuntungan adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan Sumatera Utara, Indonesia . secara wilayah geografis, kecamatan Medan Tuntungan berbatasan dengan:

- Sebelah utara berbatasan dengan Medan Selayang, - Sebelah timur berbatasan dengan Medan Johor,

(6)

Sensus pada tahun 2010 mengatakan kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 69.447 jiwa. Luasnya adalah 20,68 km² dan kepadatan penduduknya adalah 3.174,32 jiwa/km². Sebagaian besar penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti: Tionghoa, Minang, Batak, Aceh dan Jawa sedangkan suku asli Suku Melayu Deli 40% saja.

2.2 Gambaran Umum Adat Nias Termasuk di Kota Medan

Nias merupakan salah satu pulau besar yang ada di Sumatera Utara. Nias memiliki luas sebesar 5.625 km2 atau 7,26% dari seluruh luas pulau Sumatera.

Pulau Nias terletak di antara 0,120LU – 1,32o LU dan 90o BT - 98o BT. Pulau

Nias berbatasan dengan, (1) Samudera Indonesia di sebelah barat, (2) Pulau Murshala (kepulauan Tapanuli Tengah) disebelah timur, (3) kepulauan banyak (Nanggroe Aceh Darrusalam) disebelah utara, dan (4) kepulauan Mentawai (Sumatera barat) disebelah selatan.

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Kemudian bagi siapa saja yang melanggar hukum tersebut akan di kenakan sanksi sesuai dengan apa yang dilakukannya, bahkan ada sanksi yang sampai kepada kematian.

(7)

jenis pesta dari berbagai varian yang sedemikian banyak. Integrasi individu ke dalam komunitas (lahir, menikah, meninggal, naiknya status sosial), pesta antar desa seketurunan untuk menghormat leluhur, dan fondrakö yaitu perayaan peneguhan norma-norma adat yang dirayakan 7 tahun sekali. Pesta yang pertamalah yang paling meriah dirayakan, paling banyak babi yang dimasak. Pada perayaan naiknya status seseorang batu-batu megalith dibuat dan ditegakkan di halaman rumah balugu sebagai tanda dari status sosialnya. Tanpa adanya pesta, megalith tidak punya alasan untuk didirikan.

2.3 Masyarakat Nias di Kota Medan

(8)

dagang dari berbagai daerah sehingga orang Nias mempunyai peran penting dalam kelangsungan perdagangan waktu itu seperti menyediakan tenaga kerja yang kuat dan mudah dihimpun, karena karakter orang Nias ialah menghormati dan patuh pada pemimpinnya. Menjadikannya mudah diorganisir sebagai pelaku perdagangan pada zaman itu. Bersamaan dengan itu, orang Nias mulai mengunjugi daerah-daerah lain seperti Aceh pada waktu pemerintah Raja Iskandar Muda yang berlangsung pada tahun 1624 hingga 1626. Pada kisaran tahun tersebut banyak orang Nias dibawa ke Aceh untuk dijadikan prajurit perang dan ada juga yang dijadikan pekerja atau budak bagi pria, dan wanita di jadikan istri.

Pada waktu membuka perkebunan di Indonesia (Hindia Belanda waktu itu) banyak pemuda-pemuda Nias yang dipekerjakan di wilayah-wilayah perkebunan di luar pulau Nias, kemudian menetap dan bergenerasi di wilayah tersebut hinga sekarang. Masyarakat suku Nias yang tinggal di Kota Medan (dahulunya Sumatera Timur) diperkirakan dimulai sejak dibukanya onderneming perkebunan tembakau dan perkebunan karet yang dikenal dengan

(9)

dengan suku lainnya, hal ini terlihat dari berbagai macam keterlibatan dalam berbagi dengan masyarakat sekitar dimana saling melakukan aktifitas budaya masing-masing suku.

2.4 Adaptasi Masyarakat Nias Di Kota Medan

(10)

2.5 Mata Pencaharian

Kedatangan orang Nias di Kota Medan berlangsung secara berkelompok dan juga secara individual. Para pemuda Nias melakukan perjalanan (merantau) bersama-sama dengan teman sekampung ke Kota Medan dengan tujuan untuk mencari pekerjaan. Kelompok ini menyebar keberbagai wilayah Kota Medan, bekerja di Pabrik, petani, nelayan, tukang becak, karyawan swasta, bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau TNI / POLRI, buruh lepas juga ada yang berbaur lewat perkawinan antara orang Nias dengan orang dari etnis lain. Dengan bertambahnya jumlah orang Nias yang menetap di Kota Medan menimbulkan keinginan untuk bersatu dalam satu ikatan organisasi dan perkumpulan orang Nias dalam bentuk organisasi sosial, pendidikan, dan kepemudaan. Pada saat ini diperkirakan jumlah orang Nias yang tinggal dan menetap di Kota Medan sekitar 25.000. yang tersebar dalam wilayah Medan seperti, Daerah Belawan, Perumnas Mandala, daerah Perumnas Simalingkar, daerah Padang Bulan, daerah Helvetia, serta daerah lainnya dalam jumlah kecil namun khusus didaerah objek penelitian penulis diperkirakan berdasarkan hasil yang di kumpulkan penulis dari Kecamatan Medan Tuntungan sekitar 8.743 jiwa (BPS Kota Medan 2013).

2.6 Agama Dan Sistem Kepercayaan

(11)

leluhur. Juga dua kekuatan supernatural di kosmos, yang menampakkan diri sebagai gejala-gejala alam dan arwah leluhur mereka. Kekuatan adikodrati (supernatural) bersumber pada gejala-gejala alam yang memiliki nama sesuai dengan tempat atau sistem kekuatannya. Para leluhur Nias kuno menganut kepercayaan animisme murni. Mereka mendewakan roh-roh yang tidak kelihatan dengan berbagai sebutan, misalnya: Lowalangi, Laturadanö, Zihi, Nadoya, Luluö, dan sebagainya. Dewa-dewa tersebut memiliki sifat dan fungsi

yang berbeda-beda. Selain roh-roh atau dewa yang tidak kelihatan dan tidak dapat diraba tersebut di atas, mereka juga memberhalakan roh-roh yang berdiam di dalam berbagai benda berwujud. Misalnya berbagai jenis patung, (Adu Nama, Adu Nina, Adu Nuwu, Adu Lawölö, Adu Siraha Horö, Adu Horö, dan lain-lain)

yang dibuat dari bahan batu atau kayu. Mereka juga percaya pada leluatan supernatural pada pohon tertentu, misalnya: Fösi, Böwö, Endruo, dan lain-lain. Oleh karena masyarakat Nias percaya terhadap banyak dewa, maka sering disebut bahwa orang Nias kuno menganut kepercayaan

politeisme.

Dalam sistem religi terutama sebelum masuknya ajaran agama Islam dan Kristen, masyarakat Nias memiliki kepercayaan suku yang disebut dengan Sanomba Adu. Kata-kata ini secara etimologis sanomba berarti menyembah, dan

adu adalah patung ukiran yang terbuat dari kayu atau batu yang dipercayai

sebagai media roh bersemayam. Adu atau patung di tempatkan di Osali

bȍrȍnadu, yaitu bagunan tempat ibadah untuk penyembah patung (sonomba

adu). Pada abad-19 masuklah ajaran agama kristen di Pulau Nias yang pertama

(12)

Sebelumnya ia sudah belajar bahasa Nias dan bergaul dengan orang Nias yang ada di Padang. Orang Nias yang berjumlah kurang lebih 3000 jiwa ini merupakan pendatang. Dari mereka inilah Denninger banyak mempelajari kebiasaankebiasaan orang Nias, adat istiadatnya sehingga ia tertarik untuk datang ke Nias untuk menyebarkan dan mengajarkan ajaran Kristen yang ternyata berhasil dengan baik ia sebarkan. Misi selanjutnya dilanjutkan oleh Thomas yang datang ke Nias pada tahun1873. Masa terpenting pada penyebaran agama Kristen tersebut terjadi antara tahun 1915-1930 dan tahun ini disebut sebagai tahun pertobatan (fangesa dȍdȍ sebua).

Transformasi adat ini berlangsung cukup massif. Keajaiban dalam pengabaran Injil terjadi pada 1916 ketika digelar Fangefa SebuaFangesa Sebua (Pertobatan Massal) yang dimotori oleh misionaris Kristen (zendeling). Sejak peristiwa tersebut, orang-orang Nias mulai berani menghanyutkan patung-patung perwujudan nenek moyang mereka, menhir, patung-patung-patung-patung dewa, dan benda-benda peninggalan leluhur lainnya ke sungai. Keberhasilan misi Kristen di Nias juga banyak ditentukan oleh strategi yang cerdik dalam mengkonversi ritual-ritual adat sehingga makna ritual tersebut bergeser. Contohnya adalah diberlakukannya ritual fanano buno (menanam bunga) sebagai ganti famaoso dalo (mengangkat tengkorak kepala orang yang sudah meninggal).

(13)

berkurang. Hingga kini sebagian besar etnik Nias beragam kristen (S. Zebua 1984:62). Setelah penyebaran Injil oleh misionaris ke pulau Nias, umat Kristen tumbuh dan berkembang. Pada saat itu, seluruh masyarakat Nias yang berada di pulau Nis maupun di kota Medan menganut agama yang dikenal sekarang, yaitu dengan komposisi agama Kristen Protestan 60%, Katolik 30%, 9% Islam, dan 1% Hindu dan Budha (S. Zebua, 1984:63).

2.7 Organisasi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, sistem kekerabatan dan kerjasama sangat menonjol pada masyarakat Nias di kota Medan, walaupun terdapat perbedaan dalam kepercayaan, budaya, dan adat istiadat. Ini mencerminkan kenyataan sosial bahwa orang-orang Nias yang ada di kota Medan sangat baik dalam menjalin keakraban walaupun berbeda keyakinan. Organisasi sosial sangat penting dalam kehidupan sehari-sehari, kekerabatan dan kerja sama sangat menonjol meskipun terpolarisasi dalam paham keagamaan yang saling berbeda. Orang Nias memakai satu bahasa tunggal, akan tetapi dialeknya agak berbeda disetiap wilayah namun yang cukup khas dari bahasa Nias adalah huruf vocal yang mayoritas dalam setiap kata atau kalimat, dan selalu ditandai dengan akhiran huruf vokal. Ini juga secara tak langsung mempengaruhi adaptasi sosial antara sesame orang Nias dengan daerah budaya yang berbeda.

(14)

masyarakat Nias yang ada di Kota Medan. Ada yang membentuk perkumpulan berdasarkan wilayah dimana asal mereka di pulau Nias seperti Persatuan Masyarakat Gomo (PERMASGOM), Lahewa, Sirombu, Gidö, Pulau Batu, Teluk Dalam. Ada juga berdasarkan marga (mado) seperti Persatuan Marga Harefa, Persatuan Marga Mendröfa, Persatuan Marga Lase, Persatuan Marga Telaumbanua, Persatuan Marga Zalukhu, Persatuan Marga Larosa, Persatuan Marga Nazara. Selain itu juga masyarakat Nias juga membentuk perkumpulan berdasarkan dimana mereka tinggal di Kota Medan berupa Serikat Tolong Menolong (STM), seperti STM Sehati, STM Faomakhöda, STM Kasih Karunia, STM Saradödö. Ada juga organisasi lain yang bersifat kepemudaan, gerejawi, pendidikan dan pembanguan juga berdiri di Kota Medan, seperti Gerakan Mahasiswa Nias (GMN), Forum Mahasiswa Nias Peduli Nias (FORMANISPE), KMN, FORMAN, Komisi pemuda BNKP Hilisawatö.

2.8 Sistem Kekerabatan

(15)

Gaho, Garamba, Gea, Ge'e, Giawa, Gowasa, Gulö, Ganumba, Gaurifa, Gohae, Gori, Gari, Halawa, Harefa, Haria, Harita, Hia, Hondrö, Hulu, Humendru, Hura, Hoya, Harimao, Lafau, Lahagu, Lahömi, Laia, Luaha, Laoli, Laowö, Larosa, Lase, Lawölö, Lo'i, Lömbu, Lamölö, Lature, Luahambowo, lazira, Lawolo,Lawelu, Laweni, Lasara, Laeru, Löndu go'o, lase, larosa, Maduwu, Manaö, Maru'ao, Maruhawa, Marulafau, Mendröfa, Mangaraja, Maruabaya, Möhö, Marundruri, Mölö, Nazara, Ndraha, Ndruru, Nehe, Nakhe, Nadoya, Nduru, Sadawa, Saoiagö, Sarumaha, Sihönö, Sihura, Sisökhi, Saota, Taföna'ö, Telaumbanua, Talunohi, Tajira, Wau, Wakho, Waoma, Waruwu, Wehalö, Warasi, Warae, Wohe, Zagötö, Zai, Zalukhu, Zamasi, Zamago, Zamili, Zandroto, Zebua, Zega, Zendratö, Zidomi, Ziliwu, Ziraluo, Zörömi, Zalögö, Zamago zamauze.

2.9 Kesenian

(16)

digunakan dalam pesta pernikahan dan juga dipakai sebagai alat musik mengiringi tarian atau lagu. (b) Aramba (gong), alat musik jenis gong berpencu, teridiri dari gua gong yaitu aramba dan faritia. Aramba lebih besar dari faritia.fungsi sosialnya adalah untuk memberi berita yang terjadi di Medan

perang, misalnya ada yang meninggal. (c) Tamburu, gendang yang ukurannya lebih kecil dari göndra dan bagianluarnya tidak diikat oleh rotan tetapi luarnya dipakukan saja. Tamburu dipukul untuk menyambut atau mengiringi prosesi pengantin, laug dan tarian. (d) doli-doli adalah xilophon kayu laore berupa bilahan bilahan yang diletakkan diatas kaki pemainnya dan dipukul dengan pemukul terbuat dari kayu. Alat musik ini kadang juga dikatakan gambang. (e) Suling adalah alat musik tiup terbuat dari bambu (lewuö mbanua). (f) Ndruri

dana adalah alat musik jew’s harp, memiliki satu lidah yang disebut lela.

(17)

untuk diikuti. Tari ini dilakukan oleh masyarakat umum, tidak terbatas usia dan bebas (siapapun bisa melakukannya). Gerakan yang utama dalam tari-tarian ini adalah gerakan kaki yang diayunkan. Variasi gerakan yang umum dilakukan yaitu kaki membentuk segi tiga (tölu sagi) dan gerakan kaki membentuk segi empat (öfa sagi). Tari ini dipedomani oleh beberapa orang sambil melantunkan syair dalam bahasa Nias dan di respon oleh yang ikut melakukan tari tersebut.3. Fanarimoyo (tarian perang) adalah sebuah tarian yang ditarikan di Nias Selatan

dan Utara oleh 20 penari wanita. Kadang-kadang di dalam lingkaran ditarikan oleh penari pria. Di bagian utara tarian ini dinamakan Moyo. Tarian ini dimulai dengan gerakan seperti elang terbang dan ditampilkan untuk acara hiburan. Tarian ini menggambarkan seorang gadis yang harus menikahi pria yang tidak dicintainya. Dia berdoa supaya menjadi seekor elang yang dapat terbang. 4. Tari Ya’ahowu merupakan sebuah tari kreasi baru yang biasanya di pertunjukan pada

acara penyambutan tamu adat, pesta-pesta adat seperti pernikahan, penyambutan tamu pemerintahan atau daerah. Tarian ini merupakan tari kreasi baru dan sudah disahkan menjadi salah satu tarian kesenian Nias. Dan tarian ini selalu di pertunjukan setiap kali ada penyambutan tamu di pulau Nias.

Orang Nias juga mengenal seni rupa yang termasuk di dalamnya seni lukis, seni ornamentasi, seni arsitektur tradisional, seni kerajinan, seni patung, dan lain-lainnya. Masyarakat Nias juga mengenal seni patung dan kerajinan angan. Kedua kegiatan ini dilakukan umumnya mengambil tempat di mbele-mbele atau emper depan rumah adat. Kegiatan ornamen, untuk mengisi bagian

(18)

Gambar

Tabel 2.1: Perbandingan Etnis di Kota Medan pada
Tabel 2.3: Kecamatan-kecamatan dan Luasnya dalam Kilometer

Referensi

Dokumen terkait

Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2011 Nomor 1 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sleman Nomor 40) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah

Lunar eclipse occurs when part or all parts of the moon surface are covered by the shadow of the earth.. There are two types of shadow, penumbra

Siswa dapat menentukan besar salah satu unsur dari dua pasangan unsur yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai, jika diberikan soal cerita dengan tiga unsur

Evaluasi terhadap program pendidikan harus dilakukan secara sistematik, terstruktur, periodik dan berkesinambungan dengan menggunakan alat ukur yang dapat diterima

Modul Bimbel Kami selalu disesuikan dengan Kurikulum yang ada di sekolah, sehingga kegiatan Bimbingan tidak sia-sia karena soal-soal yang kita sediakan hampir sama dengan

25.980.000,00 ( Dua puluh lima juta sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah ) Indikator & Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung.. Indikator Tolok Ukur Kinerja

Hotel kini juga dapat digunakan sebagai tampat untuk mencari hiburan dan dapat digunakan sebagai tempat untuk untuk melakukan aktivitas- aktivitas bisnis. Salah satu usaha yang

Salah satu antisipasi dalam menghandle kelemahan masing-masing standar terhadap jaringan nirkabel ini adalah dengan mengupas setiap standarisasi yang dikembangkan oleh IEEE