• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Penambahan Pemasangan Baru Lpju Konvensional Dengan Lpjuts Di Jalan Tol Belmera Dengan Pendekatan Value Engineering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Penambahan Pemasangan Baru Lpju Konvensional Dengan Lpjuts Di Jalan Tol Belmera Dengan Pendekatan Value Engineering"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Lampu Penerangan Jalan Umum

Lampu penerangan jalan umum pertama kali diterapkan pada tahun 1884

di Rumania. Ada sebanyak 731 lampu jalan yang terpasang di jalan-jalan seluruh

pelosok Rumania. Hal ini membuktikan bahwa kebutuhan akan lampu penerangan

jalan umum telah ada sejak dulu kala. Lampu penerangan jalan umum ini

bermanfaat untuk meningkatkan keamanan, terutama terhadap kriminalitas dan

meningkatkan jarak pandang ketika berkendara pada malam hari.

Seiring dengan meningkatnya peradaban manusia, maka kebutuhan akan

lampu penerangan jalan umum pun semakin meningkat. Wilayah perkotaan yang

meluas dan pertumbuhan jumlah jalan raya mengharuskan penerangan jalan ikut

bertambah. Hal ini berarti pertambahan yang besar pula bagi kebutuhan listrik.

Saat isu mengenai krisis energi listrik mencuat, lampu penerangan jalan umum

muncul sebagai salah satu objek yang dapat dihemat penggunaan energi

listriknya.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan

energi listriknya adalah denga mengganti lampu merkuri dengan lampu LED yang

hemat energi. Negara Jepang merupakan negara pertama yang mengaplikasikan

LED sebagai lampu jalan di wilayah Osaka pada awal 2000-an. Hal ini terbukti

(2)

Alternatif kedua muncul ketika teknologi solar cell mulai berkembang.

Selain diterapkan di rumah-rumah, solar cell juga diterapkan sebagai sumber

energi alternatif untuk lampu penerangan jalan umum. Dengan digunakannya

solar cell sebagai sumber energi lampu penerangan jalan umum, maka lampu

penerangan jalan umum tidak lagi memerlukan suplai listrik dari PLN. Ketika

kedua alternatif ini digabungkan, lampu jalan pun menjadi sebuah solusi untuk

penghematan listrik yang efektif.

2.2 Lampu Penerangan Jalan Umum

Berdasarkan Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan No.

12/S/BNKT/1991 yang dikeluarkan oleh Bina Marga, lampu penerangan jalan

adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di

kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk

menerangi jalan maupun lingkungan disekitar jalan yang diperlukan termasuk

persimpangan jalan (intersection), jalan layang (interchange, overpass, fly over),

jembatan dan jalan di bawah tanah(underpass, terowongan).

Lampu penerangan jalan umum (PJU) memiliki fungsi sebagai berikut :  untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengendara,

khususnya untuk mengantisipasi situasi perjalanan pada malam hari.  memberi penerangan sebaik-baiknya menyerupai kondisi di siang

hari.

 untuk keamanan lingkungan atau mencegah kriminalitas.

(3)

2.2.1. Standar Perencanaan Penerangan Jalan

Perencanaan penerangan jalan terkait dengan hal – hal berikut ini :

a. Volume lau – lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang

bersinggungan seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dan lain – lain;

b. Tipikal potongan melintang jalan, situasi (layout) jalan dan

persimpangan jalan;

c. Geometri jalan

d. Tekstur perkerasan dan jenis pekerasan yang mempengaruhi pantulan

cahaya lampu penerangan;

e. Pemilihan dan jenis kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik

lampu dan lokasi sumber listrik;

f. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan dan lain – lain,

agar perencanaan efektif dan ekonomis;

g. Rencana jangka panjang jalan dan pengembangan daerah sekitarnya;

h. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.

Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan

jalan antara lain :

a. Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan;

b. Tempat – tempat dimana kondisi lengkung horisontal ( tinkungan )

tajam;

c. Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat parkir,

dan lain – lain;

(4)

e. Jalan – jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk

pemasangan lampu di bagian median;

f. Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah

(terowongan);

g. Tempat – tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi

dengan jalannya.

Menurut Muhaimin , penentuan kualitas lampu penerangan jalan umum

perlu mempertimbangkan 6 aspek yaitu :

a. Kuat rata-rata penerangan (Erata-rata)

Besarnya kuat penerangan didasarkan pada kecepatan maksimal yang

diijinkan terhadap kendaraan yang melaluinya.

b. Distribusi cahaya

Berkaitan dengan kerataan cahaya pada jalan raya. Untuk itu

ditentukan faktor kerataan cahaya yang merupakan perbandingan kuat

penerangan pada bagian tengah lintasan kendaraan dengan pada tepi jalan.

Kerataan cahaya dapat diukur dengan rasio kemerataan pencahayaan (

uniformity ratio ) yang merupakan rasio maksimum antara kemerataan

pencahyaan maksimum dan minimum menurut lokasi penempatan tertentu.

c. Cahaya yang silau

Cahaya yang menyilaukan mata dapat menyebabkan keletihan mata,

perasaan tidak nyaman dan kemungkinan kecelakaan. Untuk mengurangi

silau digunakan akrilik atau gelas pada armature yang berfungsi sebagai

(5)

d. Arah pancaran cahaya dan pembentukan bayangan

Sumber penerangan untuk jalan raya dipasang menyudut ° - °.

e. Warna dan perubahan warna

Warna cahaya lampu pelepasan gas tekanan tinggi ( khususnya lampu

merkuri ) berpengaruh terhadap warna tertentu, misalnya: warna merah.

f. Lingkungan

Lingkungan yang berkabut maupun berdebu mempunyai faktor absorsi

terhadap cahaya yang dipancarkan oleh lampu. Cahaya kuning kehijauan

mempunyai panjang gelombang paling sensitif terhadap mata sehingga

tepat digunakan pada daerah berkabut. Lampu HPS tepat untuk

penerangan jalan pada daerah berkabut.

2.2.2. Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan

Sebagaimana telah diatur, ada 2 (dua) sistem penempatan lampu

penerangan (susunan penempatan/penataan lampu yang satu terhadap lampu yang

lain), antara lain :

 Sistem penempatan menerus, yaitu sistem penempatan lampu

peneranganjalan yang menerus/kontinyu di sepanjang

jalan/jembatan.

 Sistem penempatan parsial (setempat), yaitu sistem penempatan

lampu penerangan jalan pada suatu daerah-daerah tertentu atau pada

suatu panjang jarak (segmen) tertentu sesuai dengan keperluannya.

Di dalam SPM jalan tol mensyaratkan lampu penerangan jalan umum

(6)

2.2.3. Jenis Lampu Penerangan Jalan

Jenis lampu penerangan jalan umum ditinjau dari karakteristik and

penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis Lampu Penerangan Jalan Secara Umum Menurut karakteristik

dan penggunaan

Sedang - untuk jalan kolektor dan

lokal;

- efisiensi cukup tinggi tetapi

berumur pendek;

- jenis lampu ini masih dapat

digunakan untuk hal-hal

yang terbatas.

Sedang - untuk jalan kolektor, lokal

dan persimpangan;

-efisiensi rendah, umur

panjang dan ukuran lampu

kecil;

- jenis lampu ini masih dapat

(7)

Lampu gas

- untuk jalan kolektor, lokal,

persimpangan, penyebe-

rangan, terowongan, tem-

pat peristirahatan (rest

area);

-efisiensi sangat tinggi,

umur cukup panjang,

ukuran lampu besar

sehingga sulit untuk

mengontrol cahayanya dan

cahaya lampu sangat buruk

karena warna kuning;

- Jenis lampu ini dianjurkan

digunakan karena faktor

efisiensinya yang sangat

tinggi.

kolektor, persimpangan

- besar/luas dan interchange;

efisiensi tinggi, umur

sangat panjang, ukuran

lampu kecil, sehingga

mudah pengontrolan

(8)

a. Lampu Tabung Fluorescentatau lebih dikenal dengan istilah lampu TL,

bekerja menggunakan merkuri dan gas argon, dimana merkuri akan berfungsi

untuk menhasilkan radiasi ultraviolet. Sinar ultraviolet itu akan mebangkitkan

phosphors yang kemudian akan bercampur mineral lain yang telah dilaburkan

pada sisi bagian dalam tabung lampu sehingga akan menimbulkan cahaya

Sedangkan gas argon berfungsi untuk keperluan start..

b. Lampu Merkuri, prinsip kerja lampu merkuri hampir sama dengan prinsip

kerja lampu fluorescent, perbedaannya lampu merkuri bekerja pada faktor

daya yang rendah, oleh karena itu harus menggunakan kapasitor untuk

memperbaiki faktor daya lampu

- Jenis lampu ini sangat baik

dan sangat dianjurkan

untuk digunakan.

Lampu

Light

Emitting

Diode

(LED)

29-155 30.000 -

50.000

15-300 Baik - untuk jalan kolektor, lokal,

persimpangan, penyebe-

rangan, terowongan, tem-

pat peristirahatan

- efisiensi tinggi, umur

paling panjang, ukuran

lampu besar,

- Jenis lampu ini sangat baik

dan sangat dianjurkan

(9)

c. Lampu Sodium Tekanan Rendah (SOX) termasuk dalam kelompok

lampu tabung, sehingga prinsip kerjanya pun hampir sama dengan yang

lainnya. Hanya perbedaannya menggunakan campuran gas argon dan neon,

dan logam murni sodium. Gas argon dan neon dimaksudkan untuk keperluan

penyalaan awal, sedangkan logam sodium dimaksudkan untuk menghasilkan

cahaya kuning.

d. Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON), memiliki prinsip kerja yang sama

dengan SOX, hanya lampu ini tidak mampu distart dengan tegangan

nominal 220 Volt, maka dibutuhkan tegangan tinggi dan frekuensi tinggi

sesaat dan pelepasan elektron dalam tabung gas sampai mencapai temperatur

kerja yang dibutuhkan membutuhkan waktu yang lama (kira-kira 10 menit).

e. Lampu LED merupakan sejenis dioda semikonduktor istimewa, sehingga

seperti sebuah dioda normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan

semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk

menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction.Pembawa muatan -

elektron dan lubang mengalir ke junction dari elektroda dengan voltase

berbeda.Ketika elektron bertemu dengan lubang, dia jatuh ke tingkat energi

yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk photon atau energi

(cahaya).

2.2.4. Kriteria Perencanaan, Kualitas Penerangan dan Kriteria Penempatan

Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa

sehingga dapat memberikan penerangan yang merata, keamanan dan kenyamanan

(10)

Pada sistem penempatan parsial, lampu penerangan jalan harus

memberikan adaptasi yang baik bagi penglihatan pengendara sehingga efek

kesilauan dan ketidaknyamanan penglihatan dapat dikurangi.

Pemilihan jenis dan kualitas lampu penerangan jalan didasarkan efektifitas

dan nilai ekonomi lampu, yaitu nilai efektifitas ( lumen /watt ) lampu yang tinggi

umur rencana yang panjang

Perbandingan Kemerataan Pencahayaan ( Uniformity Ratio )Tabel 2.2

Tabel 2.2 Rasio Kemerataan Pencahayaan

Lokasi penempatan Rasio maksimum

Jalur lalu lintas :

- di daerah permukiman

- di daerah komersil/pusat kota

6:1

3:1

Jalur pejalan kaki :

- di daerah permukiman

- di daerah komersil/pusat kota

10 : 1

4:1

Terowongan 4:1

Tempat-tempat peristirahatan (rest area) 6:1

Uniformity ratio adalah perbandingan harga antara nilai minimum dengan

nilai rata-rata atau nilai maksimumnya dari suatu besaran kuat penerangan atau

luminasi pada suatu permukaan jalan. Uniformity ratio 3 : 1 berarti rata-rata nilai

kuat penerangan/luminansi adalah 3 (tiga) kali nilai kuat penerangan/luminasi

(11)

Tabel 2.3 Sistem penempatan lampu penerangan jalan

Jenis jalan / jembatan Sistem penempatan lampu yang

digunakan

Jalan arteri sistem menerus dan parsial

Jalan kolektor sistem menerus dan parsial

Jalan lokal sistem menerus dan parsial

Persimpangan, simpang susun, ramp sistem menerus

Jembatan sistem menerus

Terowongan sistem menerus bergradasi

ujung-ujung terowongan

2.2.4.1 Kriteria Penempatan Lampu Penerangan Jalan Umum

Kriteria besaran-besaran lampu penerangan jalan umum dapat dilihat pada Tabel

2.4 berikut.

Tabel 2.4 Uraian Besaran-Besaran Kriteria Penempatan Lampu Penerangan Jalan

Umum

Tinggi rata-rata tiang yang digunakan

- Lampu menara

Tinggi rata-rata tiang yang digunakan

2. Jarak interval antara tiang lampu

3.0 H – 3.5 H

(12)

3. Jarak tiang lampu ke tepi perkerasan (s1) Minimum 0.7 meter

4. Jarak dari tepi perkerasan ke titik penerangan

terjauh

Minimum L/2

5. Sudut penerangan 20⁰ - 30⁰

Keterangan : H = Tinggi tiang lampu (meter)

L = Lebar badan jalan (meter)

2.2.4.2 Batasan Penempatan Lampu Penerangan Jalan Umum

Batasan penempatan lampu penerangan jalan tergantung dari tipe lampu,

tinggi lampu, lebar jalan dan tingkat kemerataan pencahayaan dari lampu yang

akan digunakan. Jarak antar lampu penerangan secara umum dapat mengikuti

batasan seperti pada Tabel 2.4. Dalam tabel tersebut dipisahkan antara dua tipe

rumah lampu, yakni :

a. rumah lampu ( lantern ) tipe A mempunyai penyebaran sorotan cahaya /

sinar lebih luas, tipe ini adalah jenis lampu gas sodium bertekanan rendah

b. rumah lampu tipe B mempunyai sorotan cahaya lebih ringan, terutama

yang langsung ke jalan, yaitu jenis lampu gas merkuri atau sodium

bertekanan tinggi.

Tabel 2.5 Jarak Antar Tiang Lampu Penerangan (e) Berdasarkan Tipikal

Distribusi Pencahayaan dan Klasifikasi Lampu

1. Rumah lampu tipe A

Jenis Lampu

Tinggi

Lampu

(m)

Lebar jalan

Tingkat

Pencahayaan

4 5 6 7 8 9

1

0 1

(13)

35W SOX

Lebar jalan Tingkat

Pencahayaan

(14)

(m)

Keterangan : - Jarak antar tiang lampu dalam meter.

- Rumah lampu tipe A mempunyai penyebaran cahaya lebih

luas.

- Rumah lampu tipe B mempunyai penyebaran cahaya lebih

(15)

2.2.4.3 Penataan lampu penerangan jalan umum

Di daerah-daerah atau kondisi dimana median sangat

lebar (> 10 meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (> 4 lajur

setiap arah) perlu dipertimbangkan dengan pemilihan penempatan lampu

penerangan jalan kombinasi dari cara-cara tersebut di atas dan pada kondisi

seperti ini, pemilihan penempatan lampu penerangan jalan direncanakan sendiri -

sendiri untuk setiap arah lalu-lintas Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan

Tempat Penataan / pengaturan letak Jalan satu arah - di kiri atau kanan jalan;

-di kiri dan kanan jalan berselang-seling; - di kiri dan kanan jalan berhadapan; - di bagian tengah / separator jalan. Jalan dua arah - di bagian tengah / median jalan;

- kombinasi antara di kiri dan kanan berhadapan dengan di bagian tengah / median jalan;

katenasi (di bagian tengah jalan dg sistem digantung) Persimpangan - dapat dilakukan dengan menggunakan lampu

menara dengan beberapa lampu, umumnya

ditempatkan di pulau-pulau, di median jalan, diluar daerah persimpangan (dalam RUMIJA ataupun dalam RUWASJA)

(16)

Gambar 2.2 Penempatan LPJU di Kiri dan Kanan Jalan Berselang-

seling di Jalan Dua Arah

Gambar 2.3 Penempatan LPJU di Kiri dan Kanan Jalan Berhadapan

di Jalan Dua Arah

Gambar 2.4 Penempatan LPJU di Median Jalan di Jalan Dua Arah

2.3 Sel Surya (Photovoltaik)

(17)

fisikawan italia yang hidup antara tahun 1745-1827 yang bernama Alessandro Volta) yang berarti unit tegangan listrik. Dengan kata lain, arti photovoltaic yaitu proses konversi cahaya matahari secara langsung untuk diubah menjadi listrik.Namun, perbedaannya terletak pada sumber cahaya yang digunakan. Pada sel photovoltaik

sumber cahaya lebih umum dan tidak disebutkan secara jelas. Sedangkan pada sel

surya, energi cahaya berasal dari radiasi sinar matahari

Sel surya merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar

matahari menjadi arus listrik. Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber

energi yang paling menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan

(sustainable) serta jumlahnya yang sangat besar.

Sel surya bekerja berdasarkan efek foto elektrik pada material

semikondukto untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik.

Berdasarkanteori Maxwell tentang radiasi elektromagnet, cahaya dapat

dianggap sebagaispektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang

gelombang yang berbeda.Pendekatan yang berbeda dijabarkan oleh

Einstein bahwa efek foto elektrik mengindikasikan cahaya merupakan

partikel diskrit atau quanta energi. Dualitas cahaya sebagai partikel dan

gelombang dirumuskan dengan persamaan :

� = ℎ. � =ℎ.

(2.1)

Dimana :f= frekuensi pada cahaya (Hz) λ =panjang gelombang(m)

h= konstanta Planck (6,625 X10-34 Js)

c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s)

(18)

Untuk mendapatkan tegangan keluaran yang lebih besar lagi maka

diperlukan lebih banyak lagi sel surya. Gabungan dari beberapa sel surya ini

disebut Panel Surya atau Modul Surya (Solar Modul or Sola r Panel). Susunan

sekitar 10 - 20 atau lebih Panel Surya akan dapat menghasilkan arus tegangan

tinggi yang cukup untuk kebutuhan rumah tangga. Namun perlu dicatat tegangan

yang dihasilkan oleh sel surya atau panel surya adalah tegangan DC. Agar dapat

digunakan untuk keperluan rumah tangga, perlu desain dan rangkaian khusus.

2.3.1 Prinsip Kerja Panel Surya

Listrik tenaga surya memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber

penghasil listrik. Alat utama untuk menangkap, perubah dan penghasil listrik

adalah Photovoltaic atau yang disebut secara umum Modul / Panel Solar

Cell.Dengan alat tersebut sinar matahari dirubah menjadi listrik melalui proses

aliran-aliran elektron negatif dan positif didalam cell modul tersebut karena

perbedaan elektron. Hasil dari aliran elektron-elektron akan menjadi listrik DC

yang dapat langsung dimanfatkan untuk mengisi battery/aki sesuai tegangan dan

ampere yang diperlukan. Instalasi, untuk memasang LPJUTS, komponen utama

Solar Panel dipasang menghadap sinar matahari dengan intensitas tinggi,

selanjutnya hubungkan dengan Battery untuk media penyimpan energi (arus DC),

untuk pemakaian arus AC kita bisa menghubungkan dengan DC to AC Converter

dan siap digunakan untuk keperluan rumah tangga (Lampu, TV, Kulkas, dsb).

Ingat besaran dayanya, jangan sampai overload.

Sel surya dapat digunakan tanpa polusi, baik polusi udara maupun suara,

(19)

semua satelit yang mengorbit bumi nyaris selama 30 tahun. Sel surya tidak

memiliki bagian yang bergerak, namun mudah dipindahkan sesuai dengan

kebutuhan.

Semua keunggulan sel surya di atas disebabkan oleh karakteristik khas sel

surya yang mengubah cahaya matahari menjadi listrik secara langsung.

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Panel Surya

Kelebihan

- Panel surya lebih bersih dan ramah lingkungan.

- Energi matahari adalah energi yang sangat berlimpah di planet kita.

- Panel surya juga mudah dipasang.

- Panel surya tidak akan ada pulusi suara.

- Masa pakai yang panjang, yang mencapai 25-30 tahun untuk panel

surya nya.

- Jika dipasang secara individual (satu tiang satu sistem). Rumah atau

tiang lampu yang berjauhan sekalipun tidak memerlukan jaringan kabel

distribusi. Selain itu, gangguan pada satu sistem tidak mengganggu

sistem lainnya.

Kekurangan

- Saat ini panel surya memang masih relatif mahal dari segi investasi nya.

- Efisiensi yang masih rendah

- Jika pemasangan kurang baik akan menjadi over – heating pada panel

(20)

- Dalam mendaur ulang panel surya yang tidak terpakai harus

berhati-hati, karena salah-salah bisa menyebabkan kerusakan lingkungan.

- Proses pembangkitan hanya dapat dilakukan pada siang hari.

2.3.3 Komponen-Komponen untuk Instalasi Listrik Sel surya

Komponen-komponen yang diperlukan untuk instalasi tenaga sel surya

terdiri dari :

1. Panel surya / solar panel

Solar panel / panel surya mengkonversikan tenaga matahari menjadi

listrik.Sel silikon (disebut juga solar cells) yang disinari matahari/ surya,

membuat photon yang menghasilkan arus listrik.Sebuah solar cells

menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt.Jadi sebuah panel surya 12

Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan

maksimum).

Umumnya kita menghitung maksimum sinar matahari yang diubah menjadi

tenaga listrik sepanjang hari adalah 5 jam.Tenaga listrik pada pagi – sore

disimpan dalam baterai, sehingga listrik bisa digunakan pada malam hari,

dimana tanpa sinar matahari.

2. Solar charge controller

Solar charge controller berfungsi mengatur lalu lintas dari solar cell ke

baterai dan beban.Alat elektronik ini juga mempunyai banyak fungsi yang

(21)

3. Inverter

Inverter dalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah

(DC – direct current) menjadi tegangan bolak balik (AC – alternating

current).

4. Baterai

Baterai berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya

sebelum dimanfaatkan untuk menggerakkan beban. Beban dapat berupa

lampu penerangan atau peralatan elektronik lainnya yang membutuhkan

listrik.

2.4 Value Engineering

Value engineering atau rekayasa nilai secara nilai secara umum dapat

diartikan sebagai suatu usaha kreatif dalam mencapai suatu tujuan dengan

mengoptimalkan biaya dan kinerja dari suatu fasilitas atau sistem. Oleh

Zimmerman, rekayasa nilai diartikan suatu teknik manajemen yang terbukti

berhasil, dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk mendapatkan

keseimbangan fungsional dan biaya, kesinambungan dan tambahan manfaat dari

suatu barang dan jasa. Sehingga rekayasa nilai dapat diartikan sebagai :

 Melakukan kajian dengan menjamin fungsinya tetap seperti diinginkan.  Fungsi menjadi tolak ukur dari pencarian alternatif pemecahan masalah.

 Selain adanya kriteria biaya rendah, juga didapatkan kinerja yang

tinggi.

 Optimasi biaya dan kinerja untuk mendapatkan manfaat bersih yang

(22)

Proses rekayasa nilai dilakukan dalam kerangka sitematis sehingga hasil

akhir yang dicapai sesuai tujuan yang direncanakan, dengan cara-cara sebagai

berikut:

 Melakukan indentifikasi masalah dengan mengumpulkan informasi dan

data data dari perencanaan yang telah ada sebelumnya serta dari

dokumen perencanaan proyek yang sedang ditangani. Kemudian,

dilakukan perumusan masalah berdasarkan fakta-fakta yang didapat

dari identifikasi masalah.

 Mengkaji obyek dimana rekayasa nilai hendak dilakukan dengan acuan

fungsi dari instalasi tetap, bahkan kalau dapat meningkat. Lalu

dihitunglah biaya alternatif sebagai hasil kajian terhadap fungsi

obyeknya.

 Melakukan analisis biaya versus fungsi terhadap beberapa alternatif

untuk mendapatkan solusi terbaik dari segi biaya, fungsi dan kinerja

instalasi/obyek.

 Setelah didapatkan solusi terpilih, hasil rekayasa nilainya

dikembangkan dan diverifikasi terhadap standar-standar yang berlaku

serta pengalaman-pengalaman lain yang telah dilakukan sebelumnya .

 Kemudian biaya rekayasa nilainya ditetapkan dengan tambahan

pertimbangan-pertimbangan teknis.

 Pada akhirnya, hasil rekayasa nilai didokumentasikan dan dipaparkan

(23)

2.5 Jalan Tol BELMERA

Jalan tol belmera ini merupakan satu-satunya yang dikelola Jasa Marga di

luar Jawa. Dibangun oleh kontraktor Takenaka Nippo Hutama dan Konsultan

Jepang PCI (Pacific Consultant International) Jalan tol ini mulai beroperasi pada

1986. Dengan bentangan sekitar 34 kilometer dan 2x2 lajur, jalan tol ini

menghubungkan Pelabuhan Belawan ke Medan dan Tanjung Morawa, sehingga

dikenal dengan nama singkatan Belmera. Jalan tol ini dioperasikan dengan sistem

transaksi tertutup.

Volume lalu lintas di ruas ini juga menunjukkan peningkatan. Sebagai

gambaran rata-rata volume lalu lintas harian pada 2011 sekitar 53.000, dan 2012

mencapai 59.200. Ruas jalan ini memiliki empat interchange, 14 jembatan

perlintasan kendaraan, l;ima jembatan penyeberangan orang dan 10 gerbang tol.

Jalan tol ini dikelola oleh Cabang Belmera (Gambar 2.5) dan (Gambar 2.6)

berikut merupakan gambar pertumbuhan volume lalu lintas dan peta jalan tol

Belmera.

(24)

Gambar 2.6 Peta jalan tol Belawan – Medan – Tanjung Morawa

Dalam hal ini di sepanjang jalan tol tersebut pencahayaan lampu jalan

tidak semerata seperti apa yang diharapkan. Dimana dalam pembangunan jalan tol

ini ada beberapa ruas jalan tol yang tidak diterangi penerangan jalan, salah satu

kendala mungkin karena pihak Jasa Marga selaku pengelola masih menggunakan

sumber energi dari PLN untuk mengaliri listrik lampu jalan. Maka daripada itu

diharapkan LPJUTS dapat di instalasi di sepanjang jalan tol yang baru ini

(25)

dan penghematan pemakaian listrik lebih dapat dioptimalkan lagi untuk tercapai

energi listrik yang efisien untuk semua orang.

Gambar 2.7 Kondisi LPJU yang terpasang dekat pintu tol Bandar Selamat

Tembung.

(26)

Gambar

Tabel 2.1 Jenis Lampu Penerangan Jalan Secara Umum Menurut karakteristik
Tabel 2.2 Rasio Kemerataan Pencahayaan
Tabel 2.3 Sistem penempatan lampu penerangan jalan
Tabel 2.5 Jarak Antar Tiang Lampu Penerangan (e) Berdasarkan Tipikal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya pembangunan aplikasi ini dibuat berdasarkan analisa pada salah satu perusahaan pengembang Real Estate yang cukup besar di Indonesia yaitu PT Ciputra Raya. Sistem

bahwa dalam rangka tertib administrasi pemberian bantuan keuangan kepada Partai Politik di Kota Solok yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2005 tentang

Dalam pembuatan aplikasi ini, penulis memasukkan materi yang telah dikumpulkan dalam bentuk gambar dan animasi dengan memanfaatkan macromedia FlashMX agar tampil menarik dan

Pada penulisan ilmiah ini penulis membahas pembuatan website Toefl dengan menggunakan PHP yang merupakan script untuk pemrograman berbasis server. PHP sering digunakan untuk

(3) Kendaraan dinas operasional yang dipegang oleh Pejabat Daerah yang belum berumur 5 (lima) tahun dapat dilakukan pengikatan, setelah memenuhi persyaratan menurut ketentuan

 Untuk pembuatan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) diperhatikan setiap penulisan yang cocok untuk perancangan bangunan yang dibuat.. 

Sejalan dengan pandangan ini dimana proses pembaruan bentuk dari bentuk lama (limas) ke bentuk baru (kubah) pada beberapa masjid yang ada di permukiman mamsyarakat

[r]