• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Warga Sekolah dan Instansi Terkait Terhadap Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat SMA Negeri di Kabupaten Nias Barat ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Warga Sekolah dan Instansi Terkait Terhadap Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat SMA Negeri di Kabupaten Nias Barat ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir Penelitian BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), persepsi merupakan tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Menurut Kulsum dan M. Jauhar (2014), persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.

Menurut Tjitono F (2000), persepsi merupakan perlakuan yang melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, dengar, alami dan dibaca sehingga persepsi mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan seseorang. Yusuf (1991) menyatakan persepsi merupakan pemberian makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek. Pendapat ini didukung oleh Sarwono (1992) yang mendefenisikan persepsi sebagai suatu pengenalan aktivitas sejumlah penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat syaraf yang lebih tinggi.

(2)

penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak.

2.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Muchlas (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

a) Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh seperti seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang lain, hal ini menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal – hal baru, dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.

(3)

pula. Contoh kecelakaan dua kali di arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. c) Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang

wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu „terlihat‟ oleh laki –

laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.

2.1.2. Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Walgito (2002), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut :

1) Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman, 2) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan

keotak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus keotak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal,

3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.

(4)

mengemukakan bahwa ketika mengobservasi perilaku seorang individu, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal. Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang individu. Sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal disebabkan oleh akibat dari sebab – sebab luar, maksudnya individu tersebut dianggap terpaksa berperilaku demikian karena situasi, misalnya seseorang terlambat datang karena kecelakaan.

Menurut Kulsum dan Jauhar (2014), dalam teori atribusi terdapat tiga faktor penentu, yakni :

a) Perbedaan atau kekhususan; menerangkan apakah seseorang memperlihatkan perilaku berbeda dalam situasi yang berbeda pula.

b) Konsesus; apabila semua individu yeng menghadapi situasi serupa merespon dengan cara yang sama.

c) Konsistensi; dalam tindakan-tindakan individu apakah individu tersebut selalu merespon dalam cara yang sama secara terus menerus.

2.2.Peranan Warga Sekolah Dalam Menyukseskan Sekolah Berwawasan Lingkungan

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Sumitro dkk (2005), sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan oleh Negara maupun yayasan tertentu sebagai salah satu lingkungan pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan bertingkah laku baik.

(5)

mentah. Dengan kata lain warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru, tenaga tata usaha, laboran, pesuruh, komite sekolah serta siswa.

Peranan warga sekolah dalam menyukseskan sekolah berwawasan lingkungan dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan anggota sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru, tenaga tata usaha dan komite sekolah serta siswa dalam menyukseskan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.

2.2.1. Peranan Kepala Sekolah

Untuk menggapai visi dan misi pendidikan perlu ditunjang oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Kepala sekolah harus mampu mengamalkan visi menjadi sebuah tindakan nyata di sekolah. Kepala sekolah dapat membuat visi menjadi sekolah peduli dan berbudaya lingkungan menjadi kenyataan. Menurut Mulyasa (2004), melalui peran, fungsi dan tugas di bawah ini kepala sekolah akan mampu mendorong visi menjadi aksi :

1) Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya.

2) Kepala sekolah sebagai manajer harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, mendorong bawahan untuk berkarir, dan mendorong keterlibatan dalam kegiatan yang menunjang program sekolah.

3) Kepala sekolah sebagai adminstrator harus mampu melakukan aktivitas pengelolaan adminstrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah secara efektif dan efisien.

(6)

dilakukan oleh tenaga kependidikan.

5) Sebagai leader, kepala sekolah harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, kemampuan dalam pengambilan keputusan dan mendelegasikan tugas.

6) Kepala sekolah sebagai innovator yaitu mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

7) Kepala sekolah sebagai motivator memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.

2.2.2. Peranan Guru

Guru memiliki peranan yang penting dan strategis dalam proses pendidikan. Guru sering dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan karena guru membimbing peserta didik kearah kedewasaan, kematangan dan kemandirian. Tujuh peran seorang guru, yaitu :

a) Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas – tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak.

b) Guru sebagai model artinya dapat menjadi contoh atau model bagi siswa. c) Guru sebagai pengajar dan pembimbing artinya setiap guru harus memberikan

pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah.

(7)

keterampilan yang dimilikinya tidak ketinggalan jaman.

e) Guru sebagai komunikator terhadap masyarakat setempat, seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan.

f) Guru sebagai pekerja administrasi, sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu di administrasikan secara baik.

g) Guru sebagai kesetiaan terhadap lembaga, seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan - pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.

2.2.3. Peranan Tenaga Pendidik Non Guru

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 23 Tahun 2013 Tanggal 19 Maret 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang standar pelayanan minimal pendidikan dasar di kabupaten/kota, tenaga kependidikan bukan pendidik adalah sumber daya manusia (SDM) di sekolah yang tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KMB) di sekolah, tetapi sangat mendukung keberhasilannya dalam kegiatan administrasi di sekolah.

2.2.4. Peranan Siswa

(8)

diri dan mendidik diri secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah yang dijumpai sepanjang hidupnya. Peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan maupun nilai-nilai yang berasal dari pendidik (guru) termasuk pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai peduli dan berbudaya lingkungan.

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 disebutkan dua kewajiban peserta didik yaitu menjaga norma – norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan serta ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Peserta didik memiliki kewajiban untuk mengikuti seluruh kegiatan pendidikan dengan baik dan selalu berperan aktif dalam setiap kegiatannya, termasuk kegiatan yang berkaitan dengan program sekolah berwawasan lingkungan.

2.2.5. Peranan Komite Sekolah

Komite Sekolah adalah wadah dari partisipasi masyarakat. Komite sekolah secara mandiri mewadahi peran serta masyarakat dalam manajemen sekolah untuk meningkatkan mutu, pemerataan, dan efesiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Wadah tersebut berfungsi sebagai forum yaitu sebagai representasi para stakeholder sekolah terwakili secara proporsional.

(9)

difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan

Peran Komite Sekolah tersebut adalah:

a) Sebagai lembaga pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b) Sebagai lembaga pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c) Sebagai lembaga pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

d) Sebagai lembaga mediator (mediator agency) antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

2.3. Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan merupakan salah satu cara merubah sikap dan perilaku masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan fisik, daya jiwa (akal, rasa dan kehendak), sosial dan moralitas manusia serta merupakan alat terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif. Pengaruh yang ditimbulkan pendidikan memberikan dampak pada bertambahnya pengetahuan dan keterampilan serta akan menolong dalam pembentukan sikap yang positif.

(10)

atau perkembangan jiwa, watak, atau kemampuan fisik mereka melalui lembaga- lembaga pendidikan yang dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi.

Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan potensinya. Tentu saja potensi yang dikembangkan dalam pendidikan berkembang ke arah yang positif dan bermanfaat bagi peserta didik maupun lingkungan di sekitarnya.

Manusia dan lingkungan hidup merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan hidup mempengaruhi pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun dalam melakukan aktivitas hubungan sosial. Seperti yang disebutkan dalam Undang - Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

(11)

bahwa lingkungan hidup merupakan suatu sistem kehidupan yang sangat luas. Sebuah sistem kehidupan yang mempengaruhi manusia dan makhluk hidup lainnya. Sistem ini meliputi benda-benda mati, benda hidup seperti biota dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, keadaan alam serta daya.

Pengertian mengenai pendidikan dan lingkungan hidup jika disatukan menjadi sebuah pengertian mengenai pendidikan lingkungan hidup, yaitu suatu bentuk usaha yang dilakukan secara sadar, terencana dan berlangsung seumur hidup melalui lembaga – lembaga pendidikan maupun lembaga-lembaga lain untuk mentransformasikan pengetahuan, nilai – nilai dan keterampilan – keterampilan mengenai sistem kehidupan yang mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga diperoleh pengalaman yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical acility).

2.3.1. Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah

Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah bertujuan untuk memberi bekal tentang arti dan fungsi lingkungan dalam kehidupan secara pribadi, keluarga dan masyarakat sehingga siswa mampu berbuat, menegur dan bertindak terhadap proses atau kegiatan yang merusak lingkungan.

Pembelajaran di sekolah diarahkan agar siswa memiliki kemampuan belajar dalam memperoleh informasi pengetahuan mengenai ilmu lingkungan hidup secara utuh agar menyadari dan merefleksikan perbuatan sendiri dan juga empati terhadap perbuatan orang lain diharapkan tumbuh melalui pendidikan lingkungan.

(12)

hasil pada pendidikan lingkungan hidup tercermin dari perilaku siswa antara lain : a) Menguasai konsep dasar ekologi yaitu konsep ekosistem, sumberdaya alam

dan kebijakan lingkungan hidup.

b) Menunjukkan perilaku menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dalam kehidupan sehari – hari baik dirumah, masyarakat dan sekolah.

c) menguasai pengetahuan dan teknologi untuk mengelola limbah dan pencemaran air, udara, tanah yang dapat digunakan dalam keseharian kehidupan dilingkungannya.

d) Menggalang kemitraan dalam pengelolaan lingkungan baik secara paedagogis, ekonomi dan perundang – undangan ditingkat daerah, nasional dan global, sesuai dengan kapasitas dan peran tanggung jawabnya dimasyarakat.

Salah satu penerapan pendidikan lingkungan hidup di sekolah yaitu melalui program Sekolah berwawasan lingkungan. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2009) Program Sekolah berwawasan lingkungan adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif.

(13)

baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita – cita pembangunan berkelanjutan.

Tujuan program Sekolah berwawasan lingkungan adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah. Diharapkan dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upaya – upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

Kegiatan utama program Sekolah berwawasan lingkungan adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Untuk mengembangkan program dan kegiatan dalam program Sekolah berwawasan lingkungan harus berdasarkan norma-norma dasar dan berkehidupan. Norma dasar program Sekolah berwawasan lingkungan meliputi kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.

Prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program sekolah berwawasan lingkungan yaitu partisipasif dan berkelanjutan. Partisipatif yang dimaksud yaitu komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah. Manajemen sekolah ini meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran masing-masing warga sekolah. Sedangkan yang dimaksud dengan berkelanjutan yaitu seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif.

(14)

yaitu :

1) Kebijakan tentang sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.

Kebijakan sekolah sangat penting untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah. Pengembangan kebijakan sekolah yang diperlukan yaitu:

 Visi dan Misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.

 Kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan

lingkungan hidup.

 peningkatan SDM (tenaga kependidikan dan non kependidikan) di bidang

pendidikan lingkungan hidup.

 Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam.

 Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang

bersih dan sehat.

 Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan

yang terkait dengan masalah lingkungan hidup. 2) Kurikulum Berbasis Lingkungan.

Pengembangan materi, model pembelajaran dan metode belajar dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan hidup untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan dapat dicapai dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

 Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran.

(15)

ada di masyarakat sekitar.

 Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.

 Pengembangan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran siswa tentang lingkungan hidup. 3) Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif.

Untuk mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan diharapkan melibatkan masyarakat di sekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun lingkungannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam mengembangkan kegiatan berbasis partisipatif adalah :

 Menciptakan kegiatan ektrakurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup

berbasis partisipatif di sekolah.

 Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar.  Membangun kegiatan kemitraan dalam pengembangan PLH di sekolah.

4) Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah.

Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu didukung sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan dan pengembangan sarana tersebut meliputi:

 Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan

lingkungan hidup.

 Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan

sekolah.

(16)

 Pengembangan sistem pengelolaan sampah.

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Persepsi Warga

Sekolah

Kebijakan

Sekolah Kurikulum

Kebijakan Partisipatif

Sarana dan Prasarana

Sekolah Berwawasan Lingkungan

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Proses pendidikan yang berkualitas dan kesempatan untuk dapat menikmati pendidikan seluas - luasnya bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dapat memberikan harapan

Aku percaya kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa, Khalik langit dan bumi; dan kepada Yesus Kristus, anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus,

Internet meniadakan kebutuhan atas pemakaian jaringan khusus milik pihak ketiga untuk mentransmisikan pesan EDI, sedangkan ebXML (perbaikan lebih jauh dari XML) fitur

Keberhasilan ajaran konfusius yang dianut etnis tionghoa untuk menjalankan wirausaha menjadikan mahasiswa tertarik dalam mempelajari kewirausahaan disamping itu profesi

[r]

Jakarta, June 29, 2007 - PT Indosat Tbk, today appointed Thales Alenia Space France (TASF) to build and launch the Palapa-D Satellite which will be launched in year 2009 and

Dari hasil output SPSS diperoleh besarnya probabilitas 0.013 dengan demikian probabilitas 0.013 < 0.05 sehingga H 1 diterima artinya ada perbedaan hasil belajar

Sentriol adalah organel yang berperan penting dalam pembelahan sel melalui proses yang disebut mitosis.. Sentriol hanya ditemukan pada