• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pencabutan Premolar Terhadap Overall Bolton Ratio Pada Maloklusi Klas I di RSGMP FKG USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pencabutan Premolar Terhadap Overall Bolton Ratio Pada Maloklusi Klas I di RSGMP FKG USU"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Maloklusi Klas I

Maloklusi dapat didefinisikan sebagai penyimpangan dari bentuk oklusi normal, yang berpotensi mempengaruhi kesehatan fisik dan mental, sehingga perawatan yang tepat penting dilakukan untuk pasien. Pemeriksaan klinis dan penunjang sangat diperlukan dalam mengidentifikasi masalah maloklusi yang terjadi, sehingga diagnosis dapat ditegakkan dan rencana perawatan ortodonti dapat disusun secara tepat.3,5,11,14

Klasifikasi maloklusi adalah penjabaran mengenai deviasi dentofasial dari karakteristik normal. Berbagai klasifikasi telah diperkenalkan oleh para peneliti sebelumnya. Edward Angle tahun 1899, memperkenalkan klasifikasi maloklusi dengan gigi molar pertama permanen sebagai kunci oklusi, yaitu maloklusi Klas I, Klas II, dan Klas III. Salzman (1950) yang pertama sekali mengklasifikasi maloklusi berdasarkan struktur skeletal. Salzman membagi maloklusi skeletal menjadi 3 Klas, yaitu ; Klas I, Klas II, dan Klas III skeletal.5

Maloklusi skeletal terjadi akibat ketidaksesuaian atau ketidakseimbangan pertumbuhan antara maksila dan mandibula. Untuk mendiagnosis adanya ketidaksesuaian skeletal biasanya menggunakan analisis radiografi sefalometri lateral. Maloklusi skeletal dapat disebabkan oleh tidak normalnya maksila, mandibula, atau maksila dan mandibula. 15

(2)

terhadap basis kranial,adalah 80º ± 2º. Untuk menentukan hubungan maksila dan mandibula terhadap basis kranial adalah ANB, yaitu selisih antara SNA dengan SNB. Sudut ANB menunjukkan hubungan anteroposterior antara maksila dan mandibula terhadap basis kranial. Nilai rata-rata normal ANB adalah 2º ± 2º (Gambar 1). Maloklusi Klas I ditandai dengan hubungan skeletal yang normal dengan nilai ANB 2º ± 2º, skeletal Klas II diindikasikan dengan sudut ANB yang lebih besar dari 4º, sedangkan skeletal Klas III ditandai dengan sudut ANB yang kecil dari 0º.15,16

Gambar 1.Gambaran skeletal Klas I , (a) Sudut SNA normal, SNA 82˚ (b) Sudut SNB normal, (c) Sudut ANB normal.16

2.1.1. Anomali maloklusi Klas I

(3)

Gambar 2. Contoh maloklusi Klas I ; (A danB) bimaksiler protrusi, (C dan D) crowding, (D dan E) proklinasi gigi anterior.17

Penelitian mengenai prevalensi maloklusi telah banyak dilakukan pada berbagai populasi. Sayyin (2009) melakukan penelitian pada 1356 pasien ortodonti di Turki, hasil penelitian menujukkan maloklusi Klas I merupakan maloklusi yang paling sering terjadi yaitu 875 pasien (64%). Alders (2012) meneliti mengenai pola maloklusi skeletal dan dental pada 602 pasien ortodonti di Saudi Arabia, hasilnya menunjukkan pola maloklusi skeletal yang paling umum terjadi adalah maloklusi Klas I skeletal. Lew et al yang meneliti pada anak-anak etnis china melaporkan bahwa dari 1050 sampel 7,1% memiliki oklusi normal dan 58,8% maloklusi klas I, 18,8% Klas II div 1, 2,7% Klas II div 2, dan 12,6% maloklusi Klas III.6,17

(4)

(3,1-5 mm = 9,1 %, 5,1-7 mm = 30%) dan crowding berat (> 7 mm = 23,8%). Sedangkan Sayyin dan Tukkahrahman menemukan crowding sedang (crowding 4-6 mm) adalah yang paling bayak dijumpai pada maloklusi Klas I.17,18

2.1.2. Perawatan Maloklusi Klas I

Dalam perawatan ortodonti maloklusi Klas I, terdapat dua pendekatan utama yaitu denganpencabutan dan tanpa pencabutan. Untuk menilai perlu tidaknya dilakukan pencabutan, ada beberapa variabelyang perlu dinilai, diantaranya adalah analisis sefalometri, analisis model, kondisi periodontal, restorasi, ada tidaknya gigi yang impaksi, congenital missing, dan gigi yang sudah dicabut. Salah satu analisis model yang dilakukan adalah analisis Bolton.5,15

Menurut Konstantonis D, dkk (2013) yang melakukan penelitian mengenai keputusan pencabutan dan identifikasi dari prediksi perawatan pada maloklusi Klas I, ada 4 kunci pengukuran yang harus dilperhatikan oleh ortodontis, yaitu derajat crowded maksila, profil wajah, overjet, derajat crowded mandibula.19

2.1.2.1 Perawatan tanpa pencabutan

Perawatan dengan tanpa pencabutan biasanya dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah :

a. Proximal Stripping

Proximal stripping adalah cara untuk mendapatkan ruang dengan mengurangi lebar

(5)

Indikasi dilakukan stripping adalah jika dibutuhkan 2,5 – 3 mm, kelebihan materi gigi menurut analisi Bolton < 2,5 mm. Kontraindikasi dilakukan stripping adalah pasien memiliki atau berpotensi memiliki indeks karies tinggi dan oral hygiene buruk.5

Untuk menilai kebutuhan ruangan, ada dua analisis yang dilakukan, yaitu ;

- Analisis Careyʼs ; analisis ini untuk menilai ruangan yang dibutuhkan pada kedua lengkung. Jika kelebihan material gigi kurang dari 2,5 mm/lengkung, maka ideal untuk dilakukan proximal stripping.5

- Analisis Bolton ; analisis ini digunakan untuk menilai ukuran material gigi apakah sesuai atau tidakdan untuk mengetahui regio mana yang tidak sesuai material giginya.5

b. Pelebaran Lengkung

Cara ini umumnya lebih efektif dilakukan pada pasien dalam usia tumbuh kembang. Indikasi dilakukan pelebaran lengkung, diantaranya adalah lengkung maksila dan atau mandibula yang konstriksi dengan proklinasi atau crowding, crosbite anterior atau posterior.5,20

c. Distalisasi Molar

Distalisasi molar menjadi lebih popular,karena pasien terkadang tidak bersedia dilakukan pencabutan pada gigi yang sehat. Distalisasi ini dilakukan sebelum erupsi gigi molar kedua permanen, hal ini karena lebih mudah menggeser satu molar kedistal dibandingkan dengan menggeser dua molar.5

d. Proklinasi Gigi Anterior

(6)

2.1.2.2. Perawatan dengan pencabutan

Salah satu metode untuk mendapatkan ruang yang paling umum adalah dengan melakukan pencabutan gigi. Pencabutan dalam ortodonti hingga kini masih merupakan hal yang diperdebatkan, terutama pada kasus borderline.Pencabutan umumnya dilakukan pada kasus

crowding sedang sampai berat juga untuk mengurangi protrusif gigi. Pada tahun 1950-an

terdapat 10% perawatan ortodonti dilakukan dengan pencabutan, kemudian tahun 1980-an meningkat hingga 50%. Penelitian oleh Sari et al melaporkan bahwa dari 1602 pasien di Turkey 34,5% dirawat dengan pencabutan dan 34,5% dirawat dengan tanpa pencabutan5,17,19,21

Menurut Calvin Case, pencabutan gigi perlu dilakukan dengan alasan bahwa pertumbuhan rahang tidak tergantung dari fungsi dan jika rahang terlalu kecil untuk menampung semua gigi maka diperlukan pencabutan untuk menghilangkan ketidakteraturan gigi. Pada akhir tahun 1940, pencabutan kembali diperkenalkan pada para orthodontis oleh Charles Tweed yang menemukan bahwa oklusi lebih stabil pada pasien ortodonti yang dirawat dengan pencabutan gigi. Pada awal tahun 1960-an, lebih dari setengah pasien ortodonti dilakukan pencabutan dalam rencana perawatannya.5,21

Pemilihan gigi yang akan dicabut berdasarkan pada faktor lokal, yaitu ; profil pasien, usia pasien, diskrepansi ukuran gigi dengan lengkung rahang, dan kondisi gigi secara keseluruhan termasuk karies. Gigi yang akan dicabut dapat berupa gigi insisivus, kaninus, premolar pertama, premolar kedua, atau bahkan gigi molar.5,20,21

Pencabutan gigi premolar pertama merupakan pencabutan yang paling sering dilakukan terutama pada kasus crowding. Indikasi pencabutan gigi ini adalah ; untuk menghilangkan

(7)

Gigi premolar kedua diindikasikan untuk dicabut, jika gigi tersebut secara keseluruhan berada diluar lengkung, pada kasus crowding anterior ringan, untuk mempertahankan profil jaringan lunak dan estetis, impaksi dan tidak dapat dilakukan traksi, karies dan compromise

periodontal, serta pada kasus open bite.5,19,20

Pertimbangan untuk melakukan pencabutan gigi merupakan hal yang harus dipertimbangkan dengan cermat.Rasio Bolton keseluruhan akan berubah setelah pencabutan gigi premolar, dimana Bolton menemukan bahwa nilai rasio keseluruhan rata-rata adalah 91,3% dengan SD 1,91% pada pasien tanpa diskrepansi ukuran gigi. Setelah dilakukan pencabutan empat premolar, nilai rasio tersebut berubah menjadi 78-89% dengan rata-rata 88%. Bolton dan Yang (2002), mengatakan bahwa rasio Bolton keseluruhan menurun setelah pencabutan empat gigi premolar pertama dan premolar kedua. Sedangkan Saatchi mengatakan bahwa rasio Bolton keseluruhan meningkat setelah pencabutan semua premolar pertama maksila, pencabutan premolar pertama maksila dan premolar kedua mandibula, tetapi rasio menurun setelah pencabutan semua premolar kedua maksila dan mandibula, premolar kedua maksila dan premolar pertama mandibula.3,5,12,14

2.2. AnalisisModel

(8)

Pada tahun 1902, G.V.Black untuk pertama sekali mengukur lebar mesiodistal gigi secara formal. Black mengukur lebar gigi pasien dalam jumlah besar, dan membuat tabel rata-rata ukuran gigi tersebut yang masih tetap dipakai sebagai referensi hingga kini.10

Beberapa peneliti mengikuti langkah Black meneliti lebar gigi dan hubungannya dengan oklusi. Bolton 1958, merupakan peneliti yang paling dikenalmeneliti disharmoni ukuran gigi dan hubungannya dengan perawatan maloklusi. Bolton, mengevaluasi 55 pasien dengan oklusi yang sempurna dan menemukan dua rasio untuk mengestimasi diskrepansi ukuran gigi dengan mengukur jumlah lebar mesiodistal gigi mandibula dan gigi maksila.10

2.2.1. Analisis Bolton

Rasio Bolton adalah formula matematika yang memberikan gambaran ketidaksesuaian diantara rahang. Agar gigi – geligi pada maksila berada pada posisi yang tepat dengan gigi – geligi mandibula untuk estetis, oklusi yang stabil dan fungsi yang harmoni. Menurut Bolton ukuran lebar gigi berperan penting untuk mendapatkan rasio Bolton yang seimbang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bolton (1952), maka didapatlah rasio ideal ukuran gigi pada maksila dan mandibula (Tabel 1).2,10,11,22

(9)

Kaninus 6,93 mm 0,37 110 Premolar 1 7,15 mm 0,38 110 Premolar 2 7,27 mm 0,39 110

Molar 1 11,14 mm 0,62 110

Ukuran gigi merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis dan rencana perawatan ortodonti. Menurut Bolton, terdapat suatu rasio antara lebar mesiodistal gigi-gigi maksila dan mandibula. Terdapat dua rasio perhitungan untuk memprediksi diskrepansi ukuran gigi, yaitu rasio anterior dan rasio keseluruhan. Bolton menganjurkan penting untuk memperhatikan koordinasi gigi maksila dan mandibula yang tepat, dimana rasio anterior adalah 77,2 ±1,65% dan rasio keseluruhan adalah 91,3 ±1,91%.Analisis Bolton membantu dalam menentukan disproporsi ukuran gigi-geligi maksila dan mandibula.3,4,10,11,12

Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa pengukuran yang normal untuk satu kelompok tidak sesuai dengan kelompok ras dan etnik yang lain. Ras yang berbeda harus disesuaikan dengan karakteristik kelompoknya. Penelitian oleh Ashikin dan Othman (2012) yang mengenai perbandingan diskrepansi ukuran gigi pada etnik-etnik di Malaysia, hasilnya overall

Bolton ratio Melayu adalah 92,51 %, Chinese 90,93%, dan India 91,37%. Rahman et al (2014)

menemukan rata-rata overall Bolton ratio pada pasien ortodonti di dhaka, Bangladesh adalah 92,24% ±2,59.11,23,24

(10)

2.2.2. Cara pengukuran analisis Bolton4,5,10,11,15

Analisis Bolton dilakukan dengan melakukan pengukuran lebar mesiodistal gigi. Lebar mesiodistal yang digunakan adalah titik kontak interproksimal pada setiap gigi. Pengukuran lebar mesiodistal gigi dilakukan pada tiap-tiap gigi kemudian dijumlahkan. Pengukuran tersebut dilakukan pada model studi maksila dan mandibula dengan menggunakan kaliper (Gambar 3).4,5,10,15

Gambar 3. Cara mengkur lebar mesiodistal gigi dengan kaliper digital.

Overall Bolton Ratio

Untuk menentukan overall Bolton ratio, jumlah seluruh lebar mesiodistal 12 gigi mandibula dan 12 gigi maksila dimasukkan ke dalam rumus (Gambar 4).

Rumus = jumlah mandibula 12 jumlah maksila 12

x100 %

(11)

Overall Bolton ratio normal adalah 91,3% dengan standar deviasi 1,91%., yaitu 89,3 – 93,21%. Overall Bolton ratiodikatakan kecil jika nilainya < 89,39%, dan dikatakan besar jika > 93,21%

Jika overall Bolton ratio lebih besar dari 91,3%, ± SD maka terdapat kelebihan materi gigi pada mandibula. Besarnya jumlah kelebihan materi gigi tersebut dapat dihitung menggunakan rumus berikut 5

Kelebihan materi mandibula = total mandibula 12 –

{

100

total maksila 12 x91,3

}

Sedangkan, overall Bolton ratio lebih kecil dari 91,3%, ± SD maka terdapat kelebihan material gigi pada maksila. Besarnya jumlah kelebihan materi gigi tersebut dapat dihitung menggunakan rumus berikut 5;

Kelebihan materi maksila = total maksila 12 –

{

91,3

total mandibula 12 x 100

}

Rasio Bolton Anterior

Untuk menentukan rasio Bolton anterior, maka jumlah seluruh lebar mesiodistal 6 gigi mandibula dan 6 gigi maksila dimasukkan ke dalam rumus (Gambar 5)

Rasio anterior = jumlah lebar mesiodistal 6 gigi anterior mandibula Jumlah lebar mesiodistal 6 gigi anterior maksila

x 100%

(12)

Nilai normal rasio anterior adalah 77,2% ± 1,65. Jika rasio yang diperoleh adalah lebih besar dari 77,2%, maka terdapat kelebihan ukuran materi gigi pada mandibula. Dan jika rasio lebih kecil dari 77,2%, maka terdapat kelebihan ukuran materi gigi pada maksila.

Menurut beberapa penelitian, rasio Bolton juga berbeda pada tipe maloklusi yang berbeda (Klas I, Klas II, Klas III). Wedrychowska-Szulc et al, Arujo dan Souki yang meneliti mengenai diskrepansi rasio Bolton dengan berbagai tipe maloklusi (Klas I, Klas II, dan Klas III) pada populasi Brazilia, mengatakan, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari diskrepansi ukuran gigi di antara maloklusi Klas I dan Klas III. Sperry et al juga melakukan penelitian mengenai analisi Bolton pada maloklusi Klas I, II, dan III, hasilnya adalah pasien Klas III memiliki ukuran gigi mandibula yang lebih besar dibanding Klas I dan klas II.4,24,25

(13)

2.3. Kerangka Teori

Pemeriksaan Klinis

Maloklusi

Dental

Skeletal

Klas III

Klas II

Klas I

Pemeriksaan Lanjutan

Analisis Model Studi

Analisis Radiografi

Analisis Bolton

Bolton

Overall

Bolton Anterior

Hasil Analisis Bolton :

Bolton kecil, normal, atau besar

Pencabutan

Tanpa Pencabutan

Pencabutan

ke-4 P1

Pengaruh Pencabutan terhadap Rasio Bolton

Kombinasi P1

RA & P2 RB

Kombinasi P2

RA & P1 RB

Pencabutan

(14)

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Hypothetical extraction Gigi Premolar

Pasien Klinik Ortodonsi FKG USU yang belum pernah dirawat

Pemilihan Model Studi : hubungan molar kanan-kiri Klas I

Model RB

Model RA

Pengukuran Lebar Mesiodistal Gigi

Hitung

Overall Bolton Ratio

Sebelum Pencabutan

Analisis sefalometri lateral : diambil Klas I skeletal (ANB 2±2

˚

)

Bolton besar Bolton normal Bolton kecil

Gambar

Gambar 1.Gambaran skeletal Klas I , (a) Sudut SNA normal, SNA 82˚(b) Sudut SNB normal, (c) Sudut ANB normal.16
Gambar 2. Contoh maloklusi Klas I ; (A danB) bimaksiler protrusi,  (C dan D) crowding, (D dan E) proklinasi gigi anterior.17
Tabel 1. Rasio ideal dan lebar gigi rata-rata dari tesis Bolton.22
Gambar 4. Bolton keseluruhan 15
+2

Referensi

Dokumen terkait

File0001 File0002 File0003 File0004 File0005 File0006 File0007 File0008 File0009 File0010 File0011 File0012 File0013 File0014

kerjasama tim, maka Penulis mencoba mengambil judul “PENGARUH SIKAP DAN KEPRIBADIAN PEGAWAI DIVISI KEUANGAN PDAM TIRTANADI PROVINSI SUMATERA UTARA”. 1.2

Perusahaan yang mengimplementasikan complementarity dari empat dimensi information technology relatedness dan mengaturnya dengan baik akan lebih memungkinkan untuk menciptakan dan

Sementara ikon melakukan peranan yang penting dalam bentuk ikon, banyak aspek dalam desain pesan visual ikon tidak dipahami dengan baik.. Tulisan ini dimaksudkan untuk membantu

Untuk menganalisis pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang fase penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi di Departemen Bedah Mulut dan maksilofasial FKG USU. Untuk

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program keluarga harapan dalam memutus rantai kemiskinan oleh unit pelaksana program keluarga

Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal yang perlu dilakukan pencabutan adalah apabila sudah tidak dapat dilakukan perawatan endodontik atau bila

penelitian dengan judul ” Identifikasi Diskriminasi Ras dan Etnis Menurut UU Nomor 40 Tahun 2008 dan Diskriminasi Wanita Menurut UU No 7 Tahun 1984 d alam