• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Efek Syari’ah Dalam Hukum Pasar Modal Di Indonesia Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Efek Syari’ah Dalam Hukum Pasar Modal Di Indonesia Chapter III V"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PROSEDUR ATAU MEKANISME PENERBITAN EFEK SYARI’AH.

A.Kaedah dan Syarat Penerbitan Efek Syari’ah

Untuk saham-saham yang termasuk kedalam perhitungan indeks, pengelola

JII melakukan seleksi dengan acuan sebagai berikut73

1. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan makanan yang

nonhalal;

:

a). Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak

bertentangan dengan prinsip syari’ah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan ( termasuk

10 kapitalisasi besar) .

b). Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun

terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%.

c). Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata

kapitalisasi pasar ( market capitalizasion ) terbesar selama satu tahun terakhir.

d). Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata

nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir

Fatwa majelis ulama Indonesia (MUI) No. 20/ DSN-MUI/ 2001 menjadi

acuan untuk jenis usaha perusahaan tidak boleh bertentangan dengan prinsip syari’ah

adalah:

73

(2)

2. Memproduksi dan mendistribusikan, dan memperdagangkan minuman

keras atau beralkohol;

3. Menyelenggarakan perjudian dan yang tergolong judi seperti kasino,

tebakan pertandingan olahraga, permainan ketangkasan;

4. Menyelenggarakan jasa perbankan yang berbasiskan sistem bunga;

5. Menyelenggarakan jasa asuransi yang bersistem bunga;

6. Menyelenggarakan usaha hotel, restoran, dan lain-lain yang

menyediakan makanan, minuman nonhalal, dan aktivitas yang

bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah

Komposisi keuangan perusahaan yang sahamnya tercatat di JII adalah tingkat

likuiditasnya harus berada direntang 17-49% pendapatan bunga berada dikisaran

antara 5-15%, utang tidak boleh lebih dari 33%.

Dari sisi emiten, kondisi finansial dan managemen menjadi ukuran layak

tidaknya sahamnya tercatat di JII. Ada beberapa hal yang menjadi acuan.

PERTAMA, struktur utang ( debt to equity ratio) tidak boleh didominasi oleh pembiayaan yang didasarkan pada sistem bunga. Perusahaan tidak boleh bergantung

pada utang yang berbasiskan sistem konvensional. KEDUA, emiten tidak boleh

mempunyai utang 45% dan modal 55%. Jika itu yang terjadi maka emiten dinyatakan

tidak layak mengundang investasi melalui pembelian sahamnya. KETIGA, emiten

dinyatakan tidak layak, jika managemennya diketahui pernah melakukan tindakan

(3)

ulang setiap 6 bulan sekali dengan penentuan komponen indeks awal bulan Januari

dan Juli setiap tahunnya. Pemantauan terhadap perubahan pada jenis usaha emiten

dilakukan secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia.74

Perhitungan JII dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan

metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan Bursa Efek Jakarta, yaitu dengan

bobot kapitalisasi pasar ( market cap weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian ( adjustmet)akibat berubahnya data emiten yang disebabkan oleh corporate action. JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal sebesar 10075

Tujuan seleksi saham syari’ah adalah untuk memenuhi prinsip bahwaseorang

muslim hanya mengambil sesuatu yang halal dan menghindarkan yang haram. Tujuan

berikutnya adalah menyediakan instrument kepada investor untuk berinvestasi pada

saham yang sesuai dengan prinsip syari’ah. JII melakukan seleksi berdasarkan dua

acuan, yaitu jenis usaha dan kondisi keuangan. Jenis usaha perusahaan yang

sahamnya hendak ditawarkan di JII tidak boleh76

74

M.irsan nasruddin dkk, op cit hal 209

75

www.jsx.co.id

76

M.irsan nasruddin dkk, op cit hal 210

:

a). Memproduksi makanan nonhalal

(4)

c). Memproduksi segala sesuatu yang mengandung babi, baik itu makanan

ataupun consumer goods.

d). Menyelenggarakan usaha perjudian.

e). Menyelenggarakan kegiatan keuangan yang berbasiskan bunga dan, seperti

bank, asuransi, sewa beli (leasing) dan lain-lain.

f). Meyelenggarakan usaha hiburan seperti hotel, restoran yang menyediakan

makanan nonhalal, dan lain-lain.

Sedangkan seleksi berikutnya adalah meneliti kondisi keuangan perusahaan

yang hendak menawarkan sahamnya di JII. Rasio keuangan yang diperbolehkan

adalah rasio aset likuidnya berkisar antara 17-49% rasio pendapatan bunganya

berkisar antara 5-15%; dan rasio hutangnya 30-33%.77

Tidak ada pasar lain didunia ini yang begitu banyak macam dan model para

pelakunya seperti terdapat pada pasar modal. Didalam pasar modal terdapat

lembaga-lembaga yang menjalani kegiatan-kegiatan pasar modal, antara lain

B. Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan efek syari’ah di pasar modal.

78

1. Emiten.

Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum. Sedangkan

penawaran umum yang dimaksud disini adalah kegiatan penawaran efek yang

77

Ibid. Hal 210

78

(5)

dilakukanoleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara

yang diatur dalam undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksananya.

Pada pasar modal syari’ah emiten yang menerbitkan efek syariah harus

memenuhi kriteria tertentu79

79

Andri Soemitra, Op cit , Hal 133-134 , yaitu:

1. Jenis usaha,produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan

perusahaan emiten atau perusahaan publik yangmenerbitkan efek syari’ah tidak

boleh bertentangan dengan Prinsip-Prinsip Syari’ah. Pelaksanaan transaksi efek

dipasar modal syari’ah harus dilakukan menurut perinsip-prinsip kehati-hatian serta

tidak dibolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang didalamnya mengandung

unsure dharar,gharar, riba , maisir, risywah, maksiat dan kezaliman. Termasuk dalam transaksi yang mengandung unsure yang dilarang antara lain:

1) Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu;

2). Ba’I al ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang( efek syari’ah)yang

belum dimiliki (short selling).

3). Insider traiding, yang menggunakan invormasi orang dalam

untukmemperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang

4). Menimbulkan informasi yang menyesatkan

5).Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syari’ah dengan fasilitas

pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syari’ah

(6)

6). Ihtikar(penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan

suatu efek syari’ah untuk menyebabkan perubahan harga efek syari’ah, dengan tujuan

mempengaruhi pihak lain;

2. Jenis kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah

antara lain;

1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;

2) Lembaga keuangan konvensional(ribawi), termasuk perbankan dan asuransi

konvensional ;

3) Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram; dan

4) Produsen, distributor, dan / atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang

merusak moral dan bersifat mudharat

5) Melakukan investasi pada emiten(perusahaan)yang padasaat transaksi tingkat

(nisbah) utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan

dari modalnya.

Adapun ketentuan umum mengenai Emiten yang sesuai dengan prinsip Syariah

80

1. Halal Produk (dan jasa) Emiten dilarang mempunyai obyek usaha berupa

makanan-minuman yang tergolong haram, hal-hal yang berkaitan dengan maksiat dan

pornografi, Narkoba,sampai hal-hal yang lebih banyak mudharat dibanding dengan

manfaatnyamisalnya senjata dan rokok. Bahkan emiten yang bergerak di dunia adalah :

80

(7)

hiburan sertaperusahaan jasa hospitality yang memudahkan terjadinya maksiat juga

umumnya dihindari oleh Investor.

2. Halal Cara Perolehan – Pendapatan Riba Emiten harus mendapat

penghasilan usaha dari usaha ekonomi secara ridho samaridho serta tidak bertindak

zholim dan tidak boleh diperlakukan zholim. Riba8adalah salah satu hal yang

dilarang oleh Syariah, karena bunga bank adalaah salahsatu bentuk riba, maka bank

umum konvensional tidak bisa menjadi emiten.

3. Halal Cara Perolehan – Prinsip KeterbukaanEmiten harus menjalankan

kegiatan usaha dengan cara yang baik, memenuhiprinsip keterbukaan dan dilarang

menciptakan keraguan yang dapat merugikan (gharar). Emiten harus menyatakan

dengan jelas pada kegiatan usaha spesifik yang mana hasil emisi akan digunakan,

kemudian emiten juga harus memberikan informasi yang jelas dan tidak

menyesatkan.

4. Halal Cara Pemakaian – Manajemen Usaha

Emiten harus mempunyai manajemen yang berperilaku Islami, menghormati

hak asasi manusia, menjaga lingkungan hidup, melaksanakan good corporate

governance, serta tidak spekulatif dan memegang teguh prinsip kehati-hatian. Emiten

dilarang melakukan tindakan yang mengganggu mekanisme pasar dalam memasarkan

produknya, baik gangguan dalam penawaran (ikhtiar) maupun dalam permintaan

(8)

5. Halal Cara Pemakaian – Hubungan dengan Investor. Emiten harus

mempunyai pembukuan yang jelas dan sebaiknya terpisah mengenai kegiatan usaha

yang dibiayai, sehingga dapat dinyatakan dengan trnsparan dan adil manfaat atau

hasil usaha yang diperoleh pada kegiatan usaha yang dibiayai.

2. Perusahaan publik

Perusahaan publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki

kurangnya 300(tiga ratus) pemegangsaham dan memilikimodal disetor

sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000(tiga milyar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham

dan modal disetor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

3. OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Badan pengawas pasar modal lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU

nomor 21 tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan

pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan.Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga

yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,

tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK

didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK.

4. Bursa Efek.

Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system

dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek, pihak-pihak lain

(9)

tujuan menyelenggrakan perdagangan Efek yang teratur, wajar, dan efisien. Yang

dapat menjadi pemegang saham Bursa Efek adalah Perusahaan Efek yang

memperoleh izin usaha untuk melakukan kegiatan sebagai perantara pedagang efek.

Bursa Efek yang ada di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) DAN Bursa Efek

Surabaya (BES) yang Oktober tahun 2007 di merger menjadi Bursa Efek Indonesia(

BEI). Kewajiban dan tanggung jawab Bursa Efek 81

1) Bursa Efek wajib menyediakan sarana pendukung dan mengawasi kegiatan

anggota bursa Efek

antara lain:

2) Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba bursa efek wajib disusun

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dan dilaporkan kepada

Bapepam (sekarang OJK)

3) Bursa Efek wajib menetapkan peraturan mengenai keanggotaan, pencatatan,

perdagangan,kesepadanan Efek, kliring dan penyelesaian Transaksi Bursa,

dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan Bursa Efek.

5. Lembaga Kliring penjaminan.

Lembaga kliring danpenjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan jasa

kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa(Pasal 1 angka 9 UUPM) yaitu

kontrak yang dibuat oleh anggota bursa efek,yaitu perantara pedagang efek yang telah

memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk mempergunakan

system dan atau sarana bursa efek menurut peraturan bursa, sesuai dengan prasaratan

81

(10)

yang ditentukan oleh bursa efek mengenai jual beli efek, pinjam-meminjam efek, atau

kontrak lain mengenai efek atau harga efek. Saat ini, untuk di Indonesia dilakukan

oleh PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia(KPEI).

Tujuan didirikannya LKP adalah menyediakan jasa kliring dan penjaminan

penyelesaian transaksi bursa yang teratur , wajar dan efisien(Pasal 14 ayat (1)

UUPM). Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) wajib menetapkan peraturan

mengenai kegiatan kliring dan penjaminan transaksi bursa , termasuk ketentuan

mengenai biaya pemakaian jasa (pasal 16 ayat (1)UUPM)

Dalam peraturan KPEI diatur antara lain mengenai ketentuan dan persyaratan:

a. menjadi anggota kliring KPEI;

b. dana jaminan dan cadangan dana jaminan;

c. jasa kliring dan penjaminan penyelesaian tansaksi tanpa warkat ;

d. pemenuhan serta kegagalan pemenuhan hak dan kewajiban anggota.Kliring Secara

Pemindahbukuan dan Pelanggaran serta Sanksinya Bagi Anggota Kliring.

Pelaksanaan kegiatan KPEI yang berkaitan langsung dengan fungsi dan

kegiatan KSEI dalam penyelesaian transaksi bursa tanpa warkat atau

pemindahbukuan(book entry settlement) adalah kegiatan kliring KPEI yang

merupakan dasar penyelesaian transaksi bursa melalui KSEI.

6. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)

Definisi Lembaga Penyimpan dan Penyelesaian (LPP) Dapat dilihat dari pasal

(11)

menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi kustodian, perusahaan efek dan

pihak lain. Pengertian kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek

dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen,

bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang

rekening menjadi nasabahnya. LPP didirikan dengan tujuan menyediakan jasa

kustodian sentral dan menyelesaikan transaksi yang teratur, wajar dan efisien. Hal

demikian dapat dilihat dari ketentuan Pasal 14 ayat (2) UUPM No. 8 Tahun 199582

7. Perusahaan Efek.

Perusahaan efek diatur dalam UUPM pasal 30-42 dan petunjuk

pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1995 serta serangkaian

Keputusan Ketua Bapepam (sekarang OJK) No. 2/1996 sampai dengan Keputusan

No. 32/1996 jo Keputusan Ketua BAPEPAM No. 28/1998.83

Yang dimaksud perusahaan efek adalah perusahaan yang yang telah mendapat

izin usaha untuk menjalankan satu atau beberapa kegiatan sebagai penjamin emisi ,

perantara pedagang efek, manager investasi. Perusahaan yang telah mendapat izin

usaha sebagai penjamin emisi otomatis berhak melakukan kegiatan sebagai perantara

pedagang efek84

8. Wakil perusahaan efek

Wakil dari pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi

efek, perantara pedagang efek atau manager investasi.

82

Adrian Sutedi, Op Cit hal 25

83

Iman syahputra, Pengantar Hukum Pasar Modal ( Jakarta: Harvarindo 2012) hal 114

84

(12)

9. Perantara Pedagang efek.

Hal ini diatur dalam BAB IV UUPM tentang perusahaan Efek dan Keputusan

Ketua Bapepam no 29/ 1996. “ Perantara ( pialang ) adalah pihak yang melakukan

kegiatan jual beli untuk kepentigan pihak lain/nasabah dengan mendapatkan imbalan

jasa/komisi.85

“Pedagang efek” adalah pihak yang melakukan kegiatan jual beli efek untuk

rekening sendiri dengan mengharapkan keuntungan berupa selisih antara harga jual

dan harga beli ( mark up). Perantara pedagang wajib membuat dan menyimpan catatan berkenaan dengan transaksi dan kondisi keuangnnya, serta wajib

menyelenggarakan pembukuan yang terpisah untuk masing-masing transaksi bagi diri

sendiri dan kepentingan nasabahnya. 86

Perusahaan efek sebagai perantara pedagang efek dapat dibedakan antara

perusahaan nasional dan perusahaan patungan dengan asing. Untuk perusahaan

nasional dan perusahaan patungan dengan asing. Untuk perusahaan nasional

persyaratan modal disetor harus d penuhi sekurang-kurangnya sebesar Rp. 500 juta,

sedangkan perusahaan patungan sekurang-kurangnya Rp. 1 milyar (vide pasal 33 PP

No. 45/1995). Dalam praktik sehari-hari kegiatan perusahaan efek dalam

melaksanakan perdagangan dibursa diwakili perorangan selaku wakil perantara

pedagang efek yang telah mendapat izin OJK, antara lain: memiliki keahliann

85

Ibid, hal 134

86

(13)

dibidang keperantaraan dan satu tahun dalam pemasaran/penjualan efek serta lulus

ujian Panitia Standar Profesi yang dibentuk untuk itu. 87

10.Penjamin Emisi Efek.

Pasal 1 Angka 17 UUPM memberikan definisi sebagai berikut: “ Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang terjual.

Penjamin emisi didalam proses go public mempunyai peranan dan fungsi sebagai berikut: 88

1. Memberikan jasa/konsultasi kepada emiten dalam rangka go public, disini penjamin emisi merupakan mitra dalam membuat perencanaan, pelaksanaan

serta pengendalian proses emisi (dari persiapan dokumen emisi sampai pada

penjualan efek dipasar perdana).

2. Menjamin efek yang diterbitkan oleh emiten (bukan kualitas emiten), dalam

hal ini penjamin emisi bertanggung jawab atas keberhasilan seluruh saham

Emiten kepada masyarakat luas. Dalam penjaminan yang terkandung suatu

resiko ini penjamin emisi bisa melakukan bersama penjamin lainnya dalam

bentuk sindikasi.

87

Ibid hal 135.

88

(14)

3. Melakukan kegiatan pemasaran efek yang diterbitkan oleh Emite; dalam hal

ini penjamin mempunyai tugas yang tidak kalah pentingnya dengan kedua

fungsi terdahulu, yaitu masyarakat investor perlu memperoleh informasi

secara baik, maka perlu dilakukan pendisainan dan pendistribusian informasi

secara menarik.

Dalam kegiatan underwriting, dikenal beberapa jenis dan cara penjamin emisi, sebagai berikut:89

1) Kesanggupan penuh (Full commitment underwriting)

Full commitment atau sering disebut firm commitment underwriting, yaitu

suatu perjanjian penjamin emisi Efek di mana penjamin emisi mengikat diri untuk

menawarkan Efek kepada masyarakat dan pembeli sisa Efek yang tidak laku terjual.

Dari pengertian tersebut berlaku bahwa underwriter berusaha menjual di pasar, kemudian membeli Efek yang tidak ternyata tidak laku terjual dengan harga yang

sama dengan harga penawaran pada pasar perdana.

2). Kesanggupan terbaik (Best effort commitment)

Dalam komitment ini, penjamin emisi efek akan berusaha semaksimal

mungkin menjual Efek-efek Emiten. Apabila Efek yang belum habis terjual penjamin

emisi Efek tidak wajib membelinya, dan oleh karena itu mereka hanya membayar

semua Efek yang berhasil terjual dan mengembalikan sisanya kepada Emiten.

3). Kesanggupan siaga (Stanby commitment)

89

(15)

Dalam komitmen ini, penjamin emisi Efek berusaha menawarkan Efek

maksimal kepada investor. Kemudian apabila ada sisa yang belum terjual sampai

batas waktu penawaran yang telah ditetapkan, maka penjamin emisi Efek

menyanggupi membeli sisa Efek Tersebut dengan harga tertentu sesuai dengan

perjanjian yang besarnya dibawah harga penawaran pada pasar perdana.

4) .Kesanggupan semua atau tidak sama sekali (All or none commitment)

Komitmen ini menyatakan bahwa apabila Efek yang ditawarkan ternyata

sebagian terjual, maka penjualan Efek tersebut dibatalkan sama sekali. Artinya,

bagian dari Efek yang telah laku dipesan oleh investor akan dibatalkan penjualannya

dan semua sisa Efek dikembalikan kepada Emiten. Dalam konteks ini dikenal istilah

komitment minimum atau maksimum. Apabila penjualan efek telah mencapai batas

minimum penjualan yang telah ditentukan, maka penjamin Emisi Efek dapat

meneruskan penawaran sampai batas maksimum penjualan. Akan tetapi, apabila

batas waktu tertentu Efek yang terjual belum memenuhi ketentuan jumlah minimum,

maka penjualan efek dibatalkan.

11.Penasehat Investasi90

Penasehat investasi ( PI ) adalah perusahaan atau perseorangan yang kegiatan

usahanya memberi nasehat, membuat analisis, dan membuat laporan mengenai efek,

kepada pihak lain, seperti MI, lembaga pengelola dana pensiun ataupun pemodal

perorangan.

90

(16)

PI berperan mempermudah dalam pengambilan keputusan untuk membentuk

fortopolio, misalnya berapa persen dana yang diinvestasikan pada saham, berapa

persen untuk obligasi dan lainnya.

Sedangkan hubungan PI dengan emiten diantaranya:

a). Karena investor bisa memanfaatkan jasa PI, untuk melakukan analisis atas efek

yang diinginkan, maka nasib saham atau obligasi emiten sebagian ada ditangan

PI ini. Karena itu berhati-hatilah menghadapi PI ini.

b). Suatu saat PI ini bisa mengunjungi emiten, baik di kantor maupun pabrik. PI akan

mengorek informasi yang tidak secara resmi diumumkan emiten. Karena itu lebih

baik menjawab semua pertanyaan PI dan memberikan informasi yang

dibutuhkannya.

12.Manager investasi

Manager investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio

efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk

sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pension, dan bank yang

melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan pertaruran perundang-undangan

yang berlaku.

Menurut pasal 1 butir 11. Undang-Undang no 8 tahun 1995. Mabager

Investasi adalah

“Pihak yang kegiatan usahanya mengelola fortopolio efek untuk para nasabah

(17)

perusahaan asuransi , dana pensiun, dan dana bank yang melakukan kegiatan sendiri

kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kelembagaan ini mrupakan bagian yang terpenting berperan serta dalam

rangka penerbitan jenis efek ini.Adanya Manager Investasi membedakan dengan

penerbitan Efek lainnya, yaitu yang bertindak sebagai penerbit (issuer) adalah

Manager Investasi dan bukan pihak Kreditur Awal yang membutuhkan dana.

Kreditur awal yang mengalihkan fortopolio asetnya kepada Manager Investasi yang

untuk selanjutnya menjualnya kepada Investor , berdasarkan suatu Kontrak Investasi

Kolektif (KIK) yang mengikat para investor. 91

13.Investor atau pemodal

Investor aadalah pihak yang melakukan kegiatan investasi atau menanamkan

modalnya dipasar modal.Investor yang dikenal dipasar modal terdiri atas investor

perorangan dan kelembagaan.

Adapun peran investor diantaranya92

b.) Dalam melakukan investasi ( membelanjakan uang dipasar modal), investor bisa

meminta informasi dari pihak-pihak yang berkepentingan, seperti emiten, :

a). Investor merupakan sumber aktifitas bursa efek. Sebab dengan adanya uang yang

dibelanjakan investor di pasar modal, pialang bisa mendapatkan order jual dan

beli, emiten bisa mendapatkan modal , bursa efek bisa menyelenggrakan

perdagangan.

91

Iman syahputra, Op Cit hal 105

92

(18)

penjamin emisi, bursa efek atau perusahaan pialang. Bahkan kalau memang

diinginkan investor bisa mendapatkan nasihat dari perusahaan pialang.

c). Meskipun investor bisa mendapatkan informasi dari berbagai pihak, tetapi

keputusan investasi tetap berada ditangan investor. Dengan demikian investor

harus menanggung resiko atas keputusan yang dibuatnya

d). Sebagai salah satu pelaku pasar modal, investor mempunyai tanggung jawab atas

resiko yang terjadi

14. Dewan Syariah Nasional (DSN)

Dewan Syariah Nasional dalam hal ini akan berfungsi sebagai pusat referensi

(reference center) atas semua aspek-aspek syariah yang ada dalam kegiatan pasar modal syariah. DSN akan bertugas memberikan fatwa-fatwa sehubungan dengan

kegiatan emisi, perdagangan, pengelolaan portofolio efek-efek syariah, dan kegiatan

lain berhubungan dengan efek syariah. DSN mempunyai kewenangan penuh untuk

memberikan keputusan tentang berhak tidaknya sebuah efek menyandang label

syariah. Kewenangan penuh juga dimiliki DSN dalam hal pengawasan kegiatan

emisi, perdagangan, pengelolaan portofolio efek-efek syariah dan kegiatan lain yang

berhubungan dengan efek-efek syariah.93

93

(19)

C. Prosedur Penerbitan Efek Syari’ah

Mekanisme penerbitan efek syari’ah.

Ada beberapa tahap dari proses penawaran saham di pasar perdana, yaitu:94

a. Tahap persiapan,

Untuk memenuhi persyaratan pendaftaran emisi saham sampai denganpenjualan.

Perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu harus melakukan persiapan

internal, seperti penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk

meminta persetujuan pemegang saham mengenai rencana penerbitan saham . Setelah

disetujui dalam RUPS, dilakukan penunjukan penjamin emisi, lembaga, dan profesi

penunjang pasar modal yang terkait, persiapan dokumen emisi, penyelenggaraan due diligence meeting, penandatanganan kontrak pendahuluan dengan bursa efek.

b. Pengumuman dan Pendistribusian Prospektus

Setelah OJK menyatakan bahwa pendaftaran pemilik saham (perusahaan

yang go public) dinyatakan sah dan efektif, emiten berkewajiban untuk mengumumkan prospektus ringkas kepada masyarakat melalui penjamin emisi dan

agen penjual atau selling agent. Prospektus ringkas ini memuat informasi yang komprehensif tentang perusahaan, agar investor dapat mempelajari dan memahami

berbagai aspek dari perusahaan tersebut, sehingga investor dapat mengambil

keputusan tentang keikutsertaannya dalam menginvestasikan modal atau tidak.

94

(20)

c. Masa Penawaran

Setelah melakukan pengumuman dan pedistribusian prospektus kepada para

investor, perusahaan melakukan penawaran, sebagai tindak lanjut dari pemberian

emisi dan penyebaran prospektus. Masa penawaran ditetapkan selama tiga hari kerja,

dan jangka waktu antara pemberian izin emisi dan saat pendaftaran di Bursa,

ditetapkan maksimum selama 90 hari. Dalam masa penawaran ini investor dapat

memesan saham dengan cara mengisi formulir pesanan yang disediakan oleh

penjamin emisi atau selling agent. Apabila formulir pendaftaran selesai diisi dan ditandatangani, investor akan membayar harga saham sesuai dengan jumlah pesanan

kepada penjamin emisi atau selling agent. Pada pasar perdana ini investor dibebaskan dari fee atau jasa untuk para pedagang perantara. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran masa penawaran ini, amat ditentukan oleh :95

1) Tersedia formulir pesanan yang cukup;

2) Formulir pesanan memuat informasi yang lengkap tentang perusahaan;

3) Profesionalisme penjamin emisi dan pialang atau selling agent; dan

4) Kemampuan investor memahami dan mentaati aturan main yang ditetapkan.

Masa penawaran merupakan momentum yang menentukan terhadap apakah

saham yang ditawarkan oleh emiten akan terserap seluruhnya (full atau subscribed) atau masih tersisa, di mana jumlah saham yang diminta lebih kecil daripada jumlah

yang ditawarkan (underscribe).

95

(21)

Jika saham yang ditawarkan di pasar perdana masih tersisa, maka hal ini

bukanlah menjadi tanggung jawab penjamin emisi untuk membelinya. Namun dalam

kenyataan di lapangan, terdapat beberapa kemungkinan yang dilakukan penjamin

emisi, yaitu :96

1) Firm underwriting commitment, penjamin emisi menjamin sepenuhnya penjualan efek saham. Apabila ada saham yang tidak terjual, maka penjamin emisi wajib

membeli sisa saham yang tidak terjual tersebut.

2) Best effort commitment, penjamin emisi akan berusaha sebaik mungkin untuk menjual habis saham tersebut, tetapi tidak menanggung risiko untuk membeli

saham tersebut jika masih bersisa.

3) Stand by commitment, penjamin emisi bersedia untuk membeli seluruh saham yang tidak dibeli oleh pemegang saham lama.

d. Masa Penjatahan

Yang dimaksud dengan masa penjatahan adalah masa saat saham yang

diminta investor jauh melebihi jumlah saham yang ditawarkan emiten, sehingga

diperlukan penjatahan saham kepada para investor. Masa penjatahan ini ditetapkan

selama 12 hari kerja, terhitung mulai berakhirnya masa penawaran. Sebaliknya dapat

terjadi pesanan investor tidak mencapai jumlah saham yang ditawarkan, sehingga

seluruh pesanan dapat dipenuhi. Dalam kasus seperti ini tidak perlu dilakukan

penjatahan.

96

(22)

Proses penjatahan dalam pasar perdana dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut :97

1) Fixed allotment, yaitu cara penjatahan di mana anggota penjamin emisi maupun agen penjual telah memiliki pembeli, sehingga efek yang diberikan oleh

penjamin emisi pelaksana tidak dijual pada klien lain;

2) Separate account; prinsip dari sistem ini hampir sama dengan fixed allotment, hanya saja di dalam sistem ini di samping jatah untuk klien, tersedia juga efek

yang akan dijual kepada investor di luar klien dekat.

3) Pooling; dalam sistem ini seluruh pesanan saham di-pool kepada penjamin emisi pelaksana. Jika terjadi kelebihan permintaan akan dilakukan penjatahan secara

proporsional. Seluruh pemesan diberi jatah satu satuan perdagangan. Apabila

jumlah efek yang tersedia tidak mencukupi, penjatahan dilakukan dengan cara

diundi. Jika dengan cara ini masih ada sisa saham, maka dilakukan penjatahan

secara proporsional berdasarkan jumlah pesanan dari investor.

4) Gabungan antara fixed allotment dan pooling. Untuk mengimbangi masing-masing sistem dalam penjatahan efek, penjamin emisi mulai mengambil

kebijaksanaan dengan cara menggabungkan sistem fixed allotment dengan sistem

pooling.

97

(23)

e. Masa Pengembalian Dana

Untuk pengembalian dana ditetapkan batasan waktu maksimum, yaitu 4 hari

sejak berakhirnya masa penjatahan. Pengembalian dana merupakan masa terpenting

bagi investor, karena tidak terpenuhinya semua pesanan. Untuk itu pihak penjamin

emisi harus mengembalikan dana tersebut untuk memenuhi investasi lain.

Pengembalian dana yang tepat waktu akan mempercepat likuidasi dalam pasar modal.

f. Penyerahan Efek

Penyerahan efek harus dilakukan maksimum dalam waktu 12 hari kerja

terhitung sejak berakhirnya masa penjatahan. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di Bursa Efek. Saham yang telah dipesan dan telah memenuhi kepastian

harus diserahkan kepada investor oleh penjamin emisi melalui agen penjual. Untuk

mengambil saham yang dipesan, investor harus memperlihatkan bukti pesanan.

g. Pencatatan Efek

Proses terakhir yang harus dilalui dalam rangka pasar perdana adalah

pencatatan efek di Bursa. Untuk itu, akan diperhitungkan biaya pencatatan (listing fee) oleh pihak OJK yang bertindak sebagai pengelola Bursa. Ada tiga jenis efek yang harus dibedakan dalam pencatatan efek tersebut, yaitu :98

1) Shares Listing, yaitu pencatatan saham di Bursa Efek atas sejumlah emisi yang dilakukan. Misalnya, modal yang disetor dua juta lembar saham, sedangkan

jumlah emisi sahamnya hanya 20%, maka yang dicatat di Bursa Efek hanya 20%.

98

(24)

Apabila emiten akan menawarkan saham lagi di masa yang akan datang, emiten

harus menempuh emisi dari awal lagi.

2) Partial Listing, yaitu pencatatan saham di Bursa Efek melebihi jumlah yang diemisikan, tetapi masih di bawah modal yang disetor. Misalnya, total emisi

adalah 20% dari modal yang disetor, maka yang dicatatkan di Bursa Efek

melebihi 20%.

3) Company Listing, yaitu pencatatan sejumlah saham yang disetor. Artinya, perusahaan yang bersangkutan (emiten) mencatatkan seluruh sahamnya sesuai

dengan jumlah saham yang telah disetor. Misalnya, modal yang disetor adalah

satu juta saham, total emisi 20%, maka yang dicatatkan di Bursa Efek adalah satu

juta saham tersebut.

Dengan tercatatnya efek di bursa, maka dengan resmi efek tersebut sudah

dapat diperdagangkan di pasar sekunder secara kontinu.

Penentuan harga saham di pasar perdana dilakukan atas kesepakatan emiten

dengan penjamin emisi (under-writer). Harga ini adalah harga penawaran saham pertama kali dari penjamin emisi kepada investor selama jangka waktu yang telah

ditetapkan BAPEPAM ( sekarang OJK).99

Penetapan harga saham ini didasarkan atas seberapa besar kekuatan pasar

menyerap saham yang ditawarkan. Semakin banyak saham yang diminta oleh pasar,

99

(25)

semakin tinggi harga saham tersebut. Yang pasti adalah bahwa harga saham yang

ditawarkan lebih tinggi dari harga nominal (harga yang tertera di lembaran saham).

Proses penerbitan obligasi syari’ah terdiri dari empat tahap yaitu sebagai

berikut:100

a. Tahap persiapan, untuk memenuhi persyaratan pendaftaran emisi obligasi sampai dengan penjualan. Perusahaan yang akan menerbitkan

obligasi terlebih dahulu harus melakukan persiapan internal, seperti

penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk

meminta persetujuan pemegang saham mengenai rencana penerbitan

obligasi. Setelah disetujui dalam RUPS, dilakukan penunjukan

penjamin emisi, lembaga, dan profesi penunjang pasar modal yang

terkait, persiapan dokumen emisi, penyelenggaraan due diligence meeting, penandatanganan kontrak pendahuluan dengan bursa efek.

b. Tahap pengajuan, yaitu pengajuan pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM –LK sampai dengan pernyataan pendaftaran menjadi

efektif.

c. Tahap penawaran umum perdana obligasi, yakni setelah dinyatakan efektif maka obligasi dimulai ditawarkan kepada umum dipasar

modal.

100

(26)

d. Tahap pencatatan dan perdagangan, setelah kegiatan dipasar perdana selesai, obligasi tersebut dicatatkan dibursa efek dan untuk selanjutnya

dapat diperdagangkan dipasar sekunder.

Disamping melalui proses diatas, pada obligasi syari’ah diperlukan adanya

pernyataan (opini) yang dilakukan oleh Dewan Pengawas Syari’ah dengan proses

seagai berikut101

(1) Emiten melalui underwritermenyerahkan profosal atau surat pemberitahuan penerbitan obligasi syari’ah kepada Dewan Syari’ah

Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) :

(2) Persentase profosal dilakukan di Badan Pelaksana Harian Dewan Syari’ah Nasional (BPH-DSN)

(3) Dewan Syari’ah Nasional mengadakan rapat dengan TIM ahli Dewan Pengawas Syari’ah (DPS), kemudian hasil rapat akan menyatakan hasil

opini syari’ah terkait profosal yang diajukan.

101

(27)

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EFEK SYARI’AH DALAM

HUKUM PASAR MODAL DI INDONESIA

A. Peraturan OJK terkait Efek Syari’ah.

Dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pasar modal Syariah di

Indonesia adalah fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia (selanjutnya disebut DSNMUI) serta regulasi yang dikeluarkan oleh

Bapepam-LK (sekarang OJK) , hal ini dilakukan guna menghindari terjadinya

kerancuan dalam pelaksanaan pasar modal Syariah di Indonesia.

Seiring dengan dikeluarkannya fatwa-fatwa DSN-MUI yang mengatur mengenai

pasar modal Syariah, maka Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebgai pihak regulator

dalam pasar modal di Indonesia juga mengeluarkan beberapa peraturan-peraturan

yang menjadikan fatwa DSN-MUI sebagai landasan untuk menetapkan regulasi

terkait pasar modal di Indonesia.

Penerbitan peraturan-peraturan tersebut dimulai Pada tanggal 23 November 2006,

Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan Bapepam-LK terkait Pasar Modal

Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A13

tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang

digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal

31 Agustus 2007 Bapepam-LK menerbitkan Peraturan Bapepam-LK Nomor II.K.1

(28)

Daftar Efek Syariah pertama kali oleh Bapepam-LK pada tanggal 12 September

2007. Kemudian Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan

Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan II.K.1 tentang

Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, sehingga peraturan Bapepam-LK

Nomor: IX.A13 tanggal 23 Nopember 2006 tentang Penerbitan Efek Syariah dan

peraturan Bapepam-LK tanggal 31 Agustus 2007 Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan

Penerbitan Daftar Efek Syariah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Selanjutnya

diikuti dengan Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-523/BL/2010 tanggal 29

November 2010 tentang Daftar Efek Syariah berserta penambahannya dalam

Keputusan Bapepam-LK Nomor: Kep-557/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010

tentang Daftar Efek Syariah. Terakhir Bapepam-LK pada tanggal 31 Mei 2011

menerbitkan peraturan Bapepam-LK Nomor:Kep-261/Bl/2011 Tentang Daftar Efek

Syariah menggantikan peraturan Bapepam-LK Nomor: Nomor:Kep-523/BL/2010

tanggal 29 November 2010 tentang Daftar Efek Syariah serta penambahannya dalam

Bapepam-LK Nomor: Kep-557/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010.102

POJK Nomor 15/POJK.04/2015 Tentang Penerapan Prinsip Syari’ah di Pasar

Modal

Peraturan Efek Syariah pada Otoritas Jasa Keuangan.

POJK Nomor 61/POJK.04/2016 Tentang Penerapan Prinsip Syari’ah di Pasar

Modal Pada Manager Investasi

102

(29)

POJK Nomor 53/POJK.04/2015 Tentang Akad yang digunakan dalam

Penerbitan Efek Syari’ah

POJK Nomor 18/POJK.04/2015 Tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk

POJK Nomor 17/POJK.04/2015 Tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek

Syari’ah Berupa Saham oleh Emiten Syri’ah atau Perusahaan Publik Syari’ah

POJK Nomor 16/POJK.04/2015 Tentang Ahli Syari’ah Pasar Modal

POJK Nomor 20/POJK.04/2015 Tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek

Beragun Aset Syari’ah.

POJK Nomor 19/POJK.04/2015 Tentang penerbitan dan Persyaratan

Reksadana Syari’ah.

Sedangkan untuk penerapan Syariah di pasar modal, sampai saat ini belum

ada Undang-Undang yang mengaturnya, akan tetapi sebagai dasar penerapannya

digunakan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI) yang menjadi acuan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk

menerbitkan perangkat regulasi pada pasar modal berbasis Syariah di Indonesia.

B. Kekhususan karakteristik efek syari’ah yang mengharuskan adanya

peraturan setingkat UU

Pasar modal syariah merupakan kegiatan pasar modal yang memiliki

karakteristik khusus. Karakteristik kini terbentuk dari adanya pemenuhan prinsip

syariah dalam menciptakan produk, membuat kontrakdalam penerbitan efek syariah,

(30)

Prinsip syariah yang harus dipenuhi antaralain terhindarnya aktivitas pasar modal

syariah dari unsur perjudian (maysir), ketidakpastian (gharar),sistem bunga (riba),

dan ketidakadilan103

Sedangkan yang dimaksud dengan Majelis Ulama Indonesia (“MUI”)

menurut

para ulama, pemimpin dan cendekiawan muslim dalam mengayomi umat dan

mengembangkan kehidupan yang Islami serta meningkatkan partisipasi umat Islam

dalam pembangunan nasional. MUI merupakan mitra pemerintah dalam

penyelenggaraan program pembangunan pengembangan kehidupan yang islami.

Sebagaimana yang kami terlusuri dari situs

dijelaskan bahwa MUI adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama,

zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan

langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Dalam situs

tersebut disebutkan bahwa MUI sebagai wadah musyawarah para ulama, zu’ama dan

cendekiawan muslim berusaha untuk:

a. Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dalam mewujudkan

kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa

Ta’ala;

103

(31)

b. Memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan

kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi

terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam

memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta;

c. Menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah

timbal balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan

nasional;

d. Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan

cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada

masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi

secara timbal balik.

Kedudukan Fatwa MUI Sebagai Peraturan Perundang-Undangan: Pasal 1

angka

undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat

secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan

Perundang-undangan.

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri 104

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; atas:

104

(32)

b. .Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Jenis Peraturan Perundang-undangan selain yang disebutkan di atas, mencakup

peraturan yang ditetapkan oleh.

a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);

b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);

c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD);

d. Mahkamah Agung (MA);

e. Mahkamah Konstitusi (MK);

f. Badan Pemeriksa Keuangan(BPK);

g. Komisi Yudisial (KY);

h. Bank Indonesia (BI);

i. Menteri;

j. Badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan

Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang-Undang-Undang;

k. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;

(33)

m. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota;

n. Bupati/Walikota;

o. Kepala Desa atau yang setingkat.

Jika merujuk pada jenis dan hierarki sebagaimana tersebut dalam UU 12/2011 di

atas, maka kedudukan Fatwa MUI bukan merupakan suatu jenis peraturan

perundang-undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat. fatwa MUI

bukanlah hukum negara yang mempunyai kedaulatan yang bisa dipaksakan bagi

seluruh rakyat, fatwa MUI juga tidak mempunyai sanksi dan tidak harus ditaati oleh

seluruh warga negara. Sebagai sebuah kekuatan sosial politik yang ada dalam infra

struktur ketatanegaraan, Fatwa MUI hanya mengikat dan ditaati oleh komunitas umat

Islam yang merasa mempunyai ikatan terhadap MUI itu sendiri. Legalitas fatwa MUI

pun tidak bisa dan mampu memaksa harus ditaati oleh seluruh umat Islam.105

C. Belum terbentuknya Bursa efek syari’ah secara lembaga

Oleh karena itu ketika efek syari’ah tidak diatur oleh suatu

Perundang-undangan maka Efek Syari’ah ini bersifat tidak mengikat serta kepastian hukum

terkait efek syari’ah ini juga dipertanyakan.

Dalam UUPM tidak membedakan apakah kegiatan pasar modal tersebut

dilakukan dengan prinsip-prinsip syariah atau tidak. Dengan demikian, berdasarkan

(34)

UUPM kegaitan pasar modal di Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah dan dapat pula dilakukan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip-prinsip-prinsip

syariah.106 Kegiatan Bursa efek sekurang-kurangnya harus meliputi kegiatan

pemberian jasa sebagai berikut107

1. Menyediakan informasi pasar, seperti fluktuasi harga, volume

perdagangan , dan informasi penting lainnya terhadap emiten. .

2. Membuat aturan main yang dikenal dengan aturan bursa dengan tujuan

agar semua pelaku bursa dapat mem[eroleh kesempatan yang sama (

fairnes), baik didalam memperoleh informasi maupun kesempatan

didalam berdagang.

3. Menyediakan fasilitas perdagangan efek untuk anggota bursa dan

emiten.

4. Memberikan pelayanan kepada para anggotanya, perusahaan yang

telah mencatatkan efeknya maupun kepada para pemodal, baik secara

individu maupun kepada institusional.

Merujuk pada konsep kegiatan bursa efek di atas maka sudah seharusnya efek

syari’ah Indonesia memiliki wadah untuk menggunakan prinsip syari’ah dan

mekanisme perdagangan efek yang secara murni berlandaskan prinsip syari’ah

106

Ali amin Isfandiar, Akad Muammalah Di Pasar Modal Syari’ah, Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 7, Nomor 1, Juni 2009 (89-105) hal 96

107

(35)

Bisa di simpulkan bahwa pada dasarnya bursa efek syari’ah belum terbentuk dan

masih sekdar adanya alternatif agar menfasilitasi perdagangan efek syari’ah, kegiatan

pasar modal tetap dilakukan pada pasar modal konvensional namun yang

membedakannya hanyalah apakah efek tersebut sudah masuk kedalam daftar efek

(36)

BAB V

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap permasalahan

yang dirumuskan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut yaitu :

1. Pasar modal adalah salah satu produk muamalah, yakni diatur dalam

Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Transaksi di dalam pasar modal

menurut syari’ah tidak dilarang (dibolehkan) sepanjang tidak terdapat transaksi

yang bertentangan dengan ketentuan yang telah digariskan oleh syari’ah Islam.

Diantara yang dilarang oleh syari’ah Islam dalam melakukan transaksi bisnis

adalah transaksi yang mengandung riba sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an

surat Al-Baqarah ayat 275 yang menyatakan bahwa Allah SWT menghalalkan jual

beli dan mengharamkan riba. Undang-undang pasar modal juga memberikan

penegasan bahwa semua transaksi di pasar modal yang terdapat di dalamnya unsur

riba maka transaksi itu dilarang.Efek-efek yang diperdagangkan dalam pasar

modal syari’ah hanya yang memenuhi kriteria syari’ah seperti saham syari’ah,

obligasi syari’ah, dan reksadana syari’ah. Untuk menghasilkan instrument yang

benar-benar sesuai dengan syari’ah, telah dilakukan upaya-upaya rekonstruksi

(37)

kerugian serta tunduk pada kaidah ghummu bi

al-ghumm(keuntungan/penghasilan itu berimbang dengan kerugian yang

ditanggung), kedua: penghapusan syarat jaminan atas kembalinya harga obligasi dan bunganya sehingga menjadi seperti saham biasa, ketiga: pengalihan obligasi

ke saham biasa. Berdasarkan ketentuan, maka diterbitkanlah instrumen pasar

modal syari’ah dengan prinsip muqaradah/mudharab funds dan

muraqadhah/mudharabah bonds (obligasi muqaradah/mudharabah).

2. Prosedur penerbitan efek syari’ah dimulai dari tahap persiapan yakni, perusahaan

perlu melakukan persiapan internal dan penyiapan dokumen sesuai dengan

persyaratan yang ditentukan oleh OJK, pengumuman dan pengisian prosfektus,

masa penawaran, masa pengembalian dana, penyerahan efek dan pencatatan efek

dengan tercatatnya efek di bursa, maka dengan resmi efek tersebut sudah dapat

diperdagangkan di pasar skunder secara kontinu, yang membedakan penerbitan

efek syari’ah ini adalah adanya kewenangan Dewan Syari’ah Nasional (DSN)

sebagai pengawas prinsip-prinsip syari’ah tersebut yang akan memberikan opini

terhadap efek yang akan diterbitkan, telah memenuhi syarat secara syari’ah

ataukah tidak memenuhi kriteria efek syari’ah

3. Belum ada ketentuan yang menjadi legitimasi pasar modal syari’ah dari OJK atau

pemerintah misalnya undang-undang. Perkembangan keberadaan pasar modal

syari’ah saat ini merupakan gambaran bagaimana legalitas yang diberikan OJK

(38)

menginginkan keberadaan pasar modal syari’ah. Walaupun Dewan Syari’ah

Nasional telah mengeluarkan fatwa namun , fatwa DSN MUI ini dianggap tidak

(39)

B. SARAN

1. Regulasi terkait Efek Syari’ah ini perlu di atur ke dalam suatu Peraturan

Perundang-Undangan. Bukan hanya di atur ke dalam peraturan OJK maupun

DSN-MUI karena peraturan yang dikeluarkan oleh kedua lembaga ini bersifat

tidak mengikat jika tidak diatur juga kedalam suatu perundang-undangan.

2. Merevisi Undang-Undang Pasar Modal agar memasukkan materi muatan efek

syari’ah ke dalam UU tersebut, sebab UU ini yang masih memungkinkan

masuknya materi muatan terkait efek syari’ah.

3. Membentuk Pasar modal syari’ah dan Bursa efek syari’ah secara lembaga,

sebab pada saat ini Indonesia belum memiliki pasar modal syari’ah yang

secara utuh baik sistem, mekanisme dan yang menyangkut terkait pasar ini

Referensi

Dokumen terkait

Experiment to investigate microwave- silica interaction effect was performed by using a domestic microwave oven (2.45 GHz). Densification of sintered samples was

Dari biosorben biji pepaya yang dilakukan dengan rasio biosorben : asam sulfat (b/v) sebesar 1:1, dengan memvariasikan konsentrasi asam sulfat 5%, 7%, dan 10% serta waktu

1. Ganup Ruas marhak do mangalehon soara manang pandapot. Ganup Ruas marhak do mamillit dohot dipillit gabe Pengurus ni Punguan. Ganup Ruas naung paboahon tu Pengurus ni

bahwa secara keseluruhan protokol DCCP CCID2 memiliki kinerja yang lebih baik pada sisi utilisasi bandwidth dan fairness untuk data VoIP dan video conference

Untuk meramalkan penjualan produk Parachetamol dan Antalgin pada perusahaan di Tahun 2012 dengan menggunakan metode peramalan Box Jenkins karena metode peramalan deret berkala

We studied DNA methylation and expression of homeobox gene family in human hepatocellular carcinoma (HCC), the ifth most common cancer and the third leading cause of cancer

Adalah merupakan salah satu tugas utama guru untuk memastikan bahwa melalui mekanisme pembelajaran yang dikembangkan, setiap individu dapat mengembangkan seluruh potensi diri yang

Praktik Kerja Industri merupakan program kegiatan sekolah yang dilakukan di Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI). Pelaksanaan Praktik Kerja Industri ini dilaksanakan