• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Politik Anggota Legislatif Perempuan Dalam Merespon Kepentingan Perempuan (Studi Kasus DPRD Kota Pematang Siantar 2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Politik Anggota Legislatif Perempuan Dalam Merespon Kepentingan Perempuan (Studi Kasus DPRD Kota Pematang Siantar 2016)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang menganut konsep Trias Politica.

Yang mana dalam konsep Trias Politica dinyatakan dengan harus adanya

pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut

fungsinya yang dibagi dalam tiga bagian yaitu : Eksekutif, Legislatif dan

yudikatif1

Demokrasi telah mengalami transformasi dari waktu ke waktu.Dalam

demokrasi dinyatakan bahwa semua manusia berhak dan bebas dalam

menjalankan hak-hak demokrasi seperti hak hidup, hak berpendapat, juga hak

memilih dan dipilih, dan begitu juga dengan perempuan. Pasal 27 UUD Tahun

1945 menyatakan : “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam

hukum dan pemerintahan dan wajib menjujung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya’. Isi pasal 27 ini ingin mengenjahwantakan

bahwa tidak adanya perbedaan hak antara laki-laki dan perempuan untuk

berpartisipasi dalam pembangunan politik seperti memberikan suara secara . Dalam konsep ini kekuasaan Eksekutif ditingkat pusat dipegang

oleh Presiden, ditingkat daerah dipegang oleh Gubernur atau Walikota.

Kekuasaan Yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung, dan kekuasaan

Legislatif dipegang oleh DPR ( Dewan Perwakilan Rakyat) ditingkatan pusat

dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah).

1

▸ Baca selengkapnya: pandangan penyair tentang peran yang dilakukan perempuan perempuan perkasa dalam puisi

(2)

bebas dalam pemilihan umum, untuk ikut dalam partai politik, menjadi elit

politik dan ikut terlibat dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik.

Perempuan juga memiliki hak dan kewajiban dalam berpartisipasi dalam

politik. Partisipasi Politik adalah kegiatan warga negara yang bertujuan untuk

mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah2

Pada era reformasi khususnya setelah presiden Soeharto mengundurkan

diri dari pemerintahannya yang berkuasa selama 32 tahun, arus reformasi . Peranan perempuan

dalam menjalankan fungsi legislasi dianggap belum mendapatkankan tempat

yang strategis, yang mana kedudukan laki-laki yang lebih mendominasi dan

dalam pembuatan keputusan maupun dalam hal membuat kebijakan public,

biasanya anggota legislatif perempuan hanya menjadi peserta dan penikmat

kebijakan saja. Peran kaum perempuan dikecilkan sedemikian rupa pada

tataran simbolis dan struktural dan hanya menjadi pendamping suami dengan

pencitraan yang dimunculkan pejabat publik, dimana istri diperankan sebagai

orang kedua dibelakang suami. Keberadaan perempuan seharusnya dianggap

penting oleh anggota dewan, yakni perancang kebijakan yang adil, maksudnya

ialah peracangan anggaran haruslah juga mengakomodasi

kebutuhan-kebutuhan realistis perempuan. Karena pada kenyataannya perempuan lah

yang menjadi korban terdepan dalam bidang-bidang yang esensial seperti

kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, ketenagakerjaan, bantuan hukum,

dan lain-lain.

2

(3)

sedikit demi sedikit mengalami perubahan termasuk bagi perempuan, baik dari

kebebasan berekspresi dan sampai kepada partisipasi politik mulai

diperhatikan. Perubahan-perubahan itulah yang mempengaruhi keterwakilan

perempuan dan membuat kesadaran perempuan terhadap pengetahuan politik.

Gerakan sosial perempuan dan feminis mampu merubah kondisi sosial dan

politik di Indonesia. Mereka tidak henti-henti nya menyuarakan kepentingan

dan keterwakilan perempuan dalam ranah politik Indonesia. Untuk

merealisasikan dari perempuan Indonesia, maka pemerintah mengeluarkan

keputusan mengenai keterwakilan politik perempuan di Indonesia yaitu

Undang-Undang No.12 Pasal 65 Ayat (1) tentang Pemilu mengenai kuota

perempuan yang menyatakan bahwa “Setiap partai politik peserta pemilu

dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan

keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%3

Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa partai politik diharuskan untuk

menyertakan 30% kaum perempuan dalam struktur kepengurusan partai dan

hal tersebut adalah suatu yang diharuskan bagi setiap partai politik. Meskipun

demikian keterlibatan perempuan dalam dunia politik dengan kuota 30%,

masih menjadi wacana yang kontroversi. Banyak dari kalangan perempuan

merasa keberatan dengan alasan yang membatasi langkah perempuan yang

dapat dilihat secara hitungan statistik yang berdasarkan jumlah dirasa masih .

3

(4)

tidak adil. Tetapi dikalangan sebagian kaum perempuan lainnya menyambut

adanya wacana tersebut sebagai suatu langkah maju dalam memberi ruang

gerak bagi perekrutan perempuan dalam dunia politik. Adanya kuota 30%

keterwakilan perempuan dalam politik, juga menjadikan kaum perempuan

untuk berpartisipasi dalam politik dan bebas mencalonkan dirinya untuk dapat

menduduki jabatan sentral dalam politik.

Menurut hasil penelitian tentang partisipasi politik perempuan di

negara-negara berkembang, ada kecenderungan rendah dibanding dengan laki-laki.

Pasalnya,mereka lebih banyak terlibat dalam urusan rumah tangga atau

domestik. Di antara bentuk partisipasi nyata perempuan adalah melihat

keterwakilan mereka di panggung politik dan lembaga politik formal. Secara

realitas, ternyata di Indonesia jumlah perwakilan perempuan masih sangat

rendah dibandingkan dengan laki-laki. Dalam lembaga legislatif, keterwakilan

perempuan amat kecil, tidak seimbang dengan jumlah mereka.4

4

Zaenal Mukarom,Jurnal : Perempuan dan Politik: Studi Komunikasi Politik tentang Keterwakilan Perempuan di Legislatif.Hal.5

Sejak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 22/1999

tentang pemerintahan daerah pada 2001. UU ini memisahkan dengan tegas

antara fungsi pemerintahan daerah dengan fungsi perwakilan rakyat. Sehingga

jika ditinjau lebih lanjut berdasarkan fungsi tersebut eksekutif melakukan

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas anggaran daerah, sedangkan

legislative berperan aktif dalam melaksanakan fungsinya sebagai legislasi,

(5)

Menurut Arbi Sanit, DPRD melaksanakan fungsinya yakni : fungsi

anggaran, fungsi pengawasan, dan fungsi perundang-undangan, merupakan

salah satu unsur pemerintahan daerah dalam menjalankan fungsi legislasi yang

memiliki kepentingan dan aspirasi masyarakat. Keseluruhan dari fungsi

DPRD telah di atur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004. Melalui fungsi tersebut

DPRD sebagai perwujudan rakyat dalam struktur lembaga daerah

menjalankan fungsi perundang-undangan danj juga fungsi anggaran/keuangan

yang telah di atur dalam hak anggaran sampai pada fungsi pengawasan.

Fungsi DPRD berawal dari substansi demokrasi yang terus mengingatkan

bahwa dalam menjalankan tugas dan wewenangnya anggota parlemen adalah

wakil rakyat dan bukan wakil partai politik. Kemudian, yang menjadi

permasalahan kali ini ialah ketika membicarakan badan legislatif dikaitkan

dengan perempuan yang duduk di kursi legislatif dalam menjalankan

fungsinya sebagai anggota legislatif khususnya di tingkat daerah.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan suatu lembaga atau

badan perwakilan rakyat di daerah yang mencerminkan struktur dan sistem

demokratis di daerah, sebagaimana terdapat di dalam pasal 18 UUD 19455

5

Hari Sabarno, memandu otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa. Jakarta. Sinar Grafika. 2008. Hal: 20 dan

selanjutnya dalam UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.

Kepentingan, harapan dan tujuan dari masyarakat harus dapat di tangkap oleh

pemerintah daerah maupun oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang

(6)

yang menjalankan fungsi pemerintahan. Pemerintah daerah menjalankan

fungsi pemerintahan dan DPRD menjalankan fungsi legislasi, fungsi

penganggaran, dan fungsi pengawasan. Keseluruhan fungsi DPRD telah diatur

dalam UU Nomor 32 Tahun 2004. Fungsi DPRD tersebut berasal pada

pemikiran awal demokrasi yang dalam penerapannya selalu mengingatkan

bahwa dalam menjalankan tugas dan wewenang anggota parlemen adalah

wakil rakyat dan bukan wakil partai politik.

Selama ini masih banyak hak-hak perempuan yang masih kurang

mendapat perhatian dari anggota legislatif perempuan yang berhasil duduk di

DPRD. Diperlukan upaya bersama demi tercapainya persamaan hak bagi

perempuan, menghilangkan diskriminasi, mengatasi per masalahan kesehatan,

pendidikan, kemiskinan, peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen,

dan lain-lain, sehingga diperlukan perlakuan dan perhatian yang khusus. Hal

ini disebabkan oleh kurang nya pengetahuan, perempuan dengan sendirinya

akan tampil sebagai manusia yang utuh apabila masalah perempuannya

perempuannya berjalan dengan normal dan atau bisa teratasi. Banyak

perempuan yang terjebak dengan penyakit keperempuanan seperti kanker

rahim, kanker payudara, keputihan, menstruasi yang tidak teratur, dan lain

sebagainya. Belum lagi masalah kehamilan, persalinan, menyusui, yang

kadang tidak seperti yang diharapkan. Suatu negara dapat dikatakan baik

apabila dapat memebrikan perhatian yang lebih kepada masyarakatnya

(7)

diperlukan dalam memberikan pengetahuan, perawatan, dan pengobatan atas

masalah-masalah perempuan tersebut.

Perempuan setidaknya harus mampu mengorganisir diri sendiri dengan

meningkatkan mutu pendidikannya, karena dengan pendidikan maka

pengetahuan dapat membantu manusia untuk lebih berkompeten dan mampu

berbicara dan mengemukakan pendapat di depan umum.

CEDAW (Convention On The Elimination Of All Forms Of

Discrimination Againts Women) sebagai konvensi internasional telah di

ratifikasi negara menjadi UU No.7 Tahun 1984. Inti dari konvensi ini ialah

menghentikan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. CEDAW

meminta supaya setiap undang-undang negara menghilangkan semua sistem

yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Dengan disahkannya UU

No.2 Tahun 2008 UU No.10 Tahun 2008 tentang pemilihan umum Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, Dewan Perwakilan Daerah Dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah sebagai perkembangan yang cukup berarti bagi

kondisi feminism di Indonesia. Legalitas keterlibatan perempuan dengan

adanya kuota 30% dianggap sebagai kemenangan bagi para pengusung gender

yang menyerukan keadilan dan kesetaraan gender (KKG). Secara spesifik

Pasal 66 ayat 2 UU Nomor 10 Tahun 2008 juga menyebutkan : “KPU, KPU

Provinsi dan KPU Kabupaten/kota mengumumkan persentasi keterwakilan

perempuan dalam daftar calon tetap Partai Politik pada media cetak harian dan

(8)

disebutkan : “bahwa pendirian dan pembentukan partai politik menyertakan

30% keterwakilan perempuan.6

Kota Pematang Siantar sendiri memiliki 30 anggota legislatif , 7 diantara

nya di isi oleh anggota legislatif perempuan, berikut ini adalah tabel nama

anggota legislatif perempuan kota Pematang Siantar.

Tabel 1.1

NAMA ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN KOTA PEMATANG SIANTAR PERIODE 2014-2019

Sumber : kpu.go.id

6

Astid Anugrah, Keterwakilan Perempuan Dalam Politik: Pancuran Alam, Jakarta 2009 No Nama Anggota

Legislatif

Partai

1 Hj Rini Silalahi SSi GOLKAR

2 Nazli Juwita Pane GOLKAR

3 Hotmaulina Malau Gerindra

4 Hj Frida R Damanik Demokrat

5 Asrida Sitohang Amd Demokrat

6 Nurlela Sikumbang

SH

PAN

7 Yesika Pratiwi

Sidabalok

(9)

Gender bukan kodrat ketuhanan tetapi lebih kepada proses penempatan

bagaimana sebaiknya laki-laki dan perempuan bertindak dan berperan sesuai dengan

tata nilai dan struktur, ketentuan sosial dan budaya ditempat mereka berada.

Salah satu fungsi dari anggota legislatif perempuan ialah memberikan perhatian

khusus untuk menanggapi dan merespon apa yang menjadi kebutuhan kaum

perempuan di wilayah konstituennya,namun di DPRD kota Pematang Siantar hingga

saat ini program-program yang bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan

perempuan belum ada dibuat, mereka belum secara maksimal memanfaatkan fungsi

kerja untuk membawa isu-isu perempuan dan kepentingan perempuan. Masih banyak hal yang perlu di perhatikan oleh anggota legislatif perempuan semisal

diskriminasi perempuan, trafficking, persoalan kesehatan, pendidikan,

kemiskinan, pemberdayaan perempuan, dan partisipasi politik perempuan

adalah persoalan perempuan yang sewajarnya harus mendapat perhatian

khusus.

Kota Pematang Siantar pada tahun 2016 memiliki kasus perempuan berjumlah 64

kasus, berikut ini adalah tabel data kasus perempuan di kota pematang siantar.

(10)

Tabel 1.2

Data Kasus Perempuan Kota Pematang Siantar Tahun 2016

Sumber : Buku Laporan Perempuan dan Perlindungan Anak Kapolres

Pematangsiantar

Melihat jumlah data kasus di atas peran anggota legislatif Perempuan

sangat lah diperlukan untuk mengakomodir kepentingan dan kebutuhan kaum

perempuan, peran legislasi yang mereka miliki sudah selayaknya digunakan

untuk merespon kepentingan kaum perempuan minimal di daerah

konstituennya .

Berdasarkan pada hal-hal di atas maka penulis merasa tertarik dan

berminat meneliti mengenai Peran Politik Perempuan yang dalam penelitian

ini berfokus pada melihat bagaimana Peran Politik Anggota Legislatif

No Kasus Perempuan Jumlah

1 KDRT 23

2 Cabul Anak 17

3 Kesusilaan 2

4 Melarikan Anak 2

5 Kejahatan Kesopanan 1

6 Penelantaran Keluarga 4

7 Cabul 15

(11)

Perempuan di DPRD Kota Pematangsiantar dalam memperjuangkan kepentingan perempuan.

1.2 Rumusan Masalah

Baik atau buruknya organisasi dapat ditinjau dari seberapa besar

partisipasi mereka dalam menjalankan kinerja mereka. Untuk menunjukkan

kemampuan mereka, anggota legislatif perempuan harus mampu

memperlihatkan seberapa besar prestasi dan pengaruh nya dalam menjalankan

fungsi parlemen.

Anggota legislatif perempuan memiliki kewajiban untuk memperhatikan

kepentingan perempuan dalam partisipasi politik dan meningkatkan

kesejahteraan hidupnya dengan cara membuat kebijakan-kebijakan yang

efektif dan efisien. Jumlah anggota legislatif perempuan DPRD kota pematang

siantar hanya berjumlah tujuh orang .7

7

Program-program yang bertujuan untuk

memperjuangkan kepentingan perempuan sampai saat ini belum ada dibuat,

mereka belum secara maksimal memanfaatkan fungsi kerja untuk membawa

isu-isu perempuan dan kepentingan perempuan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba merumuskan

permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian, yaitu bagaimana Peran Politik Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kota Pematangsiantar dalam memperjuangkan kepentingan perempuan.

(12)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah.

1. Untuk Melihat Peran Politik Perempuan Dalam Menjalankan

Fungsinya Sebagai Anggota Legislatif Untuk Memperjuangkan

Kepentingan Perempuan..

2. Untuk Melihat Hambatan Yang Dialami Anggota Legislatif

Perempuan Dalam Menjalankan Fungsinya Memperjuangkan

Kepentingan Perempuan..

1.4 Batasan Masalah

Pembatasan masalah pada suatu penelitian perlu dilakukan agar

pembahasan tidak melebar dan hasil dari penelitian sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Oleh karena hal tersebut maka batasan masalah penelitian ini

adalah sebatas menganalisis peran politik anggota legislatif perempuan dalam

merespon kepentingan perempuan baik dalam hal sosial, ekonomi, dan budaya

sehingga dapat membantu peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian yang

berfokus pada Peran Politik Anggota Legislatif Perempuan kota Pematang

(13)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini ialah :

1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan wawasan ilmiah mengenai

kinerja dan kemampuan anggota parlemen perempuan dalam menjalankan

fungsi legislasi dan menjadi bahan pertimbangan bagi pihak-pihak

pemerintahan agar member kesempatan lebih bagi perempuan dalam

kancah politik.

2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada

masyarakat utamanya bagi kaum perempuan agar dapat membuktikan

hasil penelitian penulis berdasarkan fakta yang ada dilapangan, dan

kiranya dapat menambah wawasan dari penulis sendiri.

1.6 Kerangka Teori

Dalam melakukan suatu penulisan karya ilmiah diperlukan adanya analisis

menggunakan teori. Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi,

definisi untuk menerangkan suatu fenomenal sosial secara sistematis dengan

cara merumuskan hubungan antara konsep.8 Dalam hal ini penulis akan

menguraikan konsep dan teori yang nantinya akan dijadikan sebagai pisau

analisis dalam penelitian ini yaitu teori politik gender ,peran politik, teori

kebijakan publik.

8

(14)

1.6.1 Politik Gender

Teori Gender digunakan sebagai pisau analisis sosial konflik dimana

mengacu kepada ketidakadilan peran, fungsi, kedudukan, struktural karena

kondisi sosial, tradisi masyarakat, keyakinan beragama individu, dan

kebijakan pemerintah. Gender memfokuskan kajian tentang kedudukan

laki-laki dan perempuan namun yang dilihat bukan dari sisi perbedaan biologisnya

melainkan dari kedudukan, status, tugas, dan peranan di antara keduanya

ditinjau dari perspektif sosial, ekonomi, hukum, budaya, HAM.

Secara etimologi gender berasal dari kata Latin genus, Inggris abad

pertengahan gendre, Yunani gen, dan Prancis modern genre. Awalnya secara

umum berarti “jenis” (kata benda) atau “menghasilkan” (kata benda), namun

belakangan secara gramatikal lebih sering digunakan untuk menunjuk jenis

kelamin atau seks secara sosial daripada biologis. Gender adalah suatu konsep

yang merujuk pada suatu sistem peranan dan hubungan antara laki-laki dan

perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, akan tetapi oleh

lingkungan sosial budaya, politik dan ekonomi. Gender mengacu pada

perbedaan peran sosial serta tanggung jawab perempuan dan lelaki pada

perilaku dan karakteristik yang dipandang tepat untuk perempuan dan laki-laki

pada pandangan bagaimana kegiatan yang mereka lakukan seharusnya

dihargai.9

9

Hubeis, Aida vitalaya S. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor. PT. Penerbit IPB Press.2010

(15)

untuk mengacu pada perbedaan-perbedaan antara perempuan dan laki-laki

tanpa konotasi-konotasi yang sepenuhnya bersifat biologis. Jadi bila dimaknai

lebih dalam bahwa rumusan gender merujuk pada perbedaan-perbedaan antara

perempuan dan laki-laki yang merupakan konstruksi dan terbentuknya

masyarakat secara sosial, ekonomi dan politik.10

Di Indonesia kesetaraan gender mulai dirasakan sejak emansipasi yang

menjadi cita-cita R.A Kartini yang sedikit banyaknya telah menumbuhkan

perubahan-perubahan bagi aspek kehidupan perempuan Indonesia. Ditambah

lagi dengan adanya undang-undang untuk memasukkan perempuan dalam Gender merupakan suatu wacana yang menarik dan sedang juga menjadi

perhatian masyarakat sehingga ada suatu gerakan untuk mencapai kesetaraan

antara laki-laki dan perempuan. Pada suatu sisi hubungan gender menjadi

persoalan tersendiri, hal ini disebabkan karena persoalan emansipasi wanita

masih belum mendapat posisi yang sepenuhnya bisa diterima. Perempuan

seharusnya tidak diikat oleh aturan patriarki karena hal ini dapat membuat

posisi perempuan semakin lemah dan dapat menghambat pekerjaan atau

pendidikan yang sedang mereka jalani. Sehingga pada posisi inilah dibutuhkan

pengertian atau konsep gender agar masyarakat bisa membedakan emansipasi

perempuan dan gender.

10

(16)

lembaga politik formal, maka semakin tampak perjuangan untuk keadilan

terhadap gender.

1.6.1.1 Keterwakilan Perempuan Dalam Politik

Partisipasi perempuan dalam politik dan publik merupakan salah satu

pre-existing conditions bagi demokrasi seutuhnya. Lebih jauh lagi, bila perempuan

tampil sebagai pembuat kebijakan (policy maker) maka akan memberi

kontribusi sangat besar pada kesetaraan gender dalam kehidupan demokrasi.11

Pada UUD 1945 Pasal 28 jelas mengatakan pengakuan Hak Asasi bagi setiap

warga negaranya adalah sama. Setiap warganya baik laki-laki maupun

perempuan mempunyai hak kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa adanya

batasan.

Hak-hak perpolitikan perempuan telah dibuktikan dengan diratifikasinya

konvensi PBB yang menjelaskan beberapa hal :

1. Perempuan berhak dalam memberikan suara dalam semua pemilihan

dengan syarat- syarat yang sama bagi laki-laki, tanpa suatu diskriminasi.

2. Perempuan berhak untuk dipilih bagi semua badan yang telah dipilih

secara umum, diatur oleh hukum nasional dengan syarat-syarat yang sama

dengan laki-laki dan tanpa ada diskriminasi.

(17)

3. Perempuan berhak untuk memegang jabatan publik dan menjalankan

semua fungsi publik, diatur oleh hukum nasional dengan syarat-syarat

yang sama dengan laki-laki.12

Keikutsertaan perempuan dalam politik sangat dibutuhkan untuk dapat

menyumbangkan gagasan dan pemikirannya terhadap permasalah politik. Ada

beberapa hal yang menjadi alasan perempuan harus ikut dalam pengambilan

kebijakan.

Sejak ditetapkan sebuah Undang-undang partai politik baru yaitu UU No.2

Tahun 2008 sebagai pengganti UU No.31 tahun 2002 per tanggal 4 Januari,

juga UU No.2 Tahun 2008 tentang pemilihan umum Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah

merupakan peluang bagi perempuan karena jika ditilik dalam UU tersebut

Indonesia berusaha keluar dari sistem yang bersifat patriarki dan hal tersebut

merupakan peluang bagi perempuan untuk berkiprah di kancah perpolitikan.

1.6.1.2 Partisipasi Politik Perempuan

Perjuangan dalam menjadikan perempuan di dalam parlemen bukan hanya

memperjuangkan kuantitas saja namun satu hal yang tidak kalah penting

adalah kualitas perempuan, bagaimana perempuan dapat memiliki wawasan

yang mumpuni, kepekaan, dan komitmen untuk mewujudkan kesetaraan,

pemberdayaan perempuan, dan keadilan.

12

(18)

1. Perempuan adalah separuh penduduk dunia sehingga secara demokratis

pendapat dari perempuan harus dipertimbangkan. Dalam demokrasi

pandangan kelompok-kelompok yang berbeda jenis harus diformulasikan

dan dipertimbangkan dalam setiap kebijakan,

2. Partisipasi politik perempuan diharapkan dapat mencegah kondisi yang

tidak menguntungkan bagi kaum perempuan dalam menghadapi masalah

steriotipe terhadap perempuan, diskriminasi dibidang hukum, kehidupan

sosial dan kerja dan juga eksploitasi terhadap perempuan.

3. Partisipasi perempuan dalam pengambilan kebijakan politik dapat

berpengaruh pada pengambilan keputusan politik yang mengutamakan

perdamaian.

4. Keterwakilan politik perempuan dalam parlemen akan membuat

perempuan lebih berdaya untuk terlibat dalam pembuatan budget

berperspektif gender. Penggunaan analisa berperspektif gender akan

meningkatkan efektivitas kebijakan sehingga penggunaan uang publik juga

(19)

1.6.2 Konsep Peran Politik

Membahas tentang peran politik terlebih dahulu harus memahami

pengertian dari dua kata tersebut. Peran adalah perilaku menjalankan

kewajiban dan menuntut hak yang melekat pada status, peran adalah

seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang

menempati kedudukan sosial tertentu, Peran juga dapat diartikan sebagai

serangkaian tingkah laku/pola di berbagai lingkungan sosial yang

berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Seorang

ahli yang bernama Glen Elder (1975) melalui pendekatannya yang

dinamakan “life-course” memaknakan bahwa setiap masyarakat

mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai perilaku

tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam

masyarakat tersebut.

Istilah “Peran” diambil dari dunia teater, dimana posisi actor dalam

dunia teater itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam

masyarakat sehingga hasilnya bahwa perilaku yang diharapkan

daripadanya tidak berdiri sendiri, tapi selalu ada dalam kaitannya dengan

orang lain yang berhubungan dengan orang / actor tsb. Peranan adalah

sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu

(20)

Peran berhubungan dengan fungsi individu dalam suatu kelompok

sosial. Jenis peran ada dua, yaitu peran yang ditetapkan dan peran yang

diterima. Peran yang ditetapkan memiliki pengertian situasi dimana

seseorang telah ditunjuk dan tidak memiliki pilihan dalam melaksanakan

dan menentukan tugas dan peran nya. Jenis peran yang kedua yakni, peran

yang diterima artinya si pemegang peran adalah individu/aktor yang

memilih sendiri peran yang akan dijalankannya.

Pembahasan selanjutnya yaitu politik, yang mana politik itu

memiliki cakupan yang luas. Pada umumnya dapat dikatan bahwa politik

(politics) adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga negara, untuk membawa

masyarakat kearah kehidupan yang harmonis13

Dalam membahas politik terdapat 4 pembahasan inti yaitu: tujuan

dari kegiatan politik, cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut,

kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan

oleh situasi politik tertentu, dan kewajiban-kewajiban yang diakibatkan . Sedangkan Andrew

Heyeood mengatakan politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan

untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen

peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat

terlepas dari gejala konflik dan kerjasama.

13

(21)

oleh tujuan politik itu. Konsep-konsep yang dibahas dalam teori politik

mencakup: masyarakat, kelas sosial, negara, kekuasaan, kedaulatan, hak

dan kewajiban, kemerdekaan, lembaga-lembaga negara, perubahan sosial,

pembangunan politik, modernisasi, dan sebagainya14

Dalam menjalankan peran politik tidak terlepas dari adanya unsur negara.

Individu/aktor yang menjalankan peran politik mempunyai suatu ikatan

dengan negara, dimana aktor tersebut diikat dan dilindungi oleh negara

yang menaunginya. Negara merupakan integrasi dan organisasi pkok dari

kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang

mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia

dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam

masyarakat.

.

Jika digabungkan pengertian antara peran dan politik maka dapat

diartikan peran politik ialah peran yang dimainkan aktor/individu yang

memiliki posisi-posisi atau status-status tertentu di dalam masyarakat yang

diharapkan untuk berperilaku dengan cara-cara yang dapat diprediksikan.

Dalam peran politik terdapat dua hal yang penting, pertama adalah harus

ada aktor/indiviud yang aktif dalam menjalankan peran, sedangkan yang

kedua harus adanya tugas-tugas yang diamndatkan kepada individu/aktor

pelaku yang nantinya tugas tersebut harus dijalankan.

15

(22)

lingkup nasional maupun internasional mempunyai tanggung jawab

kepada negara.

1.6.3 Lembaga Legislatif

Lembaga legislatif atau yang lebih dikenal sebagai parlemen atau

DPR merupakan suatu badan birokrasi dimana terdapat wakil-wakil rakyat

yang mempunyai tugas untuk menyampaikan aspirasi dari masyarakat

kepada pemerintah.

1.6.3.1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPRD sebagai lembaga legislatif yang berfungsi untuk

menyalurkan aspirasi masyarakat di daerah kepada pemerintah setempat.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dibentuk di setiap provinsi dan

kabupaten/ kota pada umumnya dipahami sebagai lembaga yang

menjalankan fungsi legislatif. Namun, fungsi legislatif di daerah tidak lah

berada sepenuhnya di tangan DPRD seperti fungsi DPR-RI seperti yang

tertuang dalam Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 hasil

Perubahan Pertama. Pasal 20 ayat (1) menyatakan Presiden berhak untuk

mengajukan RUU kepada DPR. Sedangkan kewenangan untuk menetapkan

Peraturan Daerah (Perda), baik dari daerah provinsi maupun kabupaten/kota,

tetap berada di tangan Gubernur dan Bupati/Walikota dengan persetujuan

DPRD. Gubernur dan Bupati/Walikota tetap merupakan pemegang

(23)

dilakukan dengan persetujuan DPRD yang merupakan lembaga pengontrol

terhadap kekuasaan pemeririntah di daerah.

1.6.3.2 Fungsi Legislatif Fungsi DPRD ada tiga yaitu :

1. Legislasi

Sebagai badan legislasi, DPRD berfungsi sebagai badan pembuat

peraturan perundang-undangan. Melalui fungsi ini DPRD

mengaktualisasikan diri sebagai wakil rakyat. DPRD bersama-sama

dengan kepala daerah menyusun dan menetapkan peraturan daerah untuk

kepentingan daerah dalam batas-batas wewenang yang diserahkan kepala

daerah. Rancangan peraturan daerah dapat diajukan oleh kepala daerah

atau DPRD.

2. Keuangan

Hak anggaran ini memberi kewenangan kepada DPRD untuk ikut

menetapkan dan merumuskan kebijaksanaan daerah dalam menyusun

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pelaksanaannya,

mulai dari perumusan rancangan naskah APBD, perubahan APBD, atau

perhitungan APBD. Pembahasan anggaran pada tahap pertama dilakukan

oleh Panitia Anggaran untuk dipelajari. Pandangan-pandangan Panitia

Anggaran diserahkan kepada komisi-komisi untuk dibahas. Selain Rapat

(24)

politiknya. Pada pembahasan ini, anggota-anggota DPRD mengambil

sikap menerima atau mengamander bagian-bagian tertentu dalam APBD.

3. Pengawasan

Penilaian terhadap pelaksanaaan peraturan-peraturan daerah oleh eksekutif

adalah bentuk dari pengawasan. Di dalam hak-hak DPRD ada hak

mengajukan pertanyaan, hak meminta keterangan dan hak penyelidikan.

Menurut UUD 1945 yang lama, DPR berhak mengajukan usul inisiatif

perancangan UU. Demikian pula DPRD, berdasarkan ketentuan UU No.

22/1999 berhak mengajukan rancangan peraturan daerah kepada gubernur.

Namun, hak inisiatif ini sebenarnyatidaklah menyebabkan kedudukan

DPRD menjadi pemegang kekuasaan legislatif yang utama. Pemegang

kekuasaan yang utama tetap berada di tangan pemerintah yang dalam hal

ini adalah gubernur atau bupati/walikota. Fungsi utama DPRD adalah

mengontrol jalannya pemerintahan daerah, sedangkan dalam fungsi

legislatif DPRD bukanlah aktor yang dominan. DPRD hanya bertindak

sebagai lembaga pengendali atau pengontrol yang dapat menyetujui atau

bahkan menolak sama sekali ataupun menyetujui dengan

perubahan-perubahan tertentu, dan sekali-kali dapat mengajukan usul inisiatif sendiri

mengajukan rancangan peraturan daerah. Fungsi DPRD lebih tercermin

dalam mengawasi pererintahan daerah. Di bidang legislasi, lebih berkaitan

dengan sifat-sifat teknis yang banyak membutuhkan dukungan-dukungan

(25)

1.6.4 Rekrutmen Politik

Menurut Ramlan Surbakti “rekrutmen politik ialah seleksi

pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok

orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada

umumnya dan pemerintahan pada khususnya”16

Rekrutmen politik merupakan proses dimana partai mencari

anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi

dalam proses politik melalui organisasi-organisasi massa yang melibatkan

golongan-golongan tertentu, seperti golongan buruh, petani, pemuda,

mahasiswa, perempuan dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa

rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai. Hal ini

seperti yang ditegaskan oleh Mochtar Mas`oed (2000:29) bahwa

rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan

politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media

komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan

tertentu, pendidikan dan ujian.

. Fungsi rekrutmen sangat

penting karena merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan

mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik sangat

penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu

melaksanakan peranannya, kelangsungan sistem politik akan terancam.

17

16

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik Jakarta : Grasindo, 1992, hal. 118 17

Hesel Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI,

(26)

yang dilakukan oleh partai politik biasanya berdasarkan atas prestasi

dalam ujian kecakapan dan kemampuan, tetapi tak jarang juga berdasarkan

status orang yang direkrut tersebut.

1.6.4.1 Sistem Rekrutmen Politik

Dalam melakukan rekrutmen politik, setiap partai politik

memiliki metode yang berbeda- beda. Hal ini tentunya didasarkan pada

perbedaan ideologi, garis perjuangan partai hingga proyek partai yang

belum tentu sama antara partai satu dengan yang lainnya. Perbedaan

perbedaan inilah yang nantinya menentukan metode yang akan digunakan

partai politik dalam melakukan rekrutmen politik. Rekrutmen politik di

dalam pelaksanannya memiliki keragaman yang tiada terbatas, walaupun

memiliki dua cara khusus yaitu seleksi pemilihan melalui ujian serta

latihan dapat dikatakan sebagai proses rekrutmen yang paling penting.

Menurut Miftah Thoha bahwa ada tiga sistem yang sering digunakan

dalam proses rekrutmen, yaitu18

Sistem patronit dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar

pemikirannya dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, dimana dalam

mengangkat seseorang unutk menduduki jabatan, baik dalam bidang

pemerintahan maupun politik dengan pertimbangan yang bersangkutan

masih kawan dekat, sanak famili dan ada juga karena asal daerah yang :

1. Sistem Patronit (patronage system)

2003, hal. 188

18

(27)

sama. Sistem kawan ini juga didasarkan atas dasar perjuangan politik

karena memiliki satu aliran politik, ideologi dan keyakinan yang sama

tanpa memperhatikan keahlian dan ketrampilan.

2.Sistem Merita (Merit System)

Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha

mengangkat atau menduduki pada jabatan tertentu sehingga sistem ini

lebih bersifat obyektif karena atas dasar pertimbangan kecakapan. Dengan

dasar pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia

dinamakan sistem jasa. Penilaian obyektif tersebut pada umumnya ukuran

yang dipergunakan ialah ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering

disebut dengan “spoil system”.

4. Sistem Karir (Career System)

Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas unutk

menunjukkan pengertian suatu kemajuan sesorang yang dicapai lewat

usaha yang dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja

maupun politik.

Sistem rekrutmen politik memiliki keseragaman yang tiada

terbatas, namun pada dasarnya ada dua cara khusus seleksi pemilihan

yakni, melalui kriteria universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan

dengan kriteria universal merupakan seleksi untuk memainkan peranan

dalam sistem politik berdasarkan kemampuan dan penampilan yang

(28)

dengan kriteria partikularistik adalah pemilihan yang bersifat primordial

yang didasarkan pada suku, agama, ras, keluarga, almameter atau faktor

status.19

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan metode wawancara, studi pustaka, dan

observasi. Penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan

untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan

fakta dan data-data yang ada. Dengan menggunakan penelitian deskriptif

ini nantinya dapat membantu penulis dalam menjawab sebuah atau

beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau subjek tertentu secara

rinci.

Untuk menciptakan sistem politik yang kokoh maka mekanisme

dan prosedur rekrutmen harus benar-benar dilakukan berdasarkan aturan

yang benar pula, dengan memperhatikan elemen-elemen tertentu.

Pemenuhan persyaratan tersebut membawa dampak terhadap figur yang

dikehendaki dengan harapan dapat menyiasati kehendak atau aspirasi dari

masyarakat atau kelompoknya. Hal penting yang mempengaruhi dan

diprioritaskan adalah latar belakang pendidikan, kemampuan, keahlian,

bakat serta memiliki dedikasi yang tingggi serta profesionalisme.

1.7 Metode Penelitian

20

19

Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 185.

20

(29)

1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut

defenisi Bodgan dan Taylor, penelitian kualitatif merupakan suatu

prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa

ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan

kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam

tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu

individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu yang dikaji dari

sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic.21

a. Kantor DPRD Kota Pematangsiantar 1.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti akan melakukan

penelitian. Peneliti akan melihat dan menganalisis yang sebenarnya terjadi

dari objek yang diteliti dan menghubungkan dengan data yang diperoleh.

Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah :

Lokasi penelitian tersebut menjadi pertimbangan peneliti karena

berhubungan dengan penelitian ini.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan sumber data yang terdiri dari data

21

(30)

primer dan data sekunder.

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

Dalam pengambilan data, peneliti mengumpulkan dengan tehnik

wawancara. Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara

memberikan pertanyaan langsung kepada responden guna

memperoleh keterangan dalam menyimpulkan data yang terkumpul.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang

sudah ada. Data tersebut dapat diperoleh melalui catatan atau

dokumentasi, buku, dan literatur lain yang berhubungan dengan judul

penelitian ini.

1.7.4 Teknik Analisis Data

Tahap selanjutnya yaitu menganalisis data yang diperoleh dari

sumber-sumber yang digunakan dalam tehnik pengumpulan data.

Adapun tehnik analisis data adalah tehnik analisis data kualitatif yaitu

dengan menekankan analisis pada sebuah proses pengambilan

kesimpulan secara induktif dan deduktif serta analisis pada fenomena

yang sedang diamati dengan menggunakan metode ilmiah.22

22

Burhan Bungin. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: PT Kencana, hal 153

(31)

1.8 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Profil dan Gambaran Umum DPRD Kota Pematang Siantar

Bab ini membahas gambaran secara umum tentang

kedudukan,fungsi, tugas, anggota legislatif DPRD

Kota Pematang Siantar.

Bab III : Kinerja Dewan Perempuan Kota Pematangsiantar Pada Tahun 2016

Bab ini memuat tentang analisis dari penyajian

data-data berdasarkan fakta yang terjadi. Pada bab

ini akan dianalisis tentang kinerja anggota legislatif

perempuan Kota Pematang Siantar dalam

melaksanakan fungsi legislasi.

Bab IV : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi rangkuman dari hasil penelitian yang

(32)

saran-saran yang dapat memberikan manfaat bagi

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

Hiranyakasipu memiliki saudara kembar yang bernama Hiranyaksa, sebelum bernama Hiranyakasipu dan Hiranyaksa ia bernama Jaya Wijawa.Garapan ini merupakan sebuah garapan

Melalui model, ditunjukkan estimasi pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung variabel bebas terhadap variabel terikat yang dapat diformulasikan dalam

Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan penjumlahan dua bilangan cacah sampai dengan 40 dengan tepat2. Setelah membaca teks, siswa

Dalam hal keterkaitan antara kelompok sekolah yaitu sekolah negeri dan swasta dengan konsep dirinya, yang terbanyak adalah siswa sekolah swasta dengan konsep diri yang tinggi

Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam

Dalam pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama masa-masa penjaringan dan kampanye, komunikasi yang dilakukan oleh beberapa laskar cukup intensif dan dilakukan dengan

Investasi pada entitas asosiasi dicatat di laporan posisi keuangan konsolidasian sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan dalam bagian

Model MPMK ini bertujuan agar siswa memahami suatu konsep matematika dan melihat keterkaitan konsep tersebut secara internal dan eksternal (Mulyana, 2009). Tahap-tahap