BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Udara Gg. Rukun (Peternakan Kelinci Rukun Farm) Berastagi dan Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan berlangsung selama 3 bulan dimulai dari bulan Juli 2016 sampai dengan Oktober 2016.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan adalah kelinci rex jantan lepas sapih sebanyak 24 ekor, bahan penyusun ransum/pelet yang terdiri dari ampas kelapa fermentasi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak padi, tepung ikan, mineral mix dan garam. Air minum yang diberikan secara ad libitum dan rodalon sebagai desinfektan serta obat-obatan seperti obat cacing (kalbazen) dan anti bloat untuk obat kembung. Daging kelinci bagian dada dan paha sebagai bahan uji kimia daging, air untuk merebus daging, larutan buffer pH, Aquades, HCl, H2SO4 dan H2O2.
Alat
mendinginkan daging, penetrometer sebagai alat mengukur keempukan daging, pH meter untuk mengukur pH daging dan tabung Kjhehldahl untuk menguji kadar protein.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara experimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan tersebut sebagai berikut :
P0a : Ransum dengan 10% ampas kelapa tanpa fermentasi P0b : Ransum dengan 20% ampas kelapa tanpa fermentasi
P1 : Ransum dengan 10% ampas kelapa fermentasi Aspergillus niger
P2 : Ransum dengan 20% ampas kelapa fermentasi Aspergillus niger P3 : Ransum dengan 10% ampas kelapa fermentasi Ragi Tape P4 : Ransum dengan 20% ampas kelapa fermentasi Ragi Tape Dengan susunan penelitian sebagai berikut :
Tabel 5. Kombinasi Unit Perlakuan dan Ulangan
P4 U3 P3 U1 P2 U2 P1 U4
P3 U4 P4 U4 P2 U1 P1 U1
P2 U4 P3 U3 P4 U2 P1 U3
P3 U2 P2 U3 P0B U1 P0B U4
P0A U3 P0B U3 P0A U2 P4 U1
Model matematik percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = μ + σi + Ʃij
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan yang diperoleh dari satuan percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Μ = nilai tengah umum σi = efek dari perlakuan ke-i
Ʃij = pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Peubah yang Diamati
Nilai pH
Nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter. pH meter dikalibrasi terlebih dahulu pada pH 4 dan 7. pH meter ditusukkan ke dalam daging hingga sensor pHnya tertutupi semua. Nilai pH didapat setelah angka tertera di pH meter konstan.
Nilai Susut Masak
Susut masak daging adalah perbedaan berat daging sebelum dan sesudah dimasak dan dinyatakan dalam persentase (%). Sampel daging seberat 100 gram dengan panjang 7 cm ditusukkan dengan termometer bimetal sampai menembus bagian dalam daging, lalu direbus dengan air hingga mencapai suhu 80-82 0C. Setelah itu, sampel daging diangkat dan didinginkan kemudian ditimbang. Selisih antara berat segar dan berat masak merupakan nilai susut masak yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
% Susut Masak = �obot sampel awal−bobot sampel akhir
Nilai Tekstur Daging
Sampel dimasak terlebih dahulu pada termperatur 90°C selama 30 menit, kemudian dipotong dengan ukuran 1x1x1 cm (1 cm3). Kemudian pasang universal cone pada penetrometer dan tambahkan pemberat (weight) 50 gr pada penetrometer. Dicatat berat universal cone, test rod dan pemberat (a gram), kemudian sampel diletakkan pada dasar penetrometer. Jarum penunjuk diatur sehingga permukaan sampel tepat bersinggungan dengan ujung universal cone
dan jarum pada skala menunjukkan angka nol. Tekan tuas (lever/clutch) penetrometer selama 10 detik (t). Nilai keempukan daging dilihat dari skala pada alat yang menunjukkan kedalaman penetrasi universal cone ke dalam sampel (b mm). Keempukan daging adalah b/a/t dengan satuan mm/gr/dt yang dihitung dengan menggunakan rumus:
Keempukan (mm / g / 10 detik)= rata−rata pengukuran waktu tekan (detik )
Kadar Protein (AOAC, 1995)
sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Hal yang sama dilakukan untuk blanko. Perhitungan kadar protein adalah sebagai berikut :
Kadar N (%) = (ml HCL sampel −ml HCL blanko )xN HCL x 14,007
Berat sampel kering (mg ) x 100% Kadar Protein (%) = % N x faktor konversi
Kadar Air (AOAC 1995)
Sampel sebanyak 2 g dimasukan ke dalam cawan almunium yang telah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan di dalam oven bersuhu 100-105oC sampai bobot konstan. Setelah itu didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Kadar air diperoleh dengan menggunakan rumus:
Kadar air (%) = bobot awal−bobot akhir
bobot awal x 100%
Kadar Lemak (Metode Ekstraksi Soxhlet) (AOAC 1995)
Sebanyak 5 g sampel yang ditepungkan dibungkus dengan kertas saring, dimasukan ke dalam soxhlet, lalu ditambahkan heksan secukupnya dan direfluks selama 5-6 jam. Kemudian, labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dan pelarut dipanaskan pada oven dengan suhu 105°C setelah itu didinginkan dalam desikatot dan ditimbang. Kadar lemak didapat dengan menggunakan rumus:
Kadar lemak (%) = berat lemak (g)
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah kandang individu dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm sebanyak 24 petak. Kandang dipersiapkan seminggu sebelum kelinci masuk dalam kandang agar kandang bebas dari hama penyakit. Kandang beserta peralatan seperti tempat pakan dan minum dibersihkan dan didesinfektan dengan menggunakan rodalon.
2. Pemilihan Ternak
3. Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Fermentasi Ragi Tape
Pengolahan ampas kelapa hingga menjadi ampas kelapa fermentasi dijelaskan pada skema berikut :
Ampas Kelapa Basah
Tepung Ampas Kelapa
Tepung Ampas Kelapa + Ragi tape
Pengeringan
Tepung Ampas Kelapa Fermentasi Ragi tape
Sumber : Diolah berdasarkan hasil penelitian “Pengaruh Fermentasi Saccharomyses cerevisiae Terhadap Kandungan Nutrisi dan Kecernaan Ampas Pati Aren”, oleh Uum Umiyasih dan Y. N Anggraeny.
Di oven (24 jam, pada suhu 600C) Di giling (Grinder)
Disterilkan (Autoclave) selama 15 menit pada suhu 1210C
Ditambahkan air sebanyak 1252 ml/kg tepung ampas kelapa
Ditambahkan ragi tape dengan dosis 1% dan 2% bahan kering
Dihomogenkan
Dimasukkan ke dalam kotak dan ditutup menggunakan plastik
Clingwarp
Difermentasi selama 4 hari
Di oven selama 24 jam pada suhu 600C
4. Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Fermentasi dengan Aspergillus niger
Pengolahan ampas kelapa hingga menjadi ampas kelapa fermentasi dijelaskan pada skema berikut :
Ampas Kelapa Basah
Tepung Ampas Kelapa
Tepung Ampas Kelapa + Ragi tape
Pengeringan
Tepung Ampas Kelapa Fermentasi Ragi tape
Sumber: Modifikasi oleh Purwadaria et al. (1995), pada penelitian “Pemanfaatan Ampas Kelapa Limbah PengolahanMinyak Kelapa Murni Menjadi Pakan”.
Di oven (24 jam, pada suhu 600C) Di giling (Grinder)
Disterilkan (Autoclave) selama 15 menit pada suhu 1210C
Ditambahkan air sebanyak 1252 ml/kg tepung ampas kelapa
Ditambahkan Aspergillus niger dan Zeolit dengan dosis 1% dan 2% bahan kering
Dihomogenkan
Dimasukkan ke dalam kotak dan ditutup menggunakan plastik
Clingwarp
Difermentasi selama 4 hari
Di oven selama 24 jam pada suhu 600C
5. Penyusunan Pakan dalam bentuk Pelet
Bahan penyusun konsentrat yang digunakan terdiri atas tepung ampas kelapa, bungkil inti sawit, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak padi, tepung ikan, mineral dan garam seperti yang tertera pada Tabel 6. Bahan yang digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan formulasi pelet yang telah sesuai dengan level perlakuan. Untuk menghindari ketengikan, pencampuran dilakukan satu kali dalam 3 minggu.
Tabel 6. Susunan dan komposisi ransum No
dosis 0,02 ml/kg bobot kelinci, pemberiannya dengan cara menyuntikkan di bagian subkutan, anti bloat untuk obat mencret dan kembung dengan dosis 1 sendok the untuk 1-3 ekor kelinci, pemberiannya melalui mulut. Pelet diberikan pukul 08.00 WIB dan pukul 16.00 WIB dan hijauan diberikan 1 jam setelah pemberian pelet.
7. Pengambilan Data
Kelinci dipotong setelah dipuasakan selama 12 jam, pemotongan dilakukan dengan memotong bagian leher, sehingga semua pembuluh darah (arteri dan vena), saluran pernafasan dan saluran pencernaan terpotong. Pengulitan, pemotongan kepala (sendi occipito atlantis), kaki depan, kaki belakang dan ekor, kemudian ditimbang. Setelah selesai dikuliti, semua isi rongga perut dan dada dikeluarkan dan ditimbang tiap bagian-bagiannya. Karkas kemudian ditimbang dan ditempatkan di ruang pendingin (refrigerator) selama 24 jam. Selanjutnya, karkas dipotong menjadi 4 potongan komersial, yaitu foreleg, rack, loin dan
hindleg dan ditimbang. Potongan komersial Hindleg dibawa ke laboratorium untuk digunakan sebagai bahan untuk analisis proksimat daging.
Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Annova). Apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai pH
Nilai pH digunakan untuk menunjukkan tingkat keasaman dan kebasaan suatu substansi, juga sebagai indikator pertumbuhan mikroba yang dapat mempengaruhi kualitas substansi tersebut. Pengaruh penggunaan tepung ampas kelapa fermentasi terhadap rataan nilai pH daging kelinci dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7 . Rataan nilai pH daging kelinci rex jantan lepas sapih
Perlakuan
Ulangan
Rataan ±SD
1 2 3
P0A 5,923 6,218 6,148 6,096±0,15414
P0B 6,430 6,063 6,294 6,262±0,18554
P1 6,259 6,338 6,193 6,263±0,07260
P2 6,264 6,363 5,927 6,184±0,22857
P3 6,033 6,136 6,311 6,160±0,14055
P4 5,966 6,193 6,093 6,084±0,11377
Rataan 6,175±0,14919
Untuk mengetahui pengaruh pakan perlakuan yang diberikan terhadap nilai pH daging, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Analisis keragaman nilai pH daging kelinci rex selama penelitian
SK DB JK KT F. hitung
F. tabel 0,05 0,01 Perlakuan 5 0,09065311 0,01813062 0,73tn 3,11 5,06 Galat 12 0,29678667 0,02473222
Total 17 0,038743978
Keterangan : tn=tidak berbeda nyata
Lawrie (1979), menjelaskan bahwa nilai pH daging ini perlu diketahui karena pH daging akan menentukan tumbuh dan berkembangnya bakteri. Hampir semua bakteri tumbuh secara optimal pada pH sekitar 7 dan tidak akan tumbuh persis dibawah pH 4 atau diatas 7, tetapi pH untuk pertumbuhan optimal ditentukan oleh kerja stimulan dari berbagai variabel lain diluar faktor keasaman itu sendiri. Dari hasil penelitian ini, nilai pH daging kelinci rex menunjukkan bahwa daging masih layak dikonsumsi dan berkualitas baik karena menunjukkan nilai pH dibawah 7,0 dan belum tercemar bakteri dengan pH ultimat daging terbesar yaitu 6,1.
Nilai Susut Masak Daging
Susut masak merupakan perbedaaan antara bobot awal daging sebelum dimasak dan sesudah dimasak dan dinyatakan dalam persentase. Kualitas daging ini berkaitan dengan banyaknya nutrisi yang hilang selama pemasakan. Secara umum daging dengan susut masak yang rendah memiliki nutrisi yang baik, karena sedikit mengalami pengurangan nutrisi saat pemasakan. Nilai keragaman pengaruh pemberian tepung ampas kelapa terhadap rataan susut masak daging kelinci rex jantan lepas sapih dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Rataan susut masak (%) daging kelinci rex jantan lepas sapih
Perlakuan
Ulangan
Rataan ±SD
1 2 3
P1 36,5523 35,7186 34,7826 35,684±0,88565 P2 32,6970 33,5942 34,2913 33,527±0,79934 P3 36,9926 38,2562 37,5367 37,595±0,63383 P4 40,6130 37,7029 38,0382 38,784±1,59221
Rataan 36,791±0,83787
Berdasarkan Tabel 9 di atas, diketahui bahwa rataan susut masak daging kelinci rex yang tertinggi terdapat pada perlakuan P0A yaitu sebesar 38,812 ± 0,27527, sedangkan rataan susut masak daging kelinci rex terendah terdapat pada P2yaitu sebesar 33,527 ± 0,79934. Untuk mengetahui pengaruh pakan perlakuan yang diberikan terhadap nilai susut masak daging, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Analisis keragaman nilai susut masak daging kelinci rex selama penelitian
SK DB JK KT F. hitung
F. tabel 0,05 0,01 Perlakuan 5 62,34130681 12,46826136 14,55** 3,11 5,06 Galat 12 10,28631405 0,85719284
Total 17 72,62762087
Hasil analisis keragaman pada penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung ampas kelapa difermentasi dalam ransum memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap susut masak daging kelinci rex jantan lepas sapih. Hal ini berarti bahwa jenis fermentor memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata, yang menyebabkan jumlah nutrisi yang keluar saat pemasakan berbeda untuk masing-masing perlakuan. Hal ini juga
diduga karena lemak daging yang terbentuk juga bebeda sangat nyata untuk masing-masing perlakuan. Otot yang mempunyai lemak intramuskuler tinggi akan mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi pula sehingga pada waktu dimasak kadar air yang hilang sedikit. Lemak intramuskuler menghambat atau mengurangi cairan daging yang hilang selama pemasakan meskipun pada daging yang mengandung lemak intramuskuler lebih banyak akan kehilangan lebih banyak lemak juga. Kandungan lemak yang lebih besar akan meningkatkan kemampuan menahan air oleh protein daging, karena adanya lemak intramuskuler yang menutup jaringan mikrostruktur daging (Lawrie, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian ini, nilai susut masak daging kelinci yang terendah terdapat pada perlakuan P2yaitu sebesar 33,527 ± 0,79934 yang berarti daging dengan perlakuan ini memiliki kualitas terbaik dari segi kandungan nutrisinya.
Nilai Tekstur Daging
Tekstur dan keempukan mempunyai tingkatan utama menurut konsumen
dan rupanya dicari walaupun mengorbankan flavor dan warna (Lawrie, 2003). Keempukan daging banyak ditentukan setidak-tidaknya oleh tiga
komponen daging, yaitu struktur miofibrilar dan status kontraksinya, kandungan jaringan ikat dan jaringan silangnya, daya ikat air oleh protein daging serta
juiceness daging (Soeparno, 1992). Pengaruh pemberian tepung ampas kelapa fermentasi terhadap rataan tekstur daging dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.
Tabel 11. Rataan tekstur (mm/gr/dt) daging kelinci rex jantan lepas sapih
1 2 3
P0A 0,7225 0,6831 0,6192 0,674±0,05213 P0B 0,8531 0,9843 1,0023 0,946±0,08144
P1 0,7443 0,7062 0,6973 0,715±0,02496
P2 0,8389 0,9246 1,1032 0,955±0,13484
P3 0,6127 0,7681 0,8198 0,733±0,10779
P4 0,6868 0,5556 0,5108 0,584±0,09147
Rataan 0,768±0,08211
Dari data keempukan daging pada Tabel 11 memperlihatkan bahwa total rataan tekstur daging sebesar 0,768±0,08211 dengan rataan tertinggi pada P2 (tepung ampas kelapa difermentasi Aspergillus niger 20%) yaitu sebesar 0,946 mm/gr/dt dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P4 (tepung ampas kelapa fermentasi ragi tape 20%) yaitu sebesar 0,584 mm/gr/dt.
Untuk mengetahui pengaruh pakan perlakuan yang diberikan terhadap tekstur daging, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12. Analisis keragaman tekstur daging kelinci rex selama penelitian
SK DB JK KT F. hitung
F. tabel 0,05 0,01 Perlakuan 5 0,34000538 0,06800108 8,48** 3,11 5,06 Galat 12 0,09628341 0,00802362
Total 17 0,43628880
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa analisis keragaman tekstur daging kelinci selama penelitian memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01). Hal ini berarti interaksi jenis fermentor memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap keempukan daging namun berbeda tidak nyata terhadap kadar masing-masing fermentornya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeparno (1992) yang menyatakan bahwa faktor antetorem yang mempengaruhi keempukan daging ialah bangsa, spesies dan faktor fisiologi, faktor umur, manajemen, jenis kelamin dan stres.
ikat mempunyai peranan yang penting terhadap kualitas daging terutama terhadap kealotan daging. Kadar kolagen daging berbeda diantara jenis daging, umur dan diantara daging pada karkas yang sama. Kadar kolagen daging dipengaruhi oleh kandungan lemaknya. Kadar lemak yang relatif tinggi akan melarutkan atau menurunkan kandungan kolagen. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Reny (2009) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keempukan daging ada hubungannya dengan komposisi daging itu sendiri, yaitu berupa tenunan pengikat, serabut daging, sel-sel lemak yang ada diantara serabut daging
penanganan yang kurang baik, dengan demikian daging yang dihasikan akan lebih empuk.
Kadar Protein
Kadar protein kasar yang terukur secara proksimat sebenarnya bukan hanya fraksi protein tetapi juga semua senyawa yang mengandung nitrogen. Kadar protein merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam suatu bahan pangan. Bahan pangan yang berkualitas mempunyai kadar protein yang tinggi. Pengaruh pemberian tepung ampas kelapa fermentasi terhadap rataan kadar protein daging kelinci rex jantan lepas sapih dapat kita lihat pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Rataan kadar protein daging kelinci rex jantan lepas sapih
Perlakuan
Ulangan
Rataan ±SD
1 2 3
P0A 12,8694 13,9730 14,0028 13,615±0,64599 P0B 11,9318 10,4892 11,5002 11,307±0,74043 P1 15,4167 13,8204 14,5392 14,592±0,79946 P2 17,6326 16,8956 17,2019 17,243±0,37024 P3 13,6656 14,0872 14,1720 13,975±0,27124 P4 14,0872 15,9709 15,5208 15,193±0,98368
Untuk mengetahui pengaruh pakan perlakuan yang diberikan terhadap kadar protein daging, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 14 berikut ini.
Tabel 14. Analisis keragaman kadar protein daging kelinci rex selama penelitian
SK DB JK KT F. hitung
F. tabel 0,05 0,01 Perlakuan 5 57,22718804 11,44543761 24,68** 3,11 5,06 Galat 12 5,56591966 0,46382664
Total 17 62,79310770 Keterangan :**sangat nyata
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian tepung ampas kelapa fermentasi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein daging kelinci rex jantan lepas sapih. Rataan kadar protein daging tertinggi (17,243%) terdapat pada daging perlakuan P2 sedangkan kadar protein terendah (11,307%) terdapat pada daging perlakuan P0B. Hal ini berarti jenis fermentor dan kadarnya pada pakan serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein daging.
bahwa komposisi kimia daging sangat dipengaruhi oleh kandungan lemaknya. Meningkatnya kandungan lemak daging dan kandungan air menyebabkan kandungan protein akan menurun.
Kadar Air
Kandungan air dalam bahan pangan seperti daging sangat mempengaruhi ketahanan daging tersebut khususnya dalam konteks kerusakan mikrobiologis. Kadar air yang tersedia di dalam daging sangat menentukan tingkat pertumbuhan mikroorganisme yang akan mempengaruhi kualitas daging tersebut. Pengaruh pemberian tepung ampas kelapa fermentasi terhadap rataan kadar air daging kelinci rex jantan lepas sapih dapat dilihat pada pada Tabel 15 berikut ini.
Tabel 15. Rataan kandungan air daging kelinci rex jantan lepas sapih
Perlakuan
Ulangan
Rataan ±SD
1 2 3
Rataan 76,860±1,037375
Untuk mengetahui pengaruh pakan perlakuan yang diberikan terhadap kadar protein daging, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Analisis keragaman kadar air daging kelinci rex selama penelitian
SK DB JK KT F. hitung
F. tabel 0,05 0,01 Perlakuan 5 183,1016401 36,6203280 26,99** 3,11 5,06 Galat 12 16,2817995 1,3568166
Total 17 199,3834396
Keterangan :**Berbeda sangat nyata
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian tepung ampas kelapa fermentasi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air daging kelinci rex jantan lepas sapih. Rataan kadar air daging tertinggi terdapat pada daging perlakuan P2 (80,464%) sedangkan rataan kadar air daging terendah terdapat pada daging perlakuan P0A (70,716%). Hal ini berarti jenis dan kadar fermentor serta interaksi keduanya memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air daging (P<0,01).
dapat melonggarkan ikatan struktur jaringan daging sehingga banyak air yang terbebas. Pada penelitian ini terlihat bahwa kadar lemak daging pada perlakuan P0A, P3, P0B, P1 dan P4 berbeda nyata terhadap perlakuan P2, sehingga menyebabkan kadar air pada perlakuan P0A, P3, P0B, P1 dan P4 cenderung lebih tinggi dibandingkan P2. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Soeparno (1992), yang menyatakan bahwa kadar lemak mempunyai hubungan yang negatif dengan kadar air. Jika kadar lemak daging meningkat yaitu bertambahnya bobot hidupnya maka kadar airnya akan berkurang, dengan demikian pertambahan usia akan meningkatkan kadar lemaknya.
Kadar Lemak Daging
Kadar lemak daging diperoleh dengan metode ekstraksi soxhlet (AOAC, 1995). Pengaruh pemberian tepung ampas kelapa fermentasi terhadap kadar lemak daging kelinci rex jantan lepas sapih dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini.
Tabel 17. Rataan kandungan lemak daging kelinci rex jantan lepas sapih
Perlakuan
Ulangan
Rataan ±SD
1 2 3
Rataan 17,929±0,89381
Untuk mengetahui pengaruh pakan perlakuan yang diberikan terhadap kadar lemak daging, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18. Analisis keragaman kadar lemak daging kelinci rex selama penelitian
SK DB JK KT F. hitung
F. tabel 0,05 0,01 Perlakuan 5 16,24340293 3,24868059 3,75* 3,11 5,06 Galat 12 10,38806774 0,86567231
Total 17 26,63147066
Keterangan :*Berbeda nyata
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian tepung ampas kelapa fermentasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar lemak daging kelinci rex jantan lepas sapih. Berdasarkan data pada Tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa rataaan kadar lemak daging tertinggi terdapat pada perlakuan P0A yaitu sebesar 18,798%, sedangkan rataan kadar lemak daging terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 16,034%.
kadar lemak dan serat kasar dalam bahan pakannya tersebut. Hal ini juga diduga karena pakan perlakuan fermentasi yang dilakukan mampu meningkatkan nilai TDN pakan. Perbedaaan kadar lemak juga diduga karena kandungan air pada daging kelinci perlakuan P0A lebih rendah daripada daging kelinci pada perlakuan P2, yang menyebabkan kadar lemak daging P0A lebih tinggi dibandingkan kadar lemak daging pada perlakuan P2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Browning et al., (1990) yang menyatakan bahwa tingginya akumulasi kadar lemak daging dapat melonggarkan ikatan struktur jaringan daging sehingga banyak air yang terbebas, oleh karena itu daging yang mengandung kadar lemak yang tinggi cenderung mengandung kadar air yang rendah.
Rekapitulasi Penelitian
Hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini.
Tabel 19. Rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan tepung ampas kelapa fermentasi terhadap kualitas daging kelinci rex jantan lepas sapih
Keterangan: Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01).
Berdasarkan hasil rekapitulasi dapat dilihat bahwa pemanfaatan tepung ampas kelapa fermentasi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap nilai susut masak, kadar protein, kadar air dan kadar lemak pada daging kelinci.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ampas kelapa baik sebagai bahan pakan terutama bila mengalami pengolahan. Pengolahan ampas kelapa dengan cara fermentasi dapat meningkatkan nilai guna ampas sebagai bahan pakan penyusun ransum kelinci. Tepung ampas kelapa yang difermentasi Aspergillus niger pada level 20% dalam ransum pelet memberikan nilai positif yaitu dapat meningkatkan kualitas daging kelinci rex jantan lepas sapih, terutama pada nilai susut masak, peningkatan kadar protein dan kadar airnya, dan penurunan kadar lemaknya.
Saran