• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Kehamilan Usia Dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Permasalahan Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Kehamilan Usia Dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau Chapter III VI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan permasalahan kesehatan ibu dan bayi pada kehamilan usia dini. Kehamilan usia dini merupakan kehamilan yang terjadi pada wanita berusia dibawah 20 tahun dan merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh remaja (Vorvick, 2009). Kehamilan usia dini dapat mengakibatkan permasalahan pada kesehatan ibu dan bayi/janin. Permasalahan pada kesehatan ibu yaitu hiperemesis gravidarum, abortus, anemia saat hamil, preeklamsia, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, persalinan lama dan macet, perdarahan postpartum, kematian ibu. Permasalahan pada kesehatan bayi/janin diantaranya kelainan letak janin, kematian janin dalam kandungan, BBLR, prematur dan kematian bayi.

(2)

Skema 3.1. Kerangka konseptual permasalahan kesehatan ibu dan bayi pada kehamilan usia dini

Kehamilan Usia Dini

Permasalahan Kesehatan Ibu : 1. Hiperemesis Gravidarum 2. Abortus

3. Anemia saat hamil 4. Preeklamsia

5. Perdarahan antepartum 6. Ketuban Pecah Dini 7. Persalinan lama dan Sulit 8. Perdarahan postpartum

Permasalahan Kesehatan Bayi : 1. Kelainan letak janin 2. Kematian janin dalam

kandungan 3. Prematur 4. BBLR

(3)

31

3.2 Definisi Operasional

No. Variabel Defenisi Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala Data

Permasalahan Kesehatan Ibu

(4)

Permasalahan Kesehatan Bayi

Suatu kondisi atau gangguan yang dialami oleh janin/ bayi dengan kondisi ibu hamil usia dini (<20 tahun) yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan janin/ bayi yang meliputi:

1. Kelainan Letak Janin

2. Kematian Janin Dalam

Kandungan 3. Prematur 4. BBLR

5. Kematian Bayi

Kuesioner Skala Guttman

1. Pernah 2. Tidak Pernah

(5)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan ibu dan bayi pada kehamilan usia dini di desa Aliantan kecamatan Kabun kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki riwayat kehamilan usia dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau. Berdasarkan data dari bidan desa tahun 2016 jumlah ibu yang memiliki riwayat kehamilan usia dini adalah 64 orang.

4.2.2Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan diambil (Notoatmojo, 2006). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 64 0rang berdasarkan data bidan desa tahun 2016, dengan Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu jumlah sampel sama dengan populasi.

(6)

dini adalah 16-19 tahun. Batas bawah usia kehamilan remaja ditentukan 16 tahun karena berdasarkan beberapa penelitian terdahulu secara statistik jumlah ibu hamil berusia dibawah 15 tahun sangat kecil dan agar dapat diperbandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu (Sastrawinata, 2007).

4.3 Lokasi dan waktu Penelitian 4.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah jumlah wanita yang memiliki riwayat kehamilan usia dini sebanyak 64 orang. Penentuan sampel sesuai dengan responden yang bisa ditemui oleh peneliti berdasarkan data alamat yang didapatkan dari bidan desa.

4.3.2 Waktu Penelitian

Pembuatan proposal hingga laporan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2016 sampai Juni 2017.

4.4 Pertimbangan Etik

(7)

35

Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi hanya menggunakan inisial saja. Seluruh data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian 4.5.1 Kuesioner Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan sebagai pedoman pengumpulan data berupa daftar pernyataan yang diberi ceklis berdasarkan pernyataan yang sesuai dengan responden. Instrumen disusun dengan berpedoman pada kerangka konsep yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengetahui permasalahan kesehatan ibu dan bayi pada kehamilan usia dini.

(8)

tentang persalinan lama dan sulit, pernyataan no. 15, 16 tentang perdarahan postpartum. Pada bagian 2 yaitu Permasalahan kesehatan pada bayi yaitu pernyataan no.1 tentang kelainan letak janin, pernyataan no.2,3 kematian janin dalam kandungan, pernyataan no.4 tentang prematur dan pernyataan no.5 berat bayi lahir rendah, dan pernyataan no. 6 tentang kematian bayi. Instrumen pada penelitian ini menggunakan skala Guttman untuk memperoleh informasi dari responden dengan jawaban Pernah atau Tidak Pernah.

4.5.2Validasi Instrumen

Validitas merupakan suatu derajat yang menjadi alat ukur yang dianggap benar untuk mengukur (Polit & Beck, 2012). Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi jika alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

(9)

37

Validator 1 adalah Roxana Devi T. S.Kep, Ns., M.NURS dari departemen jiwa, validator 2 adalah Riska R. Siregar S.Kep, Ns., M.Kes kepala persalinan Rumah Sakit USU ahli dibidang kesehatan reproduksi, validator 3 adalah Rahmitha Sari S. Kep, Ns., M.Kep departemen anak. Ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mengoreksi semua item yang telah dibuat. Pada akhir perbaikan, ahli memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes (Sukardi, 2009 dalam Arikunto, 2010). Pernyataan yang tidak valid telah diganti oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas. Uji validitas ini dilakukan mulai tanggal 20 Maret 2017 dan dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner permasalahan kesehatan ibu dan bayi pada kehamilan usia dini valid dan layak dipergunakan untuk penelitian.

4.5.3 Reliabilitas Instrumen

(10)

Uji reliabilitas dilakukan pada 20 responden di Desa Giti Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu yang memiliki karakteristik sama dengan responden penelitian. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan internal consistency, yaitu mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Pada penelitian ini Internal consistency diukur dengan menggunakan uji K-R 21 karena mempunyai jumlah pernyataan yang genap, yaitu 22 pernyataan (Arikunto, 2010). Hasil uji reliabilitas instrument terhadap 20 orang responden menghasilkan nilai “r” sebesar 0,985.

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki koefisien sebesar 0,7 atau lebih, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner permasalahan kesehatan ibu dan bayi pada kehamilan usia dini yang digunakan reliabel dan layak dipergunakan untuk penelitian.

4.6 Pengumpulan Data

Sumber data berasal dari data sekunder berupa data ibu-ibu yang pernah mengalami kehamilan usia dini diambil dari bidan desa berdasarkan data tahun 2016, yaitu nama dan alamat tempat tinggal. Kemudian alamat yang terjangkau peneliti dijadikan sampel yaitu dengan melakukan pengisian kuesioner melalui wawancara terkait riwayat kesehatan kehamilan usia dini selama kehamilan usia dini.

(11)

39

Setelah mendapatkan surat persetujuan peneliti memulai penelitian dengan mengumpulkan nama dan alamat pasien yang tercatat didata bidan desa dan mengunjungi setiap rumah responden yang sesuai dengan kriteria peneliti untuk memulai pengumpulan data. Sebelum memulai pengumpulan data terlebih dahulu peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan penelitian yang dilakukan, selanjutnya apabila responden setuju diberikan surat pernyataan persetujuan sebagai responden (inform consent). Setelah menandatangani inform consent maka peneliti memulai pengumpulan data dengan melakukan pengisian kuesioner melalui wawancara terkait riwayat kesehatan kehamilan usia dini. proses pengumpulan data dilakukan kurang lebih 10 menit setiap responden. Setelah data terkumpul peneliti mengurutkan data responden menggunakan angka secara sistematis.

4.7 Analisa data

(12)

Tahap kelima data analizing, yaitu suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data, tahap keenam data output, yaitu hasil pengolahan data yang akan ditampilkan dalam tabel frekuensi. (Prasetyo & Jannah, 2005).

(13)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian gambaran permasalahan kesehatan ibu dan bayi pada kehamilan usia dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada bulan April 2017 terhadap 64 Responden. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi data demografi, permasalahan kesehatan ibu dan bayi pada kehamilan usia dini.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri dari usia saat ini, usia saat hamil anak pertama, suku, pendidikan, pekerjaan, kunjungan ANC, riwayat informasi tentang kesehatan reproduksi dan jenis persalinan.

(14)

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n= 64)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

Usia

<20 tahun 2 3,1

20-35 54 84,4

>35 8 12,5

Usia ibu hamil anak pertama

(15)

43

5.1.2 Permasalahan Kesehatan Ibu

Permasalahan kesehatan ibu pada kehamilan usia dini adalah hiperemesis gravidarum, abortus, anemia pada kehamilan, preeklamsia, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, persalinan lama dan sulit, dan perdarahan postpartum.

Hasil penelitian menunjukkan dari 64 ibu yang memiliki riwayat kehamilan usia dini, mayoritas responden mengalami gejala hiperemesis gravidarum yaitu sebanyak 39 responden ( 60,9 %). Kejadian abortus ditemukan sebanyak 5 responden (7,8%). Anemia pada kehamilan yaitu sebanyak 30 responden (46,9%). Preeklamsia ditemukan pada 27 responden (42,2%). Ketuban pecah dini yaitu sebanyak 11 responden (17,2). Persalinan lama dan sulit ditemukan sebanyak 21 responden (32,8%). Perdarahan postpartum sebanyak 27 responden (42,2%). Tidak ditemukan kejadian perdarahan antepartum pada responden.

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Permasalahan Kesehatan Ibu pada Kehamilan Usia Dini (n=64)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

(16)

Anemia Kehamilan

Persalinan Lama dan sulit

Ya 21 32,8

Tidak 43 67,2

Perdarahan Postpartum

Ya 27 42,2

Tidak 37 57,8

5.1.3 Permasalahan kesehatan janin/bayi

Permasalahan kesehatan janin/bayi terdiri dari kelainan letak janin, kematian janin dalam kandungan, bayi prematur, berat badan lahir rendah dan kematian bayi.

(17)

45

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Permasalahan kesehatan janin/bayi pada Kehamilan Usia Dini (n=64).

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Kelainan Letak Janin

Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang gambaran permasalahan kesehatan ibu dan bayi pada kehamilan usia dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau.

5.2.1 Permasalahan Kesehatan ibu

(18)

pernikahan dan memiliki anak. Risiko melahirkan anak sangat besar bagi para wanita usia muda. Mereka lebih mungkin mengalami penyulit pada masa kehamilan dan persalinan. Angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi pada kehamilan remaja dua hingga empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan di usia 20-35 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh permasalahan terbanyak yang dialami oleh ibu pada penelitian ini adalah hiperemesis gravidarum (60,9%). Penyebab hiperemesis belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan hiperemesis gravidarum berkaitan dengan peningkatan Hormon Chorionic Goodhotropin (HCG) (Leveno, 2009).

Faktor psikologi juga diperkirakan sebagai salah satu predisposisi terjadinya hiperemesis gravidarum. Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa peralihan dari anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan pertumbuhan, perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Secara psikologis remaja hamil identik dengan emosi yang tidak stabil yang beresiko terhadap stress, depresi berat yang dapat memperberat gejala hiperemesis (Tari, 2010).

(19)

47

ibu primigravida yang membuat kadar asam lambung meningkat hingga muncul keluhan rasa mual dan muntah. Hiperemesis gravidarum terjadi 60-80% pada primigravida dan 40-60% pada multigravida (Arief.B, 2009). Didukung oleh Penelitian Elfany tahun 2014 yang menyatakan Ada hubungan yang signifikan antara paritas (primigravida) dengan kejadian Hyperemesis Gravidarum.

Pada Primipara faktor psikologis Ibu yang masih belum siap dengan kehamilannya, masih menyesuaikan diri menjadi orangtua dengan tanggung jawab yang lebih besar sehingga dapat memicu terjadinya kejadian Hiperemesis gravidarum (Elfany, 2014). Hasil penelitian ditemukan ada 25 responden (39,1%) tidak mengalami hiperemesis gravidarum. Hal ini dapat dikaitkan dengan perilaku dan sikap ibu yang baik dalam menghadapi kehamilan. Perilaku adalah tindakan atau perubahan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Elfany, 2014). Apabila perilaku kesehatan ibu baik dalam menghadapi kehamilan ataupun selama kehamilan maka besar kemungkinan untuk tidak mengalami hiperemesis gravidarum.

(20)

yang baik walaupun kuantitasnya kurang optimal selama kehamilan yang tidak diteliti pada penelitian ini .

Namun hampir setengah dari responden mengalami anemia pada kehamilan (46,9%). Anemia adalah masalah kesehatan yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi. Efek buruk anemia bagi ibu termasuk diantaranya kelelahan, penurunan kinerja fisik dan mental, dan penurunan fungsi kekebalan tubuh. Sedangkan risiko pada janin berupa prematuritas, berat badan rendah saat lahir dan infeksi. Di negara-negara berkembang ada sekitar 40% kematian ibu berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut.

(21)

49

Pola makan yang baik selama kehamilan dapat membantu tubuh mengatasi permintaan khusus karena hamil seperti kebutuhan akan zat besi yang meningkat selama kehamilan, serta memiliki pengaruh positif pada kesehatan bayi (Prasetyono, 2009). Pola makan ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kebiasaan, kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi dan alam. Sehingga faktor-faktor pola makan ibu hamil tersebut dapat berpengaruh pada status gizi ibu. Seorang remaja belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial. Dalam tahapan pencarian identitas diri, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya terutama dengan adanya arus kebudayaan barat yang masih terlalu sulit untuk dibendung, tidak terkecuali pengaruh terhadap pola konsumsi makan.

(22)

anemia pada kehamilan. Kemungkinan alasan inilah yang menjadi penyebab sering ditemukannya Anemia pada remaja hamil.

Data hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang mengalami anemia melahirkan bayi dengan BBLR (40,6%). Hasil ini relatif sama dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh ratih pada tahun 2013 bahwa ibu yang mengalami anemia selama kehamilannya memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Penelitian lain dilakukan oleh Susanto Eddy dengan desain penelitian case control di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2000, juga melaporkan hasil yang sejalan yaitu dari 503 sampel terdapat 97 ibu hamil yang mengalami bayi berat lahir rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dan nutrisi yang diperoleh oleh responden selama kehamilan yang berisiko pada kejadian berat badan lahir rendah. Ibu dengan kadar hemoglobin rendah akan mengalami anemia yang dapat menyebakan gangguan pertumbuhan janin dan kematian ibu akibat pendarahan saat persalinan.

Penelitian yang dilakukan Winarti (2011) ibu hamil yang anemia memiliki risiko 155,167 kali melahirkan bayi prematur atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Rachmah, 2014). Asupan gizi yang diperoleh ibu selama kehamilan sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.

(23)

51

kunjungan ANC lebih dari 1 kali kunjungan. Hal ini juga dapat memperkecil risiko komplikasi yang dialami oleh ibu. Selain itu kemungkinan tidak adanya riwayat preeklamsia sebelumnya dan kehamilan kembar yang merupakan penyebab preeklamsia juga menjadi faktor pendukung ibu tidak mengalami preeklamsia. Menurut teori yang ada dimana wanita dengan riwayat preeklamsia sebelumnya dan kehamilan kembar berisiko tinggi mengalami preeklampsia hal ini biasanya disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi hormon (Varney, dkk. 2007).

Hasil penelitian didapatkan ada 27 responden (42,2%) mengalami preeklamsia. Hal ini sejalan dengan penelitian Gortzak-Utzan mendapatkan kelompok kehamilan remaja merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi dalam kehamilan (Sastrawinata, 2013). Adanya kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk preeklampsia. Preeklamsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan permasalahan pada ibu dan merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan kematian pada ibu (Panga, 2013). Penelitian lain menyebutkan bahwa umur saat hamil dibawah 20 tahun memiliki hubungan untuk terjadinya preeklampsia ( Manuaba. 2009).

(24)

preeklampsia. Alasan inilah yang kemungkinan menjadi faktor pencetus preeklamsia pada responden.

Komplikasi lain yang ditemukan pada responden yaitu perdarahan post partum yang juga merupakan salah satu dari trias penyebab utama kematian ibu. Kondisi ini merupakan masalah penting yang harus diperhatikan untuk mencegah risiko yang dapat membahayakan kesehatan ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdarahan postpartum juga dialami oleh 27 responden (42,2%) dan 37 responden (57,8%) tidak mengalami perdarahan post partum. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu melaporkan bahwa terdapat kasus komplikasi perdarahan postpartum pada ibu hamil usia dini. Primi muda terutama pada ibu remaja memiliki kondisi panggul yang belum berkembang secara optimal dan kondisi mental yang belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai ibu (Glasier et al, 2005).

(25)

53

pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus) dan penangnan kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Pada kehamilan remaja, kunjungan perawatan kehamilan difokuskan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik pemeriksaan fisik maupun konseling. sehingga kemungkinan terjadi komplikasi kehamilan akibat dari organ reproduksi yang belum matang dapat diatasi (Wiknjosastro, 2006). Oleh karena itu kunjungan ANC dengan frekuensi dan kualitas yang optimal selama kehamilan sangat penting karena secara keseluruhan dapat menaggulangi/ mendeteksi keadaan yang tidak diinginkan selama kehamilan dan saat proses persalinan. Peneliti berasumsi, karena mayoritas responden tidak melaksanakan kunjungan ANC secara menjadi faktor pendukung komplikasi perdarahan postpartum pada penelitian ini. Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan syok dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini berakibat pada gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh yang dapat menyebabkan hipovolemia berat pada ibu. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan (Cunningham, 2010).

(26)

muda terutama pada ibu remaja berhubungan dengan tingkat kecemasan yang dialami menjelang persalinan. Hal ini dilaporkan oleh penelitian Cut Rahmy tahun 2013 menyatakan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan dengan kelancaran proses persalinan ibu primigravida. Sejalan dengan yang dilaporkan oleh Aslichatin (2011) menyatakan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan dengan lama persalinan.

Menurut Mochtar, kecemasan merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap jalannya persalinan dan berakibat pembukaan kurang lancar. Dampak dari kecemasan dapat menimbulkan rasa sakit pada persalinan dan berakibat timbulnya kontraksi uterus dan dilatasi serviks yang tidak baik. Persalinan yang merupakan pengalaman pertama yang dirasakan oleh primigravida dapat menimbulkan kecemasan yang berlanjut pada timbulnya ketengangan yang dapat menghalangi relaksasi bagian tubuh lainnya yang akan memperlama dan mempersulit proses persalinan. Selain itu Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat menyebabkan persalinan lama dan sulit, persalinan sebelum waktunya, perdarahan setelah persalinan (Pudiastuti, 2011).

(27)

55

pada wanita dengan serviks inkopenten, polihidramnion, malpresentasi janin, kehamilan kembar, pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia), keadaan sosial ekonomi (Morgan, 2009).

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dan stres. memudahkan terjadi infeksi saat hamil pada remaja didukung oleh frekuensi dan kualitas kunjungan ANC yang kurang baik pada responden kemungkinan juga bisa menjadi pemicu komplikasi ketuban pecah dini pada responden. Hasil ini berkesinambungan dengan penelitian terdahulu yang melaporkan bahwa salah satu komplikasi pada kehamilan remaja adalah ketuban pecah dini (Abdurajjak, 2016). Pada master data terlihat bahwa responden yang mengalami ketuban pecah dini, beberapa diantaranya juga mengalami preeklamsia dan anemia pada kehamilan. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa dari 125 responden yang mengalami ketuban pecah dini, faktor preeklamsi menunjukkan bahwa Sebanyak 19 responden (15,2%) sedangkan yang tidak mengalami preeklamsi sebanyak 106 (84,8%) (Nurul, 2013). Didukung oleh teori dari Manuaba (2007) yang menyatakan bahwa akibat preeklamsia yang utama adalah vasokontriksi arterial yang menyebabkan kenaikan tekanan darah dan menurunya pasokan darah yang efektif pada banyak organ serta jaringan tubuh, termasuk plasenta.

(28)

juga oleh Goldenberg tahun 2008 mendapatkan hasil penelitian bahwa preeklamsi menjadi penyebab ketuban pecah dini di banyak negara-negara maju. Frekuensi kelahiran dengan ketuban pecah dini adalah sekitar 12-13 % di Amerika Serikat dan 5-9 % di banyak negara-negara berkembang lainya. Kelahiran yang mengikuti persalinan dengan ketuban pecah dini dianggap sebagai sindrom akibat berbagai penyebab , termasuk infeksi atau peradangan , penyakit pembuluh darah , dan overdistension rahim (Nurul, 2013).

Selain itu peneliti terdahulu juga mendapatkan faktor anemia menunjukkan sebanyak 82 responden (65,6%) sedangkan yang tidak mengalami anemia sebanyak 43 (34,4%) dari total keseluruhan 125 responden yang mengalami ketuban pecah dini. Hal ini sejalan dengan teori dari Manuaba (2007) yang menyatakan bahwa anemia selama kehamilan menyebabkan ibu hamil tidak begitu mampu untuk menghadapi kehilangan darah dan membuatnya rentan terhadap infeksi. Anemia juga dapat menimbulkan hipoksia fetal dan persalinan prematur. Bahaya terhadap janin, sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu. Pengaruh anemia terhadap kehamilan adalah ketuban pecah dini.

(29)

57

berbahaya seperti bahan kimia, radiasi dan jika terpapar bahan tersebut dapat mengakibatkan abortus (Nia, 2013). Jenis pekerjaan yang sebaiknya dihindari ketika hamil, misalnya para wanita yang bekerja sebagai petani, buruh pabrik, ahli di laboratorium, kru maskapai penerbangan, polisi lalu lintas,tentara, juru masak, bahkan pekerjaan sebagai karyawan atau sekertaris seringkali memiliki resiko apabila yang bersangkutan harus duduk selama berjam-jam. Selain itu stress juga berbahaya bagi kehamilan, karena bisa melemahkan kondisi fisik dan mengganggu perkembangan janin (Anonim, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian Armita (2002) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktifitas kerja dengan kejadian abortus (Nia, 2013). Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan 5 responden (7,8%) yang mengalami abortus. Hal ini sejalan dengan penelitian tedahulu yang menyatakan bahwa kejadian abortus spontan dapat terjadi pada kelompok wanita yang menikah pada usia dini (Sastrawinata 2013). Didukung oleh penelitian Andrian tahun 2013 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pernikahan usia dini dengan angka kejadian abortus spontan.

(30)

hasil penelitian ini tidak ditemukan responden yang mengalami perdarahan antepartum baik itu disebabkan oleh plasenta previa ataupun solutio plasenta. Hal ini relatif sama dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa secara statistik tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kejadian perdarahan antepartum dengan kehamilan di usia muda (Anna, 2011). Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor lain yang lebih kuat mempengaruhi perdarahan antepartum namun tidak diteliti seperti faktor trauma, usia ibu yang terlalu tua, merokok, penyakit hipertensi menahun dan multipara. Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa kemungkinan alasan inilah yang menjadi penyebab tidak ditemukannya kejadian perdarahan antepartum pada penelitian ini.

(31)

59

World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di Negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (WHO, 2014). Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 kematian ibu disebabkan oleh banyaknya komplikasi yang dialami ibu selama kehamilan diantaranya perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8% dan penyebab lain 7%.

5.2.2 Permasalahan Kesehatan Janin/Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu negara seluruh dunia. AKB di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut hasil Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa AKB di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 31/1000 KH (kelahiran hidup). Apabila dibandingkan dengan target dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1000 KH, ternyata AKB di Indonesia masih sangat tinggi.

(32)

rendah. Hal serupa dilaporkan oleh Gortzak-Utzan, Fraser, Chabra, Lao dan Miller juga mendapatkan gambaran karakteristik yang sama, kelompok kehamilan remaja merupakan persentase tertinggi pada berat badan lahir rendah (Sastrawinata, 2007).

Berat badan bayi lahir rendah dapat disebabkan oleh bayi prematur dan pertumbuhan janin yang terhambat. Remaja hamil beresiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah serta mengalami malformasi janin. Berat bayi lahir yang rendah dapat terjadi akibat tidak adekuatnya nutrisi, karena kebutuhan nutrisi masih dibutuhkan untuk pertumbuhan fisik oleh remaja sehingga terjadi kompetisi dengan kebutuhan untuk janin. Dimana aliran darah menuju serviks dan uterus masih belum sempurna sehingga penyaluran nutrisi dari ibu janin tidak adekuat (Sulistiani, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang melaporkan bahwa Masalah malnutrisi yang diderita oleh ibu hamil remaja dapat menyebabkan risiko berat lahir rendah. Selain itu peneliti berasumsi, bahwa frekuensi kunjungan ANC ibu yang tidak optimal menjadi faktor predisposisi terjadinya BBLR pada penelitian ini. Hasil penelitian terkait juga dilaporkan oleh latifah tahun 2012 yang menyatakan bahwa ibu yang melakukan kunjungan ANC dengan frekuensi < 4 kali memiliki peluang untuk melahirkan bayi dengan BBLR.

(33)

61

salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal selain itu BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Indriani, 2009).

Hasil penelitian didapatkan mayoritas ibu tidak mengalami kejadian kematian bayi yaitu sebanyak 56 responden (87,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa persentase terendah kematian bayi berada pada kelompok umur 15-19 tahun dengan persentase sebesar 3,04 %. Hal ini dapat disebabkan karena faktor lain yang lebih dominan yang dapat menyebab kan kematian bayi seperti yang dijelaskan oleh Arifah tahun 2007 yaitu faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat

konsepsi atau didapat selama kehamilan, faktor-faktor yang bertalian dengan

pengaruh lingkungan luar yaitu imunisasi PIN, BCG, Polio, DPT, Campak,

Hepatitis B, sakit diare, sakit panas, dan sakit batuk namun tidak diketahui dan

diteliti pada penelitian ini.

(34)

bayi memiliki komplikasi selama kehamilan berupa hiperemesis gravidarum, anemia, persalinan lama dan sulit, perdarahan post partum. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Efriza 2005 melaporkan bahwa bayi yang ibunya mempunyai riwayat komplikasi selama kehamilan atau persalinan memiliki peluang untuk mengalami kematian bayi. Kemungkinan hal inilah yang menjadi faktor penguat ditemukannya kejadian kematian bayi pada ibu yang mengalami riwayat kehamilan usia dini di Desa Aliantan.

(35)

63

ibu primigravida juga faktor pendukung mayoritas ibu tidak mengalami persalinan prematur. Hal ini didukung oleh pernyataan Bobak (2005:164) yang menyatakan bahwa persalinan prematur lebih banyak terjadi pada ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 5 kali). Ibu bersalin dengan paritas tinggi mengalami kehamilan dan persalinan berulang kali sehingga padasistem reproduksi terdapat penurunan fungsi dan akan meningkat menjadi risiko tinggi apabila ibu dengan paritas lebih dari 5.

(36)

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas presentasi janin pada penelitian ini yaitu presentasi kepala dengan jenis persalinan spontan. Hal ini dapat disebabkan karena paritas ibu adalah primigravida.

Paritas adalah jumlah ibu dalam melahirkan. Paritas 1 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kelainan letak yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas 2 – 3 dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian letak sungsang lebih tinggi. Pada paritas yang tinggi, ibu telah melahirkan banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya (Nurul, 2008). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ballas (2007) bahwa angka kejadian letak sungsang jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan multigravida dibanding pada primigravida. Pernyataan tersebut tidak berbeda jauh dengan Wahid (2008) yang menyatakan bahwa wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10 kali lebih besar mengalami persalinan dengan letak sungsang (Nurul, 2008). Dan hanya didapatkan presentasi letak sungsang pada 6 responden (9,4%) dan dalam penelitian ini tidak ditemukan janin dengan presentasi letak lintang. Letak sungsang dapat disebabkan karena kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus (Prawirohardjo, 2007).

(37)

65

Berdasarkan hasil penelitian 1 (1,6%) responden yang pernah mengalami kematian janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot (Monintja, 2005).

(38)
(39)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan terhadap 64 responden yang pernah memiliki riwayat kehamilan usia dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan hulu menggambarkan bahwa permasalahan kesehatan ibu yang paling banyak dialami responden adalah hiperemesis gravidarum (60,9%) dan tidak ditemukan kejadian perdarahan antepartum pada responden. Untuk permasalahan kesehatan bayi terbanyak adalah berat badan lahir rendah (31,2%) dan hanya ditemukan 1 responden (1,6%) yang mengalami kematian janin dalam kandungan. 6.2 Saran

1.1 Pendidikan keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan maternitas perlu diadakan penekanan materi tentang kesehatan reproduksi pada kehamilan remaja. Selain itu dapat dijadikan sebagai sumber informasi tambahan untuk studi kasus dan lapangan.

1.2 Pelayanan Keperawatan

(40)

1.3 Penelitian Selanjutnya

Gambar

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n= 64)
Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Permasalahan Kesehatan Ibu pada Kehamilan Usia Dini (n=64)
Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Permasalahan kesehatan janin/bayi pada   Kehamilan Usia Dini (n=64)

Referensi

Dokumen terkait

Semakin banyak perusahaan melakukan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan tentunya dengan memilih risiko yang terkecil, hal ini akan bertujuan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terapi dan mengetahui komponen biaya, besar biaya medik langsung rata-rata (direct medical cost) yang dikeluarkan antara kelas

Karena orang yang sudah terkait sistem tapi melanggar maka harus diberi punishment, dan kalo orang itu menjalankan program dengan baik maka harus diberikan reward, supaya dia

asertivitas yang signifikan pada mahasiswa etnis Sumba ditinjau dari jenis kelamin. dengan rata-rata kategori asertivitas pada

Simulasi ini dilakukan untuk mengetahui nilai shutdown margin (SDM) bola penyerap posisi di luar teras ( fully up), di saluran bola penyerap (fully down) dan one

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis tanaman gaharu yang tumbuk di daerah Sumatera Utara dan Sumatera Barat dan tingkat kesukaan konsumen terhadap teh daun

Pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan anova 2 jalan, dengan hasil perhitungan diperoleh bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar oleh guru bidang

Miller, On H-supermagic Labelings for Certain Shackles and Amalgamations of a Connected Graph , Utilitas Mathematica 83 (2010), 333–342. [8]