• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Auditing dalam Lembaga Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Posisi Auditing dalam Lembaga Pendidikan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

Peer Teaching Calon Dosen Meeting Room, FTK - 15 Mei 2017

Disusun oleh: Sulanam, M.Pd.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

(2)

Posisi Auditing dalam Lembaga Pendidikan

1

Sulanam2

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

sulanam@uinsby.ac.id

Mendiskusikan posisi auditing bagi lembaga pendidikan, tentu tidak bisa

dilepaskan dari diskusi tentang mutu, penjaminan mutu, dan pengendalian mutu

pendidikan. Kenapa demikian? Audit erat kaitannya dengan kegiatan komparasi

antara standar yang ditetapkan dengan fakta yang terjadi di lapangan.

Standar-standar tersebut merupakan acuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga

pendidikan. Biasanya pemerintah telah menentapkan sejumlah standar yang harus

dicapai, dan pada giliran berikutnya lembaga pendidikan dapat menetapkan

standar sesuai dan atau melampaui standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Lembaga pendidikan tidak diperkenankan menetapkan standar, kurang dari

standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah secara nasional.

Standar ini kemudian dikenal sebagai baku mutu pendidikan, yang

keberadaannya harus diikuti dan atau didetailkan lebih banyak lagi (secara

kuantitas) dan lebih dalam atau tinggi lagi (secara kualitas). Mutu standar ini

disusun sedemikian rupa dan dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan. Secara

internal lembaga pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan dapat

menterjemahkan secara baik dan melampaui dari apa yang telah ditetapkan secara

nasional oleh pemerintah. Ketetapan-ketetapan terstandar yang disusun oleh

1 Makalah ini merupakan bab dari rencana modul matakuliah Auditing pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, disusun sebagai bahan presentasi pada forum “Peer Teaching Calon Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya” pada 16 Mei 2017 di Ruang Rapat Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya.

(3)

penyelenggara pendidikan ini selanjutnya dijamin dengan cara menyusun

standar-standar mutu, dan dikendalikan dengan cara dikontrol secara ketat agar mutu

standar dapat dicapai.

Tulisan ini bertujuan memberi konteks posisi auditing bagi lembaga

pendidikan di Indonesia. Untuk memahami posisi auditing, perlu kiranya

disajikan terlebih dahulu pembahasan mengenai penjaminan mutu. Pembahasan

mengenai penjaminan mutu ini tidak lain bahwa auditing merupakan bagian tak

terpisahkan dari kegiatan penjaminan mutu. Audit merupakan bagian dari fungsi

penjaminan mutu.3 Audit merupakan hal yang penting karena digunakan untuk

mengkomparasikan fakta lapangan dengan standar yang ditetapkan. Selain itu,

hasil audit juga berguna sebagai laporan kepada pihak manajemen dalam

melakukan peningkatan mutu pendidikan.

A. Penjaminan dan Pengendalian Mutu Pendidikan

Seiring dengan perkembangan zaman, diskusi tentang mutu pendidikan

semakin intensif mengemuka. Hal ini dilandasi oleh semangat untuk

memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan, pengguna, ataupun

pemakai jasa pendidikan, baik yang secara langsung maupun tidak langsung.

Bermutu adalah terpenuhinya kebutuhan pelanggan,4 tak terkecuali lembaga

pendidikan. Baik pendidikan dasar menengah maupun pendidikan tinggi,

memiliki tanggungjawab yang sama dalam memberikan layanan yang terbaik

bagi penggunanya (siswa, mahasiswa). Meski keberadaan lembaga pendidikan

yang notabene adalah penyedia layanan jasa non profit, tanggungjawab

terhadap mutu yang baik mutlak diperhatikan guna menghasilkan layanan

paripurna bagi penggunanya. Dalam diskursus kekinian lembaga pendidikan

kemudian menggunakan konsep manajemen mutu, yang telah lebih dahulu

digunakan oleh dunia perusahaan.

3 Ibid.

4 J.P. Russell, ed., The ASQ Auditing Handbook; Principles, Implementation, and Use, 3rd ed.

(4)

Dalam sistem manajemen mutu, terdapat dua aspek mutu yang saling

berkaitan yakni antara penjaminan mutu (quality assurance) dengan

pengendalian mutu (quality control).5 Penjaminan mutu atau biasa dikenal

dengan quality assurance berorientasi pada proses. Artinya, proses yang

berlangsung diharapkan sesuai dengan standar yang ditentukan, sehingga

diperoleh jaminan (perlindungan) bahwa pelanggan terhindar dari

kemungkinan terjadinya kerugian/cacat mengenai suatu produk atau

pelayanan/jasa (pendidikan).6 Sedangkan pengendalian mutu atau quality

control merupakan konsep yang berorientasi pada output. Pengendalian mutu

merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas

unsur output dilihat dari standar yang ditetapkan. pengendalian mutu berfungsi

sebagai validasi (alat ukur yang tepat) untuk menetapkan rentang kemajuan

suatu lembaga dalam mencapai tingkat kematangan atau kemandiriannya.7

Pengendalian mutu merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memastikan

bahwa suatu output dapat memenuhi tujuan dan spesifikasi yang telah

ditetapkan sebelumnya yang diwujudkan dengan mengunakan pedoman atau

standar yang telah ditetapkan.8

Penjaminan mutu berfokus memastikan ketercapaian standar mutu,

memastikan bahwa syarat-syarat terjadinya sebuah kualitas unggul akan dapat

tercapai dengan baik.9 Sedangkan pengendalian mutu berfokus pada proses

pemenuhan standar mutu, berfokus pada pemenuhan syarat-syarat kualitas

yang baik.

5

Ibid., 3.

6 “Manajemen Mutu Terpadu Di Sekolah Dasar,” accessed May 3, 2017, http://file.upi.edu/Direk-

tori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/195908141985031-JOHAR_PERMANA/Manaj_Mutu_Terpadu.pdf.

7 Ibid.

8 Lukito Fauji, Made Sudarma, and M Achsin, “Penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) Dalam Meningkatkan Kualitas Audit,” Jurnal Akuntansi Multiparadigma 6, no. 1 (2015): 38–53.

(5)

B. Aspek Yuridis Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia

Dalam konteks perguruan tinggi, mutu perguruan tinggi dapat

dinyatakan sebagai kesesuaian antara penyelenggaraan perguruan tinggi

dengan Standar Nasional Pendidikan, maupun standar yang ditetapkan oleh

perguruan tinggi sendiri berdasarkan visi dan kebutuhan dari stakeholders.10

Pendidikan tinggi yang bermutu diharapkan dapat menghasilkan sumber daya

manusia yang memiliki daya saing tinggi, yang setara bahkan lebih baik dari

standar kualitas yang telah ditetapkan dan dapat berpartisipasi dalam

kehidupan bermasyarakat sesuai kemampuannya untuk mengembangkan

potensi diri sendiri dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi

yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Untuk urusan ini, pemerintah juga turut ambil bagian dalam

memberikan standar-standar yang tersistem sebagai payung penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu. Beberapa payung hukum berkaitan dengan mutu,

peningkatan mutu, penjaminan mutu, dan pengendalian mutu pendidikan—

utamanya yang berkaitan dengan pendidikan tinggi—secara terurut dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN)

Dalam Undang-undang ini disebutkan ayat-ayat yang berkaitan

dengan penjaminan mutu sebagai berikut:

a. Pasal 1 ayat 21 menyebutkan: Evaluasi pendidikan adalah kegiatan

pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap

berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan

pendidikan

(6)

b. Pasal 4 ayat 6 menyebutkan: Pendidikan diselenggarakan dengan

memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta

dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

c. Pasal 11 ayat 1 menyebutkan: Pemerintah dan pemerintah daerah

wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin

terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara

tanpa diskriminasi

d. Pasal 35 ayat 3 menyebutkan: Pengembangan standar nasional

pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara

nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan

pengendalian mutu pendidikan

e. Pasal 50 ayat 2 menyebutkan: Pemerintah menentukan kebijakan

nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu

pendidikan nasional

f. Pasal 51 ayat 2 menyebutkan: Pengelolaan satuan pendidikan tinggi

dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan

mutu, dan evaluasi yang transparan

g. Pasal 57 ayat 1 menyebutkan: Evaluasi dilakukan dalam rangka

pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk

akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan

2. Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;

Dalam Undang-undang ini, penjaminan mutu secara spesifik dibahas

dalam bab III. Bab ini terdiri dari: bagian kesatu tentang sistem

penjaminan mutu yang berisi tiga pasal (51, 52, 53) dengan delapan ayat.

Bagian kedua tentang standar pendidikan tinggi yang berisi satu (54) pasal

dengan delapan ayat. Bagian ketiga tentang akreditasi yang berisi satu (55)

pasal dengan delapan ayat. Bagian keempat tentang pangkalan data

(7)

yang merupakan bagian terakhir dari bab ini menjelaskan tentang lembaga

layanan pendidikan tinggi berisi satu (57) pasal dengan empat ayat.

Secara spesifik kata pengendalian yang berhubungan dengan mutu

muncul sebanyak dua kali yakni:

a. Pasal 6 huruf (j) menyebutkan: pemberdayaan semua komponen

Masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan

pengendalian mutu layanan Pendidikan Tinggi

b. Pasal 52 ayat 2 menyebutkan: Penjaminan mutu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penetapan, pelaksanaan,

evaluasi, pengendalian, dan peningkatan standar Pendidikan Tinggi.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi

Secara spesifik kata pengendalian yang berhubungan dengan mutu

dalam peraturan pemerintah ini sebut sebanyak:

a. Pasal 4 ayat 1 huruf (e) menyebutkan: Dalam melaksanakan tanggung

jawab di bidang pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

huruf (a), Menteri memiliki tugas dan wewenang mengatur mengenai

… (e) mutu pendidikan Tinggi

b. Pasal 6 ayat 1 menyebutkan: Dalam melaksanakan tanggung jawab di

bidang pengawasan, pemantauan, dan evaluasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 huruf c, Menteri memiliki tugas dan wewenang

meliputi: (a) menetapkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi; (b)

menyusun dan menetapkan sistem penjaminan mutu Pendidikan

Tinggi, yang terdiri atas: (1) sistem penjaminan mutu internal oleh

setiap Perguruan Tinggi; dan (2) sistem penjaminan mutu eksternal

(8)

Perguruan Tinggi dan/atau lembaga akreditasi mandiri; dan (c)

mengelola pangkalan data Pendidikan Tinggi.11

c. Pasal 13 ayat 1 menyebutkan: Pengaturan mengenai Program Studi

dan program Pendidikan Tinggi pada jenis pendidikan akademik dan

vokasi paling sedikit mencakup: (a) Standar Nasional Pendidikan

Tinggi; (b) tata cara pembukaan dan penutupan; dan (c) penjaminan

mutu.12

d. Pasal 23, 25 menyebutkan: penetapan norma, kebijakan operasional,

dan pelaksanaan organisasi bagi Otonomi pengelolaan pada PTN

(pasal 23) dan Otonomi pengelolaan pada PTN Badan Hukum (pasal

25) terdiri atas (antara lain) Sistem Penjaminan Mutu Internal.

e. Pasal 28 menyebutkan: Organisasi PTN dan PTS paling sedikit terdiri

atas unsur: (a) penyusun kebijakan; (b) pelaksana akademik; (c)

pengawas dan penjaminan mutu; (d) penunjang akademik atau sumber

belajar; dan (e) pelaksana administrasi atau tata usaha.

f. Pasal 29 ayat 3 menyebutkan: Unsur pengawas dan penjaminan mutu,

unsur penunjang akademik atau sumber belajar, dan unsur pelaksana

administrasi atau tata usaha, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

huruf c, huruf d, dan huruf e di dalam organisasi PTN, serta unsur lain

yang menjalankan fungsi komplementer ditetapkan dalam Peraturan

Menteri tentang Statuta masing-masing PTN

g. Pasal 30 ayat 6 meyebutkan: Unsur pengawas dan penjaminan mutu,

unsur penunjang akademik atau sumber belajar, dan unsur pelaksana

administrasi atau tata usaha, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

huruf c, huruf d, dan huruf e di dalam organisasi PTN Badan Hukum,

11 Dalam Pasal 6 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi sudah disebutkan secara jelas mengenai SPME, SPMI, dan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi PD-DIKTI). Pasal ini menjadi dasar implementasi SPMI di Perguruan Tinggi dan SPME yang diterjemahkan melalui BAN-PT.

(9)

serta organ lain yang menjalankan fungsi komplementer ditetapkan

dalam Statuta masing-masing PTN Badan Hukum

h. Pasal 32 ayat 1 menyebutkan: Statuta Perguruan Tinggi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29 ayat (10) dan Pasal 30 ayat (9) paling sedikit

memuat: (a) ketentuan umum; (b) identitas; (c) penyelenggaraan

Tridharma Perguruan Tinggi; (d) sistem pengelolaan; (e) sistem

penjaminan mutu internal; (f) bentuk dan tata cara penetapan

peraturan; (g) pendanaan dan kekayaan; (h) ketentuan peralihan; dan

(i) ketentuan penutup.

i. Pasal 33 ayat 1 huruf (c) menyebutkan: Akuntabilitas publik Perguruan

Tinggi diwujudkan melalui pemenuhan atas … (c) Standar Nasional

Pendidikan Tinggi melalui penerapan sistem penjaminan mutu

Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh Menteri

4. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44

tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Dalam peraturan ini mutu disebut dan dirumuskan sebagai berikut:

a. Pasal 3 ayat 2 huruf (e) dan (f) menyebutkan: standar nasional

pendidikan tinggi wajib (e) dijadikan dasar pengembangan dan

penyelenggaraan system penjaminan mutu internal; dan (f) dijadikan

dasar penetapan kriteria13 sistem penjaminan mutu eksternal melalui

akreditasi.

b. Pasal 39 ayat 1 menyebutkan: Pelaksana standar pengelolaan

dilakukan oleh Unit Pengelola program studi dan perguruan tinggi.

Sedangkan ayat 2 huruf (c) menyebutkan: Unit Pengelola program

13

(10)

studi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib: … (c) melakukan

kegiatan sistemik yang menciptakan suasana akademik dan budaya

mutu yang baik . ayat 3 huruf (c) dan (e) menyebutkan: Perguruan

tinggi dalam melaksanakan standar pengelolaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib: … (c) menjaga dan meningkatkan mutu

pengelolaan program studi dalam melaksanakan program pembelajaran

secara berkelanjutan dengan sasaran yang sesuai dengan visi dan misi

perguruan tinggi; … (e) memiliki panduan perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi, pengawasan, penjaminan mutu, dan pengembangan kegiatan

pembelajaran dan dosen; dan

c. Bab VI ketentuan peralihan pasal 66 huruf (a) menyebutkan: rumusan

pengetahuan dan keterampilan khusus sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) yang belum dikaji dan ditetapkan oleh Menteri,

perguruan tinggi dapat menggunakan rumusan pengetahuan dan

keterampilan khusus yang disusun secara mandiri untuk proses

penjaminan mutu internal di perguruan tinggi dan proses penjaminan

mutu eksternal melalui akreditasi

5. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 62

tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

Dalam peraturan ini,14 secara spesifik sudah dijelaskan mengenai

sistem penjaminan mutu, SPME, dan SPMI, dengan penjelasan sebagai

berikut:

a. Pasal 1 ayat 2 menyebutkan: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Tinggi yang selanjutnya disingkat SPM Dikti adalah kegiatan sistemik

14 Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan,

(11)

untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berencana dan

berkelanjutan.

b. Pasal 1 ayat 3 menyebutkan: Sistem Penjaminan Mutu Internal yang

selanjutnya disingkat SPMI, adalah kegiatan sistemik penjaminan

mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom

untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan

tinggi secara berencana dan berkelanjutan

c. Pasal 1 ayat 4 menyebutkan: Sistem Penjaminan Mutu Eksternal, yang

selanjutnya disingkat SPME, adalah kegiatan penilaian melalui

akreditasi untuk menentukan kelayakan dan tingkat pencapaian mutu

program studi dan perguruan tinggi.

d. Pasal 5 ayat 1 menyebutkan: SPMI memiliki siklus kegiatan yang

terdiri atas: (a) penetapan Standar Pendidikan Tinggi;15 (b)

pelaksanaan Standar Pendidikan Tinggi;16 (c) evaluasi pelaksanaan

Standar Pendidikan Tinggi;17 (d) pengendalian pelaksanaan Standar

Pendidikan Tinggi;18 dan (e) peningkatan19 Standar Pendidikan Tinggi

15 “Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk merumuskan dan menetapkan sendiri berbagai Standar Dikti (yang ditetapkan perguruan tinggi sendiri), yang secara kuantitatif lebih banyak dan/atau secara kualitatif lebih tinggi daripada SN Dikti”. Lihat Ibid., 34.

16

“Pelaksanaan isi Standar Dikti menjadi tugas dari setiap pihak yang mengelola perguruan tinggi, baik sebagai pejabat struktural, bukan pejabat struktural, dosen, tenaga kependidikan yang bukan dosen, dan juga mahasiswa, sesuai dengan isi masing-masing standar. Tidak benar jika pelaksanaan Standar Dikti atau dokumen SPMI secara keseluruhan hanya menjadi tugas dan tanggungjawab Lembaga atau Kantor Penjaminan Mutu”. Lihat Ibid., 37.

17 “Dalam konteks pelaksanaan Standar Dikti, evaluasi dilakukan pertama-tama oleh pejabat struktural pada setiap unit kerja dalam suatu perguruan tinggi. Kemudian, untuk menjamin obyektivitas, evaluasi internal dilanjutkan dengan Audit Mutu Internal yang lazim dilakukan oleh para auditor internal yang dapat berada di bawah koordinasi Lembaga atau Kantor Penjaminan Mutu yang terdapat pada perguruan tinggi bersangkutan. Hasil dari audit internal ini jika buruk maka tentu diperlukan langkah atau tindakan perbaikan, jika baik maka praktik baik tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan mutunya. Pada akhirnya, berdasarkan hasil audit internal ini perguruan tinggi tersebut dapat meminta pihak eksternal untuk melakukan akreditasi atau SPME”. Lihat Ibid., 39

18 “Pengendalian merupakan tindak lanjut atas hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi.

(12)

e. Pasal 5 ayat 2 menyebutkan: Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) huruf c dilakukan melalui audit20 mutu internal

f. Pasal 5 ayat 3 menyebutkan: SPMI diimplementasikan pada semua

bidang kegiatan perguruan tinggi, yaitu bidang: (a) akademik, meliputi

pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; dan (b)

non-akademik, antara lain sumber daya manusia, keuangan, sarana dan

prasarana.

6. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 32

tahun 2016 tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi

Peraturan ini tidak secara spesifik dan langsung menyebutkan

Standar Penjaminan Mutu Eksternal (SPME), namun demikian dalam

pasal-pasalnya disebutkan secara jelas bahwa akreditasi adalah system

penjaminan mutu eksternal:

a. Pasal 2 ayat 1 menyebutkan: Akreditasi merupakan Sistem Penjaminan

Mutu Eksternal sebagai bagian dari Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan Tinggi

b. Pasal 2 ayat 2 menyebutkan: Akreditasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) bertujuan: (a) menentukan kelayakan Program Studi dan

Perguruan Tinggi berdasarkan kriteria yang mengacu pada Standar

Nasional Pendidikan Tinggi; dan (b) menjamin mutu Program Studi

dan Perguruan Tinggi secara eksternal baik bidang akademik maupun

atau Kantor Penjaminan Mutu, sebab unit ini tidak memiliki kewenangan eksekutorial. Jika hasil evaluasi atau audit internal yang dilakukan oleh unit ini menunjukkan perlu tindakan pengendalian, maka informasi itu harus disampaikan ke pimpinan unit yang dievaluasi atau diaudit dan kepada pimpinan perguruan tinggi untuk ditindaklanjuti”. Lihat Ibid., 40-41.

19 “Peningkatan Standar Dikti harus dilakukan karena terjadi perkembangan masyarakat, kemajuan

ilmu dan teknologi, serta peningkatan tuntutan kebutuhan pemangku kepentingan internal dan/atau eksternal perguruan tinggi”. Lihat Ibid., 41.

(13)

non akademik untuk melindungi kepentingan mahasiswa dan

masyarakat

7. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 61

tahun 2016 tentang Pangkalan Data Pendidikan Tinggi

Keterkaitan antara peraturan ini dengan SPME dan SPMI adalah

terletak pada basis data tunggal dan terintegrasi. Proses pemantauan dan

pengendalian mutu perguruan tinggi juga dapat dilakukan secara mudah,

mengingat data yang terintegrasi. Pada konsideran peraturan ini disebutkan

“dalam rangka menyelenggarakan dan mengelola sistem pendidikan

tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi perlu

mengembangkan dan mengelola sistem informasi pendidikan tinggi

nasional yang memuat basis data pendidikan tinggi yang berbasiskan

teknologi informasi dan komunikasi berupa Pangkalan Data Pendidikan

Tinggi”. Beberapa istilah kunci yang dapat dikemukakan dari peraturan ini

berkaitan dengan penjaminan mutu adalah:

a. Pasal 1 ayat 1 menyebutkan: Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, yang

selanjutnya disebut PDDikti adalah sistem yang menghimpun data

pendidikan tinggi dari seluruh perguruan tinggi yang terintegrasi

secara nasional.

b. Pasal 1 ayat 2 menyebutkan: Data Pendidikan Tinggi adalah kumpulan

fakta mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi yang dimanfaatkan

untuk pembangunan pendidikan tinggi.

c. Pasal 1 ayat 5 menyebutkan: Data Pokok Pendidikan Tinggi adalah

variabel minimal yang merepresentasikan sejumlah orang, unit

organisasi atau objek sebagai syarat untuk penyelenggaraan pendidikan

tinggi

d. Pasal 1 ayat 14 menyebutkan: PDDikti Feeder adalah perangkat lunak

yang ditempatkan di Perguruan Tinggi dan memiliki struktur basis data

(14)

pelaporan resmi penyelenggaraan pendidikan tinggi seluruh Perguruan

Tinggi

e. Pasal 2 huruf (a) menyebutkan: PDDikti bertujuan untuk (a)

mewujudkan basis data tunggal dalam perencanaan, pengaturan,

pembinaan, dan pengawasan pendidikan tinggi.

f. Pasal 2 huruf (d) menyebutkan: PDDikti bertujuan untuk (d)

menyediakan data, informasi penerapan, dan luaran sistem penjaminan

mutu internal yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi.

g. Pasal 2 huruf (e) menyebutkan: PDDikti bertujuan untuk (e)

menyediakan data, informasi penerapan, dan luaran sistem penjaminan

mutu eksternal atau akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi

yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi

dan/atau lembaga akreditasi mandiri.

C. Posisi Auditing dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Berdasarkan uraian diatas posisi penjaminan mutu pendidikan tinggi

sungguh strategis. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal-pasal diatas, utamanya

dalam pasal Pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa SPMI memiliki siklus kegiatan

yang terdiri atas: (a) penetapan Standar Pendidikan Tinggi; (b) pelaksanaan

Standar Pendidikan Tinggi; (c) evaluasi pelaksanaan Standar Pendidikan

Tinggi; (d) pengendalian pelaksanaan Standar Pendidikan Tinggi; dan (e)

peningkatan Standar Pendidikan Tinggi. Ayat selanjutnya menyebutkan

bahwa evaluasi dilakukan melalui audit mutu internal.

Dari ayat 2 pasal 5 tersebut, tapak jelas bahwa audit berada pada posisi

(15)

Gambar 1. Siklus Kegiatan SPMI21

Berbeda dengan teori penjaminan mutu diatas, audit pada gambar 1

digunakan untuk melakukan penjaminan mutu pada saat melakukan proses

evaluasi. Pada konsep penjaminan mutu disebutkan bahwa Audit merupakan

bagian dari fungsi penjaminan mutu.22 Audit digunakan untuk

mengkomparasikan fakta lapangan dengan standar yang ditetapkan. Hal ini

dapat dibenarkan karena salah satu cara melakukan penjaminan mutu adalah

dengan menetapkan seperangkat standar dan memastikan bahwa pada saat

pelaksanaan nantinya, sudah sesuai dengan standar-standar yan telah

ditetapkan. Untuk itu diperlukan evaluasi terhadap pelaksanaan

standar-standar tersebut. Jadi jelas bahwa penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik

melalui serangkaian evaluasi. Dalam evaluasi salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah melalui audit.

Lalu dimana posisi pengendalian mutu? Pengendalian mutu secara

yuridis didefinisikan sebagai tindak lanjut atas hasil yang diperoleh dari

kegiatan evaluasi.23 Posisi pengendalian berada pada setelah evaluasi.

Evaluasi dilakukan melalui serangkaian proses audit mutu dan hasilnya

dilaporkan kepada pengambil kebijakan tingkat satuan pendidikan guna

ditindaklanjuti. Kenapa gugus, kantor, ataupun lembaga penjaminan mutu

21

Kemenristek Dikti Tim Pengembang SPMI, Bahan Presentasi Kebijakan Nasional Sistem Penjaminan Mutu Internal (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2016).

22 Lihat footnote no 3.

(16)

pendidikan (SPMI) tidak dapat melakukan pengendalian mutu? Karena unit ini

bukanlah unit yang ditugasi sebagai penyelenggara standar pendidikan. Unit

ini hanya sebagai unit yang bertugas melakukan penjaminan mutu dengan cara

menetapkan standar mutu, manual mutu, dan evaluasi (termasuk di dalamnya

adalah audit mutu) terhadap standar mutu. Unit ini bukanlah lembaga

eksekutorial, bukan lembaga yang bertugas melaksanakan standar.

Kajian-kajian kebijakan diatas merupakan sistem logis yang disusun

oleh pemerintah dalam rangka memajukan pendidikan di Indonesia. Secara

umum ada dua jenis audit, yakni audit internal dan audit eksternal. Audit

internal berarti proses indentifikasi atau komparasi antara standar yang

ditetapkan dengan pelaksanaan nyata yang terjadi di organisasi. Audit internal

umumnya dipakai oleh pihak manajemen organisasi untuk melihat sejauhmana

pelaksanaan-pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan dapat dijalankan

dengan baik, juga untuk melihat secara dini faktor-faktor apa saja yang

berpotensi sebagai resiko dan dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan

program suatu organisasi.

Audit internal merupakan satuan independen, penjamin mutu yang

obyektif, dan dan satuan aktifitas konsultatif yang bertujuan untuk menambah

nilai dan memperbaiki kinerja operasional suatu organisasi.24 Jenny

Goodwin-Stewart dan Pamela Kent menyebutkan bahwa audit internal dapat membantu

organisasi untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko, serta

mengubahnya menjadi bagian penting yang harus diperhatikan dalam

manajemen resiko suatu organisasi.25 Dalam konteks pendidikan, audit

internal dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu yang dibentuk oleh satuan

unit pendidikan. Jika di perguruan tinggi, tim audit internal berada di bawah

kendali lembaga pejaminan mutu (LPM).

24 Jenny Stewart and Nava Subramaniam, “Internal Audit Independence and Objectivity: Emerging Research Opportunities,” Managerial Auditing Journal January (2010).

(17)

Hasil-hasil yang dilakukan selama pelaksanaan audit internal digunakan

oleh pengambil kebijakan lembaga pendidikan untuk perbaikan dan

peningkatan mutu. Hasil ini juga dipakai oleh pengambil kebijakan sebagai

langkah awal untuk melakukan proses audit eksternal.

Audit eksternal merupakan audit yang dilakukan oleh pihak-pihak luar

di luar lembaga tersebut berada. Audit eksternal berupaya melakukan

penjaminan mutu secara terstandar berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang

umumnya dimiliki oleh asosiasi-asosiasi atau lembaga mutu. Dalam dunia

pendidikan audit eksternal (SPME) dilakukan melalui proses akreditasi baik

yang diselenggaraan oleh Negara berupa lembaga BAN-PT maupun LAM-PT

bagi perguruan tinggi dan oleh BAN-S/M bagi sekolah/madrasah.

Kesemua hal yang dilakukan melalui serangkaian proses audit ini

semata-mata adalah untuk penjaminan mutu pendidikan. Agar kualitas

pendidikan semakin baik dan sesuai dengan harapan stakeholder pendidikan.

Untuk itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang khusus mengatur

penjaminan mutu internal maupun penjaminan mutu eksternal. Berikut adalah

gambaran tentang hubungan antara SPMI, SPME dan SN Dikti.

Gambar 2. Keterhubungan SPMI, SPME, PDikti dengan SNDikti

Gambar diatas menjelaskan bahwa SPMI memiliki keterkaitan dan

hubungan dengan SPME, keduanya sebagai penjamin mutu pendidikan tinggi

(18)

mutu sehingga memiliki fungsi audit mutu bagi ketercapaian pelaksanaan

SNDikti.

Adapaun posisi PDDikti yang berada di bawah piramida terbalik

diandaikan sebagai unit pandkalan data secara nasional yang keberadaannya

menopang validitas audit mutu perguruan tinggi. Maknanya, PDDikti dapat

dijadikan rujukan bagi proses auditing secara internal dan secara eksternal

karena data-data yang ada didalamnya terintegrasi. Pada fakta lapangan,

auditor dapat memanfaatkan pangkalan data ini untuk kegiatan komparasi

auditing. Bagi pengambil kebijakan tingkat nasional, data yang ada di PDDikti

juga berguna sebagai akselerasi mutu pendidikan tinggi secara nasional.

Ketiganya, baik SPMI, SPME, maupun PDDIkti selanjutnya secara

sinergis memantau pendidikan tinggi dalam pencapaian standar nasional.

Lebih jelas lagi, gambaran mengenai keterkaitan SPMI, SPME, PDDikti

dengan SNDikti dalam menjamin mutu pendidikan sebagaimana tampak pada

gambar 3, berikut:

Gambar 3. Penjaminan Mutu dan keterkaitannya dengan SPMI, SPME, PDikti26

Jika melihat gambaran keterkaitan diatas, dapat dikatakan bahwa proses

penjaminan mutu pendidikan telah didesain secara baik. Auditing sebagai

salah satu fungsi evaluasi dan penjaminan mutu diharapkan dapat berperan

(19)

maksimal dalam rangka memberikan informasi yang akurat, apa adanya, dan

faktual. []

D. Daftar Pustaka

Ahmad, Intan. “Materi Annual Meeting BAN-PT; Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi,” 2016.

BAN-PT. Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Penyusunan Instrumen Akreditasi, 2017.

Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Jakarta: Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2016.

Fauji, Lukito, Made Sudarma, and M Achsin. “Penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) Dalam Meningkatkan Kualitas Audit.” Jurnal Akuntansi Multiparadigma 6, no. 1 (2015): 38–53.

Goodwin-Stewart, Jenny, and Pamela Kent. “The Use of Internal Audit by Australian Companies.” Managerial Auditing Journal 21, no. 1 (2006): 81–101.

Putra, Apriansyah. “Sistem Audit Mutu Akademik Internal Berbasis Web Pada Universitas Sriwijaya.” In Prosising Seminar Nasional Ilmu Komputer, 2014.

Russell, J.P., ed. The ASQ Auditing Handbook; Principles, Implementation, and Use. 3rd ed. Wisconsin: ASQ Quality Press, 2005.

Stewart, Jenny, and Nava Subramaniam. “Internal Audit Independence and Objectivity: Emerging Research Opportunities.” Managerial Auditing Journal January (2010).

Tim Pengembang SPMI, Kemenristek Dikti. Bahan Presentasi Kebijakan Nasional Sistem Penjaminan Mutu Internal. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2016.

(20)

1

KURIKULUM KKNI

Rencana Pembelajaran Semester (RPS)

Mata Kuliah : Auditing Pendidikan

SKS : 3

Kode MK : -

Prasyarat : Pengantar Ilmu Manajemen; Filsafat Ilmu Manajemen Pendidikan Islam Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam

Semester : 4 (empat)

Dosen : Sulanam, M.Pd

NIP. : 197911302014111003

E-mail : sulanam@uinsby.ac.id No. Hp. : 081 332 078 776

Capaian Pembelajaran Lulusan

A-01 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius.

A-02 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika.

A-03 Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila.

A-04 Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa.

A-08 Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik

A-09 Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan dibidang keahliannya secara mandiri

(21)

2

B-09 Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi dan atau kecurangan kerja

B-11 Menguasai pengetahuan konseptual dan praktis tentang konsep, teori dan perkembangan bidang kepemimpinan, manajemen, supervisi, perencanaan dan auditing sistem pendidikan berbasis Islam untuk memecahkan masalah pada pada tingkat mikro dengan menggunakan pendekatan interdisiplin dan atau multidisiplin

B-12 Menguasai pengetahuan konseptual dan praktis tentang pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data dalam bidang kebijakan,kepemimpinan, manajemen, supervisi dan auditing pendidikan berbasis Islam yang sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan Islam dan atau kebutuhan masyarakat.

B-14 Menguasai dasar-dasar auditing dalam lembaga pendididikan Islam

B-15 Mampu mengidentifikasi masalah manajerial dan fungsi organisasi pada level operasional, serta mengambil tindakan solutif yang tepat berdasarkan alternatif yang dikembangkan, dengan menerapkan prinsip- prinsip manajemen mutu pendidikan Islam yang berakar pada karakter satuan dan penyelenggaran pendidikan

B-16 Menguasai prosedur auditing di lembaga pendidikan Islam untuk mendukung kemampuan manajerial B-19 Menganalisis prosedur audit internal dan eksternal di lembaga pendidikan Islam

C-1 Memiliki kemampuan praktis dalam menerapkan teori, nilai-nilai, dan hasil-hasil riset yang terkait dengan kepemimpinan, manajemen, supervisi, perencanaan dan auditing pendidikan berbasis Islam melalui riset yang berimplikasi pada kebutuhan aktual pengelolaan sistem pendidikan nasional

C-2 Memiliki kemampuan praktis menerapkan model dasar, strategi, dan atau metode yang inovatif dan unggul dalam kepemimpinan, manajemen, supervisi, perencanaan dan auditing Pendidikan berbasis Islam

C-14 Mengoperasikan penjaminan mutu pada lembaga pendidikan Islam C-20 Mengevaluasi progam penyelenggaraan pendidikan

Kemampuan Akhir Mata Kuliah

(22)

3 Ke-1 Mampu memahami

posisi matakuliah auditing dalam keseluruhan matakuliah-matakuliah di Prodi MPI

Memiliki pemahaman tentang posisi matakuliah auditing bagi mahasiswa MPI

Memiliki pemahaman tentang alur dan proses perkuliahan auditing

3x50” Dosen memperkenalkan diri, dilanjutkan dengan

penjelasan konteks

matakuliah bagi mahasiswa MPI dan bagi lembaga pendidikan secara umum. Dilanjutkan dengan kontrak belajar, pembagian tugas dan tanggungjawab, serta penilaian dan tagihan matakuliah.

Tugas 20%

Ke-2 Mampu memahami pentingnya Auditing hokum auditing bidang pendidikan

Memahami sejarah kebijakan auditing bidang pendidikan di Indonesia

Pendahuluan:

Mengapa auditing bidang pendidikan?

3x50” Perkuliahan dilanjutkan dengan brainstorming tentang konsep auditing bidang pendidikan.

Mahasiswa mengidentifikasi produk hokum terkait kebijakan auditing di Indonesia. Di akhir perkuliahan mahasiswa auditing secara umum dan

Apa itu

3x50” Mahasiswa secara

berkelompok mendiskusikan pengertian, tujuan, manfaat dan sasaran auditing.

(23)

4

dipresentasikan ke kelompok lainnya. Dosen memberi penguatan dilanjutkan dengan simpulan perkuliahan

Ke-4 Mampu

mempresentasikan posisi auditing bagi lembaga pendidikan

Menjelaskan posisi mutu dan hubungannya dengan audit bagi lembaga pendidikan

Menjelaskan aspek yuridis penjaminan mutu di indonesia

Menjelaskan posisi auditing dalam system penjaminan mutu

3x50” Dosen memandu brainstorming tentang tuntutan lembaga pendidikan yang bermutu. Dosen mempersilahkan mahasiswa membaca buku/artikel/aturan yang telah dipersiapkan tentang penjaminan mutu (SPME-SPMI). Mahasiswa dipersilahkan mengutarakan pendapat terkait mutu, SPME-SPMI. Sebagai penguatan awal, mahasiswa mempresentasikan makalah terkait posisi auditing bagi lembaga pendidikan. Setelah proses reading book dan presentasi kelas, mahasiswa dibagi ke beberapa kelompok untuk melakukan identifikasi posisi auditing dalam SPME-SPMI. Di akhir, dosen memberi simpulan tentang posisi auditing, SPME dan SPMI.

Menjelaskan audit produk, audit proses, dan audit

(24)

5 Menjelaskan audit internal

dan audit eksternal Menjelaskan audit

berkelompok menyusun peta ide masing-masing jenis audit. Mahasiswa mengemukakan hasil susunan peta ide jenis audit. Dosen membagi mahasiswa ke beberapa kelompok untuk memecahkan kasus audit. Mahasiswa mendiskusikan kasus-kasus audit. Dosen memberi simpulan akhir perkuliahan standar mutu pendidikan Mendemonstrasikan proses audit mutu pendidikan

3x50” Melalui presentasi kelas, mahasiswa melakukan identifikasi standar mutu pendidikan. Selanjutnya, secara berkelompok, mahasiswa merumuskan sasaran audit mutu berdasarkan standar mutu yang telah dibahas. Masing-masing kelompok

mempresentasikan sasaran audit mutu pendidikan. Dosen memberi penguatan di akhir perkuliahan.

Tugas 20% standar kinerja lembaga pendidikan

Mendemonstrasikan proses audit kinerja pendidik dan tenaga kependidikan

3x50” Melalui presentasi kelas, mahasiswa melakukan identifikasi standar kinerja lembaga pendidikan. Selanjutnya, secara berkelompok, mahasiswa merumuskan sasaran audit kinerja, audit keuangan, dan audit tujuan khusus

(25)

6 Mendemonstrasikan

proses audit tujuan khusus di lembaga pendidikan (audit barang, audit kegiatan) dan sasaran audit kinerja lembaga pendidikan. Dosen memberi penguatan di akhir perkuliahan.

Ke-8 Mampu mengenali pelaku auditing dan memahami peran,

Menjelaskan peran, tugas, dan tanggungjawab

3x50” Mahasiswa melakukan presentasi kelas tentang auditor. Selanjutnya dilakukan diskusi tentang peran dan tanggungjawab auditor

Tugas 20%

Ke-9 3x50” Ujian Tengah Semester

(UTS)

Tes tulis

30%

Ke-10 Mampu mengenali pelaku auditing

Menjelaskan peran, tugas, dan tanggungjawab

3x50” Mahasiswa melakukan presentasi kelas tentang auditor internal. Selanjutnya dilakukan diskusi tentang peran dan tanggungjawab auditor internal

Tugas 20%

Ke-11 Mampu mengenali pelaku auditing

Menjelaskan peran, tugas, dan tanggungjawab

3x50” Mahasiswa melakukan presentasi kelas tentang auditor eksternal.

Selanjutnya dilakukan diskusi tentang peran dan

tanggungjawab auditor eksternal

(26)

7 auditor

eksternal Ke-12 Mampu berpikir

kritis terhadap profesi auditor

Mengkritisi profesi auditor Profesi auditor:

3x50” Mahasiswa melakukan presentasi kelas tentang profesi auditor. Selanjutnya dilakukan diskusi tentang kriteria auditor professional, asosiasi-asosiasi auditor, dan kode etik auditor. Dosen membagi tiga kelompok, dengan tema kriteria auditor professional, asosiasi auditor dank ode etik auditor.

Tugas 20%

Ke-13 Mampu

merencanakan dan menyiapkan berkas, bahan, maupun alat untuk proses audit

Memiliki kemampuan merencanakan proses audit

Memiliki kemampuan memilih dan menyiapkan bahan pendukung audit

Merencanakan

3x50” Mahasiswa mendiskusikan dan mengidentifikasi kebutuhan persiapan audit. Mahasiswa

mendemonstrasikan hasil-hasil persiapan audit.

Perfor-mance

(27)

8

Demonstrasi dan mengidentifikasi kebutuhan pelaksanaan audit. Mahasiswa dibagi menjadi enam kelompok untuk membuat simulasi tentang (1) Pertemuan awal; (2) Pengumpulan data; (3) Menyusun kertas kerja; (4) Mengklasifikasi hasil observasi; (5) Pengelolaan proses audit; dan (6) Pertemuan akhir. Masing-masing kelompok mendemonstrasikan hasil diskusi dan simulasi.

mance

Ke-15 Mampu menyusun laporan hasil audit dan tindaklanjut

Menyusun laporan hasil audit

3x50” Mahasiswa mendiskusikan dan mengidentifikasi kebutuhan laporan audit. Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok untuk membuat simulasi tentang (1) laporan hasil audit; (2) rekomendasi hasil audit; (3) tindaklanjut perbaikan; dan (4) tindaklanjut pencegahan. Mahasiswa

mendemonstrasikan cara menyampaikan hasil audit dan tindaklanjut hasil audit.

Perfor-mance

20%

Ke-16 3x50” Ujian Akhir Semester (UAS) Tes

tulis

(28)

9

Cleveland, Frederick A. “The Relation of Auditing to Public Control.” The Annals of the American Academy of Political and Social Science 26, no. November (1905): 53–68.

Coleman, Lance B. Advanced Quality Auditing. Milwauke, Wisconsin: ASQ Quality Press, 2015.

Collins, Charles Wallace. “The Problem of an Independent National Audit Author.” Journal of Political Economy 28, no. 1 (1920): 37–45. http://www.jstor.org/stable/1820529.

Dekker, Pieter J, and Frans L Leeuw. “Program Evaluation And Effectiveness Auditing: Definitions, Models, and Practice.” Impact Assesment 7, no. 2-3 (1989): 113–133.

Dicksee, Lawrence R. Auditing; A Practical Manual for Auditors. 9th ed. London: Gee & Co., 1912.

Editor, Guest, and Garry D Carnegie. “Accounting , Auditing & Accountability.” Accounting, Auditing, & Accountability Journal 25, no. 2 (2012).

Guida, Joseph F. “A Practical Look at Environmental Audits.” Journal of the Air Pollution Control Association 32, no. 5 (1982).

Hargie, Owen, and Dennis Tourish, eds. Auditing Organizational Communication. London and New York: Routledge, 2009.

Johnstone, Karla M., Audrey A. Gramling, and Larry E. Rittenberg. Auditing: A Risk-Based Approach to Conducting a Quality Audit. South-Western: Cencage Learning, 2014.

Kush, Brian D. Auditing Leadership; The Professional and Leadership Skills You Need. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc., 2009.

Maclntyre, Stephen T. “Environmental Auditing — A Timely and Effective Tool.” Journal of the Air Pollution Control Association 33, no. 9 (1983).

McArthur, David L., ed. Alternative Approaches to the Assesment of Achievement. Massachussetts: Kluwer Academic Publisher, 1987.

Moreland, Neil, and Rod Horsburgh. “Auditing : A Tool for Institutional Development.” The Vocational Aspect of Education 44, no. 1 (1992).

Müller, Katja, Hato Schmeiser, and Joel Wagner. “The Impact of Auditing Strategies on Insurers’ Profitability.” The Journal of Risk Finance 17, no. 1 (2016).

Pickett, K H Spencer. Auditing the Risk Management Process. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc., 2005.

———. The Essential Handbook of Internal Auditing. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd., 2005.

Publik, Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor. Dasar-Dasar Audit Internal Sektor Publik. 1st ed. Tangerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, 2007.

(29)

10

Vinten, Gerald. “Auditing Standards and Perceptions.” Managerial Auditing Journal 20, no. 1 (2005).

Surabaya, 3 Mei 2017

Ketua Program Studi, Dosen Pengampu,

Ali Mustofa, M.Pd Sulanam, M.Pd

(30)

1

Audit Pendidikan (Permenristekdikti No 62 tahun 2016 tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, Pasal 5 ayat 3): 1. Akademik

a. Mutu (Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat) 2. Non Akademik

a. Kinerja (sumberdaya manusia) b. Keuangan

c. Tujuan khusus (Sarana prasarana, program/kegiatan khusus)

Bagian Kesatu: Apa itu Auditing?

Bab 1: Pendahuluan

Mengapa Auditing Pendidikan?

Landasan Hukum Auditing Pendidikan Kebijakan Auditing Pendidikan di Indonesia

Bab 2: Apa itu Auditing?

Pengertian Audit Tujuan Audit Manfaat Audit Sasaran Audit

Bab 3: Posisi Auditing bagi Lembaga Pendidikan

Penjaminan dan Pengendalian Mutu Pendidikan Aspek Yuridis Penjaminan Mutu Pendidikan

Posisi Auditing dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

AUDITING

Apa

itu Audit?

Siapa

yang Melakukan

Audit?

Bagaimana

Cara melakukan

(31)

2

Bab 5: Auditing Bidang Pendidikan; Audit Mutu

Standar Mutu Pendidikan Audit Mutu Pendidikan

Bab 6: Auditing Bidang Pendidikan; Audit Kinerja

Standar Kinerja (Tupoksi, Urjab, SOP, dan Standar Biaya) Audit Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Audit Keuangan

Audit Tujuan Khusus (Barang, inventaris, aset, program, kegiatan)

Bagian Kedua: Siapa yang Melakukan Audit?

Bab 7: Mengenal Auditor

Siapa yang disebut Auditor?

Apa Peran dan Tanggungjawab Auditor?

Bab 8: Auditor Internal

Siapa Auditor Internal?

Apa Peran dan Tanggungjawab Auditor Internal

Bab 9: Auditor Eksternal

Siapa Auditor Eksternal?

Apa Peran dan Tanggungjawab Auditor Eksternal?

Bab 10: Profesi Auditor

(32)

3 Bahan pendukung bagi auditor Alat-alat audit

Strategi audit

Mengkomunikasikan dan mendistribusikan rencana audit

Bab 12: Pelaksanaan Audit

Pertemuan awal Pengumpulan data Menyusun kertas kerja

Mengklasifikasi hasil observasi Pengelolaan proses audit Pertemuan akhir

Bab 13: Laporan Hasil Audit dan Tindaklanjut

Penyusunan Laporan

(33)

10. Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),

11. yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), 12. mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.

QS. An-Naml: 20-21

20. dan Dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, Apakah Dia Termasuk yang tidak hadir.

21. sungguh aku benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar-benar-benar Dia datang kepadaku dengan alasan yang terang".

QS. Al-Zalzalah: 7-8

7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.

(34)



6. Hai manusia, Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya.[1565]

7. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, 8. Maka Dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,

9. dan Dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.

[1565] Maksudnya: manusia di dunia ini baik disadarinya atau tidak adalah dalam perjalanan kepada Tuhannya. dan tidak dapat tidak Dia akan menemui Tuhannya untuk menerima pembalasan-Nya dari perbuatannya yang buruk maupun yang baik.

QS. Al-Baqarah: 282

(35)

282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang-orang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

[179] Bermuamalah ialah seperti berjual beli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya.

The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) is an Islamic international autonomous non-for-profit corporate body that

Gambar

Gambar 1. Siklus Kegiatan SPMI21
gambar 3, berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan Edmodo pada pembelajaran E-Learning terhadap hasil belajar peserta didik kelas X Multimedia pada mata

Bebko (2000) mengatakan bahwa kualitas pelayanan dapat diukur dengan melihat tingkat kesenjangan antara harapan atau keinginan konsumen dengan persepsi mereka terhadap

Untuk menjamin kerahasiaan soal, database dilakukan penyandian (enskripsi) oleh Lembaga Sandi Negara dan hanya bisa dibuka dengan sandi khusus sesaat sebelum

1. Retribusi ini bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam

Materi yang dimasukkan ke dalam pembelajaran agama Islam menurut al- Ghazali meliputi: ilmu pengetahuan syar‘iyyah yang terbagi kedalam ilmu pengetahuan fardu ‘ayn dan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non- exclusive Royalti-Free Right) atas

Implementasi standar akuntansi berbasis akrual selain untuk pelaporan keuangan pemerintah lebih akuntabel dan transparan, tujuan lebih lanjut dari implementasi

Dari hasil penelitian diketahui bahwa walaupun adanya kecenderungan perlambatan produksi biogas dari akhir proses anaerobik digesi limbah tanaman jagung yang