• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sejarah Peradaban Islam (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Sejarah Peradaban Islam (2)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PEMIKIRAN DAN PEMAHAMAN TOKOH – TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Nama Dosen : Agi Gifari, M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 5

Yulia Astriani (2103 0802 16 1016) Tiara Kirana (2103 0802 16 1027)

Sri Mulyati (2103 0802 16 1078) Nurshifa Fauziah (2013 0802 16 1064) Muhammad Saepudin (2103 0802 16 1071)

Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Ilahi Rabbi, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sang penguasa hati dan kehidupan hamba-hamba-Nya. Dengan perkenan dari-Nya-lah kami sanggup menyelesaikan makalah tentang “Pemikiran dan Pemahaman Tokoh – Tokoh Pendidikan Islam di Indonesia” ini dengan lancar.

Makalah ini disusun selain guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam juga untuk memberikan tambahan wawasan kepada pembaca mengenai Tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia. Sehingga menjadi bertambah pula pengetahuan tentang hal tersebut.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran agar dapat membangun sebagai bahan masukannya supaya makalahnya lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat, dan menambah khazanah keilmuannya kepada kita semua Aamiin.

Bandung, 24 Februari 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penulisan ... BAB II PEMBAHASAN MASALAH

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Membahas tentang pertumbuhan intelektual manusia, tidaklah lepas dari peran penting pendidikan. Seperti halnya dalam pendidikan islam yang saat ini mulai berkembang pesat seiring perkembangan zaman. Hal ini ditandai oleh berbagai sekolah yang berlandaskan islami, bahkan tidak sedikit sekolah-sekolah yang melabelkan almamaternya dengan sebutan tokoh-tokoh besar islam. Semua itu mereka lakukan atas dasar cinta karena jasa-jasa para tokoh-tokoh besar islam yang telah berperan penting dalam kemajuan pendidikan islam di tanah air. Hingga namanya tak lapuk termakan waktu.

Menelisik sedikit tentang khasanah pemikiran pendidikan Islam, kita temukan tokoh-tokoh besar dengan ide-idenya yang cerdas dan kreatif yang menjadi insirasi sekaligus kontribusi yang besar bagi dinamika pendidikan Islam di Indonesia. Salah satu peran ulama sebagai tokoh Islam adalah membawa masyarakat kearah yang lebih baik bagi kehidupannya. Berbagai lembaga organisasi telah di lahirkan oleh mereka baik dalam bentuk sekolah, organisasi maupun surau-surau kecil di sudut desa. Semua itu adalah lembaga yang ikut mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, terdidik dan beradab. Mereka telah berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan, khususnya Islam lewat butiran-butiran karyanya yang telah banyak ditulis pada lembaran-lembaran kertas atau melalui jalur dakwah mereka.

Adapun tantangan yang di hadapi pendidikan Islam di masa awal masuknya Islam ke Indonesia adalah awamnya pengetahuan sekaligus pemahaman pemeluk Islam baru terhadap pengetahuan agama Islam. Tersebarnya agama Islam ke Nusantara menimbulkan kebutuhan akan guru-guru, juru dakwah untuk menganjurkan prinsip-prinsip agama baru tersebut. Demi memenuhi kebutuhan masyarakat Islam itu muncullah pusat-pusat pembelajaran agama Islam, dalam bentuk pengajaran individual maupun secara kelompok.

(5)

berlanjut hingga akhirnya ada sekelompok Muslim yang mendirikan sekolah Islam, suatu bentuk pendidikan Islam yang sepenuhnya mengadopsi bentuk dan kurikulum sekolah kolonial Belanda. Munculnya model ini bukan berarti bentuk pendidikan Islam yang lama menjadi hilang. Yang lama masih tetap ada dan berdampingan dengan bentuk pendidikan Islam yang baru. Sehingga di kalangan masyarakat muslim ada tiga bentuk lembaga pendidikan Islam yaitu pesantren, madrasah (kurikulum lebih berat ke pendidikan agama dengan bangku dan papan tulis) dan sekolah Islam yang ketiganya bertahan sampai sekarang. Hasil pemikiran dan perjuangan KH. Hasyim Asyari dan KH. Ahmad Dahlan yang kiprah dan perjuangannya begitu sentral, utamanya dalam bidang pendidikan yang telah mengantarkan arah pendidikan di tanah air pada sebuah pendidikan yang berbasis keislamaan namun tetap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

Sebagai bentuk apresiasi yang begitu besar berkat perjuangan dan pemikiran kedua tokoh perjuangan ini, penulis akan berusaha sebaik mungkin, namun ringkas dalam mengupas sepak terjang dan perjuangan kedua tokoh tersebut dalam mewarnai dan menentukan arah dan tipologi pendidikan di Indonesia yang mencakup tentang biografi beliau, pemikiran dan kontribusinya bagi pendidikan Islam di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemikiran dan pemahaman tokoh besar KH Ahmad Dahlan dan KH hasyim

Assyari?

2. Bagaimana revelansi hasil pemikiran tokoh KH Ahmad Dahlan dan KH hasyim Asy’ari terhadap pendidikan islam yang kekinian?

C. Tujuan Masalah

1. Menjelaskan pemikiran dan pemahaman tokoh besar KH Ahmad Dahlan dan KH hasyim Assyari

2. Mengetahui implikasi hasil pemikiran tokoh KH ahmad Dahlan dan KH hasyim Asyari dalam pendidikan era globalisasi

BAB II PEMBAHASAN

(6)

Pemikiran K.H Ahmad Dahlan merupakan respon pragmatis terhadap kondisi ekonomi umat islam yang tidak menguntungkan di Indonesia. Masa di bawah colonial Belanda, umat islam tertinggal secara ekonomi, sosial, dan politik karena tidak memiliki akses kepada sector – sector pemerintahan dan perusahaan – perusahaan swasta. Kondisi demikian menjadi perhatian K.H Ahmad Dahlan dengan berusaha memperbaiki sistem pendidikan islam. Berangkat dari kondisi ini, maka menurut K.H Ahmad Dahlan, pendidikan islam bertujuan pada usaha

membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, ‘alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Berarti bahwa pendidikan islam merupakan upaya pembinaan pribadi muslim sejati yang bertaqwa, baik sebagai ‘abd maupun khalifah fi al-ard.

Untuk mencapai proses tujuan ini, proses pendidikan islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu, baik umum maupun agama untuk mempertajam daya itelektualitas dan

memperkokoh spiritualitas peserta didik. Menurut K.H Ahmad Dahlan, upaya ini akan terealisasi manakala proses pendidikan bersifat integral. Proses pendidikan yang demikian pada gilirannya akan mampu menghasilkan alumni “intelektual ulama” yang berkualitas.

Untuk menciptakan sosok peserta didik yang demikian, maka epistemologi islam hendaknya dijadikan landasan metodologis dalam kurikulum dan bentuk pendidikan yang dilaksanakan. Hal ini K.H Ahmad Dahlan merentaskan beberapa pandangan mengenai pendidikan dalam bentuk pendidikan model Muhammadiyah khususnya, antara lain :

1. Pendidikan Integralistik

(7)

berikutnya. Ada semangat yang musti dikembangkan oleh pendidik Muhammadiyah, yaitu bagaimana merumuskan sistem pendidikan ala al-Ma’un sebagaimana dipraktekan K.H. Ahmad Dahlan . Anehnya, yang diwarisi oleh warga Muhammadiyah adalah teknik pendidikannya, bukan cita-cita pendidikan, sehingga tidak aneh apabila ada yang tidak mau menerima inovasi pendidikan. Inovasi pendidikan dianggap sebagai bid’ah. Sebenarnya, yang harus kita tangkap dari K.H. Ahmad Dahlan adalah semangat untuk melakukan perombakan atau etos pembaruan, bukan bentuk atau hasil ijtihadnya.

2. Mengadopsi substansi dan metodologi pendidikan modern

Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga pendidikan Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan kemudian dengan gagasan dan prektek pendidikannya dapat menerapkan metode pendidikan yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional. Metode yang ditawarkan adalah sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Dari sini tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini

3. Memberi muatan pengajaran islam pada sekolah – sekolah umum modern.

Tujuan pokok organisasi dan pendirian lembaga pendidikan menjadi orientasi utama K.H. Ahmad Dahlan sehingga berusaha untuk menandingi sekolah pemerintahan Belanda dengan mengikuti contoh misi Kristen dengan menyebarkan fasilitas dan

mendesakkan pengalaman iman. ] Sekolah Dasar Belada dengan al-Qur’an didirikan dari keterkesanannya terhadap kerja para misionaris Kristen dan SD Belanda dengan

Alkitabnya.

Dengan contoh metode dan system pendidikan baru yang diberikannya. K.H. Ahmad Dahlan juga ingin memodernisasi sekolah keagamaan tradisional. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah Muallimin dan Muallimat, Muballighin dan Muballighat. Dengan demikian diharpakan lahirlah kader-kader Muslim sebagai bagian inti program pembaharuannya yang bisa menjadi ujung tombak gerakan Muhammadiyah dan membantu menyampaikan misi-misi dan melanjutkannya di masa depan. K.H. Ahmad Dahlan juga bekerja keras

(8)

merupakan unsur penting berkat bantuan istri dan koleganya sehingga terbentuklah Aisyiah.

4. Menerapkan Sistem Kooperatif dalam Bidang Pendidikan.

Sikapnya yang akomodatif dan kooperatif memberikan ketentuan mutlak untuk bertahan hidup di tengah iklim yang sangat tidak ramah terhadap gerakan nasionalis pribumi dan disaat tidak satupun gerakan yang sebanding dengannya dapat bertahan saat itu. Sehingga K.H. Ahmad Dahlan dapat masuk lebih dalam pada lingkungan pendidikan kaum misionaris yang diciptakan oleh pemerintah Belanda, yang saat itu lebih maju kedepan dari pada sistem penddikan pribumi yang tradisional.

2. Pemikiran K.H Hasyim Asyari

Pemikiran pendidikan K.H Hasyim Asy’ari sangat dipengaruhi dengan keahliannya dalam bidang hadist, fiqih, dan tasawuf. Pemikiran pendidikannya juga didorong oleh situasi

pendidikan yang terjadi pada saat itu, dari kebiasaan lama yang sudah mapan ke dalam bentuk modern akibat pengaruh sistem pendidikan Barat yang diterapkan Hindia Belanda di Indonesia.

Didukung dengan K.H Hasyim Asy’ari yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren, menuntut ilmu dan berkecimpungan langsung di dalamnya, serta interaksinya saat menuntut ilmu di pesantren – pesantren Jawa dengan para ulama di Mekah. Atas dasar pengalamannya, hal ini sangat mempengaruhi pola pikir dalam pendidikan islam.

KH. Hasyim Asyari menyebutkan bahwa tujuan utama ilmu pengetahuan dan belajar adalah mengamalkan agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak dan merupakan ibadah untuk mencari ridha Allah.

(9)

KH. Hasyim Asy’ari menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam di samping pemahaman terhadap pengetahuan adalah pembentukan insān Islām kāmil yang penuh pemahaman secara benar dan sempurna terhadap ajaran-ajaran Islam serta mampu

mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten. Tujuan pendidikan ini akan mampu direalisasikan jika siswa mampu terlebih dahulu mendekatkan diri pada Allah SWT dan ketika proses dalam pendidikan berlangsung, dalam diri siswa harus steril dari unsur

materialisme, kekayaan, jabatan dan popularitas.

Dari sini tampak KH. Hasyim Asy’ari mengedepankan nilai-nilai ketuhanan. Dengan mengedepankan nilai-nilai tersebut, harapannya semua manusia yang dalam melaksanakan dan ikut dalam proses pendidikan selalu menjadi insan purna yang bertujuan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Di samping itu dalam Islam, tujuan pendidikan Islam yang dikembangkan adalah

mendidik budi pekerti. Oleh karenanya, pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sesungguhnya dari proses pendidikan. Pemahaman ini tidak berarti bahwa pendidikan Islam tidak memperhatikan terhadap pendidikan jasmani, akal, dan ilmu pengetahuan (science). Pendidikan Islam

memperhatikan segi pendidikan akhlak seperti memperhatikan segisegi lainnya.

B. Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Islam Kekinian.

Dalam menyikapi isu globalisasi, umat Islam terbagi ke dalam tiga kelompok; yaitu yang menerima secara mutlak, menolak sama sekali dan pertengahan, yakni yang menyikapi secara proposional. Perbedaan sikap ini berimplikasi terhadap respon dalam mensikapi model

pendidikan di Nusantara. Pendidikan merupakan sarana yang paling efektif dalam menghadapi globalisasi dunia, melalui pendidikan baik di rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat, dengan berbagai metode, cara dan geraknya dapat dicegah pengaruh negatif yang bakal terjadi dari globalisasi.

(10)

pendekatan, atau dalam bentuk kelembagaan sekalipun, sebagai akumulasi dari respon sejarah pemikiran manusia dari masa ke masa terhadap adanya kebutuhan akan pendidikan.

Orientasi yang digagas KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari dalam kenyataannya ternyata memiliki muatan yang juga tidak berbeda dengan apa yang telah ditetapkan oleh negara dalam bidang pendidikan. Memang secara umum keduanya mengutamakan muatan pendidikan yang bersifat ukhrawi. Namun apabila dilihat lebih jauh bahwa orientasi pendidikan ke arah ukhrawi mempunyai dampak positif dalam mengembangkan keseimbangan antara kebutuhan jasmaniah dan rohani. Keseimbangan ini akan menjadi dasar untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna yakni dunia dan akhirat.

Pesatnya arus globalisasi yang ditingarai dengan kemajuan teknologi informatika yang bisa diakses kapanpun dan oleh siapapun, tawuran pelajar yang sering terjadi di kota-kota besar, pornografi, merupakan alasan yang mengharuskan kembalinya peran basis moral dalam

kehidupan, harus difahami sebagai ajakan kembali pada konsep agama. Penyelarasan langkah antara akal dan hati, antara pemikiran dan ajaran agama. Tentang penyertaan religius dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang berarti berusaha membuat suasana keagamaan selama proses pendidikan. Kontribusi ini punya peran besar dalam menumbuhkembangkan moral dan spiritual siswa. Dengan orientasi ini maka perkembangan pendidikan tidak sekedar pada transfer pengetahuan dengan pengajaran semata, tetapi lebih dari itu diharapkan mampu membekali kepribadian yang mantap dan agamis terhadap anak didik.

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Jika umat Islam memiliki karakter mulia, Indonesia telah berhasil membangun karakter bangsanya. Sebaliknya, jika umat Islam Indonesia hanya bangga dalam hal kuantitas tetapi tidak memperhatikan kualitasnya (terutama karakternya), Indonesia telah gagal membangun karakter bangsanya.69 Konsep character building sudah menjadi kajian tujuan pendidikan Islam KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari untuk mencapai tujuan Insān kāmil sebagai ‘abd dan khalīfah fī al-ard. Konsep yang telah ada menjadi penting untuk digali dan dikonstruksiasi sebagai dasar dalam rangka membangun karakter bangsa.

(11)

masalah. Selanjutnya KH. Ahmad Dahlan dalam tinjauan eagamaan dengan konsep tarjihnya dalam menetapkan permasalahan hukum yang ditemukan,71 merupakan metodologi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Lebih lanjut KH. Hasyim Asy’ari dengan Bahthul Masāil nya, juga merupakan konsep problem solving dalam menghadapi permasalahan hukum umat Islam.

Kompleksitas ilmu-ilmu yang berkembang dalam peradaban Islam menunjukkan bahwa ilmu-ilmu agama hanyalah salah satu bagian saja dari berbagai cabang ilmu secara keseluruhan. Kemajuan peradaban Islam berkaitan dengan kemajuan seluruh aspek atau bidang-bidang keilmuan. Jadi, tatkala bagian-bagian besar ilmu tersebut “dimakruhkan”, terciptalah

kepincangan yang pada gilirannya mendorong terjadinya kemunduran peradaban Islam secara keseluruhan. Ide integrasi ilmu dan agama menjadi konsep pemikiran pembaruan pendidikan Islam KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari. Keduanya mengharapkan agar umat Islam tidak sekedar mempuni dalam ilmu agama saja tapi juga mempuni dalam ilmu-ilmu umum. Hal ini nampak dari usaha mereka di samping ilmu-ilmu agama, juga memasukkan materi ilmu-ilmu profan dalam kurikulum lembaga pendidikan yang mereka kelola.

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang dikembangkan KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari memberi sumbangan besar bagi dunia pendidikan Islam di Indonesia. Terlepas dari faktorfaktor yang menghambat perkembangan madrasah di Indonesia, Husni Rahim menyimpulkan bahwa madrasah mempunyai peran besar dalam memperkukuh etika dan moral bangsa, di antaranya: Media sosialisasi nilai-nilai ajaran agama, pemeliharaan tradisi keagamaan, membentuk akhlak dan kepribadian, benteng moralitas bangsa dan sebagai lembaga pendidikan alternatif.72

Dalam kaitannya dengan manajemen pendidikan, bahwa saat ini juga banyak muncul barbagai inovasi baru dalam pengelolaan lembaga pendidikan,73 seperti manajemen berbasis sekolah, e-learning, moving class,bahkan muncul kelas-kelas ekselerasi, kelas-kelas

internasional, Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) dan Sekolah Berstandar Nasional (SBI). Bahwa inovasi-inovasi baru ini memang telah menjadi keniscayaan seiring dengan perkembangan arus informasi dan teknologi.

(12)

janggal untuk saat itu merupakan sebuah inovasi yang brilian. Di saat lembaga lembaga pendidikan di Indonesia berhaluan sekuler, KH. Ahmad Dahlan membuat lembaga madrasah yang mengintegrasikan antara ilmu profan dan ilmu agama. Di saat pesantren hanya memakai metode sorogan dan bandongan, KH. Hasyim Asy’ari memunculkan ide kelas musyawarah dari majlis halaqah menjadi kelas-kelas sebagaimana kelas gubernemen. Maka apa yang telah dilakukan KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari merupakan sebuah upaya pembaruan dalam mengantisipasi perkembangan zaman dan situasi pada masa-masa berikutnya

BAB III PENUTUP A. Simpulan

(13)

mencetak manusia-manusia (insan) yang memiliki kapasitas keahlian sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan kemampuan untuk mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. b).

Pendidikan Islam diharapkan berorientasi kepada kebutuhan masa depan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai keagamaan atau nilai-nilai yang sudah diajarkan oleh Islam agar

mendapatkan kebahagian dunia akhirat. c). Pendidikan Islam sebagai upaya penyadaran kembali bahwa segala sesuatu akan kembali pada sang pencipta.

Persamaan materi pendidikan Islam perspektif KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari adalah sebagai berikut; a). Ilmu agama adalah ilmu yang wajib dipelajari tiap Muslim. b). Ilmu profan merupakan ilmu yang tidak boleh ditinggalkan, sebagai upaya untuk membekali diri terhadap perkembangan dan tuntutan zaman. c). Mengintegrasikan aspek nilai-nilai agama dan pengetahuan umum, iman dan kemajuan teknologi, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya.

Dalam memanajeman lembaga pendidikan KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari sama-sama meletakkan ide madrasah dengan sistem klasikal dan sama-sama berkembang pesat di Jawa. Adapun perbedaan dalam pemikiran manajemen lembaga pendidikan Islam KH. Ahmad Dahlan dalam mengembangkan lembaga pendidikan Islam di bawah manajeman organisasi Muhammadiyah di tiap daerah dengan kepemimpinan lembaga berdasarkan pemilihan organisasi. KH. Hasyim Asy’ari dengan madrasah yang didirikannya dalam lingkungan

pesantren berorientasi pada pengembangan manajemen pesantren yang inovatif sebagai jawaban bagi tantangan zaman yang dihadapi. Lembaga harus dipimpin oleh orang-orang yang

berkompeten dengan tetap memperhatikan aspek keturunan. Isu-isu pendidikan seperti character building, problem solving, integrasi keilmuan dan inovasi pendidikan merupakan konsep-konsep pendidikan yang sudah ditawarkan KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari yang mana hal ini merupakan sebuah upaya pembaruan dalam mengantisipasi perkembangan zaman dan situasi pada masa-masa berikutnya

B. Saran

(14)

para peserta didik dapat menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa dalam memajukan dan melestarikan pendidikan islam yang baik di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada Murodi, H. 2010. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang:Karya Toha Putra

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu guru harus dapat menimbulkan keberanian siswa baik untuk mengeluarkan idenya atau sekedar hanya untuk bertanya, hal ini disebabkan karena mengajar

Peneliti Judul Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil penelitian 1 2 3 Novie (2010) Suryati (2010) Wakas (2015) Analisis tingkat akurasi penetapan NJOP terhadap

Pemikiran para cendekiawan Muslim, khususnya yang hidup di wilayah Andalusia (Spanyol) seperti Ibnu Thufail (Abu Bacer), Ibnu Rusyd (Averroes), Ibnu Khaldun dan

‘ tuan ’ atau ‘ puan ’, kata ganti nama ‘ saya ’, ‘ awak ’, ‘ aku ’ dan ‘ kau ’, sebagai kata sapaan menunjukkan terdapat perbezaan umur antara orang yang

(8) Tolok ukur dan pembobotan indikator penilaian mandiri atas Kinerja PTSP Pemda sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan ayat (7)

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersama- kan dengan itu. 2) Memberikan kredit

Pulau Buru dan khususnya Kabupaten Buru memiliki potensi kekayaan sumberdaya alam yang sekiranya sangat besar, mulai dari kandungan emas hingga potensi panas bumi,

Pertama-tama, perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Komisi XI dan Anggota Dewan yang terhormat, yang telah mengundang kami untuk menghadiri