• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF ADAB DAN AKHLAK SEBAGAI LANDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSPEKTIF ADAB DAN AKHLAK SEBAGAI LANDA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF ADAB DAN AKHLAK SEBAGAI LANDASAN

PENDUKUNG DALAM MEMPERBAIKI DAN MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN HIDUP MASYARAKAT ASIA TENGGARA

Cut Elisa Farahdilla

1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Iskandar Muda

2. D&D Education and Research Agency Email : [email protected]

Abstract

Masyarakat adalah komponen penting dalam pembangunan suatu negara atau kawasan. Hal ini sesuai dengan prinsip demokrasi yang dianut oleh kebanyakan negara-negara terutama di kawasan Asia Tenggara dimana masyarakat adalah penentu arah kebijakan dan bingkai dari suatu negara atau kawasan. Beberapa pendekatan dirasakan cocok dan sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku seperti halnya dalam pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan yang melibatkan banyak unsur-unsur. Pendekatan adab dan akhlak atau etika dan prilaku sebagai sumber rujukan merupakan prinsip yang patut diperhitungkan. Implementasi dari pendekatan ini dapat berjalan mulus apabila situasi politik dan ekonomi dari negara tersebut berjalan dalam kondisi normal. Negara-negara Asia Tenggara merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Didalam rujukan islam, beberapa etika dipakai sebagai pedoman bertingkah laku dalam lingkungan pergaulan sehari-hari. Sebagian diakui oleh otoritas setempat menjadi program atau kebijakan yang mampu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor kesejahteraan sosial dan mengetahui beberapa perspektif adab dan akhlak yang bersumber pada rujukan Islam. Adapun studi ini merupakan studi literatur dengan membandingkan beberapa literatur yang berkenaan dengan teori dan perspektif adab dan akhlak didalam rujukan Islam.

Kata kunci : Islam; Adab dan Akhlak; Kesejahteraan Masyarakat; Asia Tenggara

Pendahuluan

Adab dan akhlak adalah dua terminologi dalam bahasa arab yang diadopsi kedalam bahasa Indonesia. Kedua hal ini diartikan sebagai etika atau prilaku dalam bahasa Indonesia, namun terpisah atas dua kata yang mempunyai arti yang hampir sama. Adab dan Akhlak (etika) didefinisikan sebagai (1) sistem prinsip-prinsip moral dari tindakan manusia yang dinilai baik atau buruk dan benar atau salah (Al Aidaros et al., 2013). Menurut Kia (2014), adab adalah bentuk kata yang tepat dari prilaku dan diilustrasikan sebagai “prinsip moral yang didefinisikan sebagai budaya dan prilaku dari individu” sedangkan akhlak merupakan kualitas moral dan diilustrasikan sebagai “suatu penyelidikan sistematis kedalam sifat universal dan suatu kebutuhan moralitas”. Adab dan akhlak juga merupakan aspirasi non spesifik bagi prilaku beradab dalam kehidupan sehari-hari (Pepinsky, 2016).

(2)

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS Al-Ahzab : 21). Dan ayat ini pula “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Hikmah serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui” (QS Al Baqarah : 151).

Sederet ilmuwan muslim di abad pertengahan telah melakukan kajian tentang adab dan akhlak seperti Al Farabi, Al Ghazali, Ibn Miskawayh, Fakhruddin al-Razi, Al Tusi, Al Dawani, dan lain-lain. Menurut pandangan mereka, akhlak didefinisikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kejiwaan manusia yang berusaha mengartikan karakteristik dan kualitas jiwa sebagaimana pula metode-metode dalam mengontrolnya dimana akhlak terdiri atas dua (2) bentuk yaitu khalq mengacu pada bentuk fisik/lahir manusia dan khulq mengacu pada bentuk batin/kalbu manusia (Abdul Rahim, 2013).

Sedangkan beberapa filsuf barat juga telah menjelaskan perihal etika dalam bermacam-macam konteks seperti Socrates, Jostein Gaarder, Aristoteles, Rene Descartes, Immanuel Kant, Baumann, Bertrand Russel, Kierkegaard, C.S. Lewis, K.Jaspers, Nietzsche dan Emil Burner yang berpendapat bahwa etika itu adalah konsep yang harus dijalankan seperti Kebenaran, Objektivitas, Keterbukaan, Kejujuran, dll.

Metodologi dan Tujuan Penelitian

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor kesejahteraan sosial dan mengetahui beberapa perspektif adab dan akhlak yang bersumber pada rujukan Islam. Adapun studi ini menggunakan studi literatur dengan membandingkan beberapa literatur yang berkenaan dengan adab dan akhlak yang dapat dijadikan landasan pendukung dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Studi Literatur

Manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung dengan makhluk lainnya. Oleh karenanya, secara naluriah manusia akan membentuk kumpulan masyarakat yang mempunyai visi dan tujuannya masing-masing. Masyarakat adalah kumpulan individu atau manusia yang menetap di suatu area atau kawasan dan membentuk suatu sistem yang sesuai dengan norma atau kaidah yang berlaku. Norma dan kaidah tersebut tercipta secara sengaja maupun tidak sengaja yang kemudian menetap dan diadopsi menjadi kebijakan yang mampu atau tidak mampu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat tersebut. Norma dan kaidah yang pada awalnya merupakan sebuah konsep dan wacana kemudian bergerak dalam proses dan masuk kedalam originalitas sikap dan ciri masyarakat.

(3)

Faktor-faktor Kesejahteraan Sosial

Seiring dengan peradaban yang terus maju dan bergerak, maka ditemukan pula dampak-dampak positif maupun negatif. Pada negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, maka sistem sosial kemasyarakatan akan berpihak pada perspektif islam, moralitas, dan kemanusiaan. Asia Tenggara merupakan negara yang berpenduduk mayoritas Islam, oleh karenanya pendekatan-pendekatan yang bersumber dari rujukan Islam dirasakan tepat apabila dapat diaplikasikan dengan benar dan sesuai kaidah.

Beberapa kebijakan telah dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Namun permasalahan kesejahteraan masyarakat masih dan terus meningkat. Permasalahan ini masih terus diteliti dan dicari solusinya agar pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Berikut ini adalah faktor-faktor kesejahteraan sosial dikutip dari beberapa definisi oleh para ahli pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Definisi Kesejahteraan Sosial

No Kesejahteraan Sosial

1 Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat (Friedlander, 1955)

2 Kesejahteraan sosial dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kesejahteraan sosial sebagai keadaan, kegiatan atau pelayanan, dan ilmu (Karimah, 2016)

2 Kesejahteraan sosial dibagi atas : (a) Tingkat pendapatan keluarga, (b) Komposisi pengeluaran rumah tangga, (c) Tingkat pendidikan keluarga, (d) Tingkat kesehatan keluarga, (e) Kondisi perumahan (BPS, 2000)

3 Kesejahteraan sosial menandakan keadaan sejahtera pada umumnya yang meliputi jasmani, rohani, dan sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial (Karimah, 2016).

4 Kesejahteraan sosial adalah kualitas hidup dari segi materi, fisik, mental, dan spiritual (Kolle, 1974 dalam Bintarto, 1989)

5 Kesejahteraan sosial adalah segenap aspek yaitu tingkat perkembangan fisik, dan mental (Drewnoski, 1974 dalam Bintarto, 1989)

Adapun usaha-usaha yang patut dilakukan dalam meningkatkan kesejahteraan adalah dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memberdayakan masyarakat, dan mengembangkan kapasitas sumber daya manusia (Karimah, 2016).

Perspektif Adab dan Akhlak dalam Prinsip Barat

Penerapan adab dan akhlak juga telah diteliti oleh para ilmuwan Barat bahkan telah dipatenkan menjadi teori-teori yang dapat menunjang kesejahteraan masyarakat. Tabel 2 berikut ini adalah perspektif adab dan akhlak dalam prinsip barat (Shadr, 2012).

(4)

No Adab dan Akhlak dalam Prinsip Barat Pelopor

1 Teori etika yang bersifat fitri (innate nature)

Pengetahuan yang berke-naan dengan baik dan buruk atau dorongan untuk berbuat baik sesungguh-nya telah ada pada sifat alami (pembawaan)

manusia (fitrah atau innate na-ture).

 Socrates

 Jostein Gaarder

2 Teori yang Bersifat Empirik Klasik

Setiap perbuatan bersifat netral.

 Aristoteles

3  Teori Etika Modernisme

Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, Bersikap setegas dan semantap mungkin dalam tindakan

Berusaha mengalahkan diri sendiri daripada menunggu nasib

 Rene Descartes

4 Teori Etika Immanuel Kant

Etika itu bersifat fitri, meskipun demikian sumbernya tidak bersifat rasional ataupun teoretis.

 Immanuel Kant

5 Teori Etika Post-modernisme

Kebenaran bersifat relatif, terhadap waktu, tempat, budaya dan sebagainya

 Baumann

6 Teori Bertrand Russel

Etis itu bersifat rasional

 Bertrand Russel

Perspektif Adab dan Akhlak dalam Al Quran dan Sunnah

Al Quran dan Sunnah merupakan sumber rujukan utama umat Islam dan ditambah lagi dengan rujukan Ijma’ dan Qiyas. Al Quran mewadahi berbagai macam rujukan untuk Adab dan Akhlak. Allah SWT telah menciptakan dunia dan isinya agar manusia dapat bertakwa kepadanya, mematuhi perintahNya dan menjauhi laranganNya. Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini wajib menjaga dan melindungi dunia dan isinya. Manusia sebagai makhluk harus mampu mengadopsi nilai adab dan akhlak yang tercantum didlalam rujukannya.

Ajaran islam merupakan ajaran yang holistik, terbukti dengan firman Allah SWT “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya (Al Baqarah; 208) dimana hal ini mampu meningkatkan pelbagai aspek kehidupan manusia manakala Islam menekankan kemajuan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat (Suhid, 2007).

Studi tentang adab dan akhlak telah berulang kali disebutkan dalam Al Quran dan Sunnah yang menjadi acuan dan rujukan umat Islam. Literatur yang mendukung hal tersebut telah disimpulkan oleh seorang syekh yang berasal dari Mesir, Yassin Roushdy (1999) yang sangat aktif menuangkan idenya kedalam bentuk tulisan. Tabel 3 berikut menjelaskan tentang perspektif adab dan akhlak yang diadopsi dari bukunya dan dihubungkan dengan petikan ayat Al Quran dan Hadist/Sunnah.

(5)

No

Subjek

Petikan Al Quran dan Hadist/Sunnah

1 Bakti (Al-Israa’:23-24), (An-Nisaa’:36),

(Al-Qashash:77), (HR Bukhari dan Muslim) 2 Hubungan darah/Nasab (Al Furqan:54), (Al Ahzab:4-5&37)

3 Mengasuh anak yatim (Al Ma’un:1-7), (An Nisa:36), (Al Baqarah:83), (Al Baqarah: 177), (Al Baqarah:215), (Al Baqarah:220), (An Nisa:2,6,10,36), (Al An’am:152), (Al Isra:34), (Al Insan:8)

4 Melindungi fakir miskin (Al Isra:26-27), (Al Baqarah:177)

5 Tetangga yang baik (An Nisa:36), (HR At Tirmidzi 1944), (HR Bukhari 6014)

6 Musyawarah (Al Baqarah:233), (Ali Imran:159), (An Nisa:59), (Asy Syura:38)

7 Ukhuwah islamiyah (Al Hujurat:10), (Al Baqarah:178), (Al Hijr:45-47) 8 Hak perkawinan (An Nur:26,32), (Ar Rum:21), (An Nisa:1,3,4),

(Adz Dzariyat:49), (Al Isra:32), (Al A’raf:189) 9 Mengasuh anak (Al Furqan:74)

10 Kebersihan (Al Baqarah:222), (HR Bukhari)

11 Malu/segan (Al Baqarah:26), (Al Hijr:68), (Al Ahzab:53)

12 Kesopanan dan

kerendahan hati

(Al Furqan:63), (Al Isra:37), (Asy Syuara:215), (HR Muslim 33)

13 Kesucian (Al-Baqarah 222), (Yunus:57), (Al Mujaadilah:11), (Al Ashr:103)

14 Kepercayaan (Al Baqarah:2), (Asy Syuara:11), (Taha:14), (An Nisa:171)

15 Sabar (Ali Imran:200), (Al Baqarah:155), (Az Zumar:10), (Asy Syuara:43), (Al Baqarah:153), (Muhammad:31), (Ali Imran:200), (Thaha:132), (Yusuf:33)

16 Kemurahan hati (An Nahl:90), (Ali Imran:92&180), (Al Baqarah:245), (At Taubah:34-35)

17 Kesetiaan (An Naml:30), (Az Zukhruf:67), (Ali Imron:14&31), (Ar Rum:21), (An Nur:32), (Adz Dzariyat:49) 18 Pemaaf (Yasin:2), (Az Zukhruf:2), (Al A’raf:199), (Ali

Imran:134) 19 Mengabaikan

kekurangan orang

(Al Hujurat:12), (Yusuf:87)

20 Saling menasehati (Al Hujurat:10), (Al Anfal:8), (Al Ashr:1-3), (Al Balad:17), (Ali Imran:104), (An Nahl:125), (Fushshilat:34)

21 Adil (Al Hadid:25), (An Nahl:90), (Al Hujurat:9), (An Nisa:58), (An Nisa:135), (Al Maidah:8), (Al Infithar:6-7), (Ali Imran:190-191), (Al Jumuah:10), (Al Isra:33), (An Nisa:29), (Al Muthaffifin:1-6), (An Nisa:3), (At Thalaq:2), (Asy Syuara:17), (Al Hadid:25)

22 Sifat tidak berpura-pura (At Taubah:119), (Adz Dzumar:33) 23 Ketulusan (Asy Syuara:40), (Al Baqarah:237),

(6)

Baqarah:153), (Al Qashah:80), (Hud:11), (An Nahl:96)

Perspektif adab dan akhlak banyak ditemukan pula didalam beberapa literatur. Kajian tersebut datang baik dari rujukan Islam maupun luar Islam. Nilai adab dan akhlak hampir memiliki tujuan yang sama namun implementasinya berbeda. Adapun perspektif adab dan akhlak yang paling tinggi kedudukannya seperti yang dikaji dari beberapa literatur yang dapat disimpulkan dalam tabel 4 berikut.

Tabel 4. Perspektif Adab dan Akhlak Dalam Islam

No Jenis Adab dan

Akhlak Perspektif Adab danAkhlak dalam Islam Jenis Artikel Pengarang

1 Adab dan Akhlak dalam tantangan kontemporer

(7)

Kepemimpinan  Keadilan  Shura (Diskusi)

Knowledge Sharing Platform)

Lailawati; ZA,

Mhd; AA,

Amini (2014) 9 Adab dan Akhlak

dalam Etika Jurnalistik

 Taqwa  Moralitas

Konferensi Internasional Media Islam

Mohammad Ahmadullah Siddiqi (2013 10 Adab dan Aklak

dalam pekerjaan

 Ikhlas

 Tekun dan sungguh-sungguh

 Jujur dan amanah  Tidak melanggar

prinsip syariah  Menghindari syubhat

Tulisan pada Web

Rikza Maulana

Kesimpulan

Kesejahteraan sosial bermakna sangat luas dan umum yang meliputi kesejahteraan fisik/lahir dan batin/kalbu. Kedua hal tersebut dapat dibangun dengan perspektif adab dan akhlak yang bersumber dari rujukan Islam. Adab dan akhlak merupakan landasan penting dalam membangun pondasi individu secara khusus dan masyarakat secara umum menuju kepada kesejahteraan hidup. Negara-negara Asia Tenggara dengan mayoritasnya adalah muslim dapat menjadi contoh dalam membangun bangsa yang sejahtera berlandaskan adab dan akhlak.

Studi ini diharapkan dapat menjadi elemen dasar dan filosofis untuk mengembangkan konsep Islamisasi dalam segala bentuk penafsiran ilmu. Gagasan yang bersifat sosial lebih mampu diaplikasikan dengan perspektif ini. Pengaplikasiannya akan mengikuti situasi dan perkembangan namun tidak menyimpang dari ketentuannya.

Referensi

[1] Al Quran dan Sunnah/Hadist

[2] Kia, Mana (2014), Adab as Ethics of Literary Form and Social Conduct: Reading the Gulistan in Late Mughal India.

[3] Karimah, C. (2016). Konsep Kesejahteraan Sosial dalam Hubungan Antara Partisipasi Mustahik Dalam Advokasi Dengan Keberfungsian Sosialnya di Sinergi Foundation Kota Bandung Skripsi. Skripsi (S1) Thesis, Perpustakaan.

[4] Pepinsky, Thomas (2016), Adab and The Culture of Political Culture. Conference on Expressions of Adab in Southeast Asian Islam. Lehigh University.

[5] Abdul Rahim, Adibah (2013), Understanding Islamic Ethics and Its Significance on the Character Building. International Journal of Social Science and Humanity, Vol. 3, No. 6. [6] Friedlander, W.A. (1955). Introduction to Social Welfare. Prentice Hall

[7] Suharto, Edi (2006). Kebijakan Sosial, Makalah Seminar. Bandung

[8] Bintarto (1989). Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Ghalia Indonesia

[9] Drewnowski, Jan (1974). Measuring and Planning the Quality of Life. Mouton, The Hague. 148 pp.

[10] Suharto, Edi (2009). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Bandung; rafika Aditama.

(8)

[12] Kazmi, Latif Hussain (2010). Islam and Contemporary Ethical Challenges. Sophia Perennis, No 1.

[13] Hashi, Abdurezak (2010). Islamic Ethics: An Outline of its Principles and Scope. Journal of Revelation and Science. Vol 01, No 03, Pp 122-130.

[14] Malik, Muhammad Manzoor (2011). Heritage of Islamic Ethics and Contemporary Issues: A Call For Relevantization. Journal Of Islam In Asia, S Iss (1).Pp 295-313. ISSN 1823-0970 (In Press).

[15] Zaroug, Abdullahi (1999). Ethics from an Islamic Perspective: Basic Issues. The American Journal of Islamic Social Sciences, Vol 16.

[16] Wang, Yongbao dan Ma, Yong (2013). Public Relations Consultancy Potential in the Muslim World : Public Relations from Islamic Perspectives. Jurnal Kemanusiaan dan Ilmu Sosial (IOSR). Vol 18, Pp 98-105.

[17] Suhud, Asmawati (2007). Pengajaran Adab dan Akhlak Islam dalam Membangunkan Modal Insan. Jurnal Pengajian Umum. Fakulti Pengajian Pendidikan. Universiti Putra Malaysia.

[18] Ibrahim, Jamaludin; Haqani, Fatima (2014). Information Security in ICT from an Islamic Perspective. International Journal of Science and Research (IJSR). ISSN (Online): 2319-7064.

[19] Beekun, Rafik dan Badawi, Jamal (2005). Balancing Ethical Responsibility among Multiple Organizational Stakeholders: The Islamic Perspective. Journal of Business Ethics, Vol 60, Pp 131-145.

[20] Siddiqi, Mohammad Ahmadullah (2013). Journalism Ethics in the Context of Emerging New Technologies, Social Media, The War on Terrorism: Islam’s Role in the Development of a Universal Code of Journalism Ethics. The Third International Conference on Islamic Media Organized by The International Islamic Organization of Media. Jakarta, Indonesia.

[21] Al Aidaros, Al Hasan; Shamsudin, Faridahwati Mohd; Idris, Kamil Md. (2013). Ethics and Ethical Theories from an Islamic Perspective. International Journal of Islamic Thought. Vol. 4. [22] Maulana, Rikza (2012). Akhlak dan Etika Bekerja Dalam Islam (Etika Bisnis Islami). Presentasi Pengawas Syariah Takaful Indonesia.

Gambar

Tabel 1. Definisi Kesejahteraan Sosial
Tabel 3. Perspektif Adab dan Akhlak Terdapat Dalam Rujukan Islam
Tabel 4. Perspektif Adab dan Akhlak Dalam Islam

Referensi

Dokumen terkait