• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN . docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN . docx"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jaringan jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatkan kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah- daerah terpencil yang merupakan sentra produksi pertanian.

Perkembangan kapasitas dan kuantitas kendaraan yang meghubungkan kota-kota antar propinsi dan terbatasnya sumber dana untuk pembangunan jalan raya serta belum optimalnya pengoperasian prasarana lalu lintas yang ada, merupakan persoalan utama di Indonesia dan di banyak negara, terutama negara- negara berkembang.

Untuk membangun ruas jalan yang baru maupun peningkatan yang diperlukan sehubungan dengan penambahan kapasitasjalan raya, tentu akan memerlukan metode efektif dalam melakukan perancangan maupun perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi memenuhi unsur keselamatan pengguna jalan dan tidak menggangu ekosistem.

1.2 Tujuan Penulisan

(2)

Jadi tujuan dari perencanaan geometri jalan adalah menghasilkan infrastruktur yang aman ,efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan rasio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan . Ruang ,bentuk ,dan ukuran jalan dikatakan baik ,jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan .

Yang menjadi dasar perencanaan geometri adalah sifat gerakan ,dan ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan karakteristik arus lalulintas.Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk-bentuk dan ukuran jalan , serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.

1.3 Batasan Masalah

(3)

BAB II Tinjauan Pustaka

Lalu Lintas Jalan Raya

Lalu lintas dalam jalan raya umumnya terdiri dari campuran kendaraanlambat, kendaraan cepat ,kendaraan berat,kendaraan ringan,dan kendaraan tidak bermotor .

Penilaian setiap kendaraan dalam smp bagi jalan datar digunakan sebagai berikut :

a. Sepeda = 0.5

b. Truk ringan (berat kotor 5 ton) = 1 c. Truk sedang 5 ton = 2

d. Bus = 3

e. Truk berat 10 ton = 3

f. Kendaraan tidak bermotor = 7

untuk daerah perbulitan dan pegunungan ,koefisien ,untuk kendaraan bermotor diatas dapat dinaikkan,sedangkan kendaraan tidak bermotor tidak perlu dihitung.

Klasifikasi Jalan Raya a. Menurut fungsi jalan

Kalasifikasi menurut fungsijalan terbagi atas :

(4)

2.Jalan kolektor : Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagidengan ciri-ciri perjalanan jalan sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalanmasuk dibatasi.

3.Jalan lokal : jalan yangmelayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,kecepatanrata-rata rendah,dan jumlah jalan masuk tidakdibatasi.

b. Menurt kelas Jalan

1.Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas ,dinyatakan dalam muatan terberat (MST) dalam satuan ton.

2.Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam (pasal 11,PP.No.43/1993 )

c. Menurut Medan Jalan

1.Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisisebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.

2.Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometri dapat dilihat .

(5)

No .

Jenis Medan Notasi Kemiringan

1. Datar D < 3 %

2. Perbukitan B 3 – 5 %

3. Pegunungan G > 25 %

Untuk memperkecil biaya pembangunan , suatu standar perlu disesuaikan dengan kjeadaan topografi. Dalam hal ini jenis medan dibagi dalam tiga golongan umum uang dibedakan menurut besarnya lereng melintanbg dalam arah kurang lebih tegaklurus sumbu jalan raya.

Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang yang bersangkutanadalah sbb :

Golonagn Medan Lereng Melintang

1. Datar ( D ) 0 sampai 9,9 %

2. Perbukitan ( B ) 10 sampai 24,9 % 3. Pegunungan ( G ) Dari 25 % Keatas

d. Menurut wewenang pembinaan jalan

Kasifikasi jalan menurut wewenang pembinaan sesuai PP.No.26/1985 adalah Jalan Nasional,jalan propinsi,jalan kabupaten/kotamadya,jalan desa , dan jalan khusus.

(6)

Dalam daftar I peraturan peraturan perencanaan geometri dari bina marga ,tercantum ketentuan-ketentuan dasar yang meliputi :

a. Klasifikasi Jalan b. Klasifikasi medan

c. Lalu lintas harian rata-rata (LHR) d. Kecepatan rencana

e. Lebar daerah penguasaan minimum f. Lebar bahu

g. Lebar melintang perkerasan h. Lebar perkerasan

i. Lebar median minimum j. Lebar melintang bahu k. Jenis lapisan perkerasan l. Miring tikungan Maksimum m. Jari lengkung meinimum n. Landai maksimum

Ketentuan – ketentuan dasar tersebut merupakan syarat batas yang harus dibatasi pengguanaannya sesedikit mungkin ,agar dapat menghasilkan jalan-jalan yang memuaskan .

(7)

Pada gamabar trase jalan akan terlihat apakah jalan tesebut merupakan jalan lurus ,menikung kekiri atau kekanan .Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus ,lengkung berbentuk lingkaran atau lengkung peralihan dari bentuk garis lurus kebentuk busur lingkaran.Perencanaan geometri jalan memfokuskan pada pemilihan letak dan panjang dari bagian-bagian ini ,sesuai dengan kondisi medan sehingga tepenuhi kebutuhan akan pengoperasian lalu lintas , dan keamanan (ditinjau dari jarak pandang dan sifat mengemudikan kendaraan dibagian tikungan )

B. PENAMPANG MEMANJANG DAN MELINTANG

Pada gambar penampang melintang akan terlihat apakah jalan tesebut tanpa kelandaian ,mendaki, ataupun menurun .Pada perencanaan ini yang dipertimbangkan adalah bagaimana meletakkan sumbujalan sesuaikondisi medan dengan memperhatikan sifat operasi kendaraan , keamanan , jarakpandang dan fungsi jalan. Penampang melintang juga berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang mungkin menimbulkan akibat adanya galian atau timbunan yang harus dilakukan .

Penampang melintang jalanmerupakanpotongan melintang tegaklurus jalan. Pada potongan melintang jalan dapat dilihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian jalan yang utama dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Bagian yanglangsung berguna untuk lalu lintas

a. Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalulintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan . Batas jalur lalu lintas dapat berupa

 Median

 Bahu

 Trotoar

(8)

 Separator

Jalur lalulintas dapat terdiri dari beberapa jalur. Jalur lalulintas dapat terdiri atas beberapa tipe :

1. 1 jalur – 2 Lajur – 2 arah (2/2 TB). 2. 1 Jalur – 2 lajur – 1 arah (2/1 TB) 3. 2 Jalur – 4 Lajur – 2 arah (4/2 B )

4. 2 Jalur – n Lajur – 2 arah (n/2 B), dimana n = Jumlah lajur

Keterangan :

TB = tidak terbagi

B = Terbagi

Lebar Jalur

 Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah danlebar lajur

peruntukkannya.

 Lebar jalur minimum adalah 4,5 meter ,memungkinkan dua

kendaraan kecil saling berpapasan . Papasan 2 kendaraan besar yang terjadi sewaktu waktu dapat menggunakan bahu jalan.

b. Lajur jalan

Lebar lajur lalulintas merupakan bagian yang paling menentukan lebar melintang jalansecara keseluruhan .Besarnya lebar lajur lalu lintas hanya dapat ditentukan dengan pengamatan langsung dilapangan karena:

(9)

Lajur lalulintas tak mungkin tepat sama dengan lebar kendaraan maksimum.Untuk keamanan dan kenyamanan, setiap pengemudi membutuhkan ruang gerak antara kendaraan .

Lintasan kendaraaan takmungkin dibuat tetap sejajar sumbu lajur lalu lintas , karena kendaraan selama bergerak akan mengalami gaya-gaya samping sepertitidakratanya permukaaan, gaya sentrifugal di tikungan ,dan gaya angin akibat kendaraanlain yangmnyiap.

Banyaknya lajur yang dibutuhkan sanagat tergantung dari volume lalu lintas yang akanmemakai jalan tersebut dan tingkat pelayanan jalan yang diharapkan.

(10)

c. Bahu Jalan

Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai :

Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh atau untuk beristirahat.

Ruangan untukmenghindarkan diri dari saat-saat darurat sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

Memberikan kelegaan pada pengemudi dengan demikian dapat meningkatkan kapasitas jalan yang besangkutan.

Memberikan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah sampingan .

Ruangan pembantu pada saat mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan

Ruangan untuk lintasan kendaran-kendaran patroli ,ambulance yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan .

Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan atas :

Bahu yang tidak diperkeras yaitu bahu yang hanya dibuat dari material perkerasan jalan tanpa pengikat.

Bahu yang diperkeras yaitu bahu yang dibuat dengan mempergunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut lebih kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak diperkeras.

Bahu kiri atau bahu luar adalah bahu yang terletak disebelah kiri dari jalur lalu lintas.

(11)

Besarnya bahu jalan sangat dipengaruhi oleh :

Fungsi jalan : Jalan arteri direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalan lokal.

Volume lalulintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu yang lebih lebar dibandingkan volumelalu lintas yang lebih rendah .

Kegiatan disekitar jalan ,jalan yang melintas daerah peekotaan ,pasar,sekolah membutuhkan lebar bahu jalan yang lebih lebar dari pada jalan yang melintas daerah liral,karena bahu jalan tersebut akan dipergunakan pula sebagai tempat parkir dan pejalan kaki .

Ada atau tidaknya trotoar.

Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan tanah dan biaya untuk konstruksi.

d. Trotoar

Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalulintas ang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki .

Lebar trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh volume pejalan kaki ,tingkat pelayanan pejalan kaki yang diinginkan , dan fungsi jalan . Untuk itu lebar 1,5 – 3,0 meter merupakan nilai yang umum dipergunakan.

e. Median

Secara garis besar median berfungsi sebagai :

(12)

Menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi atau mengurangi kesilauan terhadap lampu besar dari kendaraan yang berlawanan arah.

Menambah rasa kelegaan ,kenyamanan dan keindahan bagi setiap pengemudi.

Mengamankan kebebasan samping darimasing masing arus lalu lintas.

Disamping median terdapat apa yang dinamakan jalur tepian median ,yaitu jalur yang terletak berdampingan dengan median .Jalur tepian median ini berfungsi untuk mengamankan kebebasan samping dariarus lalulintas .

Lebar jalur tepian median dapat bervariasi antara 0.25 – 0.75 meter dan dibatasi dengan marka berupa garis putih menerus .

2. Bagian yang berguna untuk drainase jalan a. Saluran samping

Saluran samping terutama berguna untuk :

Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar jalan .

Menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering ,tidak terendam air.

b. Tallud atau kemiringan lereng.

(13)

3. Bagian pelengkap jalan a. Kereb

Kereb adalah penonjolan/peninggian tepi perkerasan/bahu jalan,yang terutama dimaksudkan untuk keperluan-keperluan drainase,mencegah keluarnya kendaraan dari tepi perkerasan dan memberikan ketegasan tepi perkerasan .

Fungsi Kereb :

Kereb Peninggi adalah kereb yang direncanakan agar dapat didaki kendaraan ,biasanya terdapat ditempat parkir dipinggir jalan atau jalur lalu lintas .

Kereb penghalang adalah kereb yang direncanakan untuk menghindari kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas ,terutama di median ,trotoar,pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman.

Kereb berparit adalah kereb yang direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan .

Kereb penghalang berparit adalah kereb penghalang yang direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan b. Pengaman Tepi

Bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan . Umumnya dipergunakansisepanjang jalan yang menyusur jurang ,pada tanah timbunan lebih besar dari 2,5 m,dan pada jalan-jalan dengan kecepatan tinggi.

Jenis pengaman tepi :

(14)

2. Pengaman tepi dari beton

3. Pengaman tepi dari tanah timbunan 4. Pengaman tepi dari batu kali 5. Pengaman tepi dari balok kayu 4. Bagian konstruksi jalan

a. Lapisan perkerasan jalan

Dapat dibedakan atas : lapisan permukaan ,lapisan pondasi atas ,lapisan pondasi bawah ,dan lapisan tanah dasar.

b. Lapisan pondasi atas c. Lapisan pondasi bawah 5. Daerah manfaat jalan

Meliputi :badan jalan,saluran tepi jalan,dan ambang pengamannya.Badan jalan meliputi :jalur lalu lintas ,dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan .

6. Daerah milik jalan

Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu . 7. Daerah pengawsan jalan

(15)

C. JARAK PANDANGAN HENTI MENYIAP

Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan ,pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman ,dibedakan atas :

1. Jarak Pandang henti

Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk

menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan didepan .Setiap titik disepanjang jalan harus memenuhi Jh.

Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm

dan tinggi halangan adalah 15 cm diukur dari permukaan jalan. Jh terdiri atas dua elemen jalak , yaitu :

 Jarak tanggap (Jht) adalah jarakyang ditempuh oleh kendaraan

sejakpengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem,dan

 Jarakpengereman (Jhr) adalah jarak ayng dibutuhkan untuk menghentikan

kndaraan sejak pengemudi menginjak mrem sampai kendaraan berhenti. Jarak pandang henti

VR (km/jam) 120 10

0

80 60 50 40 30 20

Jh minimum (m) 250 17

5

120 75 55 40 27 16

(16)

Jd adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan

lain di depan dengan aman sampaikendaraan tersebut kembali kelajur semula. Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm

dan tinggi halangan adalah 105 cm.

Panjang jarak pandang

D. DERAJAT LENGKUNG MAKSIMUM

Dari persamaan e + f = V2 / 127R terlihat bahwa besarnya radius lengkung horizontal dipengaruhi oleh e dan f serta nilai kecepatan rencana yang ditetapkan .Ini berarti terdapat nilai radius minimum atau derajat lengkung maksimum untuk nilai super elevasi maksimum dan koefisien gesekan melintang maksimum . Lengkung tersebtu dinamakn lengkung tertajam yang dapat direncanakan untuk satu nilai kecepatan rencana yang dipilih pada satu nilai superelevasi maksimum.

(17)

E. ALINEMEN HORIZONTAL

Pada perencanaan alinemen horizontal ,umumnya akan ditemuai dua jenis bagian jalan , yaitu bagian lurus dan bagianlengkung ,yaitu:

 FC (Full Circle) adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu

lingakaran saja .Tikungan FC hanya digunakan untuk jari-jari tikungan yang besar agar tidak terjadi patahan ,karena dengan jari-jari kecil maka diperlukan superelevasi yang besar .

 S-C-S (Spiral-Circle-Spiral ) merupakan lengkung peralihan yang dibuat untuk

menghindari terjadinya perubahan alinemen yang tiba-tiba dari bentuklurus ke bentuk lingkaran,jadi diletakkan antara bagian lurus dan bagian lingkaran yaittu pada sebelum dan sesudah tikungan berbentuk busur lingkaran .

 S-S ( Spiral-Spiral ) merupakan lengkung tanpa busur lingkaran .

Panjang maksimum bagian lurus ,haruslah ditempuh dalamwaktu <2,5 menit ( sesuai VR ), dngan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat kelelahan .

Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan diantara bagian lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari-jari tetap ; berfungsimengantisipasi perubahan alinemen jalan daribentuk lurus sampai bagian lengkung jalan berjari-jari sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat berjalanditikungan berubah secara –berangsur-angsur , baik ketika kendaraan mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan . Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral.

(18)

 Lama waktu perjalanan dilengkungperalihan perlu dibatasi untuk menhindari

kesan perubahan alinemen yang mendadak ,ditetapkan 3 detik (pada kecepatan VR)

 Gaya sntrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat diantisipasi

berangsur-angsur pada lengkung peralihan dengan aman ,dan

 Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (re) dari bentuk kelandaian

normal kekelandaian superelevasi penuh tidak boleh melampaui re-max.

Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang ditikungan yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR .Nilai superelevasi maksimum ditetapkan

100%.

Metoda untuk melakukan superelevasi yaitu merubah lereng potongan melintang , dilakukan dengan bentuk profil dari tepi perkerasan yang dibundarkan ,tetapi disarankan untuk cukup untuk mengambil garis lurus saja .

Ada tiga cara untuk mendapatkan superelevasi :

a. Memutar perkerasan jalan terhadap profil sumbu

b. Memutar perkerasan jalan terhadap tepi jalan sebelah dalam c. Memutar perkerasan jalan terhadap tepi jalan sebelah luar Diagram super elevasi ,terbagi atas dua yaitu :

a. Cara AASHTO ,penampang melintang sudah mulai berubah pada titik TS

(19)

Superelevasidapat dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada bagian jalan yanglurus sampai kemiringan penuh (superelevasi)pada bagian lengkung.

Pada bagian tikungan SCS , pencapaian superelevasi dilakukan secara linear ,diawali dari bentuk normal ( ) sampai awal lengkung peralihan (TS) yang berbentuk ( ) pada bagian lurus jalan , lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh ( --- --- ) pada bagian lengkung peralihan (SC).

Pada tikungan FC pencapaian superelevasi dilakukan secara linear , diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls samapai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang 1/3 Ls.Pada tikunganS-S pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian spiral. Superelevasi tidak diperlukan jika radius (R) cukup besar ,untuk itu cukup lereng luar diputar sebesar lereng normal (LP),atau bahkan tetap lereng normal (LN).

(20)

Pelebaran pada lengkung horizontal harus dilakukan perlahan-lahan dari awal lengkung kebentuk lengkung penuh dan sebaliknya ,halini bertujuan untuk memberikan bentuk lintasan yang baik bagi kendaraan yang hendak memasuki lengkung atau meninggalkannya.

Pada lengkung lingkaran sederhana tanpa lengkung peralihan ,pelebaran perkerasan dapat dilakukan di sepanjang lengkung peralihan fiktif,yaitu bersamaan dengan tempat perubahan kemiringan melintang .Pada lengkung dengan lengkung peralihan, tambahan lebar perkerasan dilakukan seluruhnya disepanjang lengkung peralihan tersebut.

F. LENGKUNG VERTIKAL

Lenkung vertikal direncanakan untukmerubah secara bertahap perubahan dari dua macam kelandaian arah memanjang jalanpada setiap lokasi yang diperlukan .Hali ini dimaksudkan untuk mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian dan menyediakan jarak pandang henti yang cukup untuk keamanan dan kenyamanan .

Lengkung Vertikal terdiri atas dua jenis, yaitu :

 Lengkung vertikal Cembung

Pada lengkung vertikal cembung ,pembatasan berdasarkan jarak pandang dapat dibedakan atas dua keadaan yaitu :

(21)

menghindari hal tersebut diatas panjang lengkung vertikal biasanya dibatasi tidak melebihi 50A.

Panjang lengkung vertikal cembung juga harus baik dilihat secara visual .Jika perbedaan aljabar landai kecil ,maka panjang lengkung vertikal yang dibutuhkan pendek sehingga alinemen vertikal tampak melengkung .oleh karena itu diisyaratkan panjang lengkung yang diambil untuk perencanaan tidak kurang tiga detik perjalanan

 Lengkung vertikal cekung

Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal cekung merupakan batas jarak pandanganyang dapat dilihat oleh pengemudi pada malam hari. Di dalam perencanaan umumnya tinggi lampu depan diambil 60 cm dengan sudut penyebaran 1º

Letakpenyinaran lampu dengan kendaraan dapat dibedakan : a. Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan <1 b. Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan >1

Jarak pandangan bebas pengemudi pada jalan raya yang melintasi bangunan-bangunan lain seringkali terhalang oleh bagian bawah bangunan-bangunan tersebut.Panjang lengkung vertikal cekung minimum diperhitungkan berdasarkan jarakpandangan henti minimum dengan mengambil tinggi mata pengemudi truk 1,80 m dan tinggi objek 0.50 m (tinggi lampu belakang kendaraan )

(22)

G. PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

Berdasarkan bahan pengikatnya,konstruksi perkerasan jalan dibedakan atas : Konstruksi Perkerasan Lentur ( Fleksibel Pavement )

Yaitu perkerasan yang menggunakanaspal sebagai bahan pengikatnya . Lapisan –lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar .

Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Yaitu perkerasan yang mengunakan semen (portland cement)sebagai bahan pengikatnya .Palt beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikuloleh plat beton.

Konstruksi Perkerasan Komposit ( Composit pavement )

Yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas perkerasam lentur.

Konstruksi Perkerasan jalan terdiri atas :

1. Lapisan permukaan / lapisan Penutup ( Snoface Course )

Lapisan ini mempunyai persyaratan paling ketat ,karena lapisan ini menerima seluruh beban kendaraan , yaitu berupa :

a. Gaya vertikal berupa berat dan muatan kendaraan

b. Gaya horizontal berupa gaya geser akibat rem kendaraan c. Getaran-getaran akibat pukulan roda kendaraan

Lapisan ini mempunyai fungsi :

a. Lapisan perkerasan penahan beban roda ,lapisan ini mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan roda selama masa pelayanan. b. Lapisan kedap air , sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak

(23)

c. Lapisan aus ,lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah aus

d. Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawahnya .

Untuk dapat berfungsi seperti tersebut diatas ,pada umumnya lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan kedap airdengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama.

Jenis lapisan permukaan yang umum digunakan din Indonesia adalah : 1. Lapisan bersifat nonstruktural ,yaitu lapisan yang hanya berfungsi

sebagai lapisan aus dan kedap air ,antara lain :

a. Burtu (leburan aspal 1lapis) merupakanlapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan 1 lapis agregat bergradasi seragam dengan tebal maksimum 2 cm.

b. Burdak (Leburan aspal 2 lapis)merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan 2x secara berturut-turut yang tebal pada maksimumnya 3,5 cm. c. Latasir (Lapis tipis aspal pasir ) merupakan lapis penutup yang

terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam dihampar dan dipadatkan pada suhu tetentu dengan tebal padat 1-2 cm

d. Buras (pelaburanb aspal ) merupakan lapisan penutupyang terdiri dari lapisan aspal taburan pasir .

e. Latasbum (Lapisan tipis asbuton murni) merupakan lapisan penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin .Tebal padat maksimm 1 cm.

(24)

2. Lapisan bersifat struktural ,berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda disamping itu juga berfungsi sebagailapisan aus dan kedap air, yaitu :

a. Penetrasi makadan (Lapen) merupakan lapisan perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis .Diatas lapis ini biasanya diberi leburan aspal dengan agregat penutup tebal 4-10 cm

b. Lasbutag merupakan lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran antara agregat ,asbuton dan bahan pelunak yang diaduk ,dihamparkan dan dipadatkan secara dingin dengan tebal 3-5 cm.

c. Laston (Lapisan Aspal Beton) merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi terstentu dicampurkan ,dihamparkan dan dipadatkan pada suhutertentu.

2. Lapisan Pondasi Bawah (LPA)

Lapisan ini menerima gaya vertikal berupa berat dan muatan kendaraan dan getaran-getaran akibat pukulan roda kendaraan hampir secara penuh. Sedangkan gaya horizontal yang berupa gaya geser akibat rem rem sudah berkurang ,sehingga persyaratan lapisan ini sedah agak longgar .

Fungsi Lapisan ini antara lain

a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban kebagian dibawahnya.

b. Sebagai lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah . c. Bantalan terhadap lapisan permukaan .

(25)

 Batu pecah kelas A

 Batu pecah kelas B

 Batu pecah kelas C

2. Pondasi Makadan 3. Pondasi telpor

4. Penetrasi makadan ( Lapen ) 5. Aspal beto pondasi (ATB) 6. Stabilisasi yang tinggi

a. Satabilisasi agragat dengan semen b. Stabilisasi agregat dengan kapur c. Stabilisasi agragat dengan aspal 3. Lapisan Pondasi Bawah (LPB)

Lapisan perkerasanini menerima gaya vertikal berupa berat dan mutan kendaraan-kendaraan dan getaran –getaran akibat pukulan roda kendaraan sudah berkurang . Dan menerima gaya horizontal berupa gaya geser akibat rem sudah mulai berkurang .

Lapisan pondasibawah terletak antara lapisan pondasiatas dan tanah dasar. Lapisan ini berfungsi sebagai :

a. Bagian dari konstruksiperkerasan untukmenyebarkan beban roda ketanah dasar . Lapisan ini harus kuat.CBR =20% dan indeks plastis (IP) ≤10 %.

b. Efisienpenggunaan material yaitu material pondasi bawah jauh lebih murah dibandingkan denganlapisan perkerasan diatasnya .

c. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.

d. Lapisan peresapan

(26)

dasar dari pengaruh cuaca atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda –roda alat berat.

f. Lapisan untukmencegah partikel halus dari tanah dasar naik kelapisan pondasi atas .

Jenis lapisan pondasi bawah yangumumdignakan di Indonesia : 1. Agregat bergradasi baik, dibedakan atas :

a. Sirtu/pitrum kelas A b. Sirtu/pitrumkelas B c. Sirtu/pitrum kelas C 2. Stabilisasi

a. Stabilisasi agregat dengan semen b. Stabilisasi agregat dengan kapur c. Stabilisasi tanah dengan semen d. Stabilisasi tanah dengan kapur 4. Tanah Dasar

Lapisan tanah dasar dapat berupa :

1. Tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya memenuhi syarat 2. Tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan yang berupa

timbunan 3. Tanah galian

Sebelum diletakkan lapisan diatasnya tanah dasar dipadatkan terlebih dahulu untuk mendapatkan kepadatan yang memenuhi syarat .

Masalah-masalah yang sering didapatkan menyangkut tanah dasar :

 Perubahan bentuk dari tanah tertentu akibat beban lalu lintas yang

(27)

dengan plastisitas tinggi.Daya dukung tanah ditujukan dengan nilai CBR-nya

 Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan

kadar air.Hal ini dapat ditanggulangi dengan memadatkan tanah pada kadar air optimum.

 Daya dukung tanah dasar tidak merata sepanjang segmen

jalan.Perencanaan tebalperkerasan jalan dibuat berbeda-beda dengan membagi jalan jalan menjadi segmen-segmen sesuai kondisi daya dukung yang ada.

 Akibat pelaksanaan pemadatan yang kurang bagus diperoleh daya

dukung yang tidakmerata .Hal ini dapat diatasi dengan pengawasan yang baik

 Perbedaan dengan penurunan akibat terdapatnya lapisan lapisan tanah

lunak dibawah tanah dasar yang berakibat terjadinya perubahan bentuk tetap. Ini dapat diatasi dengan melakukan penyelidikan tanah secara teliti.

 Kondisi geologis perlu dipelajari dengan teliti jika ada kemungkinan

lokasi berada pada daerah patahan .

Lapisan tanah dasar ini hanya menerima gaya vertikal berupa berat dan muatan kendaraan dan gesekan-gesekan akibat pukulan roda kendaraan yang pengaruhnya sudah sangat kecil. Sedangkan gaya horizontal yang berupa gaya geser akibat rem kendaraan sudah tidak berpenagruh lagi. Daya dukung tanah dasar ditentukan oleh :

1. Jenis tanah 2. Tingkat kepadatan 3. Kadar air

(28)

 Jarak Pandang mneyiap ( Dm )

Keterangan :

D1 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang hendak menyiap dan mebawa kendaraan kejalur kanan

D1 = 0.278 t1 ( Vr – M + A.T1/2 )

T1 = Waktu reaksi = 2012 + 0.026 Vr

M = Perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan yang disiap = 15 km/jam

D2 = Jarak yang ditempuh kendaraan selama jalur kanan

D2 = 0.278 Vr. t2

T2 = Wakttu dimana kendaraan menyiap berada dijalur kanan

T2 = 6.56 + 0.048 Vr

(29)

D3 = Jarak bebas antara kendaraan yang menyiap dengankendaraan yang

datangnya berlawanan arah ( 30 – 100 ) D4 = 2/3 d2

A = Percepatan rata-rata

 Jarak Pandang Henti ( Dh )

Keterangan :

Dp = Jarak yang ditempuh kendaraan dari waktu benda harus berhenti sampai menginjak rem

Dp = 0.278 Vr T

T = waktu reaksi = 2,5 detik

Dr = Jarak dimana pengemudi mulai menginjak rem sampai kendaraan berhenti

Dr = Vr2/254 (Fm + L)

L = Landai relatif : ( + ) = Mendaki ( - ) = Menurun

(30)

Fm = Koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah memanjang jalan . Fm untuk kecepatan rencana <80 km/jam = -0,00065Vr +0,192

 Derajat Lengkung Maksimumpada Tikungan ( D maks )

Dmaks = 181913,53 ( Emaks + Fmaks ) / V2

Keterangan :

Emaks = Superelevasi maksimum = Vr2/127R – Fm

R = Jari-jari tikungan Vr = Kecepatan rencana Fm = Koefisien gesek

 Pelebaran Pada Tikungan

Keterangan :

N = Jumlah lajur lalu lintas = 2

B1 = Lebar lintasan truk pada tikungan (m) = R – ( R2-P2 )1/2 + 2,4

P = Jarak as belakang dan as muka truk = 6,1 C = Kebebasan samping ( 0,4-0,8 )m

Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan (m)=[R2 + A(2P+A)]1/2 – R

A = Tonjolan mobil kedepan = 12 m

Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalammengemudi (m)=0,105V/R B = Lebar perkerasan pada tikungan (m)

(31)

 Landai Relatif

Keterangan :

1/m = Landai relatif E = Superelevasi

En = Kemiringan melintang normal ( m / m1 )

B = Lebar lajur 1 arah

Ls = Panjang lengkung peralihan

 Jarak Pandang pada Lengkung Horizontal

 = ½ 

S = π  R1 / 90o

Keterangan :

 = Setengah sudut pusat lengkung sepanjang L

 = Sudut tikungan ( o )

R1 = Radius sumbu lajur sebelah dalam ( m )

S = Jarak pandangan ( m )

 Lengkung Peralihan

(32)

a. Berdasarkan waktu maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung peralihan ,maka panjang lengkung :

Ls = Vr T / 3,6

b. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal , digunakan rumus modifikasi shortt, sebagai berikut :

Ls = 0,02 Vr3 / Rc.C – 2,727. Vr.e / C

c. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian :

Ls = ( Em – En ). Vr / 3,6 Re

Keterangan :

T = Waktu tempuh = 3 detik Rc = Jari-jari busur lingkaran (m )

C = Perubahan percepatan 0,3 – 1,0 disarankan 0,4 m/ detik

Re = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan , sbb :

Untuk Vr  70 km/jam Re maks = 0.035 m/m/det

Untuk Vr  80 km/jam Re maks = 0.025 m/m/det

(33)

 Tikungan Full Circle ( FC )

Tc = Rc tan ½ 

Ec = Tc tan ¼ 

Lc = .2π. Rc / 360 o

Keterangan :

 = sudut tikungan

Lc = Panjang busur lingkaran

Ec = Panjang luar dari PI ke busur lingkaran

Tc = Panjang tangan jarak dari TC ke PI atau PI ke CT Rc = Jari-jari lingkaran

Syarat untuk tikungan Full Circle : P = Ls2 / 24 Rc < 0,25 m

Dimana : Ls = Panjang lengkung peralihan (m) R = Jari – jari (m)

 Tikungan Spiral – Circle – Spiral ( S – C – S )

Xs = Ls [ 1 – Ls2/40.Rc2]

Ys = Ls2 / 6 Rc s = 90 Ls / . Rc

P = Ls2 / 6 Rc – Rc (1- Cos s)

K = Ls- Ls3 / 40 Rc2 – Rc Sin s

(34)

Es = ( Rc + P ) Sec ½  - Rc

Lc = (  - 2s )/ 180.π. Rc

L tot= Lc + 2Ls

Keterangan :

Xs = Absis titik SC pada garis tangen , jarak dari titik TS ke SC ( Jarak lurus lengkung peralihan )

Ys = Ordinat titkSc pada garis tegaklurus garus tangen , jarak tegak lurus ke titik SC pada lengkung

Ls = Panjang lengkung peralihan ( panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST ) Lc = Panjang busur lingkaran ( panjang dari titik Sc ke Cs )

Ts = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ketitik ST Es = Jarak dari PI ke busur lingkaran

s = Sudut lengkung spiral Rc = Jari-jari lingkaran P = Pergeseran tangen

K = Absis dari Ppada garis tangen spiral

Syarat tikungan S – C – S P = Ls2 / 24 Rc > 0,25 m

Lc > 25 m Lc + 2 Ls < 2 Ts

 Tikungan Spiral – Spiral ( S – S )

Lc = 0

s = ½ 

Ltot= 2 Ls

Ls = s.π.Rc / 90

(35)

Es = ( Rc + P ) Sec ½  - Rc

P = Ls2 / 6Rc – Rc ( 1 – Cos s )

K = Ls – Ls2 / 40 Rc2 – Rc Sin s

Syarat S – S :

P = Ls2 / 24 Rc > 0,25 m

Lc < 25 m

 Lengkung Vertikal

 = L G1 / G1 – G2 = L G1 / A

y = L G12 / 2 ( G1 – G2 ) = L G12 / 2 A

Ev = A L / 800

Untuk : x =1/2 L Y =Ev

Keterangan :

 = Jarak dari titik P ke titil yang ditinjau pada Sta

y = Perbedaan elevasi antara titik P dan titik yang ditinjau pada Sta

L = Panjang lengkung vertikal parabola , yang merupakan jarak proyeksi pada titik A ketitik Q (Sta)

G1 = Kelandaian tangen dari titik P (%)

G2 = Kelandaian tangen titik Q (%)

(G1±G2) = A = Perbedaan aljabar untuk kelandaian (%)

a. Lengkung Vertikal Cembung 1. Panjang L, Berdasarkan Jh

(36)

Jh > L, Maka : L=2Jh – 399 / A 2. Panajang L,berdasarkan Jd

Jd < L,Maka :L= A.Jd2 / 840

Jd > L,Maka :L= 2Jd – 840 / A b. Lengkung Vertikal Cekung

1. Jaraka penyinakranlampu kendaraan

Lengkung vertikal cekung dengan jarak penyinaran lampu depan <L : L = A.S2 / 120 + 3,5 S

Lengkung vertikal cekung dengan jarak penyinaranlampu depan > L : L = 2S – ( 120 + 3,5 S ) / A

2. Jarak pandang bebas dibawah bangunan pada lengkung vertikal cekung Jarak pandangan S<L :

L = A S2 / 3480

Jarak pandangan S>L : L = 2S – 3480 / A

 Perencanaan Tebal perkerasan Jalan

1.Penentuan nilai daya dukung tanah dasar ,dengan grafik korelasi anatara CBR dan DDT

2. Dari data-data volume lalulinas ,pertumbuahan lalulintas , jumlah lajur dan lajur rencana :

a.lintas harian rata-rata = LHR ( 1 + I )n

b.Angka ekuivalen masing-masing kendaraan setiap golongan beban sumbu : - Sumbu tunggal :

E = ( beban i sumbu tunggal dalam Kg / 8.160 )4

- Sumbu ganda

E = 0,086 (beban 1 sumbu ganda dalam kg / 8.160)4

(37)

LEP = ΣLHRj .Cj. Ej

Dimana :

C = Koefisien distribusi kendaraan (lihat tabel ) E = angka ekuivalen

J = Jenis kendaraan

d. Lintas ekuivalen akhir (LEA) LEA = ΣLHRj (1 + I ) UR .CJ.Ej

Dimana :

I = Perkembangan lalu lintas J = Jenis kendaraan

e.Lintas ekuivalen tengah (LET) LET = LEP + LEA / 2

f. Lintas ekuivalen rencana (LER) LER = LET.FP

Dimana : FP = Faktor penyesuaian = UR / 10

3. Dari data curah hujan ,persentase kendaraan berat ,keadaan topograafi setempat.maka didapat faktor

4. Tentukan indeks permukaan awal (Ipo)

(38)

MENENTUKAN KLASIFIKASI MEDAN

JENIS MEDAN KEMIRINGAN MELINTANG RATA-RATA

 Datar ( D ) 0 - 9,9 %

 Perbukitan ( B

) 10 - 24,9 %

 Pegunungan (

G ) > 25 %

# Cara perhitungan ketinggian stasiun

a Tinggi Sta. = a - p x ( a - b ) p + q

b

(39)

¿ Beda Tinggi

Jarak Stasiunx100

# Perhitungan panjang lintasan tikungan

Lc=

360x2π Rc

Lc

R c

Untuk Tikungan I Untuk Tikungan II

Rc = 380 Rc = 350

∆ = 55 0 = 65 0

Lc = 55 x 2 x 3.14 x 380 Lc = 65 x 2 x 3.14 x 350

360 360

= 365 m = 397 m

Untuk Tikungan III Untuk Tikungan IV

Rc = 290 Rc = 460

∆ = 89 0 = 45 0

Lc = 89 x 2 x 3.14 x 290 Lc = 45 x 2 x 3.14 x 460

360 360

= 450 m = 361 m

Untuk Tikungan V Rc = 380

∆ = 46 0

(40)

360

= 305 m

PERHITUNGAN ALINYEMEN HORISONTAL

A. TIKUNGAN I

 Menghitung dan Merencanakan jenis tikungan.

Dik: Rc : 380

Vr : 60 Km/Jam

Tikungan ini di klasifikasikan medan perbukitan

Δ :55 0

emax : 0,10

Lebar jalan : 2 x 3,00 m, tanpa median

Direncanakan menggunakan tikungan Spiral-Circle-Spiral

(41)

Vt =

127.R(e+fm) dimana fm = -0,00065 +0,192

 Menghitung jari-jari tikungan minimum

Rmin = Vr

Syarat aman Rmin < Rc

112 m < 380 m Aman

 Menghitung derajat lengkung Maksimum

Dmax =

Dengan menggunakan data-data perencanaan, dari tabel Ls2 di peroleh:

e= 0,048 Ls= 50 D= 3.50

Syarat aman: D < Dmax

(42)

Tikungan memenuhi untuk tipe Spiral-Circle-Spiral

 Menghitung superelevasi tikungan

Xs = Ls

(

1− Ls2

40Rc2

)

= 50

(

1− 50

40 380

)

=

49,99 m

Ys = 6LsRc2

=

6.50380

=

1,096 m

Θs = LsπR.90=50π380.90=¿ 3,7710

Θc = Δ – 2.θs = 55- (2. 3,771) = 47,450

Lc = θc

360x2π Rc=

47,45

360 x2π380 = 314 m

L = Lc+2Ls = 314 + (2.50)= 414 m

Lihat pada tabel 4.9 di dapat data :

P* = 0,0058249 k* = 0,4999187

p = Ls

2

6.Rc

Rc

(

1−cosθs

)

¿ 50

2

6. 380−380(1−cos 3,771)

= 0,273 m

(43)

= 50-503/(40. 3802)-(380. Sin 3,771)

= 24,986 m

Es = (Rc+p) Sec ½ Δ – Rc

= (380+0,273) Sec½ 550- 380

= 48,712 m

Ts = (Rc+p) tg ½ Δ +k

= (380+0,273) tg ½550 + 24,986

= 222,943 m

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, maka didapatkan data-data:

V = 60 Km/Jam Es = 48,712 Ls = 50m

Δ =560 T

s = 222,943 m p = 0,273 m

Θs =3,7710 L = 414 m k =24,986 m

R =380 m e =4,8% Xs = 49,99 m

(44)

B. TIKUNGAN II

 Menghitung dan Merencanakan jenis tikungan.

Dik: Rc : 350

Vr : 60 Km/Jam

Tikungan ini di klasifikasikan medan perbukitan

Δ :65 0

emax : 0,10

Lebar jalan : 2 x 3,00 m, tanpa median

Direncanakan menggunakan tikungan Spiral-Circle-Spiral

 Menghitung kecepatan tikungan

Vt =

127.R(e+fm) dimana fm = -0,00065 +0,192 Untuk Vr = 60 maka,

fm = -0,00065x 60 + 0,192 = 0,153 Maka:

Vt =

127.350.(0,10+0,153) = 106,05 Km/Jam

Syarat aman: Vt > Vr

(45)

 Menghitung jari-jari tikungan minimum

Rmin = Vr

2

127(emax+fmax)=

3600 127(0,10+0,153) = 112,04 m

Syarat aman Rmin < Rc

112 m < 350 m Aman

 Menghitung derajat lengkung Maksimum

Dmax =

181913,53(emax+fmax)

VR2 =

181913,53(0,10+0,153)

3600

= 12,780

Dengan menggunakan data-data perencanaan, dari tabel Ls2 di peroleh:

e = 0,054 Ls= 50 D= 4,00

Syarat aman: D < Dmax

40 < 12,780

(46)

 Menghitung superelevasi tikungan

Lihat pada tabel 4.9 di dapat data :

P* = 0,0058249 k* = 0,4999187

(47)
(48)

C. TIKUNGAN III

 Menghitung dan Merencanakan jenis tikungan.

Dik: Rc : 290

Direncanakan menggunakan tikungan Spiral Circle Spiral

 Menghitung kecepatan tikungan

 Menghitung jari-jari tikungan minimum

Rmin = Vr

(49)

112 m < 290 m Aman

 Menghitung derajat lengkung Maksimum

Dmax =

181913,53(emax+fmax)

VR2 =

181913,53(0,10+0,153)

3600

= 12,780

Dengan menggunakan data-data perencanaan, dari tabel Ls2 di peroleh:

e = 0,064 Ls= 50 D= 5,00

Syarat aman: D < Dmax

50 < 12,780

(50)

 Menghitung superelevasi tikungan

Lihat pada tabel 4.9 di dapat data :

p = Ls

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, maka didapatkan data-data:

V = 60 Km/Jam Es = 117,092 m Ls = 50m

Δ =890 T

s = 309,984 m p = 0,359 m

(51)
(52)

D. TIKUNGAN IV

 Menghitung dan Merencanakan jenis tikungan.

Dik: Rc : 460

Direncanakan menggunakan tikungan Spiral-Circle-Spiral

 Menghitung kecepatan tikungan

 Menghitung jari-jari tikungan minimum

Rmin = Vr

Syarat aman Rmin < Rc

(53)

 Menghitung derajat lengkung Maksimum

Dmax =

181913,53(emax+fmax)

VR2 =

181913,53(0,10+0,153)

3600

= 12,780

Dengan menggunakan data-data perencanaan, dari tabel Ls2 di peroleh:

e = 0,042 Ls= 50 D= 3,00

Syarat aman: D < Dmax

30 < 12,780

(54)

 Menghitung superelevasi tikungan

Lihat pada tabel 4.9 di dapat data :

P* = 0,0043663 k* = 0,4999543

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, maka didapatkan data-data:

V = 60 Km/Jam Es = 38,145 m Ls = 50m

Δ =450 T

(55)

Θs = 3,1150 L = 411,107 m k =24,988 m

(56)

E. TIKUNGAN V

 Menghitung dan Merencanakan jenis tikungan.

Dik: Rc : 380

Direncanakan menggunakan tikungan Spiral-Circle-Spiral

 Menghitung kecepatan tikungan

 Menghitung jari-jari tikungan minimum

Rmin = Vr

Syarat aman Rmin < Rc

(57)

 Menghitung derajat lengkung Maksimum

Dmax =

181913,53(emax+fmax)

VR2 =

181913,53(0,10+0,153)

3600

= 12,780

Dengan menggunakan data-data perencanaan, dari tabel Ls2 di peroleh:

e = 0,048 Ls= 50 D= 3,50

Syarat aman: D < Dmax

3,50 < 12,780

(58)

 Menghitung superelevasi tikungan

Lihat pada tabel 4.9 di dapat data :

P* = 0,0058249 k* = 0,4999187

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, maka didapatkan data-data:

V = 60 Km/Jam Es = 33,112 m Ls = 50 m

Δ = 460 T

(59)

Θs = 3,7710 L = 355 m k =24,986 m

(60)

Menghitung Jarak Pandang Pada Tikungan

Tikungan I

Dari gambar trase jalan diperkirakan Dp < Lc atau Dp < 365 m. Dari Buku BUTSI hal. 364 digunakan rumus Dp sebagai berikut :

Dp = Rc . cos -1 Rc - m

28.65 Rc

Dimana :

Dp = Jarak pandang (m)

Rc = Jari-jari tikungan = 380 m

m = Daerah bebas samping diukur dari garis tengah lajur dalam = 8.25 m

Dp =

Rc

. cos -1

Rc - m =

380

. cos -1

380 - 8.25

28.65 Rc 28.6

5 380

= 13.2635 . 11.96

(61)

Tikungan II

Dari gambar trase jalan diperkirakan Dp < Lc atau Dp < 397 m. Dari Buku BUTSI hal. 364 digunakan rumus Dp sebagai berikut :

Dp = Rc . cos -1 Rc - m

28.65 Rc

Dimana :

Dp = Jarak pandang (m)

Rc = Jari-jari tikungan = 350 m

m = Daerah bebas samping diukur dari garis tengah lajur dalam = 8.25 m

Dp =

Rc

. cos -1

Rc - m =

350

. cos -1

350 - 8.25

28.65 Rc 28.6

5 350

= 12,216 . 12,464

(62)

Tikungan III

Dari gambar trase jalan diperkirakan Dp < Lc atau Dp < 450 m. Dari Buku BUTSI hal. 364 digunakan rumus Dp sebagai berikut :

D

Rc = Jari-jari tikungan = 290 m

(63)

Tikungan IV

Dari gambar trase jalan diperkirakan Dp < Lc atau Dp < 361 m. Dari Buku BUTSI hal. 364 digunakan rumus Dp sebagai berikut :

D

Rc = Jari-jari tikungan = 460 m

(64)

Tikungan V

Dari gambar trase jalan diperkirakan Dp < Lc atau Dp < 305 m. Dari Buku BUTSI hal. 364 digunakan rumus Dp sebagai berikut :

D

Rc = Jari-jari tikungan = 380 m

m = Daerah bebas samping diukur dari garis tengah lajur dalam = 8.25 m

T = Waktu tanggap, ditetapkan = 2.5 detik fp = Koefisien gesek memanjang antara ban kendaraan dengan

perkerasan jalan aspal (menurut BINA MARGA, fp = 0.35 - 0.55) Diambil fp = 0.40 (dari tabel 3.2)

L = Landai jalan dalam (%) dibagi 100

(65)
(66)

Dengan cara yang sama, diperoleh jarak pandang henti pada tabel berikut :

STA. (Km/jam)Vr (detik)T Fp L (%) Dph (m)

0+00 - 2+700 60 2.5 0.4 0.1481 77.081

2+700 - 5+696 60 2.5 0.4 -2.1739 77.908

5+696 - 6+344 60 2.5 0.4 0.0000 77.133

6+344 - 6+644 60 2.5 0.4 -1.2500 77.574

6+644 - 8+349 60 2.5 0.4 0.0000 77.133

(67)

Jarak Pandang Menyiap

Rumus yang digunakan, Dpm = d1 + d2 + d3 + d4 , dimana ;

d1 = Jarak yang digunakan selama waktu tanggap (m)

= 0,278 x T1

(

Vrm+a x T1

2

)

d2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m)

= 0,278 x Vr x T2

d3 = Jarak antara kedaraan yang mendahului dengan kendaraan yang dating dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m)

d4 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang dating dari arah berlawanan

= 2/3 (d2)

T1 = Waktu dalam detik = 2,12 + ( 0,026 x 60 )

= 3,68 detik

T2 = Waktu kendaraan berada di jalur lawan (detik)

= 6,56 + ( 0,048 x 60 )

= 9,44 detik

a = Percepatan rata-rata km/jam/dtk

= 2,052 + ( 0,0036 x 60 )

(68)

m = Perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan kendaraan yang disiap, (biasanya 10 – 15 km/jam)

d1 = 0,278 x T1

[

Vrm+a x T1

2

]

= 0,278 x 3,68

[

60−15+2,27x3,68

2

]

= 50,3 m

d2 = 0,278 x Vr x T2 = 0,28 x 60 x 9,44

= 157 m

d3 = Diambil 30 m

d4 = 2/3 x (d2) = 0,67 x 157

= 105 m

Sehingga ;

Dpm = 50,3 + 157,46 + 30 + 105

= 342 ,7 m

(69)
(70)

P

B = Lebar total perkerasan pada tikungan…(m) n = Jumlah lajur lalu lintas

b' = 2,4 + ( R - R2 - p2 )

=

Lebar tambahan akibat selisih ban belakang dan ban depan

= Lebar lintasan truk pada tikungan

c = Tambahan pada sisi luar dan dalam pada tikungan…(0,4 - 0,8 ) p = Jarak as belakang dan as muka truk …( 6,5 m)

A = Jarak ujung mobil dengan ban depan..(1,3 m)

Td = Lebar selisih ujung muka dengan ban depan …. R2 +A(2p+A)-R

z = Selisih dua jalur jalan ….. 0,105Vr R

Tabel perhitungan lebar perkerasan

R n b' c Td Vr z B

Tikungan I 380 2 2.4556 0.8 0.0244597 60 0.3231832 6.859

Tikungan II 350 2 2.4604 0.8 0.0265561 60 0.3367492 6.884

Tikungan III 290 2 2.4729 0.8 0.03205 60 0.3699487 6.948

(71)

TikunganV 380 2 2.4556 0.8 0.0244597 60 0.3231832 6.859

Lebar tikungan yang direncanakan :

Tikungan I = 7 m Tikungan II = 7 m Tikungan III = 7 m Tikungan IV = 7 m Tikungan V = 7 m

Kesimpulan ;

(72)

PERHITUNGAN ALINYEMEN VERTIKAL

Lengkung Vertikal Cembung (Sta 2+700)

Jalan yang direncanakan berupa jalan KOLEKTOR pada daerah perbukitan dengan VR = 60 km/jam.

 Menghitung Kelandaian Rencana

 Perbedaan Aljabar kelandaian, A= 2,322 m

 Panjang lengkung vertical dari PLV ke PTV = Lv, dimana Lv

diperoleh dari grafik perencanaan geometrik dengan mengetahui A dan Vr maka diperoleh Lv = 35 m

 Mencari Panjang L

a. Berdasarkan Jarak Pandang Henti, dari table untuk kecepatan 60 Km/jam, diperoleh = 75 m.

(73)

 Mencari Panjang Pergeseran Vertikal dari titik PPV ke bagian

(74)

= 0,0253 m

 Titik P

 Elevasi P = PPV + (g1% .x ) + y

=450,0 + ((0,148/100). 8,75m) - 0,0253m

= + 499,987 m

 Jarak P = PPV – x

= (Sta 2 + 700) – 8,75m

= Sta 2 + 691,25 m

 Titik Q

 Elevasi Q = PPV - (g2% .x ) - y

= 450,00 - (0,02174. 8,75m) - 0,0253m

= + 449,784 m

 Jarak Q = PPV + x

= (Sta 2 + 700) + 8,75m

(75)

Lengkung Vertikal Cekung (Sta 3 + 400)

Jalan yang direncanakan berupa jalan KOLEKTOR pada daerah perbukitan dengan VR = 60 km/jam.

 Menghitung Kelandaian Rencana

g

1=450−435

690 x100=2,174

g

2=435−435

560 x100=0,00

 Perbedaan aljabar kelandaian, A= 2,174 %

 Panjang lengkung vertical dari PLV ke PTV = Lv, dimana Lv

diperoleh dari grafik perencanaan geometrik dengan mengetahui A dan Vr maka diperoleh Lv = 35 m

(76)

b. Berdasarkan Jarak Pandang Henti

(77)

 Titik PTV

 Elevasi Titik PTV = PPV + ( g2% . 1/2Lv) = 435 + (0,00/100) . ½ 35m) = + 435 m

 Jarak Titik PTV = PPV + ½ Lv

= (Sta 3 + 400) + ½ 35m = Sta 3 + 417,5

 Titik P dan Q

X = ¼ Lv = ¼ 35m = 8,75 m

y =

A x 2

200Lv

=

2,174x8,752 200x35

= 0,0237 m

 Titik P

 Elevasi P = PPV + (g1% .x ) + y

=435 + ((2,174/100). 8,75m) + 0,0237 m

= + 435,213 m

 Jarak P = PPV – x

= (Sta 3 + 400) – 8,75m

= Sta 3 + 391,25 m

 Titik Q

(78)

= 435 + (0,00. 8,75 m) + 0,0237m

= + 435,023 m

 Jarak Q = PPV + x

= (Sta 3 + 400) + 8,75 m

(79)

Lengkung Vertikal Cembung (Sta 3 + 900)

Jalan yang direncanakan berupa jalan KOLEKTOR pada daerah perbukitan dengan VR = 60 km/jam.

 Menghitung Kelandaian Rencana

 Perbedaan aljabar landau, A=1,250 %

Panjang lengkung vertical dari PLV ke PTV = Lv Dimana Lv diperoleh dari grafik perencanaan geometrik dengan mengetahui A dan Vr maka diperoleh Lv = 35m

 Mencari Panjang L

c. Berdasarkan Jarak Pandang Henti, berdasarkan table untuk kecepatan 60 Km/jam, diperoleh Jh = 75 m

Dari rumus L=A . jh

 Elevasi Titik PPV (Sta 3+900) = +435,00 Elevasi PPV’ = PPV + Ev

= +435 - 0,0546 m = +434,945

(80)

 Titik PLV

 Elevasi Titik PLV = PPV + (g1% 1/2Lv)

= 435 + ((0.00/100) ½. 35m)

= + 435 m

 Jarak PLV = PPV – 1/2Lv

= (Sta 3 + 900) – ½ 35m

= Sta 3 + 882,5 m

 Titik PTV

 Elevasi Titik PTV = PPV + ( g2% . 1/2Lv) = 435 - (1,250/100) . ½ 35 m) = + 434,978 m

 Jarak Titik PTV = PPV + ½ Lv

= (Sta 3 + 900) + ½ 35m = Sta 3 + 917,5

 Titik P dan Q

X = ¼ Lv = ¼ 35 m = 8,75 m

y =

A x 2

200Lv

=

1,250x8,752 200x35

= 0,0111 m

 Titik P

(81)

= 435 + ((0.00/100). 8,75m) - 0,0111 m

= + 434,988 m

 Jarak P = PPV – x

= (Sta 3 + 900) – 8,75 m

= Sta 3 + 891,25 m

 Titik Q

 Elevasi Q = PPV - (g2% .x ) - y

= 435 - ((1,250/100). 8,75m) + 0,0111m

= + 434.96 m

 Jarak Q = PPV + x

= (Sta 3 + 900) + 8,75 m

(82)

Lengkung Vertikal Cekung

Jalan yang direncanakan berupa jalan KOLEKTOR pada daerah perbukitan dengan VR = 60 km/jam.

 Menghitung Kelandaian Rencana

 Perbedaan aljabar kelandaian, A=1,250

Panjang lengkung vertical dari PLV ke PTV = Lv Dimana Lv diperoleh dari grafik perencanaan geometrik dengan mengetahui A dan Vr maka diperoleh Lv = 35 m

 Mencari Panjang L

d. Berdasarkan Jarak Pandang Henti, berdasarkan table untuk kecepatan 60 Km.jam, makah diperoleh Jh=75 m

Dari rumus L= A . jh

(83)

 Mencari Panjang Pergeseran Vertikal dari titik PPV ke bagian

(84)

= 0,0136 m

 Titik P

 Elevasi P = PPV + (g1% .x ) + y

= 430 + ((1,250/100). 8,75m) + 0,0136 m

= + 430,1229 m

 Jarak P = PPV – x

= (Sta 4 + 300) – 8,75 m

= Sta 3 + 291,25 m

 Titik Q

 Elevasi Q = PPV + (g2% .x ) + y

= 430 + ((0,00/100). 8,75m) + 0,0136m

= + 430,0136 m

 Jarak Q = PPV + x

= (Sta 4 + 300) + 8,75 m

(85)
(86)

Lengkung Vertikal Cekung (Sta 5 + 900)

Jalan yang direncanakan berupa jalan KOLEKTOR pada daerah perbukitan dengan VR = 60 km/jam.

 Menghitung Kelandaian Rencana

 Perbedaan aljabar kelandaian, A=0,846

Panjang lengkung vertical dari PLV ke PTV = Lv Dimana Lv diperoleh dari grafik perencanaan geometrik dengan mengetahui A dan Vr maka diperoleh Lv = 35 m

 Mencari Panjang L

e. Berdasarkan Jarak Pandang Henti, berdasarkan table untuk kecepatan 60 Km/jam, maka diperoleh Jh= 75 Km/jam

Dari rumus L= A . jh

lengkung digunakan Lv = 35m

 Mencari Panjang Pergeseran Vertikal dari titik PPV ke bagian

 Elevasi Titik PPV (Sta 5+900) = +430,00 Elevasi PPV’ = PPV + Ev

(87)

 Jarak PPV’ = Jarak PPV (Sta 5 + 900)

 Titik PLV

 Elevasi Titik PLV = PPV + (g1% 1/2Lv)

= 430 + ((0,00/100) ½. 35m)

= + 430 m

 Jarak PLV = PPV – 1/2Lv

= (Sta 5 + 900) – ½ 35m

= Sta 5 +882,5 m

 Titik PTV

 Elevasi Titik PTV = PPV + ( g2% . 1/2Lv) = 430 + (0,846/100) . ½ 35m) = + 430,148 m

 Jarak Titik PTV = PPV + ½ Lv

= (Sta 5 + 900) + ½ 35m = Sta 5 + 917,5 m

 Titik P dan Q

X = ¼ Lv = ¼ 35 m = 8,75 m

y =

A x 2

200Lv

=

0,846x8,752

200x35

= 0,00925 m

 Titik P

(88)

= 430 + ((0,00/100). 8,75m) + 0,00925 m

= + 430,0095 m

 Jarak P = PPV – x

= (Sta 5 + 900) – 8,75 m

= Sta 5 + 891,25 m

 Titik Q

 Elevasi Q = PPV + (g2% .x ) + y

= 430 + ((0,846/100). 8,75m) + 0,00925m

= + 430,083 m

 Jarak Q = PPV + x

= (Sta 5 + 900) + 8,75 m

(89)

GALIAN DAN TIMBUNAN

1. Perhitungan Luas galian Timbunan Sepanjang P39 – P42 Dengan Metode Kordinat

a. Patok 39 (Sta 3 + 900) (Gambar Terlampir)

Timbunan

Titik nama Kordinat (m) Xn. Y(n+1) yn. X(n+1)

X Y

YY 0 435 0 1522.5

1 3.5 434 1519 4296.6

2 9.9 434 4296.6 7291.2

3 16.8 434 7291.2 29859.2

4 68.8 434 29859.2 32723.6

5 75.4 434 32723.6 35935.2

6 82.8 434 36005.58 33027.4

7 76.1 434.85 33092.085 32787.69

8 75.4 434.85 32790.706 29874.195

9 68.7 434.89 29878.317 26136.889

10 60.1 434.91 26138.091 26138.091

11 60.1 434.91 26143.5 19049.058

12 43.8 435 19026.72 19053

13 43.8 434.4 19017.96 10903.44

14 25.1 434.2 10916.492 10898.42

15 25.1 434.92 10914.986 7306.656

16 16.8 434.86 7305.48 4305.114

17 9.9 434.85 4305.015 3957.135

18 9.1 434.85 3958.5 0

YY 0 435

JUMLAH 335183.032 335065.388

Luas (m2) 58.822

(90)

b. Patok 40 (Sta 4 + 000) (Gambar Terlampir)

2 1.2 432.5 519.36 519

3 1.2 432.8 519.36 2164

4 5 432.8 2162.5 2164

5 5 432.5 2162.5 2811.25

6 6.5 432.5 2820.025 2811.25

7 6.5 433.85 2819.7 6507.75

8 15 433.8 6498 6507

9 15 433.2 6508.8 21660

10 50 433.92 21690 21696

11 50 433.8 21692.5 25247.16

12 58.2 433.85 25171.5 25250.07

13 58.2 432.5 25171.5 25950

14 60 432.5 25968 25950

15 60 432.8 25968 27785.76

16 64.2 432.8 27785.76 27785.76

17 64.2 432.8 27766.5 28218.56

18 65.2 432.5 28283.76 28199

19 65.2 433.8 28283.76 0

YY 0 433.8

a 6.5 433.85 2819.7 6507.75

b 15 433.8 6507 21690

c 50 433.8 21692.5 25247.16

d 58.2 433.85 25250.07 28287.02

e 65.2 433.85 28283.76 0

xx 0 433.8 0 0

JUMLAH 84553.03 84551.63

LUAS (m2) 1.4

(91)

Galian

Titik nama Kordinat Xn. Y(n+1) yn. X(n+1)

X Y

YY 0 432.9 0 0

1 0 432.3 0 7565.25

2 17.5 432.3 7574.35 7565.25

3 17.5 432.82 7573.65 11253.32

4 26 432.78 11216.4 11252.28

5 26 431.4 11216.4 11863.5

6 27.5 431.4 11871.75 11863.5

7 27.5 431.7 11871.75 13469.04

8 31.2 431.7 13459.68 13469.04

9 31.2 431.4 13459.68 14193.06

10 32.9 431.4 14237.475 14193.06

11 32.9 432.75 14265.44 16487.775

12 38.1 433.6 16520.16 0

13 0 433.6 0 0

YY 0 432.9 0 0

JUMLAH 133266.735 133175.075

Luas (m2) 45.83

Luas x 2 91.66

(92)

d. Patok 42 (Sta 4 + 200) (Gambar Terlampir)

Galian

Titik nama

Kordinat

Xn. Y(n+1) yn. X(n+1)

X Y

1 0 2 0 7

2 3.5 1.93 6.517 10.036

3 5.2 1.862 2.6 9.6824

4 5.2 0.5 2.6 2.75

5 5.5 0.5 4.4 2.75

6 5.5 0.8 4.4 5

7 6.25 0.8 3.125 5

8 6.25 0.5 3.125 3.275

9 6.55 0.5 12.1175 3.275

10 6.55 1.85 16.8335 15.4549

11 8.354 2.57 21.46978 0

12 0 2.57 0 0

1 0 2

JUMLAH 77.18778 64.2233

Luas (m2) 6.48224 Luas x 2 12.96448

(93)

Tabel Luas Galian dan Timbunan

2. Perhitungan Volume Galian dan Timbunan

a. Volume Galian dan Timbunan antara Patok P39 – P40 Diketahui :

Galian di Patok 39 = 0 m2 Timbunan di Patok 39 = 58,822 m2 Galian Di Patok 40 = 22,9825 m2

Vtimbunan=

(

Luas Timbunan P39+Luas Timbunan P40

2

)

x Jarak Patok

¿

(

58,822+1,4

2

)

x100m=3011,1m3

b. Volume Galian dan Timbunan seterusnya dapat di lihat pada tabel

PATOK

LUAS LUAS RATA-RATA JARAK VOLUME

(94)

N

P39 0 58.822

11.49125 30.111 100 1149.125 3011.1

P40 22.9825 1.4

57.32125 0.7 100 5732.125 70

P41 91.66 0

128.695 0 100 12869.5 0

P42 165.73 0

88.606 0 100 8860.6 0

P43 11.482 0

Gambar

Tabel perhitungan lebar perkerasan
Tabel Luas Galian dan Timbunan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan aspek yang berkaitan dengan kinerja guru IPA dalam hal pengembangan diri untuk peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja dapat

pers Cina adalah surat kabar, majalah dalam bahasa cina, Indonesia dan ada juga sebagian berbahasa Belanda, yang diterbitkan oleh golongan penduduk Cina.. Ditinjau dari segi

Oleh karena itu dalam penelitian ini dipelajari pengaruh perubahan komposisi bahan pembentuk gelas dalam hal ini pengaruh perubahan kadar SiO2 dalam bahan pembentuk gelas

Mereka berpandangan bahwa peperangan adalah suatu dosa yang telah diorganisir untuk mana Gereja dan para pengikut Kristus tidak akan terlibat dalam kejahatan ini.. Hal ini

Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki kepulauan terbanyak didunia. Salah satu permasalahan yang menjadi sorotan akan keberadaan negara kepulauan adalah adanya

Berdasarkan uraian di atas kesimpulan yang dapat ditarik adalah kesalahan penetapan sasaran Program Raskin terjadi karena beberapa faktor yang terkait satu dengan yang lain, yaitu:

Setelah diketahui bahwa terdapat hubungan antara wawasan siswa tentang penggunaan perpustakaan berdasarkan layanan informasi dengan minat baca siswa adalah positif

Suasana nuksma yang terlihat dalam pocapan- pocapan di wilayah pathet manyura dapat dirasakan dengan nada lagu yang menyatu dengan ulon grimingan gender. Ulon grimingan