• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON TERHADAP INFORMASI JALAN VIA PONS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RESPON TERHADAP INFORMASI JALAN VIA PONS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON TERHADAP INFORMASI JALAN VIA PONSEL PINTAR:

STRATEGI KEPUTUSAN JANGKA PENDEK PERJALANAN DI

JABODETABEK

Gloriani Novita Christin

1

, Ofyar Zainuddin Tamin

2

, Idwan Santosa

3

Institut Teknologi Bandung

1,2,3

Ganesha 10, Bandung 40132

glorinovi@yahoo.com1,ofyar@trans.si.itb.ac.id2,idwan2003@yahoo.com3

Abstrak

Informasi yang relevan dengan pilihan perjalanan memiliki potensi untuk mempengaruhi perilaku seseseorang. Perkembangan teknologi ponsel, khususnya ponsel pintar (smartphone) telah memunculkan peluang untuk memperoleh informasi terkini yang relevan dengan perjalanannya, melalui berbagai sumber informasi yang terintegrasi dan terhubung dengan internet, setiap saat dan di mana saja. Tentunya dampak agregat yang diharapkan adalah meningkatnya efisiensi dari jaringan transportasi. Faktor manusia sebagai individu yang mengakusisi informasi dan pengambil manfaat atas informasi tersebut menjadi penting dipertimbangkan dalam mewujudkan pergerakan cerdas. Untuk itulah, maka makalah ini menyajikan kajian literatur konsep dan hasil empiris tentang respon terhadap informasi yang diperoleh melalui penggunaan ponsel pintar di Jabodetabek, Indonesia dan dampaknya pada pergerakan individu. Dengan memahami bagaimana seseorang mengambil keputusan perjalanannya sebagai respon atas informasi yang diterimanya melalui ponsel pintar sert faktor apa yang menentukan respon tersebut, maka diharapkan diperoleh masukan yang bermanfaat dalam mengadaptasi teknologi untuk pengembangan sistem prasarana transportasi.

Kata kunci: keputusan perjalanan, informasi, ponsel pintar, pilihan cerdas

Abstract

Information relevant with travel options has potentially changed an individual’s travel behavior. The development of mobile technology, especially smartphones, has given rise the opportunity to get real time information that are relevant to the journey. Using smartphone, information can be obtained through various sources/media, which are integrated and connected to the Internet, anytime and anywhere. Obviously, the expected aggregate impact is the increased efficiency of the transportation network. Human factor as the individual who acquires information and the beneficiaries of such information is considered to be important in creating a smarter mobility. For this reason, this paper presents a literature review of concepts and empirical results about the response to the travel-related information obtained through the use of smart phones in the Greater Jakarta Area, Indonesia and its impact on individual mobility. By understanding how people make decisions in response to travel-related information via smartphones and what factors determine the response, it is expected that valuable input in adapting technology to develop transportation system can be obtained.

(2)

1 PENDAHULUAN

Dengan terjadinya peningkatan volume lalu lintas, kemacetan telah menjadi masalah yang sangat serius bagi kota-kota besar di Indonesia dan menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara sistem transportasi. Di banyak negara maju, informasi informasi relevan perjalanan dikenal sebagai Advanced Travel Information System (ATIS), sebagai layanan informasi yang menjadi bagian dari Sistem Transportasi Cerdas (ITS) telah dipandang sebagai salah satu upaya yang bernilai dan sukses dalam mengoptimalkan penggunaan kapasitas transportasi yang ada dan mengurangi kemacetan (Miles dan Chen, PIARC, 2004). Bagi negara berkembang, yang belum banyak menerapkan ITS, misalnya Indonesia, dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tetap sangat dimungkinkan tersedianya informasi perjalanan secara individu. Tersedianya informasi perjalanan secara luas diyakini mempengaruhi pola aktivitas-perjalanan harian individu. Penyediaan informasi perjalanan, baik sebelum perjalanan (pre-trip) dan selama perjalanan (en-route), dipercaya berpotensi mengurangi ketidakpastian tentang keadaan jaringan transportasi (Sunet al, 2005).

Informasi tentang perjalanan tersedia dalam berbagai bentuk dan dari beragam sumber serta media. Belloche et al (2014) menginventarisir media yang memberikan informasi yang relevan dengan perjalanan yaitu 1) komputer (khususnya yang terhubung dengan internet); 2) ponsel pintar dan komputer tablet; 3) telepon; 4) radio; 5) televise; 6) peralatan navigasi dalam kendaraan, serta 7) kertas (walau dianggap kuno namun kadang masih dipergunakan untuk informasi dan saran rute perjalanan khususnya peristiwa besar).

Pada makalah ini, media informasi difokuskan pada ponsel pintar. Miles dan Chen (2004) mengungkapkan bahwa ponsel dan system komunikasi personal memiliki peluang besar untuk berperan penting sebagai media informasi karena memiliki kemampuan untuk mentransmisikan sejumlah besar data. Karakteristik ponsel pintar yang seukuran genggaman, fungsinya yang beragam dan konektivitas internet membuat penetrasi ponsel cerdas di Indonesia mencapai lebih dari 56 juta dari total 250 pelanggan ponsel di Indonesia dan akan terus meningkat (Nielsen 2012; Nugraha 2012; ATSI 2014). Dengan karakteristik fisik sosial dan pentrasi yang luas di masyarakat ini, maka diduga informasi melalui ponsel pintar ini dapat memiliki dampak positif pada strategi keputusan jangka pendek individu pengguna transport. Informasi tersebut dapat dipandang sebagai menurunkan level ketidakpastian, mengingat informasi perjalanan dan lingkungan transportasi bersifat dinamis atau nonstasioner. Nilai suatu informasi perjalanan dapat dikonseptualisasikan sebagai sejauh mana informasi tersebut memungkinkan seorang individu untuk merespon dengan membuat keputusan perjalanan yang lebih baik. Tsirimpaet al(2005) mengusulkan tiga paramter yang lazim dipergunakan pengguna jalan sebagai kriteria strategi keputusan sebagai respon atas informasi yang diterimanya, yaitu: 1) efisiensi; 2) keselamatan; dan 3) kenyamanan perjalanan.

(3)

2 INFORMASI SEBELUM PERJALANAN (PRE-TRIP) DAN SELAMA PERJALANAN (ON-TRIP)

Walaupun informasi jalan telah ada selama bertahun-tahun, namun kemajuan teknologi memungkinkan individu pengguna jalan merencanakan perjalanannya dengan lebih tepat dan akurat. Di Indonesia, khususnya di Jabodetabek, telah terdapat penyiaran informasi perjalanan-lalu lintas, baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta dan secara reguler menampilkan informasi kondisi lalu lintas waktu nyata berupa situs web (misalnya lewatmana.com, Jasamarga), stasiun radio serta text berjalan yang menyiarkan kondisi lalu lintas di stasiun TV). Chorus (2007) beragumen bahwa terdapat beberapa pihak yang berkepentingan dalam pemberian informasi ini, yaitu 1) perusahaan angkutan umum, sebagai alat untuk menarik minat pengguna; 2) perusahaan industri otomotiv, juga sebagai alat untuk meraih ketertarikan pasar pengguna; 3) provider layanan telekomunikasi dan layanan informasi, yang memandang bahwa layanan informasi ini merupakan bisnis yang menarik dan mendatangkan keuntungan finansial atas ketertarikan pengguna pada layanan tersebut; 4) pembuat kebijakan, dengan tujuan untuk menginduksi perubahan pilihan pengguna jalan pada, khususnya pada waktu keberangkatan rute dan moda perjalanan yang digunakan, untuk mencapai efisiensi jaringan; 5) akademisi, yang tertarik untuk dalam memahami bagaimana peranan informasi jalan pada mekanisme strategi keputusan perjalanan.

Easyway (2012), sebagaimana dikutip dalam Belloche et al (2014) mengelompokkan Informasi jalan ke dalam 6 jenis, yaitu 1) informasi peristiwa (misalnya pekerjaan pemeliharaan jalan, kemacetan, kecelakaan, demonstrasi); 2) kondisi lalu lintas; 3) pembatasan kecepatan, informasi waktu tempuh; 4) informasi cuaca di jalan; 5) informasi waktu tempuh 6) informasi multimoda (informasi tentang moda lain termasuk

fasilitas park and ride). Akuisisi dari informasi oleh pengguna dapat berupa kombinasi dari 1) akuisisi aktif, dimana informasi dicari oleh pengguna; dan 2) akuisisi pasif, dimana informasi didapat atas pemberian informasi yang tanpa diminta.

3 FAKTOR YANG MENENTUKAN STRATEGI KEPUTUSAN PERJALANAN

Dari kegiatan hariannya seseorang menemukenali kebutuhan pergerakannya antara lokasi kegiatannya dan menjadi traveler (dalam makalah ini individu tersebut menjadi pengguna jalan. Mereka melakukan perencanaan perjlanan dan jika berhasil perencanaan perjalanan tadi dapat terwujud dngan terhubungnya pilihan-pilhan transport yang melayanai perjalanan tersebut, bahkan jika perlu dipadukan dengan beberapa moda perjalanan. Pilihan-pilhan transport ini dapat dipilih dari informasi yang tersedia atau dari seseorang yang memberikan informasi, sebagai permintaan dinamis transportasi (Miles dan Chen, 2004).

Seseorang yang akan menempuh perjalanan dihadapkan adanya ketidakpastian pada kondisi perjalanan yang akan ditemuinya selama perjalanan. Ketidakpastian sistem transportasi tersebut akan berkurang jika individu tersebut memperoleh informasi yang tepat dan dapat dipercaya. Berdasarkan informasi dan pengetahuan dalam dirinya mengenai situasi perjalanan, pengguna dapat mengevaluasi alternatif dan membuat keputusan berdasarkan keyakinannya. Dengan mengimplementasikan keputusannya, individu dapat membandingkan pilihan yang diyakininya tadi dengan kenyataan. Melalui keputusan yang berulang, individu tersebut akan belajar dari pengalaman perjalanan tersebut. Dengan membandingkan informasi yang diterima dengan perjalanan yang sebenarnya, individu akan memperbarui keyakinannya tentang kredibilitas sumber informasi (Sunet al, 2005).

(4)

dia akan memeriksa level aspirasi (keyakinan atau harapan yang menentukan harapan subyektif dari pencarian. Jika pengetahun spasial yang dimiliki tidak memberikan alternative, maka tambahan informasi diperlukan. Pada tahap ini belum ditentukan pilihan, dan informasi ini dikumpulkan dari peta, mediam layanan informasi dan dari orang lain. Jika individu memutuskan untuk tidak mencari alternatifn, maka status quo berlangsung dan kegiatan-perjalanan dilaksanakan dengan dasar pengalaman.

Gambar 1. Konseptual Pengambilan Keptusan Perjalanan (Zhang, 2006)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan dari sebuah perencanaan perjalanan. Dari berbagai studi yang dilakukan peneliti sebelumnya, dapat dirangkum bahwa faktor yang mempengaruhi proses keputusan adalah 1) tujuan perjalanan; 2) kualitas dan keandalan yang dirasakan dari informasi tersebut; 3) faktor personal; serta 4) memori dari pengguna jalan tersebut.

Tujuan perjalanan mempengaauhi pencarian informasi dan respon atas informasi. Perhatian dan respon terhadap informasi perjalanan untuk perjalanan dengan tujuan bekerja akan berbeda dengan untuk perjalanan dengan tujuan personal atau sosial (Jou et al, 1997; Tsirimpa et al, 2003).

Level kualitas dan keandalan dari suatu informasi juga akan mempengaruhi respon pengguna. Jika informasi dianggap tidak akurat, maka informasi itu akan diabaikan (Zhang dan Levinson, 2008), maka pengguna tidak merasa perlu melakukan adaptasi.

(5)

adaptasi dan mngubah rencananya. Jou (2001) mengatakan bahwa pengguna jalan pria seringkali lebih bersedia mengubah rencana perjalanannya dibanding wanita.

Faktor memori pengguna jalan berperan dalam saat ia memutuskan perlu tidaknya ia melakukan adaptasi dalam merespon informasi. Tampaknya memori ini terkait dengan hal-hal yang pernah dialami seseorang. Sun et al (2005) berargumen bahwa jika seseorang pernah mengalami penundaan yang berkepanjangan akibat waktu tempuh, maka ia akan semakin peduli akan informasi perjalanan dan bersedia mengadaptasi rencana perjalanannya sebagai respon atas informasi tersebut.

4 RESPON TERHADAP INFORMASI RELEVAN PERJALANAN VIA PONSEL PINTAR

Informasi jalan dapat berdampak pada rencana perjalanan, dengan kemungkinan dampaknya adalah pada pemilihan rute, pada pemilihan waktu keberngkatanm pada pemilihan modam pada pilihan tujuan lokasi kegiatan dan status perjalanan (dibatalkan atau dilaksanakan) dan pada komponen perjalanan lainnya (Belloche et al 2014; Parvaneh et al 2012). Informasi perjalanan yang diperoleh dapat berdampak pada perubahan kepercayaan individu tersebut dan mempengaruhi keputusannya, yang tergantung dari tipe informasi yang diterima dan keandalan dari informasi tersebut (Pervaneh et al, 2012)

Reaksi pengguna jalan terhadap informasi memang sangat beragam. Belloche et al (2014) berargumen bahwa reaksi sangat bergantung dari kondisi saat ia menerima informasi tersebut dan kualitas informasi yag dia rasakan (Belloche et al, 2014). Di sisi lain Viswanathan dan Goulias (2001) menekankan bahwa pemanfaatan informasi tergantung dari 1) faktor personal, 2) kaitannya dengan perjalanan; dan 3) faktor kontekstual.

Untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana respon pengguna ponsel pintar terhadap informasi relevan perjalanan, maka digunakan hasil survey terhadap 121 responden pengguna ponsel pintar dari kalangan professional mobile di Jabodetabek. Profesional mobile dipilih sebagai responden, karena individu professional mobile menggunakan lebih dari 20% waktu kerjanya berada di luar kantor (RIM 2003; Ablondi dan Elliot, 1992 sebagaimana dikutip dalam Frohlich 1995), sehingga dapat dikatakan bahwa dibandingkan dengan individu yang bekerja di kantor (stasioner, fix desk), maka profesional mobile melakukan perjalanan lebih banyak dan mereka menghadpi ketidakpastian dan dinamika kegiatan-perjalanan yang lebih tinggi. Dengan demikian, dapat diperoleh gambaran lebih jelas mengenai dampak informasi bagi keputusan perjalanan. Profil responden ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Profil Responden Survey

Profil % Profil % Profil % Profil %

Pria 63% Jakarta 26% Puncak 33% 2 tempat 22%

Wanita 37% Bogor 13% Menengah 67% 3 tempat 47%

Depok 17% >3 tempat 31%

21-30 6% Tangerang 10% < Rp. 5 juta 3%

31-40 40% Bekasi 34% Rp. 5 - 20 juta 51% 1-5 tahun 18%

41-50 43% >Rp. 20 juta 46% >5 tahun 82%

>50 11% Jakarta 100%

Bogor 60% Sepeda motor 11% Hanya 1 13%

S1 56% Depok 22% Kendaraan roda 4 97% >1 87%

S2 40% Tangerang 53% Angkutan umum jalan

11%

S3 4% Bekasi 63% Angkutan umum 8% Hanya 1 21%

Maksimum lokasi yang dkunjungi

Lama memiliki ponsel cerdas

(6)

Seluruh responden adalah professional mobile yang merupakan pengguna aktif (dengan intensitas tinggi) ponsel pintar. Mereka menghidupkan ponsel sepanjang hari, mengunduh aplikasi trafik dan peta, mempersiapkan informasi perjalanannya terutama untuk kegiatan yang dilakukan di lokasi yang belum diketahuinya dan memanfaatkan informasi jalan sebelum dan selama perjalanan. Sebagian besar responden menggunakan mobil pribadi;operasional kantor atau kendaraan pribadi roda 2, dan hanya sedikit yang menggunakan angkutan umum.

Kepada responden, ditanyakan data demografis, catatan perjalanan harian dan penggunaan ponsel pintar yang terkait perjalanan, serta simulasi menggunakan adaptasi dinyatakan (stated adaptation) terhadap 11 skenario interaksi informasi via ponsel pintar. Pada makalah ini hanya akan dibahas 2 skenario yang merupakan scenario terjadinya akusisi informasi perjalanan, untuk menggambarkan bagaimana respon responden terhadap informasi pre-trip terkait kondisi lalu lintas

Skenario pertama adalah apabila responden menerima informasi dari provider layanan informasi lalu lintas melalui web di ponsel pintar, sebelum perjalanan dengan tujuan profesioanal (related-work). Skenario pertam tersebut adalah sebagai berikut;

“Pagi hari, Anda sedang bekerja di kantor bersama rekan kerja. Kegiatan berikutnya adalah pertemuan di kantor mitra usaha Anda, dengan waktu tempuh 30 menit perjalanan dari lokasi saat ini. Lalu anda meperoleh informasi melalui

layanan informasi lalu lintas di ponsel cerdas Anda tentang kemacetan lalu lintas di rutemenuju kegiatan berikutnya, maka Anda akan..”

Dari jawaban yang diberikan oleh 121 responden di Jabodetabek, maka disajikan pernyataan adaptasi berturut-turut secara umum (Tabel 2), berdasarkan gender responden yaitu responden pria (Tabel 3) dan responden wanita (Tabel 4).

Tabel 2. Respon Umum terhadap informasi lalu lintas dari situs layanan informasi lalin di web, untuk perjalanan dengan tujuan kerja (profesional)

Peringkat Respon terhadap informasi %

1 Mencari rute al ternati f menuju l okasi kegi atan tersebut 66

2

Tetap mel akukan kegi atan beri kutnya mel alui rute i tu, dan menghubungi

pel anggan untuk mel aporkan keterl ambatan 30

3 Membatal kan kegi atan di agenda, dan menjawal kan di hari l ai n 3

4 Merubah l okas i kegi atan di agenda 1

Tabel 3. Respon Responden Pria terhadap informasi lalu lintas dari situs layanan informasi lalin di web, untuk perjalanan dengan tujuan bekerja (profesional)

Peringkat Respon terhadap informasi %

1 Mencari rute al ternati f menuju l okasi kegi atan tersebut 65

2

Tetap mel akukan kegi atan beri kutnya mel alui rute i tu, dan menghubungi

pel anggan untuk mel aporkan keterl ambatan 35

3 Membatal kan kegi atan di agenda, dan menjawal kan di hari l ai n 0

(7)

Tabel 4. Respon Responden Wanita terhadap informasi lalu lintas dari situs layanan informasi lalin di web, untuk perjalanan dengan tujuan bekerja (profesional)

Peringkat Respon terhadap informasi %

1 Mencari rute al ternati f menuju l okasi kegi atan tersebut 67

2

Tetap mel akukan kegi atan beri kutnya mel alui rute i tu, dan menghubungi

pel anggan untuk mel aporkan keterl ambatan 21

3 Membatal kan kegi atan di agenda, dan menjawal kan di hari l ai n 9

4 Merubah l okas i kegi atan di agenda 3

Melalui Tabel 2 diperoleh bahwa peringkat 1 adaptasi yang dipilih secara umum adalah ”mencari rute alternatif” sebesar 66 %. Adaptasi yang dipilih berdasarkan gender (Tabel 3 dan Tabel 4), modus respon adalah tetap sama yaitu ”mencari rute alternatif” dengan presentase yang tidak jauh berbeda, yaitu pria dengan presentase 65% dan wanita dengan presentase 67%. Yang menarik adalah untuk perjalanan dengan tujuan bekerja, modus jawaban adaptasi adalah ”mencari rute alternatif” atau dengan kata lain responden merubah rute yang semula direncanakan. Hal ini sejalan dengan Jou (2001) yang menyebutkan bahwa pengguna jalan menaruh minat terhadap informasi jalan dan mempetimbangkan secara lebih mendalam untuk perjalanan dengan tujuan profesional (professional-related trip). Hal ini juga sejalan dengan temuan Zhang (2006) yang menyebutkan bahwa karakteristik personal seperti gender, income dan jarak perjalanan dari rumah tidak berpengaruh secara signifikan kepada pilihan-pilhan rute perjalanan.

Walaupun memiliki modus pilihan yang sama, namun dari Tabel 3 dan Tabel 4 terdapat urutan peringkat yang sedikit berbeda antara pria dan wanita. Pada beberapa responden wanita ada yang masih memilih untuk merubah lokasi kegiatan atau bahkan membatalkan kegiatan itu dan menjadwalkan ulang pertemuan ke hari lain, sementara bagi pria pembatalan atau pemindahan lokasi ini tampaknya tidak dipilih jika mereka mendapat informasi tentang kemacetan di rute yang akan dilaluinya.

Selanjutnya responden juga dihadapkan pada skenario lainnya, yaitu disiulasikan terjadi pada soresebagai berikut:

”Anda sedang menghadiri rapat penting dengan instansi pemerintah di kantor instansi tersebut, sekitar pukul 14. Sesudah rapat penting ini, Anda memiliki kegiatan optional, yaitu pertemuan sosialita dengan rekan satu komunitas profesi di sebuah cafe yang jaraknya1 jam perjalanan dari kantor instansi pemerintah.

Anda menerima pesan instant dari temanyang mengabarkan terjadinya banjir pada rute yang akan anda lalui untuk pertemuan di cafe dengan rekan komunitas,maka Anda akan...

Respon dari informasi perjalananpre-tripyang diberikan di atas diberikan pada Tabel 5, 6 dan 7.

Tabel 5. Respon Umum terhadap informasi lalu lintas dari teman melalui pesan instant (instant mesaging), untuk perjalanan dengan tujuan sosial

Peringkat Respon terhadap informasi %

1 Membatal kan kehadi ran pada pertemuan di cafe tersebut l al u pul ang. 59

2 Mencari al ternati f rute menuju cafe tersebut 24

3 Mengusul kan untuk memi ndahkan l okasi kegi atan ke cafe l ai n 14

(8)

Tabel 6. Respon responden pria terhadap informasi lalu lintas dari teman melalui pesan instant (isntant mesaging), untuk perjalanan dengan tujuan sosial

Peringkat Respon terhadap informasi %

1 Membatal kan kehadi ran pada pertemuan di cafe tersebut l al u pul ang. 47

2 Mencari al ternati f rute menuju cafe tersebut 32

3 Mengusul kan untuk memi ndahkan l okasi kegi atan ke cafe l ai n 15

4 Tetap berangkat ke cafe mel al ui rute yang di rencanakan semul a 5

Tabel 7. Respon responden wanita terhadap informasi lalu lintas dari teman melalui pesan instant (isntant mesaging), untuk perjalanan dengan tujuan sosial

Peringkat Respon terhadap informasi %

1 Membatal kan kehadi ran pada pertemuan di cafe tersebut l al u pul ang. 79

2 Mengusul kan untuk memi ndahkan l okasi kegi atan ke cafe l ai n 12

3 Mencari al ternati f rute menuju cafe tersebut 9

4 Tetap berangkat ke cafe mel al ui rute yang di rencanakan semul a 0

Dari Tabel 5, 6 dan 7 tampak bahwa adaptasi yang dilakukan sebagai respon atas informasi via ponsel pintar untuk perjalanan dengan tujuan sosial ini berbeda dengan respon pada skenario sebelumnya. Jika pada skenario sebelumnya modus responnya adalah mencari alternatif rute menuju lokasi kegiatan, maka pada skenario ini mereka justru memilih untuk ”membatalkan kehadiran pada pertemuan di cafe tersebut lalu pulang”. Hal yang menarik di sini adalah modus respon ini sangat menguat pada responden wanita (79%). Dan tidak ada responden wanita yang merespon informasi tersebut dengan tetap berangkat ke cafe melalui rute yang direncanakan semula.

Jika dibandingkan, sebagian besar responden memberikan respon dengan kesediaannya melakukan adaptasi dan mengubah rencana kegiatan-perjalanannya semula. Kemungkinan besar mereka bersedia beradaptasi karena mereka berasumsi bahwa sumber informasi (dalam hal ini situs aplikasi layanan informasi trafik dan “teman”) merupakan sumber yang dapat diandalkan. Bentuk informasi yaitu text dan peta/visual CCTV dari layanan informasi trafik sama-sama dipercaya kualitasnya, sehingga mereka mengindahkan informasi tersebut. Waktu informasi diperoleh juga memegang peranan penting. Untuk sebelum tengah hari, bentuk adaptasinya adalah mencari rute alternatif menuju lokasi kegiatan, sedangkan sesudah tengah hari menjelang sore, adaptasinya justru menghapus rencana semula dan pulang. Resiko untuk meneruskan rencana perjalanan semula setelah mendapat informasi mungkin dirasa lebih besar jika itu terjadi pada sore hari. Kemungkinan besar responden pernah mengalami (memiliki memori) dampak saat mereka tidak mengindahkan informasi perjalanan, sehingga mereka tidak ragu dalam melakukan adaptasi terhadap rencana perjalanannya, yaitu terjebak dalam kemacetan, sehingga mereka akan berusaha untuk tidak mengalami hal yang sama, sebagaimana diungkapkan Tsirimpa et al (2005).

Dari gambaran tersebut, tampak bahwa pengguna memberikan respon dan mengindahkan informasi terkait perjalanan yang mereka terima melalui ponsel pintar, walaupun berasal dari sumber informasi yang berbeda, dari layanan informasi trafik dan dari teman, namun mereka tetap mempertimbangkan untuk melakukan adjustement

(9)

transmisi data waktu nyata tidak terbatas waktu dan tempat, serta variasi bentuk informasi yang beragam, tidak hanya berupa teks, namun juga suara, gambar dan video, serta fasilitas kesadaran lokasi (location awareness) yang tinggi, karena dilengkapi fasilitas Global Postioning System (GPS), sehingga jika dimanfaatkan dengan baik akan memberikan level pengetahuan spasial yang lebih tinggi bagi penggunanya.

Dengan melihat peluang bahwa pengguna jalan mempertimbangkan infromasi yang mereka peroleh mellui ponsel pintar maka dapat dikatakan bahwa media ponsel pintar adalah media yang cukup efektif untuk dipergunakan dalam penymapaian informasi jalan. Agar informasi tentang perjalanan via ponsel pintar dapat dijadikan sebagai instrumen kebijakan untuk tercapainya pilihan keputusan yang lebih baik, yaitu efisiensi, keselamatan dan kenyamanan perjalanan, maka hal yang krusial adalah keandalan (realibility) dari informasi tersebut. Semakin dapat diandalkan, maka pengguna akan semakin memperhatikan informasi, mempertimbangkannya dan melakukan adaptasi terhadap rencana perjalanannya.

5 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan review literatur dan kajian empiris singkat, ditunjukkan bahwa tujuan perjalanan (perjalanan terkait kerja dibanding perjalanan sosial/personal); kualitas dan keandalan yang dirasakan dari informasi tersebut (bentuk informasi, sumber informasi); faktor personal (gender, usia, tipe perilaku); memori (atas pengalaman), serta kondisi kontekstual (misalnya waktu diterimanya informasi jalan) mempengaruhi respon terhadap informasi perjalanan. Dari hasil pendekatan adaptasi yang dinyatakan, maka tampak bahwa karakteristik teknologi dan sosial dari ponsel pintar memungkinkan membuat responden mengindahkan/memperhatikan, mempertimbangkan dan memberikan respon terhadap informasi perjalanan berupa adaptasi dari rencana perjalanan semula. Dari literatur diperoleh bahwa pada dasarnya respon adaptasi itu muncul secara sadar dengan mempertimbangkan efisiensi, keselamatan dan kenyamanan perjalanan seseorang.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Ablondi W., Elliot, T. 1992. Mobile Professional Market Segmentation Study. BIS

Belloche, S., Pierrefeua, C., dan Soranda, C. 2014. Pre-trip Road Information Impact Assessment: A Literature Review.Transport Research Arena 2014. Paris

Chorus, C.G. 2007. Traveler response to information, the Netherlands TRAIL Research school, Delft.

EasyWay. 2012. Traveller Information Services Reference Document: TIS Deployment Guideline Annex

Ettema, D., Timmermans, H. J. P., & Arenzte, T. A. 2004. Modelling perception updating of travel times in the context of departure time choice under ATIS, Journal of Intelligent Transportation Systems, 8,

Frohlich, D. 1995. Requirements for interpersonal information management, dalam P.J. Thomas (Ed.) Personal information systems: Business applications. Stanley Thornes in association with Unicom Seminars

Jou, R. C. 2001. Modeling the impact of pre-trip information on commuter departure time and route choice.Transportation Research Part B, 35, pp. 887-902.

Khattak, A. J., Shofer, J. L., & Koppelman, F. S. 1995. Effect of traffic information on commuter's propensity to change route and departure time.Journal of Advanced Transportation, 29, No. 2

Miles, J.C. edt dan Chen, K. edt. 2004. The intelligent transport systems handbook: recommendations from the World Road Association (PIARC). (2nd edition). Swanley : Route 2 Market, 2004.

Nielsen. 2012. Smartphone Ownership On The Rise In Asia Pacific, Whilst Advertisers Struggle To Engage With Consumers Via Mobile Ads. Nielsen

Nugraha, F. 2012. Jumlah Pelanggan Seluler di Indonesia hampir Mendekati Jumlah Penduduk Indonesia, Posted dalam Teknojurnal 18 Januari 2012, diunduh dari http://www.teknojurnal.com

Parvaneh, Z., T. Arentze dan H. Timmermans. 2011. A Simulation Model Assessing Impacts of Advanced Information and Communication Technologies on Activity-Travel Patterns. Procedia-Social and Behavioral Sciences,20

RIM. 2003.Blackberry Target Market. Overview. Research in Motion Limited. U.S

Shiftan, Y., Bekhor, S., Albert, G. 2011. Route choice behaviour with pre-trip travel time information,IETIntelligent Transport System, 5, Issue 3

Sun, Z., Arentze, T.A. dan Timmermans, H.J.P. 2005. Modeling the impact of travel information on activity-travel rescheduling decisions under multiple uncertain events: distributed myopic decision heuristics. Proceedings of CUPUM 05, Computers in Urban Planning and Urban Management, 30-Jun-2005, London, (pp. paper-87). London: CASA Centre for Advanced Spatial Analysis - University College London.

Tsirimpa, A., Polydoropoulou, A., dan Antoniou, C. 2005. Modelling the impact of advance traveller information systems on travellers’ behaviour: Puget Sound region case study, in European Transport Conference,

Viswanathan, K. dan Goulias, K. G. 2001. Travel Behavior implications of information and communications technology in Puget Sound Region,Transportation Research Record, 1752, pp. 157-165.

Zhang, L. 2006. Search, Information, Learning, and Knowledge in Travel Decision Making. Dissertation of University of Minnesota.

Gambar

Gambar 1. Konseptual PengambilanKeptusan Perjalanan (Zhang, 2006)
Tabel 1. Profil Responden Survey

Referensi

Dokumen terkait

kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru dengan kinerja guru ekonomi.. Waktu dan

Sedangkan menurut Kotler dalam buku Daryanto (2011:101) bahwa Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana baik individu maupun kelompok yang

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui determinan penggunaan SIPKD di lingkungan Setda Jawa Tengah dengan menggunakan pendekatan teori TAM untuk menguji Perceived

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yang akan bermanfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang

Lebih lanjut lagi, Sagala (2012:196) juga menjelaskan bahwa peranan guru lebih banyak menetapkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator

The lived-body feels the significance in the placial quality of sounds, words, and music and interprets it through forms of behavior that organize the body

Puji dan syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat

Kredit Pemilikan Rumah termasuk dalam satu jenis kredit konsumtif, dimana kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang